UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)

BERBANTU GAMBAR PADA SISWA KELAS VIII.2 SMPN 1 CONCONG

 

Fatimah

SMP Negeri 1 Concong Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Operasi Aljabar Melalui Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Berbantu Gambar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong Kecamatan Concong Tahun Pelajaran 2016/2017. Tujuan utama penelitian ini Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Operasi Aljabar Melalui Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Berbantu Gambar Pada Siswa Kelas VIII.2 SMPN 1 Concong. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan dan melalui 2 siklus. Hasil dari penelitian ini nampak adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari 59,40 pada tahap awal menjadi sebesar 69,27 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I; dan kemudian meningkat lagi menjadi 80,03 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Jumlah siswa dengan hasil belajar kategori rendah pada tahap awal adalah sebanyak 5 siswa tuntas atau 16,67% dan tidak tuntas sebanyak 25 siswa atau 83,33%. Jumlah ini mengalami penurunan menjadi sebanyak 16 orang atau 53,33% dan tidak tuntas 14 siswa atau 46,67% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I. Kemudian, pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa atau 86,67% dan siswa tidak tuntas sebanyak 4 siswa atau 13,33%. Sebagai implikasi dari hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, disarankan penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantu gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan operasi aljabar pada siswa kelas VIII.2 SMPN 1 Concong Kecamatan Concong Kabupaten Indragiri Hilir.

Kata Kunci: hasil belajar, matematika, metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Demikian halnya dengan pelajaran matematika di kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong. Berdasarkan dua kali tes hasil belajar yang dikerjakan oleh siswa kelas VIII.2 diketahui hanya 6 siswa yang memperoleh nilai di atas 75 pada ulangan pertama dan 11 siswa pada ulangan kedua. Nilai rata-rata kelas masih dibawah 75. Nilai tersebut belum memenuhi KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika yaitu 75.

Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran disekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa serta dapat memotifasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi dari perubahan – perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Dari hasil inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.

Pada SMP Negeri 1 Concong dalam pembelajaran matematika, peneliti sering menggunakan model pembelajaran ceramah dan hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan. Sebagai seorang guru yang profesional sebaiknya dapat memilih dan menerapkan metode yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat dipahami dengan baik serta dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk mencapai tujuan ini peran guru sangat menentukan.

Menurut wina sanjaya (2006:19), peran guru adalah: “sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktifitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan cara mengganti cara atau model pembelajaran lebih menarik lagi dan pada pembelajaran ditemukan metode dan cara – cara yang baru agar dapat terjadi interaksi yang menarik antara siswa dengan guru. Diantara cara dan metode yang digunakan dengan menggunakan sarana yang ada disekolah diantaranya TGT (Team Games Tournament) dengan menggunakan turnamen games yang mana siswa bersaing dengan anggota tim lain. Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumusan Masalah

1.   Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kedatangan guru pada jam pertama dapat mengurangi keterlambatan guru mengajar?

2.   Apakah dengan pencatatan piket yang ketat terhadap kepulangan guru pada jam terakhir dapat mengurangi kecepatan guru meninggalkan kelas sebelum waktunya?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pada materi pokok bahasan Operasi Aljabar pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong? ; (2) Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong pada pokok bahasan Operasi Aljabar dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) berbantu gambar?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan penggunaan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament pada materi pokok bahasan Operasi Aljabar pada siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong; (2) Meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong pada pokok bahasan Operasi Aljabar melalui model pembelajaran TGT (Team Games Tournament) berbantu gambar.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1.   Bagi Siswa

Diharapkan dengan selalu aktif siswa mengikuti pembelajaran Matematika akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan Operasi Aljabar.

2.   Bagi Guru

Diharapkan melalui hasil penelitian ini guru akan mengetahui model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan profesionalnya sebagai guru.

3.   Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran dan hasil belajar matematika di sekolah.

4.   Bagi Perpustakaan

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan bahan untuk penelian dari guru.

KAJIAN TEORI

Proses Belajar dan Mengajar Matematika

Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adannya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Usman (2000:5) menyatakan proses merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar-mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Istilah “belajar” dan “mengajar” adalah dua peristiwa yang berbeda akantetapi diantara keduannya terdapat hubungan yang sangat erat. Bahkan antara keduannya terjadi kaitan dan interaksi, saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain dalam keberhasilan proses belajar-mengajar.

Untuk memahami tentang pengertian belajar disini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Slameto (1995: 2) memberikan definisi: Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sudjana (1989: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan itu sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek – aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Harold spears memberikan batasan: belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk atau arahan.

Geoch mengatakan belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

Dari keempat definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Metode Kooperatif Tipe TGT

TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement.

Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran. Maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim.

Menurut slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 4 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas, belajar dalam kelompok, permainan dan penghargaan kelompok. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh slavin, maka model pembelajaran kooperatif TGT memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1.   Tahap Penyajian Kelas

Bahan ajar dalam TGT mula – mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri.

 

2.   Belajar Dalam Kelompok

Guru membagikan LKPD kepada setiap kelompoksebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Disamping untuk mempelajari konsep-konsep materi pelajaran LKPD juga digunakan untuk melatih keterampilan dalam pembelajaran kooperatif terhadap siswa, dalam kerja kelompok, secara siswa mengerjakan tugas secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan jawaban dengan teman sekelompok siswa masing – masing.

3.   Kuis (Games)

Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampe 6 orang peserta dan diusahan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.

4.   Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian diatas, maka peneliti ini akan melihat bagaimana metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat berpengaruh terhadap proses belajar dan mengajar matematika yang diterapkan pada pokok bahasan operasi aljabar. Dengan metode pembelajaran berkelompok dan disertai dengan sedikit permainan, maka siswa akan lebih menarik dan memahami yang selanjutnya akan disertai dengan hasil belajar siswa dalam mengolah dan menganalisa data, siswa juga dituntut untuk dapat menyajikan data.

Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini hipotesis tindakannya adalah penerapan model pembelajaran TGT pada materi pokok bahasan Aljabar pada siswa kelas VIII.2 SMP N 1 Concong dapat meningkat, melalui penggunaan model pembelajaran TGT berbantu gambar dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi aljabar bagi siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 / 2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Concong yang beralamat di Jalan Perintis Kelurahan Concong Luar dengan alasan peneliti mengajar di sekolah ini sehingga pada waktu mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran ingin segera melakukan tindakan penelitian agar terjadi peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran di SMP Negeri 1 Concong.

Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan. Siklus I hanya satu pertemuan yaitu hari Senin, tanggal 19 september 2016 dan siklus II dua kali pertemuan, pertemuan I yaitu hari Jum’at tanggal 23 september 2016 dan pertemuan II yaitu hari Senin tanggal 26 september 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong. Satu kelas terdiri dari 30 siswa. Siswa putri 17 dan siswa putra 13.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data berupa teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan skor hasil belajar baik pada siklus I maupun pada siklus II.

Teknik non tes dengan menggunakan observasi, jurnal siswa dan wawancara. Observasi dilakukan terhadap perilaku guru kelas saat melakukan PBM. Data yang lain diperoleh melalui catatan harian (jurnal siswa) dan wawancara dengan guru dan beberapa siswa yang menonjol dalam pelaksanaan pembelajaran dan bagaimana interaksi atau antusias siswa dalam menanggapi pembelajaran dan segala hal yang melatar belakanginya. Alat Pengumpulan data tergantung pada teknik yang digunakan:

a.   Teknik tes, alatnya dapat berbentuk butir soal tes;

b.   Teknik non tes, alatnya dapat berbentuk pedoman dan lembar observasi, pedoman dan lembar wawancara, dll.

Validasi Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 119) “Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Adapun validitas yang digunakan perlu disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk data kuantitatif (berbentuk angka) umumnya yang divalidasi instrumennya. Sedangkan data kualitatif (misalnya observasi, wawancara) dapat divalidasi melalui trianggulasi baik trianggulasi sumber maupun trianggulasi metode. Mengingat data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka, maka validasi yang digunakan adalah validasi instrumen. Validitas yang digunakan adalah validitas teoretik. Validitas teoretik dibutuhkan untuk mengetahui seberapa jauh butir-butir instrumen dari setiap variabel mampu mengukur sifat bangun pengertian atau konstruk teori setiap variabel.

Teknik Analisis Data

Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan- tujuan penelitian. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif, dengan penjelasan sebagai berikut:

a.   Data diolah dengan menggunakan deskriptik persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan target yang telah ditetapkan;

b.   Data kualitatif yang berasal dari observasi, jurnal, dan wawancara diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis, untuk kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendeskriptifkan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan ditandai semakin meningkatnya hasil belajar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal Prestasi Belajar Matematika Siswa

Sebelum dilakukan tindakan 2 (dua) siklus, pembelajaran dengan materi operasi aljabar berlang¬sung kurang kondusif, guru da¬lam pembelajaran di kelas monoton yaitu ceramah dan ta¬nya jawab dilanjutkan latih¬an soal, sehingga proses belajar mengajar tidak menarik. Aki¬batnya siswa jenuh dan pa¬sif, siswa juga kurang aktif, sekedar mencatat penjelasan yang disampaikan dan dica¬tat di papan tulis itupun harus diingatkan dan disuruh oleh guru dengan perintah klasik “catat anak-anak jangan ribut saja”.

Pembelajaran cen¬derung memaksa siswa untuk mendengar dan melihat penje¬lasan guru, jarang me¬la¬kukan kegiatan kalaupun ada kegiatan justru tidak ber¬kait¬an dengan tujuan pem¬be¬la¬jaran. Guru jarang memberikan kesempatan kepada sis¬wa berkreasi, pembe¬la¬jaran berjalan monoton sehingga ide-ide dan pengetahuan yang di¬mi¬li¬ki siswa tidak ber-kem¬bang.

Hasil wawancara setelah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 1 Concong mengikuti pembelajaran menunjukkan hal-hal yang tidak diharapkan misalnya siswa masih menganggap matematika adalah pelajaran yang membosankan (82%), biasa-biasa saja (10%) dan sisanya berpendapat menyenangkan (8%). Hasil pengamatan siswa selama mengikuti pembelajaran,.Dilihat dari hasil belajar matematika siswa juga belum memuaskan, karena nilai tertinggi 85, nilai terendah 40, rata-rata nilai 59,40, dengan ketun¬tas¬an belajar klasikal hanya 16,67%.

Diskripsi Data Siklus I

Pada Siklus I ini berisi penyampaian materi tentang mengenal bentuk aljabar. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas kelompok LKPD I, dan dilanjutkan dengan turnamen, lalu pembahasan dan penarikan kesimpulan secara bersama-sama, terakhir adalah post tes.Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada materi pembelajaran Operasi Aljabar tindakan pembelajaran Siklus I dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi 88. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 69,27.

Hasil pengamatan siklus I                                                                                 

Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan TGT belum bisa meningkatkan hasil belajar karena menurut hasil wawancara, mereka kurang bisa mengikuti disebabkan kecepatan dan kemampuan berpikir yang lamban sehingga tidak bisa mengikuti teman-temannya, sebagai akibatnya mereka hanya mengandalkan kemampuan teman di kelompoknya. Dalam diskusipun berdasarkan pengamatan, siswa dengan kemampuan rendah sangat pasif. Keadaan ini perlu dipikirkan dan ditindak lanjuti untuk perbaikan siklus kedua.

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada materi pembelajaran Operasi Aljabar tindakan pembelajaran Siklus I dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi 88. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 69,27.

Mengacu pada nilai KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu sebesar 75, maka dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas adalah sebanyak 16 orang siswa atau 53,33%. Jumlah siswa yang belum mencapai batas tuntas sebanyak 14 orang siswa atau 46,67%. Secara klasikal nilai rata-rata siswa baru mencapai 69,27 atau masih berada di bawah batas KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 75.

Diskripsi Data Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus I, terutama yang menyangkut beberapa hal yang direkomendasikan pada Siklus I, selanjutnya disusun rencana tindakan pembelajaran Siklus II sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Rencana pembelajaran tindakan ini merupakan hasil revisi dalam rangka perbaikan pembelajaran tindakan siklus I yang dinilai belum berhasil membawa siswa mencapai penguasaan kompetensi penuh.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada materi operasi aljabar dengan menggunakan pembelajaran Team Games Tournament pada tindakan pembelajaran Siklus II dilaksanakan selama 5 x 40 menit atau 2 kali pertemuan. Pertemuan ke-1 dilaksanakan selama 3 x 40 menit dengan kegiatan pokok berupa diskusi kelompok mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik dengan materi penjumlahan dan pengurangan aljabar, pada pertemuan ke-2 dengan materi yang sama dilanjut ulangan atau tes siklus II. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan dan didiskusikan bersama sehingga didapatkan pengertian dan pemahaman menurut pengalaman belajar yang didapatkan siswa. Kemudian guru membahas dan mengulas jawaban hasil diskusi dan membimbing siswa untuk mendapatkan pemahaman dan pengerjaan yang benar

Hasil pengamatan siklus II

Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada materi pembelajaran operasi aljabar pada penjumlahan dan pengurangan aljabar dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 70 dan nilai tertinggi 98. Nilai rata-rata diperoleh sebesar 80,03. Mengacu pada nilai KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu sebesar 75, maka dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas adalah sebanyak 26 orang siswa atau 86,67%. Jumlah siswa yang belum mencapai batas tuntas sebanyak 4 orang siswa atau 13,33%. Secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah mencapai 80,03 atau sudah berada di atas batas KKM yang ditetapkan, yaitu sebesar 75.

Implementasi pembelajaran tindakan pada Siklus II berhasil meningkatkan dampak produk berupa peningkatan penguasaan kompetensi dasar siswa dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa dari 59,40 pada kondisi awal menjadi 69,27 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I; dan meningkat lagi menjadi 80,03 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII.2 tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dibuktikan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor sebagai berikut:

1.   Peningkatan pengelolaan guru terhadap penerapan Model Pembelajaran Team Games Tournament berhasil meningkat dapat dilihat pada siklus I skor rata – rata pengelolaan guru yaitu 2,7 dengan kategori baik dan meningkat sebesar 3,23 dengan kategori sangat baik.

2.   Pendekatan pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi Operasi Aljabar bagi siswa kelas VIII.2 semester 1 SMP Negeri 1 Concong. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata – rata kelas yang diperoleh siswa dari 59,40 dan 5 siswa yang tuntas pada kondisi awal menjadi 69,57 dan 16 siswa yang tuntas pada akhir tindakan pembelajaran siklus I dan meningkat lagi menjadi 80,03 dan 26 siswa tuntas pada akhir tindakan pembelajaran siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, simpulan dan implikasi yang telah diuraikan di atas, disampaikan saran sebagai berikut:

1.   Bagi Guru

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran dengan pendekatan kooperatif TGT dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada para guru untuk mau meningkatkan kemampuan dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariatif dalam pembelajaran, Metode pembelajaran kooperatif TGT dapat meningkatkan dampak produk maupun dampak proses pembelajaran karena model ini dapat memacu siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada para guru agar mau mencoba menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

2.   Bagi Siswa

Hendaknya siswa bisa lebih bersemangat, aktif dan tertib dalam mengikuti pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT).

3.   Bagi Sekolah

Bagi sekolah disarankan untuk dapat mendorong para guru guna melaksanakan pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran, Kepala sekolah hendaknya memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan profesi dengan banyak aktif di organisasi misalnya MGMP, dan forum ilmiah guru serta memberi kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan agar tidak ketinggalan informasi tentang perkembangan kurikulum dan perkembangan IPTEK.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. CV Yrama Widya: Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Baharudin, dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: AR –RUZZ Media Group.

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, PT Remaja Rosdakarya Bandung.

http://atmmuharam.blogspot.com/2009/01/model-model pembelajaran.html diunduh pada tanggal 27 september 2016.

http://irvanzaky.blogspot.com/2012/05/teams-games-tournaments-tgt.html

http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-pembelajaran-kooperatif-tipe.html?m=1 diunduh pada 20 september 2016.

https://dianpelita.wordpress.com/2011/02/21/teori-teori-dan-proses-belajar diunduh pada tanggal 20 september 2016.

Hudoyo, H, 1988. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Ismail dkk., 2007 Pembaharuan dalam Pembelajaran Matematika, Penerbit Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Ismail,dkk., 2007. Pembaharuan Dalam Pembelajaran Matematika,Universitas Terbuka.

Masnur Muslich. 2010. Melaksanakan PTK Itu Mudah, PT Bumi Aksara: Jakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata.,2009 Metode Penelitian Pendidikan ,Rosdakarya Bandung.

 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) SUAIDINMATH’S BLOG Terdapat pada http://suaidinmath.wordpress.com/2012/03/30/pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt/ di unduh pada tanggal 2 Oktober 2016.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, E, Robet. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice. Terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Sri Anitah W, Janet Trineke Manoy. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika, Universitas terbuka Jakarta.

Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran ,Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Subyantoro.,2009. Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Diponegoro Semarang.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru.

Sugiyono. 2009. Metode penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R & D , Alfa Beta Bandung.

Suherman dkk., 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tjang Daniel Chandra & Rustanto Rahardi. 2007. Metode dan model Matematika Universitas Terbuka Jakarta.

Trianto.2007 Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek,Prestasi Pustaka Jakarta.

Uno, Hamzah B.2010. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. PT Bumi Aksara Jakarta.