Peningkatan Kemampuan Melalui Program Supervisi Klinis
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENERAPKAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MELALUI PROGRAM SUPERVISI KLINIS BAGI GURU
SD NEGERI 4 MANGUNREJO KECAMATAN PULOKULON
KABUPATEN GROBOGAN PADA SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Sudarto
Kepala Sekolah SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Program Supervisi Klinis bagi Guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Ajaran 2016/2017â€. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan pembelajaran kooperatif secara optimal melalui supervisi klinis bagi guru kelas sehingga mampu meningkatkan prestasi atau hasil pembelajaran. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada Semester I Tahun Ajaran 2016/ 2017. Subyek dalam penelitian ini adalah 6 orang guru. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan sekolah yang berlangsung selama 2 siklus. Indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah kemampuan melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan skor minimal 76 dari skor maksimal 100 atau kategori tinggi. Hasil dari kegiatan penelitian menunjukkan bahwa mutu proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas SD Negeri 4 Mangunrejo dari kondisi awal sebelum siklus 1 ke kondisi akhir siklus 2 terdapat peningkatan dari skor 2,71 menjadi 3,33 pada siklus 1, dan 4,01 pada siklus 2. Total kenaikan sebesar 1,93. Kenaikan skor mutu pembelajaran merupakan hasil dari proses pembimbingan secara individu peneliti. Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif bagi guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017, telah terbukti benar
Kata kunci: Supervisi Klinis, Pembelajaran Kooperatif
PENDAHULUAN
Salah satu ukuran kualitas pendidikan di sekolah adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif, efisien, dan profesional. Guru yang profesional akan melaksanakan tugasnya dengan baik, memiliki perencanaan yang baik, dan juga melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003, Bab XI Pasal 39 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi
Pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang mampu menggali kemampuan siswa dalam eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, sehingga siswa betul-betul memahami materi yang telah dipelajari. Demikian pula dalam mengakhiri pembelajaran, seorang guru harus menanamkan sebuah kesan bagi siswa sehingga materi itu betul-betul dikuasai dan dimengerti oleh siswa, guru membuat umpan balik sesuai materi yang dipelajari secara proporsional, serta menyimpulkan materi pembelajaran bersama siswa.
Usia siswa di kelas tinggi umumnya berkisar 10-12 tahun, yang menurut Piaget masuk dalam tahap operasional konkrit. Salah satu cirinya adalah anak mulai menyukai hal-hal yang bersifat konkrit, dan sifat egosentrisnya sudah mulai berkurang, sehingga anak lebih mudah dalam bekerja sama. Salah satu pendekatan belajar yang dapat digunakan dan sesuai dengan karakteristik anak usia kelas tinggi adalah dengan model pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pengamatan kepala sekolah di SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan guru belum melaksanakan tugasnya secara optimal dalam pembelajaran seperti yang diharapkan. Pembelajaran yang dilaksanakan hanya dengan berceramah dan latihan, belum mempersiapkan sarana prasarana pembelajaran yang sesuai, belum mampu membuka pelajaran dengan baik, tidak membangun motivasi siswa dengan baik, tidak menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas, dan belum melaksanakan pembelajaran sesuai langkah model pembelajaran kooperatif.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah â€Apakah melalui program supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif bagi guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini bertujuan untuk mengetahui serta menjelaskan peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif setelah dilakukan kegiatan supervisi klinis bagi guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017;
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan sekolah (PTS) ini bagi siswa adalah untuk membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya melalui proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan; menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna; meningkatkan motivasi belajar siswa, sementara bagi Guru adalah untuk membantu guru dalam memperbaiki praktik pembelajarannya; meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik profesional; meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dengan perbaikan kualitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui kegiatan supervisi berbasis klinis; meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan di sekolah.
KAJIAN TEORI
Kompetensi Guru
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminto (1999: 405), pengertian kompetensi adalah kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan menurut E. Mulyasa (2004: 37-38), kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Saifuddin (2004) mendefinisikan seorang yang berkompeten adalah seorang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Djamarah, 2005:31). Menurut Zamroni (2001: 60), guru adalah orang yang memegang peran penting dalam merancang strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Pembelajaran Kooperatif
Wahyuni (2001: 8) menyatakan, pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Kemudian Setyaningsih (2001) menyebutkan metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerja sama dalam proses pembelajaran.
Menurut Arends dalam Karuru (2001), ada enam tahapan dalam melaksankaan pembelajaran kooperatif. Tahapan dimaksud adalah sebagai berikut.
Tahap 1 : Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Tahap 2 : Guru menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Tahap 3 : Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Tahap 4 : Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5 : Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 : Guru mencari cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok
Supervisi Klinis
Menurut Good Carter (1959) yang dikutip oleh Piet A. Sahertian (2000:17) menyatakan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Mark Stoops dan King Stoops yang dikutip oleh Nurtain (1989:13) menyatakan bahwa supervisi adalah perbuatan dan percobaan yang ditujukan untuk memperbaiki pelajaran dan program yang bersifat pengajaran. Perkembangan selanjutnya para ahli menerapkan supervisi klinis.
Klinis berasal dari kata clinic yang berarti “balai pengobatan atau suatu tempat untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang ditangani oleh tenaga yang profesional. Dengan demikian supervisi klinis diartikan sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan pengertian diatas Purwanto (2010:90) yang mengatakan bahwa supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran yang prosedur pelaksanaannya untuk mencari sebab atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan secara langsung diusahakan cara memperbaiki kelemahan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan supervisi klinis adalah bantuan profesioanl yang diberikan kepada ‘guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap pengamatan dan tahap analisis dan tindak lanjut.
Kerangka Berfikir
Pelaksanaan pembelajaran yang kurang optimal menyebabkan hasil belajar siswa juga tidak optimal. Sudah tidak tepat lagi, jika guru di kelas tinggi lebih banyak bercerita, sementara siswa hanya mendengarkan saja. Usia siswa di kelas tinggi umumnya berkisar 10-12 tahun, yang termasuk dalam tahap operasional konkrit, yaitu mulai menyukai hal-hal yang bersifat konkrit, dan sifat egosentrisnya sudah mulai berkurang, sehingga anak lebih mudah dalam bekerja sama, maka akan lebih baik jika pendekatan belajar yang digunakan guru disesuaikan dengan karakteristik anak yaitu model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hal ini maka peneliti selaku kepala sekolah berpikir, khususnya guru di kelas tinggi termasuk guru mata pelajaran yang mengajar di kelas tinggi seharusnya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif dengan baik, supaya siswa termotivasi dan membawa perbaikan pada hasil belajarnya. Maka melalui program supervisi dengan pendekatan klinis ini, diyakini akan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas tinggi.
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: “Melalui program supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif bagi guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017â€.
METODE PENELITIAN TINDAKAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat melakukan penelitian adalah di Sekolah Dasar Negeri 4 Mangunrejo, UPTD Pendidikan Pulokulon, Kabupaten Grobogan. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru kelas SD Negeri 4 Mangunrejo UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan sebanyak 6 orang guru kelas , yang berdasarkan hasil supervisi rutin, guru-guru tersebut belum memiliki kemampuan yang optimal dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif.
Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah berupa supervisi klinis yang akan dilakukan secara bertahap yaitu pada siklus 1 menggunakan supervisi klinis secara kelompok dan pada siklus 2 dilakukan secara individual yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi pada setiap siklusnya.
Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data awal adalah melalui hasil supervisi seraca rutin dari peneliti, sedangkan data akhir diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan pengisian lembar instrumen.
Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif bagi guru yang mengajar di kelas tinggi, termasuk guru mata pelajaran.
Untuk mendeskrepsikan kemampuan guru, hasil pengamatan setelah dilakukan penjumlahan dan dicari nilai rata-ratanya, dilakukan analisis untuk memperoleh persentase kemampuan guru. Kemampuan guru yang ditunjukkan dalam nilai persentase dibagi menjadi 5 bagian yang sama, kemudian dideskrepsikan menurut penilaian dalam instrumen supervisi dalam rentang nilai 1 sampai 5.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Awal
Sebelum dilakukan penelitian tindakan sekolah, kepala sekolah selaku peneliti memulai dengan sosialisasi rencana kegiatan dengan menyampaikan kepada seluruh guru pada pertemuan guru setelah upacara. Sasaran program supervisi adalah guru kelas, guru mata pelajaran PAI, dan guru PJOK yang berjumlah 6 orang guru. Kepala sekolah melakukan pengamatan awal untuk mendapatkan data awal/ prasiklus sebelum melakukan tindakan dengan cara mengadakan kunjungan kelas untuk melakukan pengamatan guru saat mengajar.
Hasil rekapitulasi data skor rata-rata observasi kemampuan guru dalam menerapkan Pembelajaran Kooperatif pada kondisi awal/ Prasiklus menunjukkan bahwa kemampuan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas belum optimal, hal ini ditunjukkan dari hasil penilaian pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas baru mencapai nilai persentase 54,12% atau dalam skala 6 guru yang mengajar kelas di SD Negeri 4 Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan ini baru mencapai angka 2,7.
Oleh karena itu sebagai solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru, kepala sekolah akan melakukan tindakan dengan program supervisi klinis terhadap 6 orang guru yang mengajar di kelas SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
Siklus I
Pelaksanaan supervisi klinis dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas SDN 4 Mangunrejo UPTD Pendidikan Kecamatan Pulokulon sesudah selesai mengajar pukul 12.00 sampai pukul 14.00. Supervisi klinis dalam hal ini adalah melakukan pembinaan atau pembimbingan secara bersama – sama atau kelompok antara peneliti dan semua guru sebanyak 6 orang. Pada pertemuan ini kepala sekolah meminta guru yang akan observasi untuk mengajar yang ideal dengan mengidentifikasi kesenjangan permasalahan pembelajaran serta memberikan kesempatan pada guru yang bersangkutan untuk menemukan solusi dalam menyelesaiakan kesenjangan tersebut dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Pengamatan yang dilakukan ada 2 macam, yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap guru dalam melakukan proses pembelajaran dan pengamatan teman sejawat terhadap peneliti dalam melakukan tindakan pembimbingan.
Hasil rekapitulasi data skor rata-rata observasi kemampuan guru dalam menerapkan Pembelajaran Kooperatif pada Siklus I menunjukkan bahwa kemampuan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas sudah tinggi, hal ini ditunjukkan dari hasil penilaian pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas baru mencapai nilai persentase 66,67% atau dalam skala 6 guru yang mengajar kelas di SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan ini baru mencapai angka 3,3.
Secara umum penilaian guru kelas telah 100% mendapat nilai baik. Meskipun telah memenuhi indikator keberhasilan, namun dalam pengamatan pelaksanaan pembelajaran masih terdapat komponen yang masih perlu ditingkatkan.
Siklus II
Setelah melakukan refleksi antara peneliti dengan kolaborator, maka peneliti merencanakan tindakan pada siklus ke 2. Peneliti melakukan koordinasi dengan Guru SD Negeri 4 Mangunrejo untuk menentukan tindakan pembimbingan pada siklus 2. Disepakati akan dilakukan pembimbingan secara individu kepada setiap guru sesuai dengan masalah yang dihadapi. Peneliti menyiapkan materi dan instrumen observasi pembimbingan dan observasi pembelajaran.
Kepala sekolah mengamati jalannya pembelajaran dan mengadakan penilaian mulai dari pembukaan, inti pelajaran sampai penutup sesuai dengan kriteria yang ada pada instrumen. Setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, guru bersama kepala sekolah mengadakan diskusi tentang hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan, serta mencari solusi terbaik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan untuk menyempurnakan pembelajaran berikutnya (pembinaan post observasi).
Hasil rekapitulasi data skor rata-rata observasi kemampuan guru dalam menerapkan Pembelajaran Kooperatif pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas sudah tinggi, hal ini ditunjukkan dari hasil penilaian pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas mencapai nilai persentase 80,20% atau dalam skala 6 guru yang mengajar kelas di SD Negeri 4 Mangunrejo, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten Grobogan ini mencapai angka 4,01.
PEMBAHASAN HASIL TINDAKAN
Kegiatan pembinaan guru oleh kepala sekolah merupakan bantuan guru untuk memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang dilakukan guru dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Melalui diskusi dalam pembinaan ini menjadikan guru yang memiliki permasalahan dalam pembelajarannya dapat diperoleh solusi dan meningkatkan kualitas pembelajarannya di kelas. Bantuan bimbingan ini diberikan dengan siklus yang sistematis meliputi perencanaan, observasi yang mendalam atas pelaksanaan dan analisis hasil serta pemecahan masalah yang segera dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung, sehingga masih ada kesan dan masih dalam ingatan apa-apa kekurangan yang telah dilakukan tidak akan terulang lagi pada pembelajaran berikutnya.
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada kondisi awal (observasi sebelum kepala sekolah memberikan pembinaan), hasil tindakan di siklus I, dan hasil tindakan siklus II. Pembahasan hasil penelitian tersebut terdiri dari pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran prasiklus, siklus I dan II mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor prasiklus sebesar 2,71 mengalami peningkatan sebesar 0,63 menjadi 3,33 pada siklus I, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,30 skor rata-rata menjadi 4,01. Peningkatan persentase dari prasiklus sebesar 54,12% mengalami peningkatan sebesar 12,55% pada siklus I menjadi 66,67%. Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,53% menjadi 80,20%. Sesuai pembahasan ini terbukti ada peningkatan hasil dari pengamatan pelaksanaan pembelajaran dari prasiklus ke siklus I maupun siklus II. Dan capaian kriteria nilai sangat tinggi yang disyaratkan sebesar 80% dicapai guru kelas yang disupervisi telah berhasil dengan pencapaian hingga 80,20% sampai siklus II.
Hasil Tindakan
Dengan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan pembimbingan secara individu peneliti berhasil meningkatkan mutu proses pembelajaran. Bukti keberhasilan tersebut adalah bahwa mutu proses pembelajaran yang dilakukan guru kelas SD Negeri 4 Mangunrejo dari kondisi awal sebelum siklus 1 ke kondisi akhir siklus 2 terdapat peningkatan dari skor 2,71 menjadi 3,33 pada siklus 1, dan 4,01 pada siklus 2. Total kenaikan sebesar 1,93. Kenaikan skor mutu pembelajaran merupakan hasil dari proses pembimbingan secara individu peneliti.
Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif bagi guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017, telah terbukti benar. Dan sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah kinerja guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran akan lebih efektif dan berkualitas bila sering dilakukan pembinaan dan supervisi oleh kepala sekolah.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan sekolah ini yang berbunyi â€Peningkatan Kemampuan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Program Supervisi Klinis bagi Guru SD Negeri 4 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Ajaran 2016/2017†terbukti benar.
Keberhasilan tindakan dibuktikan dengan nampaknya indikator keberhasilan pembimbingan secara individu dilakukan secara intensif, guru melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan bimbingan kepala sekolah, Kepala sekolah banyak memberi contoh pembelajaran yang baik, frekuensi pembimbingan dilakukan lebih sering, karena dilakukan sendiri oleh Kepala sekolah.
Saran
Guru hendaknya sering berkonsultasi kepada kepala sekolah selaku supervisor di sekolah, teman sejawat dan guru senior agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihannya masing-masing, sehingga mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahan pembelajaran. Kepala Sekolah perlu melakukan supervisi klinis agar dapat memberikan bimbingan kepada guru-guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Peneliti sendiri, penelitian ini dapat diteliti dengan kajian yang lebih luas secara mendalam dengan mengkaji pengaruh berbagai faktor terhadap kualitas pembelajaran guru sehingga hasilnya akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen PMPTK, ( 2010 ). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kemendiknas.
Dirjen PMPTK, ( 2010 ). Supervisi Akademik, Jakarta: Kemendiknas.
Durori, ( 2002 ). Model Belajar Mandiri. Jakarta: Mitra Mas
Moh. User Usman, ( 1995 ). Menjadi guru professional. Jakarta:
____________, ( 2007 ). Permendiknas No 41/ 2007 . Jakarta: Kemendiknas
Purwodarminto, WJS. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
Saifudin, ( 2007 ). Metode Penelitian , Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suharsimi Arikunto, ( 2004 ). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineksa Cipta