Peningkatan Kemampuan Melalui Pembinaan Kelompok dan Individu Teknik Office Conference
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN OTENTIK ASPEK SIKAP SOSIAL TEKNIK PENILAIAN DIRI (SELF ASSESMEN) MELALUI PEMBINAAN KELOMPOK DAN INDIVIDU TEKNIK OFFICE CONFERENCE BAGI GURU PRODUKTIF
DI SMK NEGERI 1 SRAGEN SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Budi Isnanik
SMK Negeri 1 Sragen
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial bagi guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen semester I, tahun Pelajaran 2017/2018 melalui pembinaan kelompok dan individual teknik office conference. Subjek penelitian ini adalah sebagian guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen sejumlah 10 guru. Teknik pengumpulan data dengan observasi. Indikator keberhasilan apabila semua guru telah mencapai nilai kemampuan dengan kategori baik, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata lebih dari 4,7 (> 4,7), dengan prosentase penguasaan indikator telah mencapai lebih dari >85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri (self assesmen) melalui pembinaan kelompok dan individu teknik office conference bagi guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018 sebagai bentuk pendampingan dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 3,2 menjadi 4,4. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 4,4 menjadi 5,2. Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III dari 5,2 menjadi 6,1. secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III dari 3,2 menjadi 6,1. Dari sisi penguasaan langkah-langkah pelaksanaan penilaian otentik aspek sikap dengan teknik penilaian diri, yang dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 45,71% pada siklus I meningkat menjadi 62,86%. Dari siklus I sebesar 62,86% meningkat pada siklus II menjadi 74,29%. Dari siklus II sebesar 74,29% meningkat pada siklus III menjadi 87,14%. Secara keseluruhan prosentase ketercapaian indikator dari prsiklus ke siklus III, meningkat dari 45,71% menjadi 87,14%.
Kata kunci: kemampuan guru, pembinaan kelompok, office conference, penilaian otentik aspek sikap
PENDAHULUAN
Penilaian pembelajaran merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kompetensi yang telah dicapai peserta didik selama dan setelah proses pembelajaran yang telah diselenggarakan. Tujuan lain penilaian dalam pembelajaran adalah untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, yaitu apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus ditingkatkan. Penilaian dalam pembelajaran dilakukan setelah melakukan pengukuran yang berkenaan dengan kompetensi apa saja yang akan dinilai.
Penilaian pembelajara dalam kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang dilakukan secara seimbang. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 disebutkan bahwa “Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Khususnya dalam menilai sikap yang menyangkut sikap spiritual dan sikap sosial, guru tidak mungkin dapat menilai melalui pengamatan terus menerus. Penilaian aspek sikap dapat dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, jurnal selama proses pembelajaran berlangsung, di kelas maupun di luar kelas. Mengingat kebaradaan siswa selamanya tidak berada dalam pengawasan guru. Maka penilaian melalui angket dengan cara menilai diri sendiri merupakan cara menilai sikap yang paling tepat adalah melalui penilaian diri dengan menggunakan angket, sekaligus hal ini untuk melatih peserta didik untuk memiliki sikap jujur. Namun demikian penilaian diri ini hanya merupakan penguat atau konfirmasi hasil catatan observasi yang dilakukan oleh guru.
Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan proses pembelajaran.
Untuk memperoleh nilai sikap yang objektif diperlukan kemampuan guru dalam melakukan penilaian dengan melaksanakan langkah-langkah yang benar yaitu: (1) menginformasikan komptensi sikap yang akan dinilai kepada siswa, (2) penilaian menggunakan instrumen penilaian sikap yang dikembangkan sesuai dengan mata pelajaran, (3) sebelum menilai, guru memberikan penjelasan tentang kriteria penilaian sikap, termasuk bentuk instrumen yang akan digunakan, (4) memeriksa dan mengolah hasil penilaian dengan mengacu pada pedoman peskoran, (5) menginformasikan hasil penilaian kepada siswa, (6) melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian sikap, dan (7) membuat diagram perkembangan sikap.
Ke tujuh langkah tersebut perlu dilakukan oleh guru, sehingga selain memperoleh hasil yang objektif, melalui penyampaian informasi kompetensi sikap, dan kriteria penilaian kepada siswa, siswa akan berupaya untuk mencapai nilai yang terbaik dengan mengubah perilakunya. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, guru dapat melakukan tindak lanjut untuk memperbaiki sikap siswa. Demikian pula dengan diagram perkembangan nilai sikap yang buat oleh guru dan dapat dilihat oleh setiap siswa, dapat mendorong siswa untuk berkompetisi berperilaku lebih baik.
Pada kenyataannya, dalam menilai aspek sikap, khususnya guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil pantauan pada awal semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap belum menggembirakan. Dari 10 (Sepuluh) yang dijadikan sampel pengamatan, yang dinilai dengan menggunakan 7 (tujuh) aspek penilaian nilai rata-rata dari 10 (sepuluh) guru adalah sebesar 3,2 (kategori cukup), dengan perincian: 8 (delapan) guru memperoleh nilai dengan kategori cukup, dan 2 (dua) guru memperoleh nilai dengan kategori kurang.
Walaupun masih banyak permasalahan terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yang perlu diperbaiki, namun permasalahan melaksanakan penilaian otentik aspek sikap menjadi fokus perhatian peneliti selaku kepala sekolah. Hal ini disebabkan perubahan sikap siswa khususnya sikap sosial yang meliputi kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Selain itu penilaian aspek sosial ini menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran masing-masing.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu adanya perbaikan kinerja guru, khususnya dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial melalui pembinaan yang dilakukan secara terus menerus. Berbagai teknik pembinaan dapat dilakukan, namun untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial ini, peneliti selaku kepala sekolah memilih pembinaan kelompok, yang dilanjutkan dengan pembinaan individual teknik office conference. Pelaksanaan pembinaan kelompok diterapkan untuk membina guru secara umum, sedangkan pembinaan individual teknik office conference dilakukan untuk memberikan masukan-masukan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial berdasarkan hasil pengamatan. Selain itu pembinaan ini dimaksudkan agar tidak mengganggu tugas pokok guru.
Sesuai dengan permaslahan yang akan diatasi, maka tindakan pembinaan ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian tindakan sekolah (PTS), sekaligus sebagai kegiatan pengambangan profesionalisme dengan judul: Peningkatan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial Teknik Penilaian Diri (Self Assesmen) Melalui Pembinaan Kelompok dan Individu Teknik Office Conference bagi Guru Produktif di Smk Negeri 1 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial bagi guru produktif SMK Negeri I Sragen melalui pembinaan individual kelompok dan individual teknik office conference?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial bagi guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen semester I, tahun Pelajaran 2017/2018 melalui pembinaan kelompok dan individual teknik office conference.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Penilaian Otentik
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2009: 2). Penilaian adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2012: 201). Haryati (2009: 15) bahwa penilaian merupakan istilah yang mencakup semua metode yang bisa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Sedangkan otentik atau autentik, menurut Windi adalah “asli, sah, dapat dipercaya (Novia, 2009: 40). Pengertian penilaian otentik (Authentic Assessment) sendiri adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata†yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memcahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata (Arikunto, 2008: 23).
Ciri-ciri dan Karakteristik Penilaian Autentik
Dalam kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara komperehensif untuk menilai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran meliputi: ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan (Lampiran Permendikbud Nomor 66 tahun 2013). Penilaian otentik menilai kesiapan peserta didik serta proses dan hasil belajar secara utuh. Dalam penilaian otentik setiap pendidik mengetahui perkembangan siswa dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Setiap komponen yang ada di kelas termasuk antar siswa ikut terlibat dalam penilaian otentik ini. pada kurikulum sebelumnya penilaian menggunakan skala 0 hingga 100, sedangkan aspek afektif menggunakan huruf A, B, C, dan D. Penilaian otentik dilakukan dengan cara siswa diminta menampilkan sejumlah tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi pengetahhuan, ketrampilan dan sikap yang esensial.
Pembinaan Kelompok
Menurut Thoha (2011: 78) pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan (Hawi, 2013: 74). Menurut Moekijat (2009: 20) pembinaan yang menunjukkan pada setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan.
Pembinaan Individual
Kunjungan kelas juga dapat berarti kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar (Purwanto, 2010: 120). Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan keterampilan guru dalam mengajar. Dengan data dan informasi tersebut, diantara guru dengan supervisor akan terjadi perbincangan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru untuk kemudian mencari alternatif pemecahannya dengan baik, sehingga situasi belajar mengajar dapat ditingkatkan menjadi lebih baik (Sagala, 2010: 187).
Kerangka Pemikiran
Penilaian otentik dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara keseluruhan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 disebutkan “Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Pada kenyataannya, dalam menilai aspek sikap, khususnya guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Belum diterapkannya penilaian otentik oleh guru tersebut disebabkan belum adanya kesiapan dan kebiasaan guru untuk mengubah kebiasaan melakukan penilaian, dimana dalam penilaan kurikulum 2013, terdapat aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dinilai yang merupakan hal baru bagi guru. Sehingga saat dilakukan penilaian kinerja guru, khsusunya dalam melaksanakan penilaian sikap, kemampuan guru belum menunjukkan kinerja yang baik.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pembinaan secara kontinyu dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS), sehingga setelah dilakukan tindakan, dapat secara langsung diketahui perkembangannya. Adapun tindakan yang dilakukan adalah melalui pembinaan kelompok dan pembinaan individual teknik office conference.
Melalui pembinaan kelompok, guru diberikan pengetahuan secara teoretis, dan sekaligus dilakukan sharing agar pemahaman guru terhadap langkah dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sosial dapat bertambah, setelah guru mengikuti pembinaan, selanjutnya guru mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh yaitu melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial, dan hasilnya dinilai oleh peneliti. Berdasarkan hasil penilaian terebut dilanjutkan pembinaan berikutnya melalui pembinaan individual teknik office conference, yaitu suatu teknik pembinaan individual yang dilakukan di ruang guru, atau di ruang kepala sekolah. Melalui pembinaan kelompok dan individuak teknik office conference ini guru dapat memahami langkah penilaian otentik aspek sikap sosial dengan baik.
Hipotesis Tindakan
Melalui pembinan kelompok dan pembinaan individual teknik office conference dapat meningkatkan kemampuan guru dalam dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial bagi guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen hingga mencapai kategori baik.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Desain Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sragen, yang beralamat di Jalan Ronggowarsito Srageh. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap guru produktif sebagai sampel penelitian yang berjumlah 10 (sepuluh) guru. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018, dimulai bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2017, dengan pertimbangan bahwa semester 1 merupakan awal tahun ajaran baru, sehingga sangat tepat jika guru diberikan pembinaan khususnya terkait dengan pelaksanaan penilaian otentik, khususnya aspek sikap sosial, dengan harapan bahwa setelah dilakukan tindakan, guru mampu melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial dengan benar dan maksimal.
Subjek dan Obyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebagian guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen sebanyak 10 guru. Objek penelitian merupakan variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 56). Dalam penelitian ini yang menjadi titik perhatian (objek penelitian) adalah peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri.
Prosedur Penelitian
Berdasarkan perencanaan tersebut dilakukan pelaksanaan berupa pembinaan dengan teknik kelompok untuk memberikan pembekalan pengetahuan guru tentang langkah-langkah penilaian aspek sikap sosial, dan permasalahan terkait. Kegiatan dilanjutkan dengan implementasi penilaian otentik aspek sikap oleh guru yang dijadikan subjek penelitian, dan peneliti melakukan obervasi guna menilai secara langsung aktivitas guru dalam melakukan penilaian persiapan dan pelaksanaan otentik aspek sosial. Berdasarkan hasil penilaian tersebut, peneliti melakukan pembinaan individual teknik office conference, yaitu memanggil guru ke ruang kepala sekolah setelah dilakukan observasi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, dengan cara menilai komponen-komponen kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik. Pemberian skor pada tiap komponen ditentukan sebagai berikut: Skor 1 = Ya dilakukan dan Skor 0 = Tidak dilakukan.
Agar nilai yang diperoleh mudah dipahami, maka dibuat kategorisasi penilaian dengan ketentuan berdasarkan jumlah nilai seluruh indikator, dan dikelompokan dalam kategori kurang, cukup, dan baik. Dikarenakan jumlah komponen yang dinilai adalah 7 (tujuh), maka skor maksimal yang dapatdicapai oleh guru adalah 7 (tujuh). Atas pertimbangan tersebut, maka batasan skor kategori penilaian adalah sebagai berikut: Skor 1.0 – 2.3 kategori kurang, Skor 2.4 – 4.6 kategori cukup, Skor 4.7 – 7.0 kategori baik.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II, dan seterusnya, sehingga akan diperoleh gambaran kemajuan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik. Proses analisis dilakukan selama proses tindakan dan sesudah penelitian.Hasil penelitian ini, selain berbentuk narasi juga berbentuk angka dan bilangan. Jadi, dalam pengolahan data peneliti menggunakan analisis kuantitatif. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik dengan menggunakan pendekatan presentase yang dikemukakan oleh (Ade Rusliana, 2007: 6).
Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan. Hasil penelitian dikatakan berhasil apabila semua guru telah mencapai nilai dengan kategori baik, dengan nilai rata-rata yang menunjukkan kemampuan guru secara keseluruhan minimal 4,7 (≥ 4,7), dan prosentase penguasaan indikator yang menunjukkan kemampuan guru dalam menguasai aspek penilaian telah mencapai lebih dari >85% (baik).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus
Monitoring prasiklus ini dilakukan secara langsung terhadap aktivitas sebagian guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen yang berjumlah 10 Guru, dalam melaksanakan penilaian sikap sosial. Saat melakukan pengamatan peneliti ikut terlibat dalam proses pembelajaran, artinya peneliti berada di ruang kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran.
Hasil pengamatan tentang kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri dicatat pada lembar observasi seperti terlampir. Berdasarkan hasil supervisi tersebut selanjutnya pada tanggal 12 Agustus 2017, peneliti melakukan rekapitulasi data, menghitung skor rata-rata yang dicapai oleh setiap guru, dan prosentase capaian indikator, rekapitulasi data seperti terlampir. Berikut ringkasan hasil penilaian kemampuan guru dalam pelaksanaan penilaian otentik teknik penilaian diri pada kegiatan prasiklus dapat diketahui bahwa kemampuan guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri tergolong cukup dengan skor rata-rata sebesar 3,20 (cukup). Berdasarkan kategorisasi penilaian yang telah ditentukan dari sepuluh guru, terdapat dua guru dengan kategori kurang, delapan guru dengan kategori cukup.
Ketercapaian komponen/indikator penilaian yang terdiri dari 7 komponen, hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian yang diperoleh guru adalah 45,71%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru produktif di SMK Negeri 1 Sragen dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri belum maksimal. Hal ini terlihat dari capaian penilaian aspek yang rata-rata baru mencapai 45,71%.
Siklus I
Berdasasrkan hasil penilaian melalui pengamatan, hasilnya seperti terlampir. Selanjutnya berdasarkan hasil penilaian tersebut dibuat rekapitulasi, dihitung nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian kemampuan, hasilnya seperti terlampir. Ringkasan rekapitulasi hasil observasi dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik, secara keseluruhan hasilnya 4,40 (kategori baik).
Ringkasan hasil perhitungan prosentase ketercapaian masing-masing indikator hasil penilaian siklus I diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 62,86%, dengan prosentase tertinggi sebesar 80,00%, sedangkan prosentase terendah sebesar 40,0%. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 4,40 (kategori cukup), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 62,86%, dibanding dengan hasil penilaian prasiklus, walaupun nilai rata-rata telah melebihi indikator nilai rata-rata yang ditetapkan, namun prosentase penguasaan indikator belum mencapai 85%, artinya belum semua komponen penilaian otentik aspek sikap sosial dikuasi oleh guru dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan tindakan lanjutan (siklus II).
Siklus II
Setelah guru diberikan pembinaan kelompok, selanjutnya pada tanggal 11 sampai dengan 22 September 2017, guru diminta untuk melaksanakan pembelajaran dan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik penilaian diri. Observasi dilakukan saat proses pembelajaran, hingga pertemuan berakhir, dengan tujuan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sosial teknik penilaian diri. Jadwal observasi sesuai dengan yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil penilaian melalui pengamatan, hasilnya seperti terlampir. Rekapitulasi hasil penilaian seperti terlampir. Ringkasan rekapitulasi hasil observasi dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik, secara keseluruhan hasilnya 5,20 (kategori baik). Hasil perhitungan prosentase ketercapaian masing-masing indikator diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 74,29%, dengan prosentase tertinggi sebesar 80,00%, sedangkan prosentase terendah sebesar 60,00%.
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 5,20 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 74,29%, dibanding dengan hasil penilaian siklus I, menunjukkan adanya peningkatan. Namun, prosentase ketercapaian indikator belum mencapai 85%, sehingga masih perlu dilakukan tindakan selanjutnya.
Siklus III
Observasi siklus III dilaksanakan sesuai dengan jadwal yaitu mulai tanggal 16 Oktober sampai dengan tanggal 26 Oktober 2017. Seperti yang dilakukan pada siklus-siklus sebelumnya, observasi dilakukan saat proses pembelajaran, hingga pertemuan berakhir, dengan tujuan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik. Jadwal observasi sesuai dengan yang telah direncanakan. Berdasarkan hasil penilaian melalui pengamatan, hasilnya seperti terlampir. Rekapitulasi hasil penilaian dapat diketahui kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik, secara keseluruhan hasilnya 6,10 (kategori baik).
Hasil perhitungan prosentase ketercapaian masing-masing indikator diketahui skor rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebesar 87,14%, dengan prosentase tertinggi sebesar 90,00%, sedangkan prosentase terendah sebesar 80,00%. Berdasarkan hasil penilaian kemampuan guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 6,10 (kategori baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 87,14%, dibanding dengan hasil penilaian siklus I, menunjukkan adanya peningkatan dibanding dengan indikator keberhasilan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu dengan nilai rata-rata melebihi 4,7 dengan prosentase ketercapaian indikator lebih dari 85%. Untuk itu tindakan tidak perlu dilanjutkan.
PEMBAHASAN
1. Perbandingan Nilai Rata-Rata Prasiklus dengan Siklus I
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial teknik Penilaian diri prasiklus dengan siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 1,2. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan pembinaan individual dan pembinaan kelompok. Melalui tindakan tersebut, pengetahuan guru terhadap deskriptor yang harus dilaksanakan pada setiap komponen/indikator kemampuan bertambah. Sehingga dalam melaksanakan penilaian otentik guru mengikuti langkah-langkah yang tepat.
2. Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Siklus I dengan Siklus II
Perbandingan nilai kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial Teknik Penilaian Diri siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,8. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan pembinaan individual dan pembinan kelompok untuk membahas hasil penilaian siklus I beserta penyampaian kelemahan guru dalam melaksanakan penilaian otentik.
3. Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Siklus II dengan Siklus III
Perbandingan nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial Teknik Penilaian Diri siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 0,9. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan pembinaan individual dan pembinaan kelompok.
4. Perbandingan Hasil Nilai Rata-Rata Prasiklus dengan Siklus III
Perbandingan nilai rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik Teknik Penilaian Diri prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 2,9. Peningkatan terjadi pada semua guru. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tindakan pembinaan individual dan pembinaan kelompok.
5. Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Prasiklus dengan Siklus I
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial dimaksudkan untuk melihat peningkatan pemahaman guru terhadap tiap-tiap indikator, semakin tinggi prosentase yang dicapai pada setiap indikator, menunjukkan bahwa guru semakin banyak melaksanakan langkah penilaian otentik yang seharusnya dilakukan. Perbandingan prosentase ketercapaian indikator prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 17,14%.
6. Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator siklus I dengan Siklus II
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,43%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator.
7. Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Siklus II dengan Siklus III
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap sosial siklus II dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik teknik penilaian diri dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 12,86%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator.
8. Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator Prasiklus dengan Siklus III
Perbandingan prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik prasiklus dengan siklus III, menunjukkan bahwa prosentase penguasaan indikator kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik teknik penilaian diri dari prasiklus ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 41,43%. Peningkatan terjadi pada seluruh indikator. Berdasarkan perbandingan yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar grafik tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa melalui pembinaan individual dan pembinaan kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik. Peningkatan terjadi pada seluruh komponen penilaian.
PENUTUP
Kesimpulan
Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 3,2 menjadi 4,4 (meningkat sebesar 1,2). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dari 4,4 menjadi 5,2 (meningkat sebesar 0,8). Nilai rata-rata dari siklus II ke siklus III dari 5,2 menjadi 6,1 (meningkat sebesar 0,9). secara keseluruhan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus III dari 3,2 menjadi 6,1 (meningkat sebesar 2,9). Dari sisi penguasaan langkah-langkah pelaksanaan penilaian otentik aspek sikap dengan teknik penilaian diri, yang dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator terjadi peningkatan dari prasiklus sebesar 45,71% pada siklus I meningkat menjadi 62,86% (meningkat sebesar 17,14%). Dari siklus I sebesar 62,86% meningkat pada siklus II menjadi 74,29% (meningkat sebesar 11,43%). Dari siklus II sebesar 74,29% meningkat pada siklus III menjadi 87,14% (meningkat sebesar 12,86%). Secara keseluruhan prosentase ketercapaian indikator dari prsiklus ke siklus III, meningkat dari 45,71% menjadi 87,14% (meningkat sebesar 41,43%). Hal ini membuktikan bahwa tindakan perbaikan berupa pembinaan kelompok dan individual teknik office conference sebagai bentuk pendampingan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian otentik aspek sikap dengan teknik penilaian diri.
Saran
Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen
Sebaiknya dalam melaksanakan pembinaan profesionalisme guru, pemerintah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen dilakukan melalui pembinaan kelompok dan diteruskan dengan pembinaan individu.
Bagi Kepala Sekolah Lain
Sebaiknya pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dilakukan dengan mempertimbangkan kekurangan guru berdasarkan penilaian yang obyektif melalui pengamatan langsung.
Bagi Guru di SMK Negeri 1 Sragen
Sebaiknya guru selalu belajar untuk melaksanakan tugas pokoknya dengan cara mengikuti perkembangan kurikulum dan pengembangannya, termasuk penilaian dalam kurikulum 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Rusliana. 2007. Konsep Dasar Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta. Bumi Aksara
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Haryati, Mimin. 2009. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Hawi, A. 2013. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Moekijat, 2009, Tata Laksana Kantor, Bandung: MandarMaju
Mulyasa, 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya
Purwanto, Ngalim, 2010, Atministrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sagala Syaiful, 2010, Supervivi pembelajaran dalam profesi pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta.