PENINGKATAN KEMAMPUAN KOORDINASI MATA DAN TANGAN MELALUI METODE DEMONSTRASI MERONCE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA PANDAK

SEMESTER I TAHUN 2018/2019

 

Tri Wahyuni

TK Dharma Wanita Pandak

 

ABSTRAK

 Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Dharma Wanita Pandak tahun 2018/2019 melalui metode demonstrasi dengan kegiatan Meronce, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Dharma Wanita Pandak tahun 2018/2019 melalui metode demonstrasi dengan kegiatan Meronce. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Dharma Wanita Pandak tahun 2018/2019 melalui kegiatan meronce. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan Meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 33,3% atau 6 anak, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 61% atau 11 anak, kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 89% atau 16 anak.

Kata Kunci: kemampuan motorik halus, meronce, anak

 

PENDAHULUAN                                   

Anak merupakan aset yang paling penting dalam keberlangsungan suatu bangsa dan peradaban, karena generasi saat ini yang akan menjadi pemimpin dan pelopor dimasa yang akan datang. Di tangan anak usia dini saat ini yang akan memegang peranan penting dalam kemajuan dimasa mendatang.

Bagi suatu bangsa anak adalah generasi penerus karena kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang di tentukan oleh mutu pendidikan saat ini. Oleh karena itu maka pendidikan anak usia dini memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh. Dan membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak, serta pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat, praktis, serta mudah di mengerti oleh anak-anak.

Menurut Permendikbud no.146 tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD, Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa Struktur kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup: a. nilai agama dan moral; b. fisik-motorik; c. kognitif; d. bahasa; e. sosial-emosional; dan f. Seni. Pengembangan kemampuan fisik motorik terdiri dari kemampuan motorik halus, motorik kasar dan kesehatan.

Pada TK Dharma Wanita Pandak, semua aspek pengembangan kemampuan dasar dan pembiasaan kemampuan motorik halus dilaksanakan dengan baik. Pada kelompok B ditemukan permasalahan dalam pengembangan kemampuan motorik halus koordinasi mata dan tangan terutama dalam kegiatan meronce. Selama ini di TK Dharma Wanita Pandak anak-anak kurang termotivasi dalam kemampuan motorik halusnya. Sebagian besar anak-anak TK Dharma Wanita Pandak kurang sabar dalam meronce dan kurang tertarik dengan kegiatan tersebut. Padahal dalam perkembangan motorik halus membutuhkan stimulus menyentuh, memanipulasi dan begerak. Mereka perlu perlu diberi tugas – tugas motorik halus seperti mewarnai, melipat, menjahit menempel, merajut, menulis, melukis dengan jari, meronce dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan hasil pengalaman dalam pengembangan di kelas ditemukan beberapa masalah terutama dalam kegiatan motorik halus, diantara 18 anak hanya 6 anak atau 33,3% yang memiliki kemampuan motorik halus tentang koordinasi mata dan tangan dengan nilai BSH (Berkembang sesuai Harapan) dan 12 anak baru mendapat nilai MB (Mulai Berkembang) atau 66,7%. Hal ini terbukti saat pembelajaran dengan kegiatan meronce jari anak-anak masih belum terampil dalam memasukkan manik ke dalam benang dan waktunya sangat lama, sehingga hasilnya belum maksimal. Sedangkan guru mengharapkan 80% dari jumlah anak (18 anak) atau 16 anak dapat mencapai indikator dapat meronce dengan baik dengan nilai BSB atau BSH. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam koordinasi mata dan tangan guru meggunakan metode demonstrasi kegiatan meronce.

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah: (1) Bagaimanakah metode demonstrasi dengan Kegiatan Meronce dapat meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak TK Dharma Wanita Pandak? (2) Bagaimana proses peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak melalui metode demosntrasi dengan kegiatan meronce Di TK Dharma Wanita Pandak ?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak melalui metode demonstrasi dengan kegiatan meronce di TK Dharma Wanita Pandak Kelompok B Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen (2) Untuk mengetahui proses peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan anak melalui metode demosntrasi dengan kegiatan meronce Di TK Dharma Wanita Pandak

KAJIAN PUSTAKA                               

Peningkatan Kemampuan Anak

Menurut Kamus Besar Motorik halus Indonesia kata meningkatkan/peningkatan berarti proses, cara, perbuatan untuk meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya), meningkat-ningkat berarti selalu meningkat (naik, bertambah, dan sebagainya) menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya); mempertinggi; memperhebat (produksi dan sebagainya), mengangkat diri.

Kata kemampuan yaitu diambil dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup, dapat, bisa, sehingga kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu (Kamus Umum Bahasa Indonesia: Edisi ke tiga, W S S Poerwadarminta).

Menurut Shallay dalam Irina V. Sokolova (2008:142) kemampuan adalah pengetahuan mengenai area yang di dalamnya seorang individu bekerja dan memerlukan ketrampilan untuk memproses informasi secara kreatif dalam menghasilkan berbagai respon yang baru dan sesuai. Dengan bahasa yang lebih sederhana kemampuan seseorang mengenai suatu obyek sebelum mereka memunculkan gagasan baru mengenai subyek tersebut.

Kemampuan Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengarihi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal. Ketrampilan motorik halus atau ketrampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda- benda atau alat mainan termasuk pula meronce. (Tri Asmawulan & Junita Dwi W. 2011: 36).

Menurut Tri Asmawulan &Junita Dwi W (2011: 45) pada anak usia 4 tahun motorik halus mulai berkembang, pengendalian otot- otot tangan dan jari-jari yang diperlukan untuk menulis simbol-simbol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ organ bicara yang dibutuhkan untuk perkembangan motorik halusnya. Bisa meronce, dapat menggambar dan mencoret – coret huruf meski dalam bentuk kasar, mampu mengenakan baju sendiri, senang melakukan permainan seperti menyelesaikan puzzle. Pada umur 5 tahun anak mampu melipat kertas, dapat secara tepat menggambar bentuk kotak, huruf, dan angka. Sudah bisa menangkap bola kecil dan melemparkannya kembali dengan baik.

Prinsip Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Studi yang dilakukan mengenai umur dan urutan perkembangan menghasilkan 5 prinsip perkembangan motorik anak yaitu: (1) perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf (2) belajar ketrampilan motorik tidak akan terjadi sebelum anak matang (3) perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan (4) perkembangan motorik dimungkinkan untuk dapat ditentukan (5) perbedaan individu dalam laju pertumbuhan motorik

Tujuan mengembangkan motorik halus adalah agar anak dapat berlatih koordinasi tangan, mata dan pikirannya dalam menggunakan berbagai alat atau media kreatif sehingga memperoleh ketrampilan yang berguna untuk perkembangan selanjutnya. Pengembangan motorik halus tersebut dapat dilaksanakan dengan prinsip- prinsip sebagai berikut: (1) Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan taraf perkembangan anak. (2) Memberikan rasa gembira kepada anak dengan prinsip bermain sambil belajar. (3) Memupuk keberanian anak dalam melakukan kegiatan- kagiatan dengan menghindari petunjuk – petunjuk serta bantuan yang justru dapat merusak perkembangan anak. (4) Memberikan rangsangan dan bimbingan kepeda anak untuk menemukan teknik atau cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan bermacam- macam media kreatif. (5) Menyediakan alat –alat yang dapat merangsang anak untuk melakukan dan dapat menumbuhkan ketrampilan dan kreatifitas. (6) Memberikan bimbingan dan dorongan (7) Memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada anak untuk bereksprasi melalui berbagai media. (8) Merencanakan waktu, mengatur tempat dan menjaga beraneka media untuk menstimulasi anak dalam melakukan kegiatan ketrampilan yang akan dicapai. (9) Bahan ketrampilan dikaitkan dengan tema dan mengacu pada kemampuan yang akan dicapai. (Luluk Asmawati, 2008: 5.8)

 

 

Tujuan Dan Fungsi Perkembangan motorik halus

Tujuan Perkembangan motorik halus di TK adalah sebagai berikut: (1) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (2) Mampu memperkenalkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. (3) Mampu mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata.

Fungsi perkembangan motorik halus di TK adalah (1)Alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan. (2) Alat untuk meningkatkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang. (3) Alat untuk melatih mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata. (4) Alat untuk melatih penguasaan emosi. (Diniwati dan Elis. 2016: 40-41)

Kemampuan Koordiasi Mata dan Tangan

Perkembangan motorik halus diantaranya ditandai dengan berkembangnya kemampuan mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata. Menurut Grana dan Klenak (Sukadiyanto, 2005: 140), koordinasi adalah kemampuan otot tubuh dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat mencapai satu tugas fisik tertentu. Pendapat ini diperjelas oleh Suharno (Sridadi, 2011: 4), koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak menjadi suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannyaatau kemampuan menampilkan tugas gerak dengan luwes dan akurat yang seringkali melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang mempengaruhi gerakan. Sejalan dengan Suharno, menurut Sajoto (Sridadi, 2011: 4), koordinasi berasal dari kata coordination adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif.

Menurut Rusli (Sumantri, 2005:77), koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat, efisien, dan penuh ketepatan. Tidak jauh berbeda, menurut Sukadiyanto (2005: 139), koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efisien. Teori para ahli di atas diperkuat oleh Djoko Pekik Irianto (2002: 77), bahwa koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Tahap latihan teknik koordinasi menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 82-83) diantaranya tahap latihan teknik koordinasi halus (fine coordination) dan tahap pengembangan koordinasi kasar (gross coordination). Pada tahap koordinasi halus gerakan lebih berkualitas, ditandai dengan gerak yang lebih konsisten, kesalahan gerak relatif sedikit, lebih efisien, rangkaian gerakan mulai nampak tidak terputus-putus. Pada tahap koordinasi kasar ditandai dengan gerakan yang tidak efisien, global, kasar, kaku, tunggal, kurang serasi, dan penggunaan energi yang berlebihan.

Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak berkembang pesat yaitu anak mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, hal ini dapat dilihat ketika anak sedang menulis atau menggambar, bahkan dalam kegiatan meronce manik-manik pun demikian, ketika anak mulai memegang benag, secara tidak langsung mata, gerakan tangan akan terkoordinasi bersama-sama menentukan arah benang untuk dimasukkan ke dalam lubang manik-manik, untuk memenuhi untaian manik-manik pada benang. Kegiatan motorik halus yang sesuai dengan karakteristik dan ciri-ciri perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun antara lain: a) Menempel. b) Mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar). c).Menjahit sederhana. d)Semakin terampil menggunakan jari tangan untuk menggambar, menggunting, mewarnai, dan sebagainya. e) Mengisi pola sederhana dengan sobekan kertas dan stempel. f).Mengancingkan baju sendiri. g) Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung seperti gunung atau bukit. h) Menarik garis lurus, lengkung, dan miring. i)Melipat kertas dan j) Meronce manik-manik. (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 65)

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan (Mulyani Sumantri, 2019)

Metode demonstrasi adalah adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik atau cara guru dalam mengajar dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam media yang relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan siswa agar kreatif dalam memahami materi. Metode demonstrasi dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dan pemahaman pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, yaitu pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, sehingga dengan menggunakan metode demonstrasi banyak kelebihan yang akan diperoleh.

Kegiatan Meronce

Kata meronce berarti: “menyusun benda atau merangkai benda menjadi satu dengan menggunakan seutas tali atau yang lain” (agroedupolitan blogspot.co.id/2018) Meronce manik-manik adalah kemampuan menyusun manik-manik menjadi satu dengan menggunakan seutas tali atau benang. Warna manik-manik yang menyala akan menarik minat bagi semua anak. Setelah manik-manik dirangkai melalui lubang yang ada di tengah manik-manik, maka akan menjadi kalung, gelang, jepit rambut, dan kreasi yang lainnya.

Merangkai dan meronce pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang sama yaitu menyusun benda-benda, pernik-pernik dengan sentuhan keindahan sehingga orang yang melihatnya merasa puas. Dalam merangkai dan meronce juga harus memperhatikan unsur-unsur visual. Unsur-unsur tersebut harus memenuhi prinsip penyusun seperti komposisi warna, bentuk, ukuran, jenis, irama dan sebagainya.

Kerangka Pikir

Berdasarkan penelitian yang diperoleh mengembangkan kemampuan motorik halus memerlukan berbagai kegiatan, diantaranya dengan kegiatan meronce. Kerangka pikir ini didasarkan pada kondisi awal pembelajaran sebelum diterapkan kegiatan meronce kemampuan motorik halus masih rendah, kemudian diberikan pembelajaran meronce yang menarik dan menyenangkan. Diharapkan dengan demonstrasi kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus koordinasi mata dan tangan di TK Dharma Wanita Pandak tahun 2018/2019.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: melalui metode demonstrasi dengan kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Dharma Wanita Pandak Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019

METODE PENELITIAN

Subjek dan Latar Penelitian

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini anak kelompok B TK Dharma Wanita Pandak Joho, Pandak, Sidoharjo, Sidoharjo, Kab. Sragen yang berjumlah 18 anak.

Waktu pelaksanaan:

Waktu pelaksanaan penelitian: Bulan Juli sampai Desember 2018 Pelaksanaan dilakukan dalam 2 siklus. Siklus Pertama: Hari Selasa, Rabu dan Kamis, tanggal 4, 5 dan 6 September 2018. Siklus Kedua: Hari Rabu, Kamis dan Jum’at, tanggal 12, 13 dan 14 September 2018

Teknik Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Dharma Wanita Pandak Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun 2018/2019. Menurut Meleong, (1997:7) dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, kesulitan anak yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.

 

Teknik Alat Pengumpulan Data

Pengamatan/Observasi

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Wawancara atau diskusi

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara atau diskusi dengan guru dilaksanakan setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran sains anak.

Kajian dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, RPPM (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian), Rencana Kegiatan Harian yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil unjuk kerja anak, dan buku penilaian yang dibuat guru.

Keabsahan Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya/keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggung-jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong, (1997: 178) Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Indikator Keberhasilan

Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Indikator yang diamati dalam penilaian koordinasi mata dan tangan yaitu anak dapat memasukkan benang ke lubang manik/media meronce, anak dapat meronce dengan pola, anak dapat meronce dengan waktu yang sesuai, dan anak dapat menalikan benang setelah selesai meronce

Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB(Berkembang Sangat Baik) dan BSH (Berkembang Sesuai Harapan) dengan prosentase 80%.

 

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Berdasarkan pelaksanaan Pra Siklus terlihat anak kurang tertarik dengan kegiatan meronce, anak-anak kelihatan tidak bersemangat dan enggan memasukkan benang ke lobang manik sehingga hasil meronce lama dan banyak yang tidak menyelesaikan kegiatan meronce. Indikator yang diamati dalam penilaian yaitu anak dapat memasukkan benang ke lubang manik/media meronce, anak dapat meronce dengan pola, anak dapat meronce dengan waktu yang sesuai, dan anak dapat menalikan benang setelah selesai meronce.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 66,7% daripada tingkat ketuntasan yang hanya 33,3%. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin, Selasa dan Rabu tanggal 4 – 6 September 2018.

Deskripsi Siklus Pertama

Siklus Pertama Hari Ke-1: Selasa, 4 September 2018

Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 61% 11 anak daripada tingkat ketuntasan yang hanya 39% atau 7 anak. Pelaksanaannya disepakati pada hari Rabu tanggal 5 September 2018.

Siklus Pertama Hari Ke-2: Rabu, 5 September 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam meronce. Disamping melakukan pengamatan penulis akan memberikan pembibingan pada anak yang mengalami kesulitan. Hasil Penilaian pada siklus I hari ke-2 sebagai berikut: ketuntasan anak yaitu 50% atau 9 anak dan belum tuntas 50%atau 9 anak. Hal ini belum sesuai dengan indiktor ketuntasan 80 persen sehingga diadakan perbaikan lagi. Pelaksanaan Perbaikan disepakati pada hari Kamis tanggal 6 September 2018

Siklus Pertama Hari Ke-3: Kamis, 6 September 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam meronce. Disamping melakukan pengamatan penulis akan memberikan pembibingan pada anak yang mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil observasi, peneliti perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak yaitu 39% atau 7 dan ketuntasan 61% atau 11 anak. Pelaksanaan Perbaikan disepakati pada siklus ke II hari Rabu, Kamis dan Jum’at tanggal 12, 13 dan 14 September 2018.

 

 

Deskripsi Siklus Kedua

Siklus Kedua Hari Ke-1: Rabu, 12 September 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam meronce. Disamping melakukan pengamatan penulis akan memberikan pembibingan pada anak yang mengalami kesulitan. Berdasarkan hasil observasi, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat belum tuntas 33,3% atau 6 anak dan tuntas 66,7% atau 12 anak. Hal ini belu memenuhi indikator keberhasilan 80%. Pelaksanaan Perbaikan disepakati pada siklus ke II hari ke-2 hari Kamis tanggal 13 September 2018.

Siklus Kedua Hari Ke-2: Kamis, 13 September 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam meronce. Disamping melakukan pengamatan penulis akan memberikan pembibingan pada anak yang mengalami kesulitan. Hasil Penilaian meronce pada siklus II hari ke-2 sebagai berikut: belum tuntas 27,8% atau 5 dan tuntas 72,2% atau 13 anak. Hal ini belum mencapai indikator keberhasilan 80%, sehingga perlu perbaikan lagi. Pelaksanaan Perbaikan disepakati pada siklus ke II hari ke-3 hari Jum’at tanggal 14 September 2018.

Siklus Kedua Hari Ke-3: Jum’at, 14 September 2018

Penulis melakukan observasi terhadap kegiatan anak dalam meronce. Disamping melakukan pengamatan penulis akan memberikan pembibingan pada anak yang mengalami kesulitan. Hasil Penilaian pada siklus II hari ke-3 sebagai berikut: Belum tuntas 11% atau 2 anak dan tuntas sudah 89% atau 16 anak. Hal ini sudah melebihi indikator Keberhasilan 80%. Jadi sudah berhasil dan tidak diadakan perbaikan lagi.

Pembahasan

Siklus I

Pada siklus pertama dilaksanakan dengan 3 RPPH selama 3 hari. Pada Pra Siklus ketuntasan baru 33,3% atau 6 anak. Pada awalnya baru ada sedikit peningkatan, pada hari pertama ketuntasan baru 39% atau 7 anak, pada hari ke-2 ketuntasan pembelajaran 44,4% atau 8 anak. Setelah semua RPPH dilaksanakan, pada akhir siklus menunjukkan peningkatan yang lebih baik, ketuntasan pembelajaran 61% atau 11 anak. Masih 7 anak atau 39% dari 18 murid yang belum mencapai indikator sehingga dilanjutkan siklus kedua.

Siklus II

Pada siklus kedua juga dilaksanakan dengan 3 RPPH, selama 3 hari. Dengan skenario perbaikan yang bervariasi dan media yang bervariasi pula agar anak tidak bosan, pada akhir siklus kedua telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran Sebelum Perbaikan, Setelah Siklus I dan Setelah Siklus II terlihat anak mengalami peningkatan dalam kemampuan motorik halus dengan meronce manik-manik. Sedangkan hasil setelah perbaikan siklus II anak yang mencapai target sesuai indikator sebanyak 12 anak atau 66,7%, dan tidak tercapai sesuai indicator sebanyak 6 anak atau 33,3%. Pada Hari ke-2, ketuntasan 13 anak atau 72,8% dan ketidaktuntasan 27,2%. Pada Hari ke-3, ketuntasan 89% atau 16 anak dan ketidaktuntasan 11% atau 2 anak. Dengan demikian perbaikan pembelajaran anak terhadap peningkatan kemampuan motorik halus dengan meronce pada anak TK Dharma Wanita Pandak, Sidoharjo Kabupaten Sragen dinyatakan berhasil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada kelompok B di TK Dharma Wanita Pandak, dapat disimpulkan sebagai berikut: Dengan kegiatan meronce ternyata dapat meningkatkan hasil kemampuan motorik halus koordinasi mata dan tangan anak dan kegiatan yang digunakan dapat membuat suasana pembelajaran lebih menarik. Hal ini terbukti dari 18 anak pada pra siklus hanya 6 anak atau 33,3% anak yang mampu meronce, siklus I meningkat menjadi 11 anak atau 61% dan pada siklus II meningkat menjadi 16 anak atau 89%. Dengan demikian ketuntasan belajar minimal 80% dapat diraih, sehingga hipotesis yang menyatakan penggunaan kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus koordinasi mata dan tangan di TK Dharma Wanita Pandak terbukti kebenarannya.

Saran- saran

Bagi guru:

  1. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan pertimbangan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus terutama koordinasi mata dan tangan.
  2. Guru hendaknya selalu kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran dengan media dan kegiatan yang bervariasi.
  3. Gunakan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar, memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan haknya dalam bertanya

Bagi Sekolah:

  1. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat para guru untuk mengadakan penelitian tindakan kelas.
  2. Sekolah hendaknya menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam berbagai kegiatan.
  3. Sekolah hendaknya memfasilitasi guru dalam penelitian dan pembelajaran secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati Luluk, 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka

Asmawulan Tri, Wardani Junita Dwi 2011. Perkembangan Fisik Motorik dan Motorik halus. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta- Qinant.

Diniwati, Elis Supartini (2016) Karakteristik Anak Usia Dini (Modul PKB TK Kompetensi A) Bandung. PPPTK TK dan PLB

Djoko Pekik Irianto. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: PKO UNY

rina V. Sokolova.2008. Kepribadian anak. Sehatkah Kepribadian Anak Anda?. Jogjakarta. Penerbit Kata Hati.

Lexy Moleong. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Rosdakarya

MS Sumantri. 2005.Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Dinas Pendidikan

Sridadi. 2011. Sumbangan Tes Koordinasi Mata, Tangan, Dan Kaki Yang Digunakan Untuk Seleksi Calon PJKR Terhadap Mata Kuliah Praktek Dasar Gerak Softball. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ Drs.%20 Sridadi,%2 pada tanggal 16 Mei 2018, jam 21.10 WIB.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks

Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:PKO UNY.

W S S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia: Edisi ke tiga

 

https://agroedupolitan.blogspot.co.id/2018/02/kegiatanmeronce.html diakses tanggal 27 Oktober 2017 Jam 18.00