PENINGKATAN KOMPETENSI SPEAKING

MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA SISWA KELAS XII MIA 5

SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Triyono

SMA Negeri 1 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan: (1) kualitas proses pembelajaran speaking, dan (2) kualitas hasil pembelajaran speaking dengan penerapan pendekatan komunikatif. Tempat penelitian ini di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Teknik pengumpulan data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kualitas proses pada pembelajaran speaking ditandai dengan indikator-indikator bahwa siswa lebih aktif, memerhatikan dan konsentrasi, serta berminat dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, (2) pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kualitas hasil pada pembelajaran speaking ditunjukkan dengan tercapainya KKM dan peningkatan nilai siswa, yakni rata-rata nilai kemampuan speaking siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 yang pada survei awal 77.875 meningkat pada siklus I menjadi 78,95 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,3. Simpulan (1) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi; (2) Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus I hingga II, terjadi peningkatan antusiasme dan keaktifan siswa dalam hal mengikuti kegiatan apersepsi. Hal ini terbukti bahwa dalam siklus I sebanyak 82,5% (32 siswa dari 40 siswa) mengikuti apersepsi. Pada siklus II sebanyak 85% (34 siswa dari 40 siswa) mengikuti apersepsi;(3) Siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran; dan (4) Keaktifan siswa dalam berdiskusi selama pembelajaran. Kedua, terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran speaking, yakni: (1) peningkatan jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM dan (2) terdapat peningkatan rata-rata nilai kemampuan speaking siswa kelas siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun peljaran 2017/2018 yang pada survei awal rata-ratanya 77.875 meningkat pada siklus I menjadi 78,95 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,3. Saran dalam penelitian ini (1) Hendaknya guru selalu menggali model-model pembelajaran; dan (2) pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana karena beberapa mata pelajaran memerlukan sarana-sarana tertentu speaking perlu sarana audio visual sebagai sarana pendukung aktivitas komunikasi siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Speaking, Pendekatan Komunikatif, Kompetensi Speaking

 

PENDAHULUAN

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa. Bahasa juga merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Mengingat fungsi bahasa bukan hanya sebagai suatu bidang kajian, maka kurikulum pada bahasa di sekolah menengah sewajarnya mempersiapkan siswa untuk mencapai kompetensi. Kompetensi tersebut bertujuan agar siswa mampu merefleksi pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna. Selain itu bahasa berfungsi untuk: (1) membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. (2) mengemukakan gagasan dan perasaan, (3) berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, (4) membuat keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi dan sosial, (5) menemukan serta menggunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

 Terkait dengan hal di atas, Celce-Murcia. (dalam McCarthy dan Carter, 2001:88) menyatakan bahwa kompetensi utama yang dituju oleh pendidikan bahasa adalah Discourse Competence (DC) atau Kompetensi Wacana (KW). Artinya, jika seseorang berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis orang tersebut terlibat dalam suatu wacana. Yang dimaksud wacana ialah sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topik yang dikomunikasikan dan hubungan interpersonal pihak yang terlibat dalam komunikasi dan jalur komunikasi yang digunakan dalam satu konteks budaya. Makna apa pun yang diperoleh dan diciptakan dalam komunikasi selalu terkait dengan konteks budaya dan konteks situasi yang melingkunginya. Berpartisipasi dalam percakapan, membaca dan menulis secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana yang berarti menggunakan seperangkat strategi atau prosedur untuk merealisasi nilai-nilai yang terdapat dalam unsur-unsur bahasa, tata bahasa, isyarat-isyarat pragmatiknya dalam menafsirkan dan mengungkapkan makna.

Pembelajaran bahasa Inggris idealnya tidak lepas dari pemahaman teori di atas. Namun, proses maupun hasil pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor sehingga selalu ditemui kelemahan-kelemahan dalam praktiknya. Hal tersebut seperti yang terjadi pada pembelajaran speaking pada siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Kondisi kompetensi speaking siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo saat ini boleh dikatakan belum mencapai target yang diharapkan, yakni terdapat beberapa siswa belum memenuhi nilai KKM. Kondisi nilai ini lebih rendah dari subkompetensi lainnya, seperti reading, writing dan listening. Adapun rata-rata nilai KKM yang ditetapkan SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah 75. Mengingat kompetensi speaking merupakan kompetensi pada materi yang sangat penting sebagai pengantar dalam komunikasi. Oleh karena itu dilakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi speaking dengan pendekatan pembelajaran komunikatif.

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo yang terletak di Jalan Pemuda 38 Sukoharjo. Adapun lebih tepatnya, penelitian ini dilaksanakan di kelas XII MIA 5. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli s.d. Oktober 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Adapun objek penelitian ini adalah kompetensi siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Sedangkan, data dalam penelitian ini adalah peristiwa dan dokumen. Alat pengumpulan data tersebut dengan observasi, teknik tes dan nontes, wawancara, dan analisis dokumen.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Sementara itu, teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif (Suwandi:2012:65).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survei kondisi pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Survei ini dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan siswa. Survei dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Juli 2017 untuk melihat proses pembelajaran speaking. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengetahui minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran speaking.

Berdasarkan hasil survei kondisi pratindakan menunjukkan bahwa keadaan pembelajaran speaking pada siswa kelas XII MIA 5, sebagai berikut: (1) Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran speaking. Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, angket dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa kurang berminat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran speaking; (2) Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa. Salah satu faktor penyebab kondisi tersebut adalah guru kurang memancing peserta didik dengan pertanyaan, (3) Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan tampak takut untuk mengungkapkan pendapat baik dalam diskusi maupun tampil di depan kelas. Sehingga, siswa terlihat kurang berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru mengajukan pertanyaan, meminta pendapat, sebagian besar siswa tampak bingung, kesulitan dan takut untuk menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar; dan (4) Media pembelajaran kurang memadai. Pembelajaran yang terjadi hanya membacakan naskah dari buku teks saja dan dengan menggunakan media seadanya.

Proses pembelajaran speaking yang kurang optimal seperti paparan di atas, berdampak pada rendahnya nilai kompetensi speaking. Berdasarkan capaian nilai kompetensi speaking siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 sebelum tindakan, dapat diketahaui bahwa: (1) terdapat 30 siswa atau hanya sebesar 75% dari jumlah siswa (40) yang sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75); (2) sebanyak 10 siswa atau 25% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal; dan (3) nilai rata-rata kompetensi speaking pada kondisi pratindakan adalah 77,875. Keadaan tersebut menunjukkan kemampuan speaking siswa XII MIA 5 masih rendah. Secara klasikal, kelas XII MIA 5 belum memenuhi ketuntasan belajar. Dikatakan demikian karena jumlah siswa yang memeroleh nilai di atas KKM kurang dari 85% jumlah siswa pada kelas tersebut.

Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran speaking pada kondisi pratindakan, dapat diketahui kualitas proses pembelajaran tersebut yang menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa aktif selama apersepsi yang diberikan oleh guru hanya 30 orang atau 75%; (2) jumlah siswa memperhatikan penjelasan materi oleh guru sebanyak 28 orang atau 70%; (3) jumlah siswa aktif dalam diskusi hanya 24 orang atau 60%; dan (4) jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan hasil belajar mendapat nilai > 75 sebanyak 30 orang atau 75%.

Siklus I

Perencanakan yang dilakukan didasarkan pada silabus yang telah disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah. Berdasarkan silabus yang telah ditetapkan maka dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri atas 2 pertemuan untuk siklus I. Pembelajaran siklus pertama dilaksanakan selama 4 x 45 menit (4JP). Pada pertemuan pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan kegiatan difokuskan pada kegiatan berkelompok, yaitu guru menyajikan contoh teks interaksi interpersonal lisan dan tulis sederhana yang melibatkan tindakan menawarkan jasa, dan menanggapinya dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks. Pendekatan komunikatif yang diterapkan dalam pembelajaran semakin tampak pada penerapan teknik bermain peran (role playing) untuk mendiskusikan dan memerankan teks yang dibaca siswa sesuai materi tersebut. Teks yang dikaji dalam pembelajaran siklus I adalah teks iklan. Pada pertemuan kedua, siswa menyusun teks iklan seperti materi yang sedang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan mempresentasikannya di depan kelas.

Baik pada pertemuan pertama maupun kedua pada siklus I tersebut, siswa diajak berperan aktif dalam menuangkan ide dan gagasan melalui diskusi dan menanggapi gagasan teman lain. Hasil pembelajaran pada siklus ini, sebanyak 32 dari 40 siswa telah mampu menyatakan kesiapan mempraktikkan tindakan menawarkan jasa, dan menanggapinya. Siswa-siswa tersebut telah memenuhi KKM, namun hanya 21 orang yang memeroleh nilai 80 ke atas. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa: (1) terdapat 32 siswa atau hanya sebesar 80% dari jumlah siswa (40) yang sudah dapat mencapai batas ketuntasan belajar (75); dan (2) sebanyak 8 siswa atau 20% siswa belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal.

Keadaan di atas menunjukkan kemampuan speaking siswa XII MIA 5 masih rendah. Secara klasikal, kelas XII MIA 5 belum memenuhi ketuntasan belajar. Kondisi ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang memeroleh nilai di atas KKM kurang dari 85%. Hasil yang demikian salah satu penyebabnya adalah proses pembelajaran yang belum optimal.

Berdasarkan observasi terkait dengan kualitas proses pembelajaran speaking siklus I, diketahui bahwa minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran speaking pada siswa kelas XII MIA 5 masih rendah. Kondisi ini dibuktikan dengan: (1) jumlah siswa aktif selama apersepsi yang diberikan oleh guru hanya 33 orang atau 82,5%; (2) jumlah siswa memperhatikan penjelasan materi oleh guru sebanyak 28 orang atau 75%; (3) jumlah siswa aktif dalam diskusi hanya 24 orang atau 75%; dan (4) jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan hasil belajar mendapat nilai > 75 sebanyak 30 orang atau 80%.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, diperoleh gambaran tentang jalannya proses pembelajaran yang secara garis besar adalah sebagai berikut: (1) Sebelum mengajar, guru telah membuat Rencana Pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana Pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni Kurikulum 2013 versi revisi 2016; (2) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara konseptual. Artinya, guru mengajar dengan arah dan tujuan yang jelas dan terencana; (3) Setelah materi pembelajaran yang disampaikan berakhir, guru lalu menugasi siswa untuk langsung membuat teks menawarkan jasa (iklan) dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam kegiatan tindakan ini, yaitu: (1) Dalam menyampaikan materi, guru masih banyak mengunakan metode ceramah; (2) Penerapan media pembelajaran yang digunakan belum maksimal; dan (3) Posisi guru lebih banyak berada di depan kelas, sehingga ia tidak dapat memonitor pekerjaan siswa.

Sedangkan dari siswa ditemukan beberapa hal sebagai berikut: (1) Pada awalnya siswa sudah tertarik dengan materi tersebut. Namun, masih terlihat beberapa siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran; (2) Hanya beberapa siswa yang mau menanggapi praktik temannya secara sukarela. Sebagian besar siswa masih terfokus dengan persiapan mereka sendiri untuk mempraktikkan kemampuan speaking dengan teks yang telah meereka kerjakan; (3) Siswa masih kesulitan dalam mempraktikan kemampuan speaking mereka; dan (4) Beberapa siswa masih kesulitan dalam menggali, menemukan dan mengembangkan ide mereka.

Siklus II

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada siklus I, maka perlu ditindaklanjuti dengan mengadakan siklus II. Pelakasanaan siklus II bertujuan mengetahui lebih lanjut perkembangan dan peningkatan kompetensi speaking siswa setelah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan komunikatif. Melalui lembar observasi, dapat diketahui bahwa: (1) jumlah siswa aktif selama apersepsi yang diberikan oleh guru hanya 34 orang atau 85%; (2) jumlah siswa memperhatikan penjelasan materi oleh guru sebanyak 36 orang atau 90%; (3) jumlah siswa aktif dalam diskusi hanya 34 orang atau 85%. Sedangkan, berdasarkan tes kompetensi speaking siswa dapat diketahui bahwa: (1) terdapat 40 siswa atau 100% dari jumlah siswa (40) yang telah mencapai batas ketuntasan belajar (75); dan (2) sebanyak 32 orang di antaranya (80%) telah memeroleh nilai 80 ke atas. Keadaan tersebut menunjukkan kemampuan speaking siswa XII MIA 5 telah memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal.

Gambaran tentang jalannya proses pembelajaran pada Siklus II, secara garis besar adalah sebagai berikut: (1) Sebelum mengajar, guru telah membuat Rencana Pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana Pembelajaran; (2) Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan benar, yaitu dengan cara konseptual. Artinya, guru dengan jelas mengemukakan apa yang akan diajarkan hari itu kapada siswa. Guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian dan langkah-langkah yang harus dilakukan berkaitan dengan materi sebelum siswa mendiskusikan teks yang mereka pelajari; (3) Setelah materi pembelajaran yang disampaikan berakhir, guru lalu menugasi siswa untuk langsung membuat teks menawarkan jasa dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam siklus I telah teratasi dengan cara: (1) Dalam menyampaikan materi, guru mengurangi porsi ceramahnya dan hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran; (2) Penerapan media pembelajaran yang efektif; dan (3) Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa. Salah satu faktor penyebab kondisi tersebut adalah guru kurang memancing peserta didik dengan pertanyaan.

Sedangkan dari siswa ditemukan kondisi-kondisi, sebagai berikut: (1) Pada awalnya siswa sudah tertarik dengan materi tersebut. Namun, masih terlihat beberapa siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran; (2) Terdapat peningkatan jumlah siswa yang mau menanggapi praktik temannya secara sukarela. Meskipun, beberapa siswa masih terfokus dengan persiapan mereka sendiri untuk mempraktikkan kemampuan speaking dengan teks yang telah mereka kerjakan; (3) Siswa lebih lancar dalam praktik speaking di depan teman-temannya.

Perbandingan Hasil Tindakan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan komunikatif mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran speaking pada siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Sehingga, peningkatan kualitas proses tersebut berdampak positif terhadap meningkatnya kualitas hasil pembelajarannya.

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran speaking di kelas XII MIA 5. Adapun peningkatan kualitas proses pembelajaran speaking dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain: (1) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi. Hal ini terbukti bahwa presentase keaktifan siswa mengikuti apersepsi ketika prasiklus sebesar 75% (sebanyak 30 siswa), meningkat menjadi sebanyak 82.5% (33 siswa dari 40 siswa) pada siklus I, meningkat kembali menjadi sebanyak 85% (34 siswa dari 40 siswa) pada siklus II; (2) Siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa pada prasiklus sebesar 70% (sebanyak 28 siswa), meningkat menjadi selama 75% (sebanyak 30 siswa dari jumlah siswa40 orang) pada siklus I, Pada siklus II persentase keaktifan siswa tersebut meningkat menjadi 90% (sebanyak 36 siswa jumlah siswa 40 orang); (3) Munculnya jiwa kompetitif selama pembelajaran speaking melalui penerapan pendekatan komunikatif. persentase jumlah siswa aktif dalam diskusi pada prasiklus 60%, siklus I sebesar 75%, dan siklus II menjadi 85% ; dan (4) jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM meningkat, pada prasiklus sebesar 75%, meningkat menjadi 80% pada siklus I, dan 100% pada siklus II.

Peningkatan-peningkatan tersebut di atas, memengaruhi peningkatan nilai kompetensi speaking masing-masing siswa dan rata-rata nilai kompetensi speaking kelas XII MIA 5. Berikut perbandingan nilai rata-rata kompetensi speaking siswa dari prasiklus, hingga siklus I dan siklus II.

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai kemampuan speaking siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 yang pada survei awal rata-ratanya 77.875 meningkat pada siklus I menjadi 78,95 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,3.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penerapan pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran speaking siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018. Adapun indikator-indikatornya antara lain: (1) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi; (2) Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus I hingga II, terjadi peningkatan antusiasme dan keaktifan siswa dalam hal mengikuti kegiatan apersepsi. Hal ini terbukti bahwa dalam siklus I sebanyak 82,5% (32 siswa dari 40 siswa) mengikuti apersepsi. Pada siklus II sebanyak 85% (34 siswa dari 40 siswa) mengikuti apersepsi;(3) Siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran; dan (4) Keaktifan siswa dalam berdiskusi selama pembelajaran. Kedua, terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran speaking, yakni: (1) peningkatan jumlah siswa yang memenuhi nilai KKM dan (2) terdapat peningkatan rata-rata nilai kemampuan speaking siswa kelas siswa kelas XII MIA 5 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun peljaran 2017/2018 yang pada survei awal rata-ratanya 77.875 meningkat pada siklus I menjadi 78,95 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 82,3.

Mengacu pada temuan penelitian dan simpulan di atas, terdapat beberapa hal yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan: (1) Hendaknya guru selalu menggali model-model pembelajaran; dan (2) pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana karena beberapa mata pelajaran memerlukan sarana-sarana tertentu speaking perlu sarana audio visual sebagai sarana pendukung aktivitas komunikasi siswa

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Flora, dkk. 2003. “Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Kelas 1 SMU YP-UNILA Melalui Pendekatan Kontekstual”. Laporan Penelitian. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id diakses pada 23 Juli 2017 pukul 15.46 WIB.

Junanto, Subar. 2006. “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan Siswa Kelas VII SMP Negeri, Rayon Timur, Kabupaten Sragen, Tahun Ajaran 2005/2006”. Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.