Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dengan Media Benda-Benda Di Sekitar
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN
DENGAN MEDIA BENDA-BENDA DI SEKITAR
PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV
MI NU IMADUDDIN HADIWARNO KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Wahyu Widiyanto
MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus
ABSTRAK
Berdasarkan hasil ulangan harian pelajaran matematika tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa pembelajaran kurang berhasil. Pada hal menurut informasi guru tersebut dalam pembelajaran sehari-hari sudah dijelaskan secara lisan, sudah diberi contoh-contoh, dan bahkan sudah diberai soal-soal latihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, namun mereka tak memanfaatkan kesempatan tersebut. Rendahnya penguasaan kemampuan menghitung perkalian dalam pembelajaran tersebut dikarenakan kurang tepatnya model pembelajaran dan media yang digunakannya. Sehingga siswa menjadi tidak aktif, mudah bosan, dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian diperlukan model pembelajaran dengan media yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus. Lokasi penelitian ini di MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus dengan Jumlah siswa 19 anak, 10 anak Siswa putri dan 9 anak siswa putra. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara,angket, hasil observasi tindakan, dan hasil evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan berdasar tahapan: (1) menyusun rencana kegiatan, (2) melaksanakan tindakan,(3) observasi, dan (4) analisis yang dilanjutkan dengan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut hasil observasi peneliti pada pra tindakan adalah dalam pembelajaran siswa kurang aktif, mudah jenuh, dan perhatin siswa pada penjelasan guru sangat kecil. Pada tindakan siklus-1 penguasaan materi sebelum pembelajaran diberikan 31%, setelah kegiatan berlangsung aktivitan siswa menunjukkan: siswa aktif 58%, siswa sedang 30%, dan siswa pasif 12%. Kerja sama siswa: siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan hasil evaluasi rata-rata 68 dengan siswa tuntas 8 siswa dan belum tuntas 16 siswa. Hasi tindakan pada siklus-2 penguasan materi sebelun tindakan 48%. Setelah tindakan dilakukan aktivitas siswa: siswa aktif 78%, siswa sedang 18% dan siswa pasif 4%. Kerja sama siswa: siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%. Hasil evaluasi rata-rata 76 dengan siswa tuntas 16 siswa tuntas dan 3 siswa belum tuntas. Berdasar hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media Benda-Benda di sekitar dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian, meningkiatkan aktivitas siswa,dan meningkatkan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok. Pembelajaran menjadi menyengankan sehingga siswa tak mudah jenuh.
Kata-kata Kunci: Kemampuan menghitung perkalian, Media Benda-Benda di sekitar, pembelajaran matematika
PENDAHULUAN
Secara umum matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit dan tidak disukai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan hasil angket siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus yang menyatakan bahwa 45% siswa tidak menyukai pelajaran matematika dan merasa sulit untuk mengikutinya. Oleh karena itu hasil pembelajaran matematika tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bahkan Mulyana (2001) dalam kata pengantarnya menyatakan bahwa nilai matematika berada pada posisi yang paling bawah, sehingga tidak heran kalau nilai matematika dipakai sebagai tolak ukur dari kecerdasan siswa.
Kalau kita kaji lebih dalam hal tersebut bukan merupakan kesalahan siswa semata tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor guru itu sendiri sebagai pendidik, Kekurangan guru yang biasa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar adalah mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, memberi hukuman tanpa melihat lataar belakang kesalahan, menunggu siswa berbuat salah, mengabaikan perbedaan siswa, merasa paling pandai, tidak adil, memaksa hak siswa, (Mulyasa, 2005:20). Namun menurut hasil pengamatan peneliti kesalahan yang biasa dilakukan guru dalam membelajarkan matematika di tempat peneliti hingga siswa cepat menjadi bosan adalah (1) Dalam membelajarkan matematika guru hanya berpedoman pada buku pegangan. (2) Penyampaian konsep sarat dengan hafalan-hafalan. (3) Kegiatan pembelajaran masih monoton. (4) Kurang memperhatikan keterampilan prasarat.
Keterampilan prasarat memang sangat diperlukan dalam pembelajaran, hal tersebut seperti yang dikemukakan oeh Gagne (dalam Degeng:1997:4) bahwa setiap mata pelajaran mempunyai prasarat belajar (learning prerequisites). Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika maka keterampilan prasarat yang harus dikuasai siswa umumnya adalah hitung dasar yang meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.Sebaik apapun konsep matematika yang disampaikan oleh guru pada pembelajaran matematika namun bila siswa tidak menguasai hitung dasar sebagai keterampilan prasaratnya maka hasil pembelajaran kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil ulangan harian siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus tahun pelajaran 2018/2019 Semester I tentang perkalian bersusun menunjukkan bahwa 20% siswa menguasai secara tuntas, 35% siswa agak menguasai,dan 45% kurang menguasai pada hal pada pembelajaran matematika sehari-hari guru sudah menjelaskan secara lisan, ditulis di papan tulis, memberi contoh, bahkan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian bersusun, dan juga siswa sudah diberi kesempatan untuk bertanya ketika guru mengajar, namun sedikit sekali mereka yang mengajukan pertanyaan. Ketika guru balik bertanya hanya beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar, itupun karena siswa tersebut memang pandai di kelasnya. Dan bila diberi tes perkalian rata-rata hasilnya rendah.
Rendahnya penguasaan kemampuan hitung perkalian kemungkinan besar dikarenakan guru kurang tepat dalam memilih cara atau media dalam pembelajaraan. Siswa kelas IV cara berfikirnya masih pada benda konkrit, sementara guru tidak memperhatikan hal tersebut sehingga dimungkan siswa mengalami kesulitan.
Berdasarkan masalah di atas peneliti akan berupaya meningkatkan kemampuan menghitung perkalai dengan media benda-benda sekitar yang dekat dengan siswa antara lain dengan jari tangan dan kartu bilangan. Dengan menggunakan media tersebut diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian, lebih baktif, kreatif sehingga lebih banyak siswa yang mencapai ketuntasan dalan hafalan perkalian sampai bilangan 100, perkalian bersusun dan operasi perkalian
Berdasar uraian di atas maka penelitian ini ditekankan pada peningkatan kemampuan menghitung perkalian dengan media Benda-Benda di sekitar pada pelajaran matematikan siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus.
Sesuai dengan pernyataan peneliti yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menghitung perkalian siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus, dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar.
Pendidikan matematika di Madrasah Ibtidaiyah merupakan basis pendidikan dalam membentuk insan Indonesia seutuhnya, seperti diisyaratkan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah dari tahun ketahun. Lulusan Madrasah Ibtidaiyah diharap dapat membekali dirinyaa dengan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan mereka mau dan mampu menata kehidupan yang lebih layak baik dalam proses pendidikan formal selanjutnya maupun dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Sasaran tersebut dapat terjangkau jika program pembelajaran di sekolah memenuhi basis pendidikan bermutu.
Dalam Depdikbut (1993) disebutkan bahwa pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan – bilangan smbol-simabol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan mempermudah menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidpupan seharai-hari.
Sejalan dengan fungsi pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah disebutkan tujuan umum pendidikan matematika di Madrasah Ibtidaiyah adalah belajar bernalar,pembentukan sikap siswa, dan keterampilan dalam dalam menerapkan matematika.
Jadi dalam setiap pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah guru tidak cukup hanya memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi lebih dari itu guru harus lebih dapat membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk.untuk itu guru wajib berupaya mengembangkan diri dalam profesinya.
Pengertian media pendidikan menurut Aqip (2003:79) adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar yang memungkinklan siswa untuk memperoleh atau mencapai pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap.
Penertian ini bukan merupakan satu-satunya pengertian yang paling tepat melainkan hanya merupakan salah satu jalan untuk mengambil consensus dari adanya bermacam-macam istilah dan batasan. Disamping itu pengertian ini perlu dirumuskan dengan maksud terdapatnya suatu landasan berpijak yang menjadi titik berangkat guna pembahasan lebih lanjut.
Media merupakan alat Bantu belajar dan mengajar. Alat ini hendaknya ada ketika dibutuhkan ubntuk memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang menggunakannya. Agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individu dapat terpenuhi, maka suatu variasi yang luas dan berjumlah besar memang diperlukan. Jika guru mengajar tanpa menggunakan atau dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan (media) untuk melaksanakan tugasnya maka hasilnya akan kurang memuaskan dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Media pendidikan mempunyai dampak yang berarti bagi siswadan citra diri mereka, jika media tersebut dipilih secara tepat dan ceramat dengan mempertimbangkan cirri-ciri media dan karakteristik siswa. Media pendidikan akan lebih efektif dan efisien penggunaannya jika guru sudah terlatih dan terbiasa menggunakannya.
Mengingat betapa penting peran media pendidikan dalam kegiaatan belajar mengajar maka dalam setiap pembelajaran hendaknya menggunakan media pendidikan. Media pendidikan yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakter siswa dan juga dikenal oleh siswa. Media yang dikenal siswa adalah Benda-Benda di sekitar atau di lingkungan sekitar siswa.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitaan.Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan diperlukan berbagai keterampilan diantaranya adalah keterampilan pembelajaran atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup komplek, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Thurney (dalam Mulyasa:2005:69) mengemukakan 8 keterampilan mengajar yang sangat menentukan dalam kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, keterampilan membuat penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaraan, keterampilan mengajar kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Dalam pembelajaran matematika khususnya tentang perkalian pada pokok bahasan menghafal perkalian sampai bilangan 100 biasanya disajikan dengan cara siswa menghafal perkalian sampai bilangan 100, kemudian kalau sudah hafal mereka melaporkannya dengan menyebutkan perkalian sampai bilangan 100 di depan kelas. Hal tersebut berdampak siswa mudah bosan dan jenuh begitu pula factor keberhasilannya relatif kecil, seandainya mereka berhasil hafal itupun mudah lupa kembali. Itu semua dapat terjadi kaarena guru kurang dapat menggunakan variasi dalam pembelajaran
Sebenarnya banyak alternative media yang dapat digunakan dalam pembelajaran perkalian, salah satunya adalah menggunakan media belajar yang ada di sekitar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut Puspita (2003:1) mengemukakan adanya “ Kalkulator Jari†yaitu pola hitung perkalian dengan memnggunakan jari.
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasar pada latar belakang penelitian, maka pendekatan penelitian ini adalah Pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik sebagaimana dilakukan oleh Sugiano, (dalam Harmini:2004:21) antara lain (1) kondisi objek alamiah,(2) peneliti sebagai objek utama,(3) kaya akan data yang bersifat deskriptif keadaan, (4) analisis dilakukan secara induktif (dari contoh ke kesimpulan atau dari khusus ke umum) dan berlangsung sejak dimulai sampai pengumpulan data selesai, (5) pengumpulan data dilakukan secara simultan atau berkesinambungan, baik dalam hal metode, sumber, dan pengumpulan data.
Pendekata kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang fenomena yang tampak selama pembelajaran berlangsung. Fenomena yang dimaksud adalah situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach) karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah di kelasdan dilakukan sesuai dengan langkah – langkah pada penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian digunakan sebagai dasar untuk mengatasi masalah.Dalam proses perencanaan yang telah disusun dilakukan observasi dan evaluasi dan hasilnya difahami sebagaai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahapan perencanaan. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan bersinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai, Wibawa (2004:4).
Dalam penelitian ini guru bekerjasama dengan mitra kalaborasi yaitu guru kelas IV dan teman sejawat. Hal ini dimaksudkan agar konsentrasi guru dalam mengajar tidak terbelah oleh hal-hal lain. Dengan cara ini diharapkan akan didapatkan data yang seobjetif mungkin demi kefalidan data yang diperlukan.
Penelitian ini dilakukan di MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus. Alasan pemilihan lokasi ini adalah peneliti mengajara di Madrasah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan mulai September sampai bulan November tahun 2018 Semester I, pada kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus dengan jumlah siswa 19 anak yang terdiri atas 10 siswa putra dan 9 siswa putri.
Data yang diperoleh diambil dari hasil kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran matematika hitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas IV MI NU Imaduddin Hadiwarno Kudus. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) data dari angket siswa, pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran matematika, dan dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV, (2) Dari hasil catatan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) dari hasil belajar siswa melalui tes yang dilakukan selama proses pembelajaran perkalian dan pembagian.
Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui kemampuan menghitung perkalian dilakukan dengan tes hasil belajar dalam bentuk skor. Sedangkan data tentang sikap dan perilaku serta tanggapan siswa selama pembelajaran perkalian dilakukan melalui pengamatan pada subjek penelitian.
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam kelas diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara. Oleh karena itu peneliti mempunyai tugas rangkap yaitu sambil mengajar guru juga mengumpulkan data. Maka untuk memperoleh data yang akurat, dalam mendapatkan data guru bekerja sama dengan guru kelas IV dan teman sejawat untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya dari hasil pengamatan didiskusikan bersama. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan refleksi dalam melakukan tindakan selanjutnya. Pemberian tindakan ini dilakukan berulang-ulang (siklus) agar dapat diambil kesimpulan yang sesuai dengan fokus penelitian.
Memperhatikan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes sedangkan analisis kualitatif digunakan dalam data kualitatif yang diperoleh dara hasil pengamatan terhadap guru, siswa, atau hal-ahal lain yang tampak selama penelitian ini.
Demikian juga aktivitas dan kerja sama dengan kelompok dalam pembelajaran juga didasarkan pada indikator yang muncul. Kemudian dari hasil catatan lapangan yang dilengkapi dengan hasil observasi, wawancara dan dari hasil angket siswa dilakukan analisis bersama guru kelas IV dan teman sejawat, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru.
Pembelajaran hitung perkalian dianggap tuntas bila perolehan hasil evaluasi siswa rata-rata hasil hitungan > 70, dan siswa dianggap tuntas dalam penguasaan hitung perkalian bila memperoleh nilai baik yaitu 70.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus- 1 dan siklus- 2, masing-masing siklus terdiri atas empat tahap dan dilakuan dalan satu pertemuan. Hal ini dilakukan karena terbatasnya waktu yang tersedia. Tahapan kegiatan setiap siklus adalah: (1) menyusun rencana kegiatan,(2) melakukan tindakan, (3) melakukan observasi, dan (4) membuat analisis yang di lanjutkan dengan refleksi. Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah peneliti, sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas IV dibantu oleh teman sejawat.
Siklus 1
Pada tahap ini guru menysun rencana pembelajaran berdasar pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu menghafal perkalian sampai bilangan 100, Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung guru kelas IV sebagai observer beserta teman sejawat melakukan pengamatan dan mencatat kejadian – kejadian selama pembelajaran berlangsung. Hasil catatan observasi bermanfaat untuk pengambila keputusan dalam kegiataan selanjutnya yaitu refleksi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai guru, hasil pengamatan guru kelas IV, dan pengamatan teman sejawat dikumpulkan dan dibahas bersama untuk mendapatkan kesamaan pandangan terhadap tindakan awal pada siklus pertama.Hasil diskusi tersebut akan dijadikan bahan untuk menentukan langkah tindakan selanjutnya pada siklus ke 2.
Siklus 2
Rencana kegiatan disusun berdasar hasil analisis dan reflesi selama siklus 1. Topik yang dibahas pada siklus 2 ini adalah perkalian bersusun, Tindakan II ini dilakukan berdasar masalah yang masih ada pada siklus 1. Tindakan lebih ditekankan pada aktifitas, kerja sama, dan kemampuan menghitung perkalian bersusun.
Pada akhir tindakan II dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil dari analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus 1
Pada kegiatan ini diawali dengan paparan data pra tindakan. Paparan data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti pada pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar mengetahui lebih dekat karakteristik siwa kelas IV dan model pembelajaran matemataika pada kelas tersebut. Dalam penyajian tersebut materi pokok yang dibahas adalah melakukan penaksiran dan pembulatan dengan indicator membulatkan hasil operasi hitung dalam satuan, puluhan, dan ratusan.
Dari hasil angket yang disebar pada 19 siswa kelas IV menunjukan bahwa 18 siswa tidak menyukai pelajaran matematika, artinya 45% dari siswa tidak menyukai pelajaran matematika, 13 siswa atau 32,5% dari siswa memilih biasa-biasa saja, dan 9 siswa atau 22,5% menyatakan menyukai matematika. Rata-rata mereka tidak menyukai matematika karena mereka sulit mengikutinya.
Seusai permainan jari serta penerapannya pada perkalian dan pembagian terdapat kemajuan sikap dan kemampuan siswa dalam hitung perkalian dan pembagia, hingga guru kesulitan menunjuk siswa untuk menjawab pertanyan yang diajukan setelah permainan, karena siswa yang siap menjawab 13 anak yang berarti ketuntasan aktivitas siswa 64%. Namun hal ini perlu ditingkatkan pada tindakan selanjutnya.
Pada kegiatan kerja kelompok kedua yaitu menyusun kartu bilangan dalam pembagian, kemudian menuliskan pada lembar kerja dan menyelesaikan dengan berdiskusi waktu yang dibutuhkan lebuh singkat dari kegiataan kerja kelompok yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kooperatif siswa setrta kemampuan hitung perkalian dan pembagian meningkat.
Ketelitin nsiswa tampak saat melaporkan hasik kerja kelompok, siswa mampu menanggapi hasil kerja kelompok yang kurang tepat. Namun itu baru beberapa siswa. Selanjutnya diharapkan ketelitian ini juga dikuasai oleh siswa-siswa yang lain.
Terdapat peningkatan kedisiplinan, hain ini tampak ketika pengumpulan hasil evaluasi. Saat waktu dinyatakan habis siswa langsung mengumpulkan dengan tertib. Hal ini berbeda dengan pengumpulan soal penjajagan pada awal pembelajaran.
Saat akhir pembelajaran siswa merasa senang. Mereka ingin pembelajaran matematika selanjutnya menggunakan model pembelajaran yang seperti ini. Hal ini diungkapkan pada akhjir pembelajaran siswa menanyakan kapan peneliti mengajar di kalas IV lagi.
Secara keseluruha hasil observasi guru kalas IV dan teman sejawat pada siklus pertama adalah (1) Dalam hal aktifitas, siswa aktif 58%, siswa sedang 30%, dan siswa pasif 12%.(2) Dalan kerja sama (kooperatif), siswa aktif 62%, siswa sedang 28%, dan siswa pasif 10%,(3) Sedangkan dari hasil evaluasi penguasaan hitung perkalian dan pembagian sampai bilangan 100 rata-rata 68.
Melihat paparan data di atas, dengan nilai rata-rata hasil evaluasi tindakan siklus-1 adalah 68, maka ketuntasan belajar tentang hitung perkalian belum tercapai. Begitu pula tentang aktivitas pembelajaran dan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok masih perlu ditingkatkan. Dan masih tampak siswa yang tidak aktif serta siswa kurang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tindakan pembelajaran masih perlu diteruskan pada siklus selanjutnya.
Siklus 2
Dari hasil analisis dan refleksi pada siklus-1 kondisi siswa yang perlu dipertahankan kedisiplinan siswa, rasa senang mengikutimpembelajaran matematika, dan semangat melakukan kerja kelompok. Masalah yang masih perlu dipacu adalah aktivitas dan keberanian siswa, kooperatif siswa, dan kemampuan hitung perkalian dan pembagian siswa. Sedangkan masalah yang masih ada adalah siswa pasif dan siswa kurang dapat mengikuti kerja kelompok. Oleh karena itu pada tindakan siklus kedua ini lebih ditekankan pada meningkatkan aktifitas siswa, kerjakelompok atau kooperatif siswa, dan meningkatkan kemampuan hitung perkalian dan pembagian. Adapun urutan paparan hasil penelitan pada siklus-2 ini sama dengan siklus yang pertama yaitu: penysunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
Pada kegiatan ini guru melakukan pertemuan lagi dengan guru kelas IV dan teman sejawat untuk merencakan persiapan dalam pelaksanaan tindakan siklus kedua ini. Hal-hal yang perlu dipersiapkan meliputi: mempersiapkan peralatan, menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun instrumen yang terdiri dari lembar pengamatan, lembar kerja, dan lembar evaluasi.
Dalam pembelajaran tindakan ini materi pokok yang dibahas adalah perkalian besusun dengan indikator melakukan perkalian dengan cara bersusun, Sama dengan tindakan pada siklus pertama, peneliti yang bertindak sebagai guru dibantu oleh guru kelas IV dan teman sejawat sebagai observer.
Sebagai apersepsi guru memberikan pertanyaan perkalian seperti pertanyaan pada pembahasan tindakan I. Pertanyaan ini terutama ditujukan pada siswa-siswa yang bermasalah yaitu siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan dan siswa yang kurang aktif. Ternyata mereka dapat menjawab pertanyaan tersebut walau dengan waktu agak panjang.
Secara keseluruhan dari hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat pada siklus-2 ini serta hasil angket dan wawancara adalah (1) aktifitas siswa; siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. (2) kooperatif siswa; siswa aktif 84%, siswa sedang 14%, dan siswa pasif 2%.(3) Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata kemampuan hitung perkalian siswa 76%, dengan 19 siswa tuntas dalam pembelajaran hitung prrkalian.
Berdasarkan paparan data hasil analisis pada tindakan siklus-2 di atas menunjukkan bahwa aktivitas siwa dalam pembelajaran menunjukkan peningkatan. Begitu pula kerja sama siswa dalam menyelesaikan kerja kelompok juga mengalami peingkatan. Dan bila dibandingkan dengan target ketuntasan kemampuan hitung perkalian dengan rata-rata 70, maka pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar dikatakan selesai.
Sedangkan untuk ketiga siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran hitung perkalian ini menurut guru kelas IV memang ada masalah pribadi. Siswa dengan No. absen 1 mengalami penurunan daya ingat karena habis mengalami kecelakaan. Dan siswa No. 6 dan 14 tergolong siswa yang lemah sekali. Menurut hasil diskusi peneliti dan guru kelas IV serta teman sejawat untuk menindak lanjuti kedua siswa tersebut butuh waktu yang panjang, oleh karena itu untuk selanjutnya akan ditangani sendiri oleh guru kelas IV.
Pada bagian ini akan disajikan pembahasan dari analisa data sebagai hasil dari observasi guru kelas IV dan teman sejawat pada siklus 1 dan siklus 2. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini, maka pembahasan ini secara urut dikemukakan sebagai berikut: (1) kemampuan hitung perkalian siswa kelas IV, (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran, (3) kooperatif (kerja sama) siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan (4) hal-hal yang ditemukan selama tindakan siklus-1 dan siklus-2
Berdasarkan analisa hasil observasi hasil tindakan siklus-1 dengan bahasan menghafal perkalian dan pembagian sampai dengan bilangan 100, pada pertanyaan penjajagan menunjukkan penguasaan materi sebelum tindakan dilaksanakan 31% dan setelah tindakan dilaksanakan 68%. Pada tindakan siklus-2 dengan bahasan menghitung erkalian dengan cara bersusun, menunjukkan sebelum tindakan dilaksanakan penguasaan materi siswa tentang perkalian bersusun menurut hasil pertanyaan penjajagan sebesar 48% sedangkan setelah tindakan berlangsung menunjukkan 76%. Dengan target kemampuan hitung perkalian 70% maka hal ini menunjukkan bahwa pembahasan tentang perkalian dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar dapat meningkatkan kemampuan hitung perkalian.
Dari hasi observasi peneliti pada pembelajarn matematika dengtan bahasan membulatkan hasil operasi hitung dalam satuan, puluhan,dan ratusan terdekat yang disampaikan oleh guru kelas IV, siswa tampak pasif, takut bertanya, dan kurang percaya diri serta perhatian mereka kecil sekali. Juga pada awal tindakan siklus-1, tampak siswa takut menjawab dan memperagakan ke depan hingga guru mengulang kegiatan awal permainan siklus-1. Namun setelah setelah permainan selesai pada siklus pertama, aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi semangat hal tersebut tampak ketika memperagakan permainan lompat jari mulai awal kelipatan dua dan seterusnya, siswa berebut untuk memperagakan ke depan. Begitu pula pertanyaan demi pertanyaan yang disampaikan oleh guru, ditanggapi secara aktif oleh siswa dengan hampir seluruh siswa siap menjawab pertanyaan tersebut. Menurut hasil observasi guru kelas IV dan teman sejawat, aktivitas siswa pada tindakan siklus-1 menunjukkan: siswa aktif 54%, siswa sedang 32%, dan siswa pasif 14%. Sedangkan pada tindakan siklus-2, siswa aktif 78%, siswa sedang 18%, dan siswa pasif 4%. Dengan demikian berdasar hasil analisis data diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran hitung perkalian dengan media Benda-Benda di sekitar dapat meningkatkan aktivitas belajar.
Berdasar hasil observasi peneliti pada pembelajaran matematika yang disajikan oleh guru kelas IV, siswa tampak tidak semangat, terkesan takut, apa lagi ketika menyelesaikan tugas dari guru baik perorangan maupun kelompok, sebaian besar mereka menggantung pada teman, terutama teman sebangku. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar siswa dan kerja sapa dalam kelompok belum terbentuk. Dari hasil pengamatan guru kelas IV dan teman sejawat sat peneliti melaksanakan tindakan pada siklus-1 menunjukkan bahwa saat menyelesaikan utgas kelompok, siswa menyelesaikan bersama, berpikir bersama, dan memecahkan masalah bersama. Hal tersebut tampak sekali saat memasangkan kartu-kartu bilangan ke dalam bentuk perkalian dan pembagian, mereka terlibat dalam diskusi mencari pasangan yang mudah untuk diselesaikan. Begitu juga pada tindakan siklus-2, mereka berkerja sama seolah suda tidak ada pembatas antara tang cepat belajar dan yang lambat belajar. Secara rinci hasil analisis dari observasi pada tindakan siklus-1 sebagai berikut: siswa aktif 62%, siswa sedadang 28%, dan siswa pasif 10%. Sedangkan pada tindakan siklus-2 siswa aktif 78%, siswa sedang 14% dan siswa pasif 2%. Berdasar analisis data hasil observasi tindakan siklus-1 dan siklus-2 serta hasil obsevasi peneliti pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru kelas IV, keja sama pada kelompok dikatakan berhasil. Artinya, dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar dalam menyelesaikan tugas bersama pembelajara matematika tentang hitung perkalian dapat mempertingi kerjasama dan interaksi antar siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasar hasil analisis data dan pembahasan tentang pembelajaran hitung perkalian dengan dengan media Benda-Benda di sekitar pada pelajaran matematika siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pembelajaran hitung perkalian dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar dilaksanakan dengan urutan: (a) apersepsi yang dapat berupa pertanyaan untuk membawa siswa menuju mareri atau pertanyaan penjajagan materi,(b) permainan jari, yang dalam hal ini pada siklus pertama dengan permainan lompat jari dan siklus kedua dengan permainan perkalian jari. (c) penerapan permainan pada perkalian, (d) kerja kelompok, dan (e) evaluasi, (2) Pembelajaran hitung perkalian pada pelajaran matematika dengan menggunakan media Benda-Benda di sekitar meningkatkan aktivitas pembelajaran, mempertinggi interaksi antar siswa dan keja sama kelompok, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian dan pembagian sehingga kemampuan hitung siswa semakin tinggi, (3) Pembelajaran matematika dengan media Benda-Benda di sekitar memacu keberanian siswa sehingga dengan sendirinya rasa minder dan takut bagi siswa tertentu akan hilang, memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaraan, sehingga pembelajaran semakin hidup, dan memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dalam menyelesaikan tugas kelompok.
Saran-Saran
Sesuai dengan hasi penelitian maka sebagai tindak lanjut dan kesempurnaan maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Dalam melaksanakan pembelajaran hendaknya guru mempersiapkan segala sesuatunya seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja, alat evaluasi, dan peralatan yang diperalukan, (2) Untuk meningkatkan kemampuan hitung perkalian, aktivitas, dan kreativitas dalam pembeljaran, hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang menarik dan menggunakan media yang sesuai, misalnya media Benda-Benda di sekitar seperti kartu bilangan dan jari tangan, (3) Untuk penelitian selanjutnya hendaknya diadakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan sehingga diperoleh hasil yan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aqip, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bandung: Yrama Widya.
AZ, Mulyana. 2001. Rahasia Matematika. Surabaya: Edutama Mulya.
Degeng, Nyoman Sudana.1997. Strategi Pembelajaran. Malang: Ikip Malang.
Depdikbud. 2004. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Umar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Puspita. 2004. Aneka Berhitung Cepat, tidak diterbitkan. Bandung: Dipakai untuk Kalangan Sendiri.
Wibawa, Basuki. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.