Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Metode Struktur Analitik Sintetik
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
MELALUI METODE SAS (STRUKTUR ANALITIK SINTETIK)
BAGI PESERTA DIDIK DI KELAS I SD NEGERI BEDONO 1
KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017
CH. Sulistiyani
SD Negeri Bedono 1UPTD Dikpora Kecamatan Sayung
Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah
ABSTRAK
Latar belakang masalah adalah rendahnya kemampuan membaca peserta didik. Hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 pada membaca permulaan masih ada 10 dari 14 peserta didik belum mencapai KKM 70. Kemampuan membaca peserta didik masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang inovatif, yaitu Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik).Rumusan masalah: 1) Bagaimanakah penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017?; 2) Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca Bahaasa Indonesia dengan Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017? Pembelajaran dilakukan dua siklus. Subjek penelitian peserta didik kelas I SD Negeri Bedono 1 tahun pelajaran 2016/2017. Pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pengamatan, dan refleksi. Hasil pembelajaran: proses pembelajaran Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik hal ini dapat dilihat dari keantusiasan peserta didik dalam membaca dengan kartu huruf, kartu kata, dan kartu kalimat. Hasil pembelajaran membaca juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata kondisi awal adalah 58,71, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 72,21. Sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 84,42. Kesimpulan: 1) Penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Materi membaca bagi Peserta didik kelas I Di SD Negeri Bedono 1 Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik, hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) diantaranya Guru meminta Peserta didik untuk memilih kartu gambar, lalu Peserta didik akan menceritakan gambar tersebut dan guru mengaitkan dengan kegiatan Peserta didik. Guru menampilkan katu kalimat dan mengaitkan dengan ka. Peserta didik membaca kartu kata dan kalimat di hadapan guru secara bergantian.; 2) Peningkatan kemampuan membaca permulaan Bahasa Indonesia Melalui Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) Pada Materi membaca Bagi Peserta didik Kelas I di SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik, terbukti dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu 70. Kemampuan membaca kondisi awal ada 4 peserta didik dari 14 peserta didik atau 28,57%. Pada pembelajaran siklus I terjadi peningkatan peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas menjadi 9 peserta didik atau 64,28% dan pada pembelajaran siklus II yang mendapat nilai 70 ke atas menjadi 13 peserta didik atau 92,85%. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata sebelum siklus adalah 58,71, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 72,21. Sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 84,42.
Kata kunci: Peningkatan kemampuan membaca permulaan Bahasa Indonesia, Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kemampuan membaca permulaan harus dikuasai oleh peserta didik terutama pada kelas dasar karena hal ini mempengaruhi pada kelas atau tingkat selanjutnya. Ketercapaian peserta didik pada bidang akademik khususnya yang melibatkan proses membaca sangatlah penting, hal ini dikarenakan membaca memiliki peranan penting dalam aktivitas akademik. Permasalahan membaca permulaan yang dialami oleh peserta didik disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah peserta didik mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan pada berbagai buku pelajaran, buku penunjang dan sumber-sumber belajar yang tertulis lainnya.Hal ini akan mengakibatkan ketertinggalan peserta didik dalam mencapai prestasinya. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik berkesulitan belajar.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik berkesulitan belajar membaca di kelas dasar diberikan agar peserta didik mampu membaca dan menulis dengan baik. Untuk dapat membaca permulaan seorang peserta didik di tuntut agar mampu membedakan huruf, mengucapkan bunyi huruf dan kata dengan benar, menggerakkan mata dengan cepat dari kiri ke kanan sesuai urutan tulisan yang dibaca, menyuarakan tulisan yang sedang dibaca dengan benar, mengenal arti tanda baca, dan mengatur tinggi rendah Kelancaran sesuai bunyi dan kata yang diucapkan (I G. A. K. Wardani, 1995: 57).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri Bedono 1, peneliti menemukan indikasi adanya berbagai masalah. Masalah tersebut antara lain berkenaan dengan kemampuan membaca pada peserta didik kelas I dasar. Permasalahan membaca umumnya terjadi pada area membaca pemahaman, selain itu ditemukan juga permasalahan membaca permulaan yaitu membaca dengan mengeja kata yang berkonsonan rangkap. Berdasarkan kedua permasalahan membaca tersebut maka peneliti fokus pada permasalahan membaca permulaan, hal ini dikarenakan permasalahan tersebut lebih urgent atau lebih mendesak dibandingkan dengan permasalahan membaca pada tingkat lanjut.
Permasalahan akademik yang dialami oleh peserta didik berdasarkan observasi dan wawancara guru yaitu saat membaca sebuah teks, peserta didik mengeja semua huruf, saat mengerjakan tugas yang terkait dengan membaca membutuhkan waktu yang lama, mengalami kesulitan saat menyatukan huruf yang dieja jika berpola konsonan rangkap, dan ketika peserta didik menuliskan kata atau kalimat yang didikte oleh guru banyak menghilangkan huruf atau mengganti huruf. Permasalahan membaca tersebut mempengaruhi pada prestasi akademik dan masalah psikologis peserta didik. Masalah psikologis yang muncul akibat minimnya kemampuan membaca permulaan yaitu saat mengarjakan tugasyang berkaitan dengan membaca peserta didik mengganggu temannya dengan mengajak ngobrol, ribut saat teman-temannya sedang mengerjakan tugas sehingga mengganggu pembelajaran, tidak menyelesaikan tugas, menolak saat diminta mengerjakan tugas yang sangat panjang terutama tugas yang terdapat banyak bacaan, kesulitan saat menerima instruksi yang sangat panjang, kurang teliti dan terburu-buru saat mengerjakan tugas.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan peneliti melihat metode yang digunakan oleh guru ketika proses pembelajaran membaca kurang sesuai, guru menerapkan metode yang sama seperti teman-temannya. Metode yang digunakan yaitu membaca dan memahami bacaan, dikarenakan kemampuan peserta didik pada tahap membaca permulaan dan peneliti rasa metode tersebut belum sesuai dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik berkesulitan membaca permulaan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 6) menyatakan sebuah kelas memiliki kelompok peserta didik yang mempunyai berbagai perilaku yang berbeda, tingkat kecerdasan yang beragam, daya serap yang berbeda, dan sebagainya selalu ada variasinya. Oleh sebab itu diperlukan metode yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik berkesulitan belajar membaca. Metode yang digunakan hendaknya sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang sebagai satuan bahasa terkecil yang digunakan untuk berkomunikasi adalah kalimat.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan bagi peserta didik berkesulitan membaca adalah dengan penerapan metode SAS (Struktur Analisik Sintetik). Metode ini dianggap cocok untuk pembelajaran membaca permulaan karena manganut prinsip ilmu bahasa umum dan berdasarkan pengalaman bahasa peserta didik.Teknik pelaksanaan pada metode tersebut yakniketerampilan memilih kartu huruf, kartu kata, dan kartu kata yang disusun menjadi kalimat (R.I.Suhartin 2010: 94). Dalam hal ini akan melibatkan kemampuan visual dan persepsi peserta didik, sehingga kemampuan membaca permulaan peserta didik nantinya akan meningkat.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Suprapta (2012) mengenai metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) yang diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik kelas I SD Negeri Bedono 1. Pada penelitian tersebut menggunakan media yang bervariasi yakni media kartu bergambar yang menarik minat peserta didik, media kartu huruf, media kartu kata, dan media kartu kalimat. Penggunaan media yang bervariasi tersebut sangat berpengaruh besar dalam pelaksanaan metode SAS. Selain itu, penggunaan media pendukung tersebut dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik kelas I SD Negeri Bedono 1 pada siklus ke II. Hal inilah yang menunjukkan bahwa metode SAS dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan mengadakan penelitian mengenai pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD Negeri Bedono 1 dengan fokus penelitian “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.â€
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Dengan demikian rumusan masalahnya sebagai berikut: 1)Bagaimanakah penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dalam meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017? 2)Bagaimanakah Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut.1)Untuk mengetahui penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dalam meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.2)Untuk mengetahui penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dalam meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi guru sebagai cara untuk meningkatkan Kemampuan membaca peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Memperbaiki pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru karena sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan.Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
Manfaat bagi peserta didik hasil penelitian ini dapat membantu dalam membaca permulaan serta menimbulkan motivasi peserta didik berkesulitan membaca untuk membaca.Merupakan alternatif untuk menumbuhkan Kemampuan membaca peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dalam pembelajaran yang kondusif.Memperbaiki hasil pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar peserta didik, sehingga lebih dapat meningkatkan kemampuan peserta didik. Manfaat bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan citra sekolah di masyarakat, sehingga masyarakat simpati sebagai lembaga pendidikan yang dipercaya untuk meningkatkan pendidikan di lingkungannya. Sekolah yang gurunya sudah mampu membuat inovasi/ perubahan maka pembelajaran pembelajarannya memberi kesempatan yang besar bagi guru dan sekolah untuk berkembang.
|
LANDASAN TEORETIS
Tinjauan Peserta didik Berkesulitan Belajar
Peserta didik berkesulitan belajar spesifik merupakan peserta didik yang memiliki prestasi akademik dibawah teman-temannya, hal ini dikarenakan perbedaan potensi dengan kemampuan yang mencolok. Menurut ICLD (Interagency Committee on Learning Disabilities) dalam Janet W. Lerner, dkk (2006: 9) Learning Disabilities is the child can have difficulties in listening, speaking, reading, writing, reasoning, mathematic, or social sklills. Menurut ICLD peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu peserta didik yang mengalami kesulitan pada salah satu bidang area membaca, menulis, mengungkapkan pendapat, Bahasa Indonesia, atau kemampuan sosial. Menurut Janet W. Lerner and Frank Kline (2006: 7) Learning disabilitiy is the indivudual has a disorder in one or more of the basic psychological processes. (these proses refer to mental abilities, such as memory, auditory perception, visual perception, oral language, dan thinking). Menurut Janet W. Lerner,dkk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu peserta didik yang mengalami satu atau lebih hambatan dalam proses psikologikal dasar, proses tersebut berhubungan dengan kemampuan berfikir seperti ingatan, persepsi auditori, persepsi visual, dan bahasa. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu peserta didik yang mengalami hambatan pada satu atau lebih bidang area yaitu membaca, menulis, Bahasa Indonesia, atau saat mengemukakan pendapatnya.
Menurut Balitbang Dikbud dalam Munawir Yusuf (2005: 59) peserta didik berkesulitan spesifik dapat didefinisikan sebagai berikut:Peserta didik yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya fungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan peserta didik tersebut beresiko tinggi tinggal kelas.
Memperhatihan pengertian diatas, pada umumnya peserta didik berkesulitan belajar spesifik mengalami kesulitan pada salah satu bidang area membaca, menulis, Bahasa Indonesia, persepsi auditori, persepsi visual, maupun bahasa. Kesulitan ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran peserta didik sehingga peserta didik beresiko dalam akademik.
Jadi peserta didik berkesulitan belajar merupakan peserta didik yang mengalami kesulitan pada bidang atau area tertentu seperti Bahasa Indonesia atau bahasa (membaca dan menulis), maupun pada area persepsi dikarenakan fungsi neurologis yang mempengaruhi proses belajar peserta didik.
Tujuan membaca permulaan
Didunia yang penuh dengan berbagai informasi ini kemampuan membaca amatlah dibutuhkan sebagai kemampuan dasar. Menurut Ngalim Purwanto dalam Erni Dwi Haryanti (2010: 17) pengajaran membaca permulaan mengutamakan pada memberi kecakapan pada peserta didik untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadikan rangkian-rangkaian bunyi bermakna dan melancarkan teknik-teknik membaca pada peserta didik. Berdasarkan pendapat tersebut tujuan membaca yakni memberikan kecakapan kepada peserta didik untuk menggabungkan dan menerjemahakan bunyi maupun makna dari rangkaian huruf. Sedangkan menurut Herusantosa dalam Saleh Abbas (2006: 103), tujuan membaca permulaan yakni: 1)Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca; 2)Memahami dan menyuarakan kalimat sederhana; 3) Membaca kata maupun kalimat sederhana dengan waktu yang relatif singkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa tujuan membaca permulaan yaitu memberikan kecakapan dalam menerjemahkan bunyi huruf menjadi sebuah kata yang bermakna, membina mekanisme dasar membaca, dan membaca kata atau kalimat dengan waktu yang relatif singkat.
Setiap peserta didik memiliki tingkat pemahaman terhadap sebuah proses pembelajaran membaca yang berbeda-beda dan unik. Terdapat beberapa proses atau tahapan dalam membaca permulaan, yaitu mengidentifikasi huruf (lambang bunyi dengan bunyinya), mengidentifikasi struktur kata dengan struktur bunyi, dan struktur kata dengan struktur kata (Saleh Abbas, 2006: 103-104). Sedangkan menurut Farida Rahim (2008: 99-107) terdapat beberapa kegiatan dalam membaca, yaitu: kegiatan prabaca, kegiatan saat membaca dan kegiatan pascabaca.
Kegiatan pascabaca bertujuan untuk membantu peserta didik memadukan informasi yang diperolehnya dari proses kegiatan membaca dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Kegiatan tersebut dapat berupa menceritakan kembali yang telah dibacanya, menuliskan kembali yang telah dibacanya dengan kalimat yang sederhana.Membaca merupakan suatu kegiatan yang kompleks, dikarenakan kegitan membaca melibatkan kagiatan fisik dan mental.
Kerangka Berpikir
Peserta didik berkesulitan belajar membaca permulaan merupakan peserta didik yang memiliki masalah pada area membaca permulaan, sehingga membutuhkan pendekatan khusus dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran membaca. Permasalahan membaca yang dialami oleh peserta didik kelas 1 SD Negeri Bedono 1 ini menyebabkan prestasi belajar menurun, hal ini ditandai dengan nilai pada setiap matapelajaran terutama pelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membaca dibawah KKM yang telah ditentukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni 70.
Penelitian dilaksanakan kerana adanya permasalahan pada membaca permulaan pada peserta didik berkesulitan membaca kelas I dasar di SD Negeri Bedono 1. Berdasarkan pengamatan peserta didik masih mengeja setiap kata yang dibacanya dan mengalami kesulitan saat menyatukan kata menjadi sebuah kalimat. Hal tersebut berlawanan dengan kompetensi dasar yang harus tercapai pada aspek membaca untuk kelas I yakni membaca lancar, menyimak bacaan, dan memahami bacaan. Hal ini cukup terlihat adanya kesenjangan antara permasalahan membaca pada peserta didik berkesulitan membaca permulaan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
Salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik berkesulitan membaca permulaan yakni dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru yaitu metode Struktur Analitik Sintetik (SAS). Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS) merupakan suatu cara untuk mengajarkan membaca permulaan pada peserta didik berkesulitan belajar membaca dengan menampilkan suatu kalimat utuh kemudian diuraikan menjadi kata hingga menjadi huruf- huruf dan kemudian digabungkan kembali menjadi kalimat utuh.
Pelaksanaannya metode SAS ini didukung oleh media yang akan mempermudah peserta didik dalam proses analitik dan sintetik bacaan saat pembelajaran berlangsung. Adapun media yang digunakan yakni kartu gambar, kartu kalimat, kartu kata, kartu suku kata, dan kartu huruf. Media tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat peserta didik menyerap materi bacaan. Metode SAS ini dapat mengembangkan pengamatan dan pemahaman peserta didik terkait perbedaan huruf dengan kata, dan kata dengan kalimat. Selain itu dalam metode ini peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berfikir analisis terhadap suatu bacaan. Pengajaran membaca permulaan bagi peserta didik berkesulitan belajar membaca permulaan dengan menggunakan metode SAS sebagai alternatif pengajaran di SD Negeri Bedono 1.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan peneliti ini dirumuskan sebagai berikut: “Diduga penggunaan Metode Pembelajaran SAS (Struktur Analitik Sintetik) dapat meningkatkan kemampuan Membaca Permulaan Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan berkolaborasi dengan guru kelas atau observer SD Negeri Bedono 1. Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik berkesulitan belajar membaca, dengan menggunakan metode SAS (Struktur Analisik Sintetik) sebagai tindakannya. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik berkesulitan belajar membaca dengan memperbaiki pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi membaca melalui metode SAS (Struktur Analisik Sintetik).
Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SD Negeri Bedono 1 dengan alamat desa Pandansari Kelurahan Bedono kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Tempat tersebut dipilih karena terdapat peserta didik yang mempunyai permasalahan dalam pembelajaran membaca permulaan. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017, kondisi awal dilaksanakan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 3 Agustus 2016, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 10 Agustus 2016. Siklus 1 dilaksanakan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 24 Agustus 2016, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 31 Agustus 2016. Siklus 2 dilaksanakan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 14 September 2016, sedangkan pertemuan kedua pada tanggal 21 September 2016.
Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas I SD Negeri Bedono 1 yang jumlahnya sebanyak 14 peserta didik, yang terdiri atas 6 peserta didik perempuan dan 8 peserta didik laki-laki. Fokus pembelajaran pada materi membaca. Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua siklus. Adapun aplikasi penerapan pembelajaran ini dilakukan setiap minggu dua kali pertemuan.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) Bagi Peserta Didik Di Kelas I SD Negeri Bedono 1.Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya yaitu tes, observasi, dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan sebelum tindakan, saat tindakan, dan setelah tindakan dilaksanakan.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptip komparatif, yakni mendeksripsikan semua temuan dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif yang dianalisis secara sederhana (persentase).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Deskripsi Kondisi Awal
Hasil yang diperoleh pada kondisi awal yaitu peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari 49 ada 3 peserta didik, peserta didik yang memperoleh nilai 50-59 ada 5 peserta didik, memperoleh nilai 60-69 ada 2 peserta didik, memperoleh nilai 70-79 ada 4 peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai 80-100.
Dalam temuan observasi awal tersebut, maka perlu dilakukan perubahan pada proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, dalam hal ini salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat adalah Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik), dalam penggunaannya disesuaikan dengan kompetensi dasar, indikator, dan materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siklus I dan siklus II melalui pengunaan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dikelas I SD Negeri Bedono 1, maka peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:1)Menganalisis pokok bahasan atau materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran melalui penerapan Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik); 2)Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, rencana perbaikan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), lembar kerja peserta didik, gambar sesuai tema, kartu kata, wacana pendek, lembar evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, sumber belajar (buku paket); 3)Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Deskripsi Siklus I
Aktivitas belajar peserta didik
Aktivitas belajar peserta didik siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, pertemuan pertama pada tanggal 24 Agustus 2016 dan pertemuan kedua pada tanggal 31 Agustus 2016 selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran menunjukkan masih “sedang†dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penggunaan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik), diantaranya: 1)Perhatian peserta didik terhadap materi kurang; 2)Keberanian peserta didik dalam bertanya masih kurang; 3)Peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran; 4)Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran; 5)Masih ada peseta didik yang belum bisa membaca
Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Peserta didik
Pada Siklus 1 yaitu peserta didik yang memperoleh nilai 50-59 ada 1 peserta didik, peserta didik yang memperoleh nilai 60-69 ada 4 peserta didik, memperoleh nilai 70-79 ada 5 peserta didik, yang memperoleh nilai 80-89 ada 3 peserta didik, dan yang memperoleh nilai 90–100 ada 1 peserta didik.
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran Siklus I, peneliti berdiskusi dengan observer untuk menemukan kelebihan dan kekurangan perbaikan pembelajaran. Hasil diskusi dengan observer adalah sebagai berikut:
Kelebihan kegiatan pembelajaran Siklus I: 1)Kemampuan membaca meningkat tetapi belum optimal dari 14 peserta didik, 9 peserta didik tuntas, sedangkan 5 peserta didik belum tuntas; 2)Rata-rata hasil kemampuan membaca meningkat dari 58,71 pada kondisi awal menjadi 72,21 pada pembelajaran Siklus I; 3)Peserta didik termotivasi untuk belajar yang tercermin dalam kegiatan menafsirkan gambar dengan kata-kata sendiri, membaca kata sesuai gambar, dan mencocokkan kata dengan gambar-gambar yang disediakan; 4)Menggunakan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) pembelajaran lebih menyenangkan;5)Keaktifan peserta didik meningkat.
Kekurangan kegiatan pembelajaran Siklus I: 1)Masih ada beberapa peserta didik yang belum tuntas; 2)Peserta didik belum bisa hubungkan gambar dengan kegiatan sehari-hari; 3)Belum semua peserta didik bisa aktif; 4)Masih ada beberapa peserta didik yang kurang teliti dalam mengerjakan latihan; 5)Masih ada beberapa peserta didik yang belum bisa membaca dengan lancar; 5)Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran masih kurang.
Dari pengamatan yang dilaksanakan secara menyeluruh tampak bahwa proses pembelajaran masih kurang. Untuk itu perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran dan penelitian dilanjutkan pada siklus II.
Deskripsi Siklus II
Aktivitas Belajar Peserta didik Siklus II
Aktivitas belajar peserta didik siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 september 2016 dan 21 September 2016. Selama proses kegiatan pembelajaran diperoleh aktivitas peserta didik menunjukkan tingkat aktivitas peserta didik “tinggi†dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik), diantaranya:1)Peserta didik aktif mengurutkan dengan kartu huruf, kartu kata. kartu kalimat dan latihan membaca secara bergantian; 2)Pada saat mengurutkan kartu, tidak terlihat ribut karena diatur dengan baik; 3)Peserta didik mampu menjawab pertanyaan dari guru tentang kegiatan yang ada pada gambar; 4)Penyampaian materi urut dan lengkap; 5); Penggunaan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) terbimbing sudah baik.
Kemampuan Membaca Peserta didik Siklus II
Pada Siklus 2 yaitu peserta didik yang memperoleh nilai 60-69 ada 1 peserta didik, memperoleh nilai 70-79 ada 2 peserta didik, yang memperoleh nilai 80-89 ada 8 peserta didik, dan yang memperoleh nilai 90–100 ada 3 peserta didik.
Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran Siklus II dan pengamatan atas tindakan pembelajaran, peneliti berdiskusi dengan observer untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pembelajaran.
Kelebihan kegiatan pembelajaran Siklus II: 1)Hasil kemampuan membaca meningkat dari 14 peserta didik, 13 peserta didik tuntas dan 1 peserta didik belum tuntas; 2)Rata-rata nilai tes formatif meningkat dari 72,21 pada Siklus I menjadi 84,42 pada perbaikan pembelajaran Siklus II.
Kekurangan kegiatan pembelajaran Siklus II: 1)Masih ada peserta didik yang mendapat nilai 60 dalam hal ini guru akan selalu berusaha membimbing peserta didik tersebut agar mencapai nilai 90-100; 2)Masih ada peserta didik yang kurang lancar membaca wacana pendek, guru akan selalu membimbing peserta didik tersebut supaya bisa membaca dengan benar dan lancar.
Berdasarkan deskripsi dan analisis pelaksanaan siklus II, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dan media gambar pada pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan kemampuan membaca. Peserta didik aktif membaca kata dan kalimat sesuai gambar, mencocokkan kata dan kalimat dengan gambar, dan membaca wacana pendek dengan ketepatan, intonasi dan kelancaran yang baik. Dan kemampuan membaca peserta didik telah mencapai ketuntasan klasikal ≥80% dan KKM ≥70, sehingga penelitian berhenti pada siklus II.
Pembahasan
Pembahasan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran Siklus I, maka peneliti bersama observer, berusaha untuk memperbaiki pembelajaran Siklus II dengan menitik beratkan pada penggunaan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dan media gambar untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tabel di bawah ini adalah perbandingan antara Kondisi Awal, siklus 1, dan siklus 2.
Tabel Perbandingan Kemampuan membaca Peserta didik Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Interval Nilai |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
≤ 49 |
3 |
– |
– |
50 – 59 |
5 |
1 |
– |
60 – 69 |
2 |
4 |
1 |
70 – 79 |
4 |
5 |
2 |
80 – 89 |
– |
3 |
8 |
≥ 90 |
– |
1 |
3 |
Jumlah Nilai |
822 |
1011 |
1182 |
Nilai Rata–rata |
58,71 |
72,21 |
84,42 |
Tuntas (≥70) |
4 |
9 |
13 |
Belum Tuntas (<70) |
10 |
5 |
1 |
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai belajar siklus II menunjukan 13 peserta didik (92,85%) memperoleh nilai ≥70 dan 1 peserta didik (7,14) yang memperoleh nilai <70 dengan nilai rata–rata sebesar 84,42. Hal ini mengalami kenaikan pada nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 58,71, kemudian pada siklus I nilai rata-rata kelas 72,21 sedangkan pada siklus II menjadi 84,42.
Proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca kalimat dengan kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat sesuai gambar. Pembelajaran diawali dengan menyuruh peserta didik untuk bercerita tentang kegiatan sehari-hari. Setelah itu, menyajikan gambar kemudian membaca kalimat yang berisi 4 kata. Proses pembelajaran dilakukan dengan mengarahkan peserta didik untuk bekerja menafsirkan dan membaca gambar kemudian merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat.
Pada siklus II peserta didik tidak mengalami kesulitan yang berarti. Peserta didik lebih berani mengajukan dan menjawab pertanyaan. Aktivitas tersebut karena peserta didik lebih banyak diberi kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan dan menghubungkannya dengan pengalaman peserta didik. Dengan pemberian stimulasi yang tepat, peserta didik merespon dengan tepat pula sehingga pembelajaran berjalan lancar.
Kemampuan membaca siklus II yaitu nilai rata-rata individu dalam membaca yaitu 84,42, dengan 13 peserta didik tuntas (92,85%) dan hanya 1 peserta didik yang belum tuntas (7,14%) dari jumlah 14 peserta didik. Karena sudah mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan yaitu ≥ 80% dan diatas KKM 70 maka penelitian dihentikan pada siklus II.
Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian hipotesis tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak semester 1 Tahun 2016/2017 dapat meningkat kemampuan membaca permulaan Peserta didik.
PENUTUP
Simpulan
Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran Bahasa Indonesia melalui siklus I dan siklus II dengan materi Membaca di kelas I di SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak dapat disimpulkan bahwa: 1)Penerapan metode pembelajaran SAS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Materi Membaca Bagi Peserta didik Kelas I di SD Negeri Bedono 1 Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik karena peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah metode pembelajaran SAS (Struktur Analitik Sintetik) diantaranya Guru meminta Peserta didik untuk memilih kartu gambar, lalu Peserta didik akan menceritakan gambar tersebut dan guru mengaitkan dengan kegiatan Peserta didik. Guru menampilkan katu kalimat dan mengaitkan dengan kartu gambar. Guru memberikan contoh membaca kartu kalimat yang berhubungan dengan kartu gambar. Guru dan peserta didik membaca bersama-sama kartu gambar dan kartu kalimat di papan tulis. Peserta didik membaca kartu kata dan kalimat di hadapan guru secara bergantian. Peserta didik membaca kartu kalimat tanpa kartu gambar dengan bimbingan guru. Dengan menambahkan penggunaan media gambar dalam pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, sehingga akan mendorong minat peserta didik untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca Bahasa Indonesia.
2. Peningkatan Kemampuan membaca Bahasa Indonesia Melalui Metode Pembelajaran SAS (Struktur Analitik Sintetik) Pada Materi Membaca Bagi Peserta didik Kelas I di SD Negeri Bedono 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dapat meningkatkan kemampuan membaca peserta didik, terbukti dari Nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 70 pada kemampuan membaca kondisi awal ada 4 peserta didik dari 14 peserta didik atau 28,57%. Pada pembelajaran siklus I terjadi peningkatan peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas menjadi 9 peserta didik atau 64,28% dan pada pembelajaran siklus II yang mendapat nilai 70 ke atas menjadi 13 peserta didik atau 92,85%. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata sebelum siklus adalah 58,71, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 72,21. Sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 84,42.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk meningkatkan Hasil dan prestasi peserta didik dalam pembelajaran sebagai tugas profesional. Saran yang diberikan peneliti seperti berikut. Manfaat penelitian bagi guru seyogyanya memperdalam alat peraga agar pembelajaran tidak verbalisme, membosankan dan mudah dipahami oleh peserta didik.Guru hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal. Manfaat bagi peserta didik mendorong lebih semangat untuk mengikuti pembelajaran.Peserta didik lebih berani mengungkapkan pendapat baik dari kelompok maupun kepada seluruh peserta didik.Peserta didik dapat bekerja sendiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung jawabkan jawabannya dari tugas individu maupun kelompok. Manfaat bagi sekolah memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Farida Rahim. (2005). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hairuddin, dkk. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikti Harwell,J.M. (2001). Complete Learning Dissabilities handbook (New Second Edition). United States of America: Jossey-Bass.
H Dalman. (2014). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
I G. A. K. Wardani. (1995). Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Peserta didik Berkesulitan Belajar. Jakarta: DEPDIKBUD, DIKTI
Martini Jamaris. (2014). Kesulitan Belajar bagi Peserta didik Usia Dini dan Usia Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia
Munawir Yusuf. (2005). Pendidikan bagi Peserta didik Problema Belajar. Departemen Pendidikan Nasional
Nurul Zuriah. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Pramila Ahuja dan G. C. Ahuja. (2004). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Suhartin. (2010). Smart Parenting. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Sri Wahyuni. (2010). Cepat Bisa Membaca. Jakarta: PT Gramedia
Sabarti Akhadiah, dkk., (1991/1992). Bahasa Indonesia I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dikjendikti
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara
Suguharto, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: UNY Press
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Syaiful Bahri Djamarah. (2000). Guru dan Peserta didik Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas Edisi Kedua. Jakarta: PT Indeks