Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Teknik Permainan Menyusun Kata
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA
MELALUI TEKNIK PERMAINAN MENYUSUN KATA
PADA SISWA KELAS I SDN 1 GEDEBEG KECAMATAN NGAWEN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Endraswati
SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui penerapan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini merupakan salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri mengembangkan aktivitas berpikir melaui diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian adalah peningkatan kemampuan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Gedebeg tahun pelajaran 2017/2018 melalui teknik permainan menyusun kata. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes, wawancara, obseervasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SDN 1 Gedebeg. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal dari 25 siswa kelas I yang tuntas belajar adalah 11 siswa (44%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 62,00. Pada siklus I, juMlah siswa yang tuntas belajar 16 siswa (64%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 69,60. Pada siklus II kembali meningkat menjadi 21 siswa (84%) tuntas belajar dan rata-rata nilai ulangan harian adalah 77,20.
Kata kunci: kemampuan membaca, pembelajaran kooperatif, teknik permainan menyusun kata
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran membaca sudah diberikan kepada anak sejak awal masuk Sekolah Dasar (SD) karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi lain. Pembelajaran membaca permulaan merupakan bagian dari materi pembelajaran yang diajarkan di kelas rendah sekolah dasar.
Dalam pembelajaran membaca, siswa tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut siswa untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.
Kemampuan membaca permulaan merupakan dasar untuk menguasai membaca lanjut. Dalam membaca permulaan terdapat kegiatan memvokalisasikan simbol-simbol bahasa. Dalam pembelajaran membaca, siswa tidak saja dituntut untuk memvokalisasikan simbol-simbol bahasa, melainkan juga ia harus bisa mengemukakan kembali isi wacana yang telah dibaca. Hal ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut isi dalam simbol-simbol bahasa tersebut, biasanya berupa wacana yang sederhana yang menuntut siswa untuk dapat mengemukakan kembali daya serapnya atas wacana yang telah dibaca.
Lebih dari 50% siswa kelas I SDN 1 Gedebeg belum bisa membaca dengan lancar. Akibatnya nilai membaca siswa masih rendah, bahkan sebagian besar siswa belum mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70. Dari 25 siswa kelas I, setelah dilakukan tes kemampuan membaca, hanya 11 siswa yang tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan hariannya 62,00.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dalam merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa. Salah satu cara yang bisa dilakukan guru adalah dengan menerapkan model pembelaran yang variatif, dan salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan dan bisa sangat variatif adalah dengan diterapkannya model cooperative learning dengan teknik permainan menyusun kata. Teknik ini dikemas dalam bentuk permainan yang sesuai dengan jiwa anak usia sekolah dasar, sehingga diharapkan anak akan termotivasi untuk belajar membaca dan kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan.
Teknik permainan dalam pembelajaran sesuai dengan salah satu karakteristik anak usia Sekolah Dasar. Terdapat empat karakter atau sifat menonjol dari usia Sekolah Dasar (SD) yang setidaknya dipahami yaitu: senang bermain, merasakan dan melakukan sesuatu secara langsung, cenderung lebih senang bergerak, dan senang bekerja dalam kelompok.
Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tidakan kelas yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Permainan Menyusun Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen tahun pelajaran 2017/2018?â€
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan teknik permainan menyusun kata dalam pembelajaran membaca. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora;
b. Dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam membaca suatu bacaan.
2. Guru
a. Sebagai acuan dan perbandingan untuk mengambil tindakan dalam menangani masalah yang sama;
b. Sebagai masukan untuk meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD;
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD.
3. Sekolah
a. Memberikan sumbangan positif tentang metode pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD;
b. Menanggulangi kesulitan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD;
c. Menciptakan kerja sama yang kondusif antara peneliti dengan sekolah untuk kemajuan sekolah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Membaca
Pembelajaran membaca di kelas sekolah dasar itu merupakan pembelajaran membaca permulaan tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh anak-anak tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas rendah sekolah dasar. Menurut Ritawati (1996:43) membaca permulaan merupakan membaca awal yang diberikan kepada anak di kelas 1 (satu) sebagai dasar untuk pelajaran selanjutnya. Seiring dengan itu Soejono (1975:11) mengemukakan membaca adalah kegiatan dalam menerapkan dalam kemampuan berbahasa (linguistik) dengan melibatkan faktor biologis dan psikis yang di pengaruhi oleh lingkungan denagn huruf, suku kata, kata dan kalimat sebagai objek bacaan sebagai tingkatan awal dalam belajar membaca pembelajaran membaca di kelas 1 (satu) merupakan pelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang di peroleh anak di kelas 1 (satu) tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca kelas-kelas berikutnya. Supriyadi (1993) mengemukakan bahwa “ kemampuan membaca yang di peroleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjutâ€. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
Kegiatan membaca menurut Combs (dalam Slamet, 2007: 138), ada tiga tahap, yakni (1) tahap persiapan, (2) tahap perkembangan, dan (3) tahap transisi. Tahap persiapan, anak mulai menyadari tentang barang cetak, konsep tentang huruf, konsep tentang kata. Tahap perkembangan anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata lain. Selanjutnya, dalam tahap transisi, anak mulai mengubah kebiasaan membaca dalam hati. Anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai atau tidak tegang.
Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (dalam Slamet, 2007: 139) mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca, sebagaimana dikemukakan berikut ini, yakni (1) peningkatan ucapan; (2) kesadaran fonemik (bunyi bahasa); (3) hubungan antara huruf-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca; (4) membedakan bunyi-bunyi merupakan hal yang penting dalam pemerolehan bahasa, khususnya membaca; (5) kemampuan mengingat; (6) membedakan huruf; (7) orientasi ke kiri dan kanan;(8) keterampilan pemahaman; dan (9) penguasaan kosakata.
Kesulitan-kesulian umum yang dihadapi anak dalam belajar membaca pada: (1) pramembaca pada umumnya kesulitan anak dalam kurangnya memahami huruf; (2) membaca suara, kesulitannya pada membaca kata demi kata, pemarafrasean yang salah, miskin pelafalan, atau kesalahan pengucapan, penghilangan, pengulangan, pembalikan, penyisipan, penggantian, dan (3) pemecahan kode (dekoding) yang meliputi kesulitan konsonan, kesulitan vokal, kesuliran kluster, diftong, digraf, kesulitan menganalisis struktur kata, dan tidak mengenali makna kata dalam kalimat.
Tujuan pembelajarn membaca permulaan pada dasarnya ialah memberi bekal pengetahuan keterampilan kepada siswa untuk mengenalkan tentang teknik-teknik membaca permulaan dan mengenalkan serta menangkap isi bacaan dengan baik dan dapat menuliskannya. Secara rinci pembelajaran pengenalan membaca permulaan bertujuan untuk memupuk kesadaran dan mengembangkan kemampuan anak-anak untuk memahami dan mengenalkan cara membaca permulaan dengan benar. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan menuliskan huruf-huruf. melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengubah tulisan menjadi bunyi bahasa atau menuliskan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya, memperkenalkan dan melatih anak mampu membaca sesuai dengan teknik-teknik tertentu, melatih keterampilan anak untuk memahami kata-kata yang dibaca, didengar, atau ditulisnya dan mengingatnya dengan baik, Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tetentu dari sebuah kata dalam suatu konteks.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok. Menurut Slavin (2009: 8), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.
Menurut Sugiyanto (2008: 35) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Davidson dan Warsham dalam (Isjoni, 2009: 27) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (teman lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya dan menekankan pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik Permainan Menyusun Kata
Teknik mengandung pengertian berbagai cara dan alat yang digunakan guru dalam kelas. Dengan demikian, teknik adalah daya upaya, usaha, cara yang digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran (Subana dkk, 2005: 20). Teknik ini merupakan kelanjutan dari metode sedangkan arahnya harus sesuai dengan pendekatan.
Semi (1993: 105) menyatakan bahwa teknik merupakan cara khas yang operasional yang digunakan atau dilalui dalam menggapai tujuan yang telah ditetapkan dan dengan berpegang pada metode. Oleh sebab itu, teknik lebih bersifat tindakan nyata berupa usaha aau upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Menurut Suyatno (2004: 15), teknik adalah cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran langsung. Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa untuk menyampaikan bahan-bahan pengajaan yang dipilih untuk pelajar-pelajarnya. Teknik yang dipilih haruslah sejajar dengan kaidah yang dianut. Teknik adalah suatu muslihat atau strategi atau taktik yang digunakan oleh guru agar mencapai hasil maksimal pada waktu mengajar sesuatu bagian bahasan tertentu.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa teknik merupakan alat yang digunakan guru dalam suatu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Rini (2005: 6) menyatakan bahwa mengajak siswa bermain sambil belajar ternyata memberi manfaat bagi kedua belah pihak, baik guru maupun siswa. Terdapat tiga manfaat permainan bagi guru. 1) Memudahkan guru dalam memberikan penjelasan mengenai suatu materi pelajaran yang sedang diajarkan dengan menerapkannya dalam bentuk permainan. 2) Membantu guru membuat suasana kelas menjadi lebih hidup. 3) Memberikan prestasi tersendiri bagi guru karena membuat siswa berpartisipasi aktif selama proses belajar mengajar di kelas.
Selain bermanfaat bagi guru, bermain sambil belajar juga bermanfaat bagi siswa. Terdapat lima manfaat bermain sambil belajar bagi siswa. 1) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari karena disajikan dalam bentuk permainan yang menyenangkan. 2) Mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa bosan dalam kelas.3) Membantu siswa mengingat materi pelajaran lebih mudah dan cepat. 4) Siswa menjadi aktif di kelas. 5) Menumbuhkan solidaritas dan sportivitas di kalangan para siswa.
Menurut Suyatno (2004: 14) permainan belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat menyingkirkan keseriusan yang menghambat, menghilangkan stress dalam lingkungan belajar, mengajak orang terlibat penuh, meningkatkan proses belajar, membangun kreativitas diri, mencapai tujuan dengan pengalaman, meraih makna belajar melalui pengalaman, dan memfokuskan siswa sebagai subjek belajar. Ciri-ciri permainan di antaranya: adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang harus diperhatikan oleh para pemain dan adanya tujuan yang harus dicapai atau tugas yang harus dikerjakan. Permainan bisa bersifat individu atau kelompok.
Permainan menyusun kata merupakan permainan yang digunakan khusus untuk kemampuan membaca. Penerapannya yaitu guru membacakan kalimat, siswa harus menyusun kata-kata menjadi kalimat yang sesuai kalimat yang dibaca guru.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa permainan bahasa menyusun kata adalah sebuah permainan bahasa susun kata yang menggunakan kata-kata sebagai acuan dalam pembelajaran membaca.
Prosedur pada teknik permainan menyusun kata meliputi: a) Guru menyiapkan papan stereoform beserta paku-paku kecil untuk menempel, b) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, c) Guru membagikan kertas kata kepada masing-masing siswa, setiap siswa menerima lima kata, d) Guru memberi waktu untuk berdiskusi, e) Guru melafalkan satu persatu kalimat, f) Masing-masing kelompok berlomba untuk menyusun kata pada papan stereoform hingga membentuk kalimat yang sesuai dengan kalimat yang dibacakan guru, g) Kelompok yang paling cepat dan paling benar dalam menyusun kata menjadi pemenangnya, h) Siswa diberi tugas untuk membaca bacaan yang terdapat pada papan stereoform.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Melalui teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 tepatnya selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan September 2017.
Subyek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Gedebeg tahun pelajaran 2017/2018 melalui teknik permainan menyusun kata sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Teknik Pengumpulan Data
Data tentang hasil belajar dikumpulkan melalui metode tes, dengan alat pengumpulan data berupa bacaan cerita anak. Tes hasil belajar diberikan pada setiap akhir siklus. Data tentang hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif komparatif. Untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian ini digunakan indikator kerja. Penelitian dianggap berhasil apabila ketuntasan belajar siswa mencapai 80%.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Pembelajaran pra siklus dilaksanakan oleh peneliti dengan pembelajaran yang konvensional. Peneliti belum menerapkan teknik mengajar yang membuat anak merasa nyaman dan senang. Kegiatan pembelajaran didominasi guru dengan menggunakan metode ceramah. Hasil belajar siswa pada saat dilakukan tes kemampuan membaca masih sangat rendah. Dari 25 siswa, hanya 11 siswa (44%) yang tuntas belajar dengan KKM 70. Sisanya, sejumlah 14 siswa (56%) belum tuntas belajar. Rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 62,00. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Pra Siklus.
Deskripsi Hasil Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada Siklus I sesuai dengan yang direncanakan yaitu pada bulan Agustus 2017. Pada akhir siklus dilakukan tes kemampuan membaca untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran pada Siklus I. Hasil dari tes kemampuan membaca pada akhir siklus, rata-rata nilai ulangan harian adalah 69,60. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilak KKM adalah 16 anak (64%). Sisanya, 9 anak (36%) belum mampu mencapai nilai KKM. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Siklus I.
Deskripsi Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada bulan September 2017. Seperti halnya pada Siklus I, pada akhir Siklus II juga dilakukan tes kemampuan membaca. Dari hasil tes kemampuan membaca diperoleh data rata-rata nilai ulangan harian adalah 77,20. Jumlah peserta didik yang mampu mencapai nilak KKM adalah 21 anak (84%). Sisanya, 4 anak (16%) belum mampu mencapai nilai KKM. Berikut ini diagram hasil belajar pada pembelajaran Siklus II.
Pembahasan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disajikan tabel rekapitulasi hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Tindakan |
Tuntas |
Tidak Tuntas |
Nilai Rata-rata |
||
Jml |
% |
Jml |
% |
|||
1 |
Pra Siklus |
11 |
44% |
14 |
56% |
62,00 |
2 |
Siklus I |
16 |
64% |
9 |
36% |
69,60 |
3 |
Siklus II |
21 |
84% |
4 |
16% |
77,20 |
Dari tabel di atas dapat dideskripsikan tentang peningkatan kemampuan membaca siswa kelas I SDN 1 Gedebeg. Dari ketuntasan belajar siswa terjadi peningkatan, pada pra siklus tingkat ketuntasan belajar siswa adalah 44% meningkat menjadi 64% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 84% pada siklus II. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 40%. Nilai rata-rata ulangan harian juga meningkat dari kondisi awal ke kondisi akhir sebesar 15,20.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu minimal 80% siswa tuntas belajar pada kondisi akhir.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik permainan menyusun kata dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelas I SDN 1 Gedebeg Kecamatan Ngawen Tahun Pelajaran 2017/2018.
Saran
Beberapa saran sebagai bahan masukan dan tindak lanjut kerkenaan dengan hasil penelitian ini, yaitu:
1. Bagi Kepala Sekolah
Sebaiknya Kepala Sekolah selalu mendorong dan membina guru untuk lebih pro aktif dalam usaha menerapkan model-model pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas
2. Bagi Siswa
Sebaiknya siswa selalu berusaha aktif dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya selalu tanggap terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran dan berusaha mencarikan solusinya
b. Guru sebaiknya menggunakan keterampilan dasar mengajar secara optimal dan kreatif dalam upaya merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna
c. Guru hendaknya mampu dan mau menerapkan pengggunaan model-model pembelajaran baru yang disesuaikan dengan standar kompetensi yang akan dicapai
Guru dituntut untuk selalu meningkatkan hasil belajar sesuai dengan tuntutan standar kompetensi yang digariskan dalam kurikulum, seimbang antara hasil belajar dan keterampilan proses.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni. 2009. Cooperatif Lerning. Bandung: Alfabeta
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rini, Ayu. 2005. Exellent English Games. Jakarta: Kesaint Blanc.
Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Slamet, St. Y dan Suwarto. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: Sebelas Maret University Press