PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN PROSES LIMA FASE

PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI KLERO 01

PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Wartafik

Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengidentifikasi prosedur penerapan pendekatan proses lima fase dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas VI SD N Klero 01; (2) untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan siswa kelas VI SD N Klero 01 dalam menulis karangan dengan menggunakan penerapan pendekatan proses lima fase. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Klero 01 yang berjumlah 21 siswa. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes/pemberian tugas menulis, nontes, pengamatan (observasi), dan wawancara. Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei awal, siklus I, sampai siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) analisis dan refleksi. Dalam penelitian ini guru kelas bertindak sebagai fasilitator pembelajaran/aktor dan peran peneliti sebagai pengamat. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatkan keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II. Aktivitas siswa sebelum perbaikatermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II. Prestasi belajar siswa juga meningkat baik , hal ini terbukti pada sebelum perbaikantermasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 28%, siklus I 47%, dan siklus II 81%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan proses lima fase dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Saran yang dapat diberikan ialah sebaiknya pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan cara-cara konvensional diganti dengan pembelajaran yang inovatif salah satunya pendekatan proses lima fase. pendekatan proses lima fase tidak hanya digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, karena pembelajaran ini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kata Kunci: Kemampuan Menulis Karangan, Pendekatan Proses Lima Fase.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan serta dapat dituntunkan kepada generasi-generasi mendatang. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara terarah. Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Salah satu tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah bertujuan dengan pembinaan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai peristiwa. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 41), pembinaan terhadap bahasa Indonesia, meliputi empat aspek kemampuan berbahasa, yakni

(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis. Pengajaran menulis sebagai bagian integral dari pengajaran Bahasa Indonesia diberikan dengan tujuan agar siswa mampu menuangkan gagasannya dalam bahasa tulis dengan lancar dan tertib. Kehadiran pembelajaran menulis yang terencana dengan baik dirasakan amat mendesak, karena keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan bahasa, kehadirannya mutlak diperlukan. Henry Guntur Tarigan (2008: 27) menyatakan bahwa kemajuan suatu bangsa dan negara dapat dilihat dari maju tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa. Keterampilan ini sangat besar artinya bagi siswa selama ia mengikuti kegiatan pendidikan di bangku sekolah. Banyak kegiatan yang berhubungan erat dengan keterampilan menulis yang harus diselesaikan siswa, yaitu membuat ikhtisar, membuat catatan, menulis notulen, menulis berbagai macam surat, menulis proposal penelitian, menulis rancangan kegiatan, sampai pada kemampuan menulis karya ilmiah. Akhadiah (2002: 2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat.

Keterampilan menulis juga digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan dari semua itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang mampu menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif (Syarkawi, 2008: 2). Keterampilan ini meliputi keterampilan menyusun pikiran tentang gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada pembaca dengan menggunakan kata-kata dalam susunan yang tepat berdasarkan pikiran, organisasi, pemakaian kata, pemilihan kata, dan struktur kalimat. Di samping itu, diperlukan juga keterampilan menyusun kalimat yang merupakan prasyarat untuk membentuk kesatuan isi dalam paragraf. Paragraf yang baik bukan hanya ditentukan oleh kaidah-kaidah sintaksis, kosa kata, dan penguasaan diksi yang tepat, melainkan juga bagaimana cara seseorang dalam menuliskan kalimat yang saling bertalian atau tersusun dengan baik sebagai ungkapan gagasan atau ide yang mereka ciptakan secara unik yang mewakili daya kreasi dan imajinasi orang tersebut.

Tujuan yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan ide atau gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta mempunyai hobi menulis. Melalui keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Akan tetapi, tidak semua orang mampu melaksanakan tugas menulis dengan baik karena menulis bukan pekerjaan yang mudah dan membutuhkan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar merupakan langkah awal menuju tingkat lanjut ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Kemampuan menulis ini diajarkan di SD kelas I sampai dengan kelas VI. Kemampuan menulis yang diajarkan di kelas I dan kelas II merupakan kemampuan tahap permulaan, sedangkan yang diajarkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut tahap lanjut (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001: 71). Melalui latihan menulis secara bertahap, siswa diharapkan mampu membangun keterampilan menulis lebih meningkat lagi. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah bila dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya.

Rendahnya kemampuan menulis siswa terjadi pada siswa kelas VI SD N Klero 01. Hal ini dapat dilihat dari data pendukung yang diperoleh pada saat guru memberikan tugas mengarang pada kompetensi dasar sebelumnya (menulis karangan percakapan). Rata-rata siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan di SD Negeri Klero 01 yaitu 70, bahkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah nilai 40.

Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti menemukan beberapa hal yang menghambat pembelajaran menulis karangan yang secara umum disebabkan oleh ketidaktepatan prosedur pembelajaran yang digunakan oleh guru dan rendahnya kompetensi siswa dalam membuat karangan. Prosedur yang selama ini dilakukan guru adalah (1) memberikan tema, (2) meminta siswa membuat karangan dalam waktu yang sangat singkat yaitu 2 x 40 menit, (3) kemudian siswa mengumpulkan karangan yang langsung dikoreksi dan dicoret-coret oleh guru pada bagian yang salah, (4) setelah dikoreksi dan dinilai karangan dikembalikan kepada para siswa. Selain prosedur pembelajaran yang diterapkan guru, hambatan berasal dari kompetensi siswa, yaitu rendahnya kemampuan menulis karangan siswa yang ditunjukkan dengan sering ditemukannya (1) siswa kurang mampu mengembangkan tema yang ditentukan, sehingga seringkali tema yang ditentukan tidak sesuai dengan karangan yang dibuat, (2) kurang menguasai ejaan, dan (3) kurang menguasai struktur kalimat.

Peneliti menemukan penyebab lain yang mengakibatkan rendahnya kemampuan menulis karangan siswa, yaitu ketika melakukan identifikasi lebih lanjut berupa wawancara dengan beberapa siswa SD tersebut mengenai pembelajaran menulis yang diajarkan guru selama ini. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa para siswa kurang termotivasi mengikuti pembelajaran menulis karena pembelajaran yang diberikan guru selama ini kebanyakan masih terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan berjalan secara monoton tanpa ada variasi metode atau teknik pembelajaran yang diberikan. Menurut beberapa siswa, metode atau teknik pembelajaran yang dilakukan guru selama ini kurang inovatif karena dalam kegiatan pembelajaran menulis di kelas, siswa hanya dijejali dengan materi melalui ceramah saja kemudian siswa diminta mengerjakan latihan menulis karangan yang berupa mengisi karangan rumpang. Selain itu, guru juga tidak memberikan kesempatan untuk melakukan tahap prapenulisan (menentukan ide, menulis kerangka, dan lain-lain). Kurangnya motivasi juga disebabkan oleh kurangnya media pendukung sehingga tidak ada kesempatan siswa saling berbagi karangan dengan temannya.

Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti bersama guru melakukan sharing ideas untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada prosedur pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas belajar, kreativitas siswa, dan motivasi siswa, yaitu dengan menggunakan pendekatan proses. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Dalam pendekatan proses, pembelajaran menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep “Naturalisme-Romantis” dan Teori “Kognitif Gestal” (Sagala, 2005: 74).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pendekatan proses yang paling tepat untuk diterapkan pada siswa kelas VI SD N Klero 01 adalah pendapat Tompkins, yaitu Pendekatan Proses Lima Fase. Ditinjau dari pembagian tahapannya, Pendekatan Proses Lima Fase sangat memungkinkan siswa untuk mengembangkan karangannya dengan melalui tahap persiapan terlebih dahulu, kemudian penulisan, selanjutnya di bawah bimbingan guru, siswa merevisi karangannya dari segi struktur karangan yang dilanjutkan dengan tahap penyuntingan dari segi ejaan dan tanda baca. Selanjutnya karangan siswa dipublikasikan di dinding kelas agar siswa bisa berbagi dengan teman dan untuk meningkatkan motivasi agar selalu berusaha membuat karangan sebaik-baiknya.

Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan dengan Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase pada Siswa Kelas VI SD N Klero 01 tahun ajaran 2015/2016”.

Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VI SD Negeri Klero 01?

Tujuan penelitian

Tujuan Umum

1)    Meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran di sekolah dasar

2)    Meningkatkan professional seorang guru

Tujuan Khusus

1)    Meningkatkan aktifitas siswa kelas VI dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Proses Lima Fase.

2)    Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA dengan Pendekatan Proses Lima Fase.

3)    Meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Proses Lima Fase.

4)    Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Proses Lima Fase.

Manfaat penelitian

Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pembelajaran menulis. Penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat menciptakan interaksi positif antara siswa dan guru dalam mengembangkan daya kreatif siswa membuat karangan yang baik.

 

Manfaat Praktis

1)    Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu memotivasi dan membangun daya kreatif siswa dalam membuat karangan yang baik dan benar.

2)    Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan positif dalam meningkatkan pembelajaran menulis karangan, dapat memperbaiki teknik mengajar yang selama ini digunakan, dan dapat menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang menarik.

3)    Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan prestasi sekolah.

4)    Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai pendekatan proses dalam pembelajaran menulis dan dapat mengatasi masalah belajar siswa yang sangat berguna untuk persiapan menjadi guru.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pengertian Pembelajaran

Achmad Sugandi (2007:6) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan.

Crow and Crow (dalam Achmad Sugandi 2007:6) mengartikan pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan.

Menurut Oemar Hamalik (1995: 57) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Gane dan Briggs (1979:3), instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs.

Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

Pendekatan proses lima fase dalam Pembelajaran

Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2006) menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) dari pada korvengen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan. Menurut Carole Cox (1999: 307) penelitian mengenai proses kegiatan menulis sebenarnya telah dilakukan pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an yang didasarkan pada hasil penelitian Donal Grave’s (1983) dengan buku yang berjudul Writing: Teachers and children at work. Melalui pendekatan ini, fokus pembelajaran menulis bergeser dari produk ke proses. Proses menulis yang dimaksud menunjuk pada apa yang dilakukan oleh anak (siswa). Selanjutnya Graves membagi beberapa kegiatan proses menulis, yaitu (1) Prewrite/pramenulis, (2) draft/menyusun draf penulisan, (3) revise/revisi, (4) edit/sunting, dan (5) pulish/publikasi yang juga disebutkan oleh Tompkins (dalam Sumarwati, 2007: 4).

KERANGKA BERPIKIR

Hasil survei awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa, yaitu, (1) siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran menulis karena karangannya tidak dipublikasikan, menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, (2) siswa kurang mampu mengembangkan tema, (3) siswa kurang menguasai penggunaan ejaan yang benar, (4) siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan persiapan menulis (prapenulisan), membuat kerangka dan sebagainya, (5) siswa tidak memiliki kesempatan melakukan revisi dan pengeditan pada karangannya, (6) karangan hanya dibuat untuk mendapatkan nilai, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berbagi karangan. Prosedur pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya dilakukan dengan, (1) menentukan judul, (2) menulis karangan, (3) mengumpulkan dalam waktu yang singkat, (4) guru mengoreksi dan memberi nilai, dan (5) mengembalikan karangan pada siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memperoleh hasil karangan yang tidak optimal karena kreatifitas siswa dibatasi oleh waktu, yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis.

Pendekatan proses lima fase digunakan peneliti untuk mengatasi permasalahan di atas, karena menggunakan tahapan-tahapan (fase) yang diharapkan (1) siswa dapat aktif dan kreatif karena terlibat langsung dalam melakukan pembenaran karangan, (2) siswa terlatih untuk lebih teliti dalam menggunakan ejaan dan tanda baca, (3) siswa lebih kreatif karena berusaha membuat karangan sebaik mungkin, dan (4) siswa termotivasi membuat karangan yang baik karena ada tahap publikasi. Prosedur yang digunakan dalam pendekatan proses antara lain, (1) tahap prapenulisan yang memungkinkan siswa melakukan persiapan sebelum menulis, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi yang memungkinkan siswa meninjau ulang karangannya dari segi isi dan melakukan perubahan jika perlu, (4) tahap pengeditan yang memungkinkan siswa untuk aktif dan teliti mininjau kebenaran ejaan, tanda baca, dan kosakata pada karangannya, dan (5) tahap publikasi yang memungkinkan siswa untuk membagi karangannya dengan teman sekelas, adik kelas, dan civitas akademik yang lain.

METODE PENULISAN

Setting Penelitian

Penelitian direncanakan pada hari Jumat tanggal 30 Oktober 2016 untuk siklus I, siklus II pada hari Sabtu tanggal 7 November 2016, dan siklus III pada hari Sabtu tanggal 14 November 2016.

Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.

Berdasarkan dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Desa Klero Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 21 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang.

Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN

Deskripsi Kondisi Awal

Gambaran Sekolah

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Klero 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas VI sebanyak 21 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Klero 01 berada di wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Keadaan Siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD Klero 01 Desa Klero pada semester II diperoleh data yaitu dari 21 siswa yaitu 12 laki-laki dan 9 perempuan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Kemampuan Siswa

Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 72%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 28%.

Ketuntasan Belajar Siklus I

Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 11 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 47%.

Deskripsi Dan Pembahasan Siklus II

Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sebanyak 4 siswa atau 19%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa dengan persentase 81%.

Berdasarkan hasil penulisan pada Siklus II maka hasil refleksi selama kegiatan pada penulisan yang dimulai dari persiapan sampai pada pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa yang cukup baik.

Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan proses lima fase dengan pada siklus I, dan siklus II yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Proses Lima Fase pada Siswa Kelas VI dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

No

Aspek yang diamati

Sebelum Perbaikan

Siklus I

Siklus II

1

Ketrampilan Guru

Cukup

Baik

 Baik

2

Aktivitas Siswa

Cukup

Baik

Baik

4

Hasil Belajar

28% Tuntas

47% Tuntas

81% Tuntas

 

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus I menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi sangat baik pada siklus II. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 28%, siklus I 47%, dan siklus II 81%. Pelaksanaan tindakan dari siklus I sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa, keterampilan berpidato anak, dan hasil belajar siswa.

 

 

 

 

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.  Melalui pendekatan proses lima fase pada pembelajaran Bahasa Indonesiadi kelas VI SD N Klero 01 dapat meningkatkan keterampilan guru.Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I guru sudah baik dalam menerapkan keterampilan guru. Guru dalam melakukan pembelajaran sudah melibatkan siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran. Pada siklus II keterampilan guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Sehingga indikator keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.

2.  Melalui pendekatan proses lima fase pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SD N Klero 01 dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I termasuk kriteria baik. Pada siklus I aktivitas siswa sudah lebih baik dari pada siklus sebelumnya. Siswa selama mengikuti proses pembelajaran sudah berani untuk bermain peran, dan sudah belajar untuk bekerjasama. Sedangkan pada siklus II aktivitas siswa termasuk dalam kriteria sangat baik. Sehingga indikator keberhasilan dapat dicapai dengan kriteria sekurang-kurangnya baik.

3.  Melalui pendekatan proses lima fase pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SD N Klero 01 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada siswa kelas VI pada setiap siklusnya. Hasil belajar siswa meningkat baik, hal ini terbukti dengan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 28%, siklus I 47%, dan siklus II 81%

SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1.                 Bagi Siswa

Siswa hendaknya mengikuti pembelajaran menulis karangan dengan Pendekatan Proses Lima Fase dengan aktif karena penerapan Pendekatan Proses Lima Fase dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi siswa untuk membuat dan memperbaiki karangan dengan baik sehingga mampu meningkatkan kemampuan menulis karangn siswa dalam menulis karangan.

2.                 Bagi Guru

Guru hendaknya lebih telaten dalam proses pembelajaran, mengingat penanaman pengertian tentang suatu materi penting untuk dilakukan dalam suatu proses. Salah satu cara yang bisa diterapkan yaitu mengubah teacher- centered menjadi student-centered dengan penerapan pendekatanproses lima fase.

3.                 Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya menyediakan sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, inovatif dan dapat berjalan secara optimal. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru agar senantiasa melakukan pembaharuan dalam dunia pengajaran dan pendidikan. Selain itu, kepala sekolah harus selalu memonitor kinerja guru pada saat menyampaikan pelajaran dan memotivasi guru untuk selalu melakukan evaluasi atas kinerjanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Anni, Catharina Tri dan Achmad Rifa’i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Anitah, Sri W, dkk.2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penulisan Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2010. Penulisan Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arseval, Adnan. 2011. Jenis-jenis Belajar. http://www.scribd.com/doc/52963200/Jenis-Belajar-Menurut-Bloom (diunduh pada tanggal 10 April 2012, Pkl.20.05 WIB)

Badarudin. 2011. Keterampilan Dasar Mengajar. http://ayahalby.wordpress.com (diunduh pada tanggal 10 Januari 2014, Pkl.20.07 WIB)

Depdiknas.2006. Standar Isi. Jakarta: Badan Penulisan dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Heryanto, N dan H.M.A. Hamid. 1992. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kurnia, Ingridwati.2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asessmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

 Rifa’I, Ahmad dan Anni Tri Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes.

Santosa, Puji, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.­­ Jakarta: Rajawali Pers.

Sukmadinata, Nana Syaodih.2009. Metode Penulisan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wadhani, I.G.A.K. 2007. Penulisan Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.