Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Media Gambar Seri
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 012 CONCONG LUAR KECAMATAN CONCONG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN AJARAN 2016/2017
Zainal Elmi
SDN 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis karangan pada siswa kelas V SDN 012 Concong Luar. Selain itu rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan disebabkan oleh kurangnya media yang digunakan dalam proses belajar mengajar dan metode yang digunakan masih konvensioanal. Dari latar belakang tersebut maka digunakan media gambar seri dalam peningkatan kemamapuan menulis karangan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN 012 Concong Luar dengan subjek penelitian siswa kelas V yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan meliputi membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media gambar seri, dan menyiapkan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan dengan media gambar seri. Tahap pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengamati dan menginterprestasikan pengguanaan media gambar seri dalam pembelajaran menulis karangan. Tahap refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pelaksanaan dan pengamatan, juga untuk mengetahui kelemahan pada pembelajaran yang kemudian kelemahan tersebut diperbaiki pada siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD 012 Concong Luar tahun ajaran 2016/2017. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 64,9 dengan prosentase ketuntasan sebesar 47,8%. Pada siklus II jumlah rata-rata yang diperoleh 68,8 dengan prosentase ketuntasan 73,9%. Pada siklus III jumlah nilai rata-rata siswa adalah 75,2 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%.
Kata Kunci: Menulis Karangan, Bahasa Indonesia dan Media Gambar Seri
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan salah satu ilmu yang wajib dipelajari di jenjang pendidikan dasar. Bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan yaitu sebagai sarana komunikasi dan interaksi dalam proses belajar mengajar.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaktif antara guru dan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Melalui pembelajaran dapat memberikan informasi, pengalaman, dan keterampilan.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. Selanjutnya, fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa (Slamet,2007:5).
Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa. Keterampilan-keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan pengajaran bahasa Indonesia adalah keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Slamet, 2007: 6).
Menulis adalah keterampilan yang produktif karena menulis merupakan komunikasi secara tidak langsung yang menghasilkan tulisan (Tarigan, 1987:185). Keterampilan menulis membutuhkan perhatian yang lebih. Perhatian yang lebih saja kadang hasilnya masih kurang memuaskan, apalagi jika tidak mendapat perhatian bisa mengecewakan. Posisi menulis dalam pengajaran keterampilan berbahasa selalu diletakkan dalam urutan terakhir. Meskipun menulis diposisi terakhir bukan berarti menulis itu tidak penting.
Keterampilan menulis sangat penting untuk dikuasai para siswa. Keterampilan menulis akan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan pada masa sekarang ini. Menulis merupakan suatu kegiatan yang penting untuk menuangkan pikiran, gagasan atau pendapat, ide maupun perasaan seseorang. Pada pembelajaran menulis di SD kelas tinggi, standar kompetensi yang tercantum dalam KTSP adalah mengungkapkan pendapat dan perasaan ke dalam bentuk tulisan baik karangan, pantun maupun puisi. Tentu saja penuangan pendapat dan perasaan dalam bentuk karangan (mengarang) memerlukan konsentrasi dan daya kreatif yang tinggi dalam memilih kata dan pengorganisasian kalimat. Namun perlu disadari pula bahwa peserta didik usia SD tentu mengalami proses belajar menulis karangan dari karangan yang sederhana menuju yang lebih komplek sesuai dengan perkembangan kognitifnya.
Dewasa ini kegiatan menulis masih dipandang sebagai kegiatan berbahasa yang paling sulit dibandingkan dengan kegiatan berbahasa lainnya. Oleh karena itu, perlu dicari pendekatan, metode, dan teknik yang dapat mempermudah kegiatan menulis (Slamet, 2007:169).
Pada kenyataannya kegiatan menulis belum berjalan dengan baik dan belum menarik perhatian siswa sehingga hasil yang didapat pun kurang memuaskan. Rendahnya keterampilan menulis karangan disebakan oleh kurangnya keterampilan siswa dalam menuangkan ide dengan baik, pengembangan kerangka karangan, dan penyusunan kalimat serta kosakata yang digunakan masih terbatas. Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya media yang digunakan dalam belajar, masih diguankannya metode belajar yang konvensional dan siswa membutuhkan waktu yang lama ddalam menulis. Akibatnya hanya sekitar 20% siswa yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal. Kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah ini adalah 64.
Peran guru di sini sangat penting dalam mengarahkan keterampilan menulis. Guru harus dapat mengajarkan keterampilan menulis secara efisien, efektif, dan menarik. Guru dapat menggunakan metode dan media yang inovatif dan kreatif sehingga akan menarik perhatian siswa untuk menulis (Tarigan, 1987:230).
Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum bisa mengoptimalkan penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar. Seorang guru harus mampu memilih media yang tepat dan sesuai supaya siswa dapat tertarik untuk menulis.
Berdasarkan pada data di lapangan, maka penulis tertarik untuk menulis penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas V SDN 012 Concong Luar Kecamata Concong Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2016/2017â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2016/2017?â€.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Secara garis besar, perbaikan pembelajaran ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, selain itu perbaikan pembelajaran dengan pola PTK ini juga memberikan manfaat pada banyak pihak antara lain:
1. Bagi Siswa: Dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan akan berdampak meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru: Dapat menambah pengetahuan mengenai penggunaan gambar berseri sebagai media pembelajaran serta meningkatkan kinerja dan mutu pendidikan.
3. Bagi Sekolah:Dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
KAJIAN PUSTAKA
Menulis Karangan
Menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika) (Deporter, 2004:179). Dorongan menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara, untuk mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman kita kepada orang lain.
Menulis menurut Mc Crimon (dalam Slamet, 2007:141), menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Pada dasarnya menulis itu, bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.
Menurut Byrne pada hakikatnya kemampuan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil (Slamet, 2007: 141).
Menurut Henry Guntur Tarigan (1982: 3-4), keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain.
Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan bahasa yang paling sulit, sebab melibatkan kemampuan atau penguasaan tata bahasa, kosakata, dan ejaan. Selain itu, diperlukan kemampuan cara berpikir atau logika serta ketrampilan menyusun kata menjadi kalimat yang bermakna. Selain susunan kalimat yang runtut dan isi yang jelas, tanda baca juga penting menulis.
Keterampilan menulis memang memerlukan penguasaan banyak aspek, namun keterampilan ini harus tetap diberikan kepada siswa. Keterampialn menulis memang perlu untuk dipelajari sebab keterampilan ini merupakan bagian penting dalam pembelajaran bahasa dan akan bermanfaat bagi siswa. Karena itulah, latihan menulis perlu diberikan sejak awal melalui proses yang memerlukan waktu dan kesabaran dari guru.
Seperti halnya dengan keterampilan bahasa yang lain keterampilan menulis juga diajarkan secara bertahap. Kegiatan menulis dimulai dari yang sederhana dan dilanjutkan dengan kegiatan menulis yang makin lama makin kompleks sesuai dengan kegiatan perkembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa siswa.
Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia, materi bahasa disajikan secara bermakna sebagai suatu kebutuhan, yaitu dalam kontesks penggunaannya dalam komunikasi, bukan sebagai butir yang terpotong, melainkan kalimat yang saling berkaitan dan bermakna (Slamet, 2007: 6).
Ada beberapa model pembelajaran menulis menurut Rafi’uddin dan Zuhdi (2001: 55-60), yaitu: menjiplak,menyalin,menatap,menyusun,melengkapi,menulis halus, dikte, mengarang
Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bebahasa tulis. Proses penulisan terdiri atas lima tahap, yaitu pramenulis, menulis, merevisi, menyunting, dan mempublikasikan, sementara itu, pengajaran menulis terdiri atas lima tahap,yaitu mencontoh, memproduksi, rekomendasi, dan transformasi, mengarang terpimpin, dan mengarang bebas.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan di tingkat pendidikan dasar. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan bahasa, bukan pengajaran bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya dengan keterampilan tertentu yang dipelajari, bukan sebagai pengetahuan tata bahasa, kosakata, dan teori sastra.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baiksecara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia;
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Media Gambar Seri
Istilah media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti secara umum adalah alat komunikasi atau antara,yaitu apa saja yang membawa informasi antara sumber dan penerima (Heinich dan Rusello, 1982). Gerlach dan Ely (dalam Suyanto, 2008: 101) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat kondisi siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Romiszowski (dalam Suyanto, 2008: 101) menyatakan hak yang sama dengan Heinich, yaitu bahwa media merupakan carriers of the messages, yaitu alat untuk menyampaikan pesan guru kepada siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, media dapat membantu guru dalam menyampaikan materi bahan ajar supaya lebih jelas dan lebih mudah dipahami siswa, berarti ada hubungan antara konsep abstrak dan konkret.
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Bahri Djamarah dan Zain, 2006:120).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan penbelajaran di sekolah pada khususnya.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapakan melalaui kata-kata atau kalimat tertentu.
Menurut Azhar Arsyad (2002: 119), gambar seri merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Dengan gambar seri, siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan yang ada dalam gambar. Sedangkan menurut Soeparno, media gambar seri biasa disebut flow cart atau gambar susun.
Media gambar seri bisa dibuat dari kertas yang ukurannya lebar seperti kertas manila yang didalamnya terdiri atas beberapa gambar. Gambar – gambar tersebut saling berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan satu kesatuan atau satu rangkaian cerita. Masing – masing gambar diberi nomor sesuai urutan jalan ceritanya.
Media gambar seri dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sangat cocok digunakan untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lisan (berbicara dan bercerita). Media gambar seri bisa dipasang di papan tulis sehingga siswa satu kelas dapat melihat dengan langsung, bisa pula gambar disajikan dalam kertas gambar dan dibagikan sesuai jumlah siswa yang ada di kelas sehingga masing-masing siswa bisa melihat gambar seri dengan lebih jelas.
Hipotesis Tindakan
Melalui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan pada siswa kelas V SD Negeri 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun ajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas V SD Negeri 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun ajaran 2016/2017 selama 2 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2017. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis karangan bagi siswa kelas IV SD Negeri 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 012 Concong Luar Kecamatan concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun ajaran 2016/2017. Siswa kelas V tersebut berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data kondisi awal, teknik observasi untuk data kreativitas belajar, dan teknik tes tertulis untuk mengumpulkan data hasil belajar. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi kreativitas belajar dan butir soal tes tertulis.
Validasi Data dan Analisis Data
Validasi data dilakkan agar memperoleh data yang valid. Data kreativitas yang diperoleh melalui observasi divalidasi dengan melibatkan observer teman sejawat yang dikenal dengan berkolaborasi, sedangkan data yang diperoleh melalui tes divalidasi dengan menyusun kisi-kisi sebelum butir soal dibuat. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dilanjutkan dengan refleksi.
Prosedur Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama membuat perencanaan tindakan, tahap kedua melakukan tindakan sesuai yang direncanakan, tahap ketiga melakukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan, tahap keempat melakukan analisis deskriptif komparatif dan refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan.
Hasil Tindakan
Upaya peningkatan kemampuan menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui 3 siklus yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Upaya peningkatan kemampuan ini dilakukan dengan menggunakan media gambar seri. Berikut ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan dalam setiap siklus.
Siklus I
Siklus I dalam penelitian ini dilakukan sebanyak satu kali pertemuan. Pada pelaksanaan siklus ini semua siswa yang diteliti hadir yaitu sejumlah 23 siswa. Kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran yang telah di rencanakan
Dari siklus I ini, nilai rata-rata siswa dalam menulis karangan adalah 64,9. Sebanyak 11 atau 47,8% siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan 12 atau 52,1% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Siklus II
Pelaksanaan siklus II sama seperti yang dilaksanakan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Penelitian dilakukan pada siswa kelas V dengan jumlah siswa 23. Setelah dilaksanakan siklus II ini hasil belajar anak menjadi meningkat, sebanyak 17 siswa atau 73,9% telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan sebanyak 6 siswa atau 26,1% belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Siklus III
Pelaksanaan siklus III hampir sama dengan pelaksanaan siklus-siklus sebelumnya.Pada siklus III ini dapat diketahui bahwa seluruh siswa sebanyak 23 siswa atau 100% telah mencapai angka ketuntasan minimal. Rata-rata kelas mencapai 75,2. Berikut tabel rekapitulasi ketuntasan siswa.
PEMBAHASAN
Dari data-data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan bahasa Indonesia. Penggunaan media gambar seri dapat dijadikan sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan pembelajaran menulis karangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil yang didapat dari siklus I, dari 23 siswa diperoleh nilai rata-rata 64,9. Siswa yang memperoleh ketuntasan dalam pembelajaran hanya 11 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas cukup banyak yaitu 12 siswa. Artinya pembejaran yang dilaksanakan pada siklus I ini belum memperoleh hasil yang optimal. Perolehan hasil nilai kemampuan menulis siswa dalam siklus I ini dapat dinyatakan memperoleh ketuntasan sebesar 47,8%. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebesar 52,1%. Dalam siklus ini siswa mengalami kesulitan dalam penulisan ejaan, pemilihan kata, tata penulisan kalimat dan paragraf yang benar sehingga siswa perlu diberikan tambahan pengetahuan tentang ejaan yang disempurnakan (EYD). Siswa juga kurang tertarik dengan kegiatan menulis karangan sehingga siswa perlu diberi motivasi dan media yang lebih menarik lagi.
Hasil menulis karangan yang diperoleh dalam siklus II memperoleh rata-rata nilai sebesar 68,8. Dari nilai rata-rata tersebut siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam pembelajaran sebanyak 17 siswa sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 6 siswa. Ini berarti bahwa dalam siklus II ini telah terjadi peningkatan hasil belajar. Ketuntasan yang diperoleh pada siklus II ini dapat dinyatakan dengan perolehan prosentase sebesar 73,9% sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebesar 26,1%. Pada siklus II ini siswa sudah mulai tertarik dengan pelajaran menulis karangan. Siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran.
Hasil yang diperoleh siswa dalam menulis karangan pada siklus III ini diperoleh rata-rata sebesar 75,2. Siswa yang telah mencapai ketuntasan pembelajaran sejumlah 23 siswa, dengan prosentase ketuntasan 100%. Pada siklus III ini, semua siswa telah tuntas dalam pembelajaran menulis karangan
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 012 Concong Luar Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir tahun ajaran 2016/2017. Dengan penggunaan media gambar seri proses pembelajaran dalam menulis karangan dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam melahirkan ide dan imajinasi untuk bercerita. Dengan menggunakan gambar seri siswa akan lebih mudah menemukan kosa kata dan mengungkapkan isi gambar ke dalam bentuk tulisan. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 64,9 dengan prosentase ketuntasan sebesar 47,8%. Pada siklus II jumlah rata-rata yang diperoleh 68,8 dengan prosentase ketuntasan 73,9%. Pada siklus III jumlah nilai rata-rata siswa adalah 75,2 dengan prosentase ketuntasan sebesar 100%.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka disajikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Mengingat kesulitan siswa dalam penggunaan ejaan yang tepat sebaiknya siswa lebih memahami penggunaan ejaan yang tepat sesuai dengan EYD dalam penulisan karangan.
b. Siswa masih kesulitan dalam penggunaan tanda baca maka sebaiknya siswa lebih memahami penggunaan tanda baca yang tepat dalam penulisan karangan.
2. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya dapat memilih metode dan media yang sesuai agar menarik minat dan perhatian siswa dalam menulis.
b. Guru sebaiknya membimbing siswa secara intensif dan merata dalam pembelajaran menulis karangan.
c. Guru hendaknya dapat mengkondisikan situasi di dalam kelas sebelum siswa siap mengikuti proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Deporter, Bobby. 2004. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik , Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jakarta: Diva Press.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nuraini, Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanto, Ngalim dan Djeniah Alim. 1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Rosda Jayaputra.
Sabarti, Akhadiah. 1990. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.
Sam’s, Rosma Hartiny. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Teras.
Slamet, St.Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.
Suyanto, Kasihani. 2008. Melejitkan Potensi Anak Melalui English Class yang Fun, Asyik, dan Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.