PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESCRIPTIVE TEXT MENGGUNAKAN QUANTUM LEARNING METHOD DAN MEDIA DIGITAL LEARNING SYSTEM (MDLS) SISWA KELAS VII Sri Suwarni
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENULIS DESCRIPTIVE TEXT
MENGGUNAKAN QUANTUM LEARNING METHOD DAN MEDIA DIGITAL LEARNING SYSTEM (MDLS) SISWA KELAS VII
Sri Suwarni
Srisuwarni624@gmail.com
PENDAHULUAN
Indonesia menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa asing. Bahasa Inggris tidak digunakan dalam aktifitas sehari-hari tetapi bahasa Inggris dipelajari agar dapat mengikuti perkem-bangan ilmu pengetahuan, berita, dan lain-lain dari Negara lain yang saat ini persebarannya menggunakan bahasa Inggris. Banyak orang di Indonesia berpikir bahwa bahasa Inggris itu sulit dipelajari. Hal ini karena mereka tidak membiasakan untuk mendengar dan menggunakan bahasa itu. itulah mengapa pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum dan menjadikan bahasa Inggris sebagai mata pelajan wajib. Ini berarti bahwa bahasa Inggris juga mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Karena bahasa Inggris dianggap sebagai mata pelajaran yang utama di sekolah, pemerintah memutuskan bahwa Bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran dalam ujian nasional sebagai salah satu syarat untuk lulus sekolah. Pendidikan di Indonesia menuntut para peserta didik untuk menguasai 4 keterampilan berbahasa, yaitu listening (mende-ngarkan), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis). Keterampilan-keterampilan tersebut diajarkan mulai sejak awal sekolah sampai di perguruan tinggi. Sebagai efeknya, semua sekolah dan kampus di Indonesia mengajarkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran wajib.
Menulis merupakan kemampuan yang dirasa sulit oleh banyak peserta didik. Proses pengajaran belum berpusat pada peserta didik (Student Centered Learning) sehingga peserta didik kurang aktif. Terlebih lagi, guru belum menggunakan metode pengajaran yang menyenangkan sehingga memacu semangat para peserta didik untuk pengajaran menulis. Guru juga kurang memberi waktu kepada peserta didik untuk mempraktekkan materi yang dipelajari. Selain itu, guru juga belum memaksimalkan perkembangan IPTEK dalam pembelajaran. Hasil pembelajaran menulis peserta didik kelas VII juga masih rendah khususnya pada materi Descriptive.
Karena hasil pembelajaran menulis kurang dari KKM yang merupakan batas minimal bagi peserta didik untuk ketuntasan maka diperlukan inovasi pembelajaran menulis bagi peserta didik dalam hal metode yang digunakan oleh guru. Pembelajaran yang inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dapat membentuk iklim positif dalam kelas. Salah satu metode pengajaran yang inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan adalah Quantum Learning. Quantum Learning ini dikembangkan dengan sebuah konsep yang dinamai dengan: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demonstrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Disamping metode Quantum Learning itu akan digunakan juga media Digital Learning System. Dengan penerapan metode Quantum Learning dan Digital Learning System ini berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik dalam pembelajaran menulis Descriptive Text dapat diatasi.
Quantum Learning
Awalnya Quantum Teaching merupakan badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi di Super Camp, sebuah program percepatan belajar (accelerated learning) yang mempraktikkan metode belajar kuantum (Quantum Learning). Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti program di Super Camp ini mendapat nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri. (Vos Groenendal:1991 dalam DePorter: 2003)
Kesuksesan metode di Super Camp mendatangkan un-dangan dari berbagai sekolah untuk melatih guru menggunakan metode ini. Guna memenuhi kebutuhan yang lebih luas, metode pelatihan di Super Camp ditulis dalam buku berjudul Quantum Teaching, agar dimanfaatkan oleh para guru dalam melaksana-kan pembelajaran di kelas. Jadi, Quantum Teaching adalah praktik Quantum Learning di kelas-kelas.
Quantum Learning oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan sebagai salah satu metodologi pembelajaran dalam bentuk rancangan pembelajaran, penyajian bahan ajar, dan fasilitas pembelajaran, yang tidak harus dilaksanakan di dalam sebuah Super Camp namun dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Quantum Learning ini pada hakikatnya diciptakan berdasarkan pada adopsi terhadap teori-teori pendidikan seperti accelerated learning, multiple intelligences, experiential learning, dan elements of effective instruction.
Secara sederhana, pembelajaran kuantum (Quantum Learning) dapat diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai intaeraksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan pembelajaran yang dapat melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah dan alami.
Menulis (Writing)
Sebenarnya ada banyak pengertian menulis (writing). Yang pertama adalah pengertian menulis menurut Brown (2007) dalam Musyahda (2010) menyatakan bahwa menulis adalah merepresentasikan bahasa lisan ke bentuk tulisan. Itu berarti menulis adalah kegiatan mengganti sinyal suara menjadi sinyal tulisan (graphology).
Susanti (2009) menyatakan bahwa menulis adalah suatu kegiatan menggabungkan beberapa kata menjadi pesan yang berarti yang ingin disampaikan oleh penulis. Dari pernyataan Susanti, dapat diketahui bahwa menulis adalah membuat teks. Teks yang dibuat adalah gabungan dari beberapa kata yang digabung membentuk suatu kalimat, kemudian menjadi paragraf dan akhirnya menjadi sebuah teks yang utuh.
Sementara Patel (2008) menjelaskan bahwa menulis adalah semacam perilaku bahasa. Perilaku ini merupakan perilaku penggantian simbol bahasa suara menjadi simbol bahasa tulisan. Pengertian menulis dari Patel tidak jauh berbeda dari para ahli yang lain.
Secara ringkas bisa dijelaskan bahwa menulis adalah aktifitas pengungkapan ide melalui tulisan. Aktifitas ini tergolong dalam salah satu keterampilan berbahasa yang cukup sulit. Untuk menguasai keterampilan tersebut, perlu usaha ekstra.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Carmen dalam Burns (2010), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi. Salah satu tujuan dari Penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
Kemmis and McTaggart (1998) dalam Burns (2010) menyatakan bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas, ada 4 tahap dalam setiap cycle (siklus). Empat tahap tersebut adalah planning (perencanaan), action (tindakan), observation (observasi), dan reflection (refleksi).
Data yang dianalisis didapat dari: 1) Informan, yaitu peserta didik dan guru yang lain, 2) Daftar Nilai, serta 4) Catatan lapangan guru yang berisi peristiwa selama KBM dan lain lain.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal para peserta didik. Dalam tes ini peserta didik diminta untuk membuat teks deskriptif dengan topik yang sudah ditentukan selama 90 menit. Mereka diperbolehkan untuk membuka kamus.
Hasil dari pretes adalah sebagai berikut.
No. |
Hasil Tes Pretes |
|
1 |
Jumlah Nilai |
2354 |
2 |
Rata-Rata |
78.5 |
3 |
Nilai Tertinggi |
85 |
4 |
Nilai Terendah |
60 |
5 |
Tuntas KKM |
18 |
6 |
Belum Tuntas KKM |
12 |
7 |
Persentase Tuntas KKM |
60 |
8 |
Persentase BelumTuntas KKM |
40 |
Tabel 1 Hasil Tes pada pretes
Dapat diketahui dari tabel presentasi tuntas KKM masih tergolong rendah, yaitu 60%.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
Siklus I dilakukan selama 2 minggu. Selama 2 minggu, peserta didik diajarkan cara menulis Descriptive Text dengan metode Quantum Learning. Setelah treatment (perlakuan) selama 2 minggu tersebut, peneliti melakukan evaluasi hasil treatment. Dengan achievement test/ tes prestasi terhadap peserta didik, diperoleh hasil:
No. |
Hasil Tes Siklus I |
|
1 |
Jumlah Nilai |
2414 |
2 |
Rata-Rata |
80.5 |
3 |
Nilai Tertinggi |
84 |
4 |
Nilai Terendah |
71 |
5 |
Tuntas KKM |
23 |
6 |
Belum Tuntas KKM |
7 |
7 |
Persentase Tuntas KKM |
76.7 |
8 |
Persentase BelumTuntas KKM |
23.3 |
Tabel 2 Hasil Tes pada Siklus I
Dari tabel tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan rata-rata menjadi 80,5. Presentasi pada kondisi awal 60% juga meningkat menjadi 76,7%. Nilai terendah dan tertinggi juga meningkat.
Siklus II
Sama seperti siklus I, siklus II dilakukan selama 2 minggu. Selama 2 minggu, peserta didik diajarkan cara menulis Descriptive Text dengan metode Quantum Learning. Setelah treatment (perlakuan) selama 2 minggu tersebut, peneliti melakukan evaluasi hasil treatment. Dengan achievement test/ tes prestasi terhadap peserta didik, diperoleh hasil:
No. |
Hasil Tes Siklus I |
|
1 |
Jumlah Nilai |
2476 |
2 |
Rata-Rata |
82.5 |
3 |
Nilai Tertinggi |
88 |
4 |
Nilai Terendah |
75 |
5 |
Tuntas KKM |
27 |
6 |
Belum Tuntas KKM |
3 |
7 |
Persentase Tuntas KKM |
90 |
8 |
Persentase BelumTuntas KKM |
10 |
Tabel 3 Hasil Tes pada Siklus II
Dari tabel tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan rata-rata dari siklus I 80,5 menjadi 82.5. Presentasi tuntas KKM pada siklus II ini juga meningkat dari siklus pertama 76,7% menjadi 90%. Nilai terendah dan tertinggi juga meningkat.
Siklus III
Sama seperti siklus I dan siklus II, siklus III dilakukan selama 2 minggu. Selama 2 minggu, peserta didik diajarkan cara menulis Descriptive Text dengan metode Quantum Learning. Setelah treatment (perlakuan) selama 2 minggu tersebut, peneliti melakukan evaluasi hasil treatment. Dengan achievement test/ tes prestasi terhadap peserta didik, diperoleh hasil:
No. |
Hasil Tes Siklus I |
|
1 |
Jumlah Nilai |
2575 |
2 |
Rata-Rata |
85.8 |
3 |
Nilai Tertinggi |
90 |
4 |
Nilai Terendah |
83 |
5 |
Tuntas KKM |
30 |
6 |
Belum Tuntas KKM |
0 |
7 |
Persentase Tuntas KKM |
100 |
8 |
Persentase BelumTuntas KKM |
0 |
Tabel 4 Hasil Tes pada Siklus III
Dari tabel tersebut dapat diketahui terdapat peningkatan rata-rata dari siklus II 82,5 menjadi 85,8. Presentasi tuntas KKM pada siklus II ini juga meningkat dari siklus kedua 90% menjadi 100%. Nilai terendah dan tertinggi juga meningkat.
Dalam proses belajar mengajar, pada siklus III peserta didik juga telah menunjukkan peningkatan yang lebih dari siklus-siklus sebelumnya dalam hal semangat belajar karena mereka menikmati pembelajaran dengan metode Quantum Learning dan sudah terbiasa menggunakanDigital Learning System dengan Macromedia Flash. Peserta didik juga sudah jauh lebih aktif, bertanya jika tidak mengerti dan tambah percaya diri dari siklus sebelumnya yang ditandai dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan antusias dan mengungkapkan ide dalam pembelajaran. Kemampuan menulis mereka juga telah mengalami peningkatan secara signifikan. Pada siklus III, pada mulanya peserta didik mengalami kesulitan dalam pengungkapan ide dan penggunaan grammar. Dalam hal Idea, peneliti menggunakan realia sehingga peserta didik bisa melihat secara langsung dan terbiasa berpikir tentang apa yang akan mereka deskripsikan dengan langsung melihat objek tersebut. Dengan melakukan hal itu, ternyata para siswa menunjukkan respon positif dan lebih bisa mengungkapkan ide mereka. Untuk masalah Grammar, peneliti menggunakan teknik peer reflection yaitu peserta didik dapat saling memeriksa pekerjaan teman sendiri sehingga mereka lebih akrab. Selain itu, mereka dapat mengetahui kesalahan mereka dan cara membenarkannya. Cara itu dirasa lebih bermakna karena pengkoreksian berasal dari teman sendiri sehingga lebih bertahan lama. Peneliti juga mengobservasi dan mengecek kegiatan peer reflection tersebut. Oleh karena presentasi peserta didik yang tuntas KKM sudah sesuai dengan harapan yaitu 100% dan beberapa kelemahan dapat teratasi, maka akan tidak akan dilaksanakan siklus selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Ø Metode Quantum Learning dapat meningkatkan keteram-pilan peserta didik dalam hal menulis. Rata-rata yang mulanya 78,5 meningkat menjadi 85,8 atau meningkat sebanyak 9,3%. Disamping itu presentase tuntas KKM yang mulanya 60% meningkat secara signifikan menjadi 100% setelah siklus III.
Ø Dengan menggunakan metode Quantum Learning pem-belajaran akan lebih bermakna, peserta didik akan lebih aktif, partisipatif dan mempunyai waktu yang cukup untuk mempraktekkan pengetahuannya.
Dari hasil penelitian ini ada dua saran yang perlu disampaikan:
Ø Kepada guru, agar menggunakan metode Quantum Learning yang sudah terbukti keefektifannya. Namun, dalam pelaksanaan metode guru harus mempertimbang-kan sumber daya manusia, kesesuaian dengan materi dan kesesuaian dengan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Douglas H. 2007. Teaching by Principles and Interactive Approach to Language Pedagogy. San FranciscoState University.
Burns, Anne. 2010. Doing Action Research in English Language Teaching A Guide for Practitioners. New York and London: Routledge.
DePorter, Bobbi, Mark Readon, & Sarah Singer-Nourie. 2003. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa.
Musyahda, LIlla (2010). The Achievement Test of Academic Writing and Presentation: Reflecting Progress of End Product Tasks. Paper presented in The 57th TEFLIN International Conference, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 1-3 November 2010.
Patel, M.F. & Praveen M. Jain. 2008. English Language Teaching (Methods, Tools, & Techniques). Jaipur: Sunrise Publishers & Distributors.
Susanti, Era. (2009). Teaching Descriptive Texts Using Pictures of Public Figures In Cahyono, Bambang Yudi (Ed.), Techniques in Teaching EFL Writing (page 43-49). Malang: Universitas Negeri Malang.