PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B

DI TK PERTIWI IV SIDOHARJO

SEMESTER II TAHUN 2015/2016

Setyo Puji Astuti

TK Pertiwi IV Sidoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2015/2016 melalui kegiatan kolase, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2015/2016 melalui kegiatan kolase.3) Meningkatkan mutu pembelajaran di TK Dharma Wanita Singopadu. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo tahun 2015/2016 melalui kegiatan kolase. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 25%, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 56,25% kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 68,25% dab siklus ketiga 81,25%.

Kata Kunci: kemampuan motorik halus, kolase, anak

PENDAHULUAN

Taman Kanak – Kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan program pendidikan dini bagi anak usia dini (usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar). Menurut peraturan peperintah Nomor 27 tahun 1990, tentang Pendidikan Pra Sekolah Bab I pasal 1 ayat (2) Pendidikan dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Pendidikan anak usia dini meliputi bidang pengembangan nilai moral agama, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosional. Sedangkan pengembangan fisik motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus.

Selama ini di TK Pertiwi IV Sidoharjo anak – anak kurang termotivasi dalam kemampuan motorik halusnya. Sebagian besar anak-anak TK Pertiwi IV Sidoharjo kurang rapi dalam membuat kolase dan kurang tertarik dengan kegiatan tersebut. Padahal dalam perkembangan motorik halus membutuhkan stimulus menyentuh, memanipulasi dan bergerak. Mereka perlu perlu diberi tugas- tugas motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, membuat kolase, merajut, menulis dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengembangan di kelas ditemukan beberapa masalah terutama dalam kegiatan membuat kolase , diantara 16 anak hanya 4 anak yang dapat membuat kolase dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kurangnya motivasi guru dan kurangnya kegiatan kolase dalam pembelajaran sehingga dalam kegiatan membuat kolase hasil yang diperoleh belum sesuai dengan harapan guru.

Kegiatan membuat kolase merupakan kegiatan yang melatih motorik halus pada anak dan dapat meningkatkan fisik motorik halusnya dimana anak menyesuaikan guntingan dengan bentuk yang diharapkan, motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis.(Junita Dwi Wardani , 2011:47) Sehingga pengembangan motorik halus sangat penting untuk perkembangan selanjutnya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas identifikasi masalah sebagai berikut: (1) Kurangnya motivasi pembelajaran motorik halus; (2) Rendahnya kemampuan anak meneruskan kalimat sederhana; (3) Bercerita pengalaman masih banyak bimbingan; (4) Kemampuan motorik halus masih rendah terutama dalam mebuat kolase , baru 25% yang mendapat nilai BSH (Berkembang sesuai Harapan)

Batasan masalah yang akan diselesaikan: (1) Kurangnya motivasi pembelajaran motorik halus; (2) Kemampuan motorik halus masih rendah terutama dalam membuat kolase, baru 25% yang mendapat nilai BSH (Berkembang sesuai Harapan)

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dirumuskan masalah: (1) Apakah melalui Kegiatan Kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Pertiwi IV Sidoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016; (2) Hal apakah yang menjadi kendala dalam mengembangkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase pada anak kelompok B di TK Pertiwi IV Sidoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B di TK Pertiwi IV Sidoharjo Tahun pelajaran 2015/2016. (2) Untuk mendiskripsikan kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase anak kelompok B di TK Pertiwi IV Sidoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan

Kata kemampuan yaitu diambil dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup, dapat, bisa, sehingga kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu (Kamus Umum Bahasa Indonesia: Edisi ke tiga, W S S Poerwadarminta). Kemampuan/ability adalah kemampuan, kecakapan, ketangkasan bakat, kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan. Kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan; kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu; dapat (http//digilit petra ac.id.viewa?diakses tgl. 27 Oktober 2011)

Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengarihi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak dapat berkembang dengan optimal. Ketrampilan motorik halus atau ketrampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong , melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda- benda atau alat mainan termasuk pula menggunting.(Tri Asmawulan 2011: 49).

Menurut Junita Dwi Wardani (2011:47) kemampan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak – anak menggali pasir dan tanah, menuang air mangambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda – benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis.

Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.

Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.

Indikator Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4- 6 Tahun

Menurut Tri Asmawulan (2011: 45) pada anak usia 4 tahun motorik halus mulai berkembang , pengendalian otot- otot tangan dan jari – jari yang diperlukan untuk menulis simbol – simbol lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan koordinasi organ organ bicara yang dibutuhkan untuk perkembangan bahasanya. Bisa menggunting , dapat menggambar dan mencoret – coret huruf meski dalam bentuk kasar , mampu mengenakan baju sendiri , senang melakukan permainan seperti menyelesaikan puzzle.

Pada umur 5 tahun anak mampu melipat kertas , dapat secara tepat menggambar bentuk kotak , huruf, dan angka. Sudah bisa menangkap bola kecil dan melemparkannya kembali dengan baik.

Pada umur 6 tahun, kemampuan motorik halus anak sudah dapat menggambar sesuatu yang berarti, menggunakan gerakan jari- jemari , menjiplak gambar kotak , menulis beberapa huruf , bahkan beberapa anak sudah dapat menulis dengan baik.

Hurlock (1978:157) memaparkan bahwa ada 8 hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik diantaranya yaitu 1) kesiapan belajar, 2) Kesempatan belajar, 3) kesempatan berpraktek, 4) model yang baik, 5) bimbingan, 6) Motivasi, 7) setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, dan 8) Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu.

Kegiatan Membuat Kolase

Menurut kamus besar bahasa Indonesia , Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. (Depdiknas.2001: 580).

Dari definisi diatas dapat diuraikan pengertian kolase tersebut merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam macam selama bahan dasar dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahan apapun yang dapat dirangkum (dikolaburasikan) sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi , dapat digolongkan bahan kolase.(Pamadi, 2008:5.4)

Unsur seni kriya dalam kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan ketrampilan menyusun, menempel, merangkai dan lain sebagainya adalah membutuhkan ketrampilan motorik halus. (Pamadi, 2008:5.5)

Manfaat Kolase

Bermain adalah naluri anak pada usia dini yang akhirnya dapat ikut serta dalam mematangkan emosional bagi anak sehingga dapat memenuhi kebutuhan setiap fase perkembangan psikologi anak. Ketrampilan , pengalaman, dan pengetahuan kolase lebih didominasi bermain bagi anak usia dini. (Pamadi, 2008:5.3) Dengan berkolase anak dapat membuat macam-macam mainan yang menyenangkan bagi anak.

Permainan Edukatif berupa kegiatan kolase dengan media bahan alam juga menarik bagi anak. Bahan alam adalah bahan yang tersedia di alam. Ketersediaan bahan alam yang cukup dan mudah mendapatkannya di sekitar lingkungan ini dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran pada materi cetak timbul. Bahan alam tersebut berupa daun-daunan, biji-bijian, dan kulit buah yang menjadi media pembelajaran sekaligus acuan menempelkan pada media dengan biaya yang relatif murah. Menurut Arsyad (2011: 10) hasil belajar seseorang yang diperoleh dari pengalaman langsung (konkret) akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, yang kesemuanya itu dapat memberikan dampak langsung terhadap pemerolehan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Bahan – bahan yang akan ditempel anak dapat digunting ataupun disobek sehingga dapat merangsang motorik halus anak dapat lebih terlatih. Dalam kegiatan menempel bahan kolase anak juga berlatih kejelian mengembangkan kreatifitas dan berlatih kesabaran serta dapat mengekspresikan perasaannya.

Langkah –langkah Kegiatan Membuat Kolase

Adapun langkah – langkah penerapan kegiatan membuat kolase sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan alat dan bahan kolase; (2) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. (3) Guru mendemonstrasikan kegiatan membuat kolase, sampai menempelkannya pada media tempel dan menempelkan secara tepat. (4) Guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya jika belum jelas. (5) Jika anak – anak sudah jelas memberi tugas pada mereka untuk membuat kolase dengan bahan yang ada di kelompok masing – masing. (6) Anak –anak membat kolase sesuai dengan kreatifitas anak. Guru berkeliling untuk memantau kegiatan anak dalam membuat kolase dan membimbing anak yang masih kesulitan. (7) Jika pekerjaan anak telah selesai anak dapat mengumpulkannya. (8) Guru memberikan penilaian pada hasil karya anak.

Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pada awalnya sebelum penelitian, guru belum menggunakan kolase yang kreatif dalam pembelajaran. Akibatnya, kemampuan motorik halus berkolase anak rendah. Atas dasar kondisi itu, guru menggunakan kolase yang kreatif dalam pembelajarannya, akibatnya kemampuan motorik halus anak meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesis tindakan: (1) Dengan Kegiatan membuat kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B di TK Pertiwi IV Sidoharjo Tahun Pelajaran 2015/2016. (2) Hal Yang menjadi kendala dalam menerapkan kegiatan membentuk kolase karena anak kurang sabar dalam menempelkan.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Pertiwi IV Sidoharjo Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yang terletak di Dukuh Plasan, Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Penelitian di TK Pertiwi IV Sidoharjo pada bulan Januari 2016 sampai bulan Maret 2016 Rincian kegiatan penelitian sebagai berikut: Bulan Januari 2016 kegiatan persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, bulan Pebruari 2016 pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), bulan Maret 2016 penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan, serta penggandaan dan pengiriman laporan.

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi IV Sidoharjo Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen semester II Tahun 2015/2016.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ditetapkan pada anak TK Pertiwi IV Sidoharjo Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen kelompok B1 dengan jumlah anak terdiri dari 16 anak terdiri dari 10 anak laki-laki, 6 anak perempuan, dan guru Kelas B yang terdiri dari 2 guru.

Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran motorik halus dengan kolase, motivasi siswa dalam kegiatan kolase, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: (1) Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru TK Pertiwi IV Sidoharjo; (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran membuat kolase; (3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil kolase anak, dan buku penilaian.

Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, dan kajian dokumen, yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini.

1. Pengamatan

Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang.

2. Wawancara atau diskusi

Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara atau diskusi dilakukan antara peneliti dan guru. Selain untuk mengidentifikasi permasalahan, wawancara/diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada.

3. Kajian dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Kurikulum, RKM, Rencana Kegiatan Harian yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran, hasil unjuk kerja bermotorik halus anak, dan buku penilaian yang dibuat guru.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins (dalam Zaenal Aqib, 2009: 3) mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan , dan refleksi.

Teknik Pemeriksaan Validitas Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar , kesulitan anak dalam motorik halus melalui kagiatan kolase berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada.

Indikator Kinerja

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah Peningkatan pengembangan motorik halus anak dengan kegiatan kolase anak Yang mendapatkan nilai BSB/cepat menempel bahan kolase dan hasilnya rapi 40%. Yang mendapat nilai BSH/menempel bahan kolase dengan sedikit bimbingan guru 40%. Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

Sebelum diberikan tindakan penelitian, dilakukan penilaian terhadap kemampuan membuat kolase, anak–anak diberikan kegiatan membuat kolase dengan potongan kertas lipat bentuk segitiga dan segi empat dalam prasiklus:

Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti dan guru merasa perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus membuat kolase , pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat tingkat ketidak tuntasan anak lebih besar yaitu 75% daripada tingkat ketuntasan yang hanya 25%. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin dan Selasa tanggal 1dan 2 Pebruari 2016.

Deskripsi Hasil Siklus I

Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak cukup mampu menempel sesuai gambar 2)Anak cukup sabar menempel sesuai gambar, 3)Anak belum cukup rapi dalam menempel, 4)Anak sudah belum cepat dalam kegiatan kolase.- masih ada yang belum selesai menempelnya.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan motorik halus anak dari pra siklus yang hanya 25% setelah diadakan perbaikan pada siklus I menjadi 56,25%. Dalam siklus I ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena sebagian anak belum dapat menempel dengan rapi, sehingga guru perlu menambah kegiatan kolase dengan media dan gambar yang lebih menarik.

Berdasarkan laporan hasil pengamatan, peneliti dan guru merasa masih perlu melakukan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada saat kegiatan pembelajaran, karena pada prosentase indikator keberhasilan kemampuan motorik halus anak terlihat belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Ketuntasan anak baru 56,25% dan tingkat ketidak tuntasan pembelajaran masih 43,75%.

Deskripsi Hasil Siklus II

Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Anak cukup mampu menempel sesuai gambar (2) Anak cukup sabar menempel sesuai gambar, (3) Anak belum cukup rapi dalam menempel, (4) Anak sudah cepat dalam kegiatan kolase, sudah selesai semua menempelnya.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan bahasa terutama kemampuan bermotorik halus anak yang meningkat. Keberhasilan pembelajarannya dari pra siklus yang hanya 25% setelah diadakan perbaikan pada siklus I ketuntasan belajar anak menjadi 56,25%, kemudian dilanjutkan dengan siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 68,75%. Dalam siklus II ini sudah ada peningkatan namun belum maksimal karena anak sudah dapat membuat kolase tapi masih 5 anak yang belum rapi kolasenya.

Deskripsi Hasil Siklus III

Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1)Anak cukup mampu menempel sesuai gambar 2)Anak cukup sabar menempel sesuai gambar, 3)Anak sudah rapi dalam menempel, 4)Anak sudah cepat dalam kegiatan kolase, sudah selesai semua menempelnya.

Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan bahasa terutama kemampuan bermotorik halus anak yang meningkat. Keberhasilan pembelajarannya dari pra siklus yang hanya 25% setelah diadakan perbaikan pada siklus I ketuntasan belajar anak menjadi 56,25%, kemudian dilanjutkan dengan siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 68,75%. Lalu dilanjutkan siklus III.Dalam siklus III ini sudah ada peningkatan yang maksimal karena anak sudah dapat membuat kolase dengan rapi 13 anak atau 81,25% dari semua jumlah anak, dan masih 3 anak yang belum rapi kolasenya.

Refleksi Kegiatan

Berdasarkan tabel diatas, dan refleksi yang dilakukan peneliti, kemampuan bermotorik halus anak sudah maksimal dibandingkan dengan keadaan pada pra siklus dan siklus I. Hal tersebut terlihat dari hasil ketuntasan anak yang pada pra siklus hanya 25% meningkat menjadi 56,25% pada siklus I, kemudian diadakan perbaikan lagi pada siklus II hasilnya meningkat menjadi 68,75%. Kemudian pada Siklus III meningkat menjadi 81,25%.Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kemampuan bermotorik halus anak melalui kegiatan kolase sudah berhasil karena sudah memenuhi syarat ketuntasan 80%. Sehingga penelitian dicukupkan pada siklus III ini.

Berdasarkan hasil tersebut , kegiatan pembelajaran motorik halus dengan kegiatan kolase di TK Pertiwi IV Sidoharjo , Sidoharjo , Sragen dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditentukan. Keberhasilan ini didukung oleh usaha guru yang melaksanakan pembelajaran dengan metode dan media , serta APE yang tepat serta dengan memotivasi anak secara intensif sehingga anak senang dan bersemangat dalam bermain dan belajar.

Pembahasan

Siklus I

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai dengan kegiatan bermain melalui kegiatan kolase. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan kemampuan motorik halus anak dibandingkan hasil kegiatan pada pra siklus. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat membuat kolase dengan rapi dan masih 7 anak yang belum selesai, sehingga belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra siklus yang hanya 25% atau 4 anak saja. Setelah diadakan perbaikan pada siklus I prosentase keberhasilan kemampuan motorik halus membuat kolase meningkat menjadi 58,25%, tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80% harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan motorik halus membuat kolase dengan kertas warna warni dan gambar yang lebih menarik agar anak lebih tertarik. Pada perbaikan siklus II ini sudah mengalami peningkatan. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat membuat kolase dengan rapi dan masih 5 anak yang belum selesai, sehingga belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra siklus yang hanya 25% atau 4 anak saja. Setelah diadakan perbaikan pada siklus I prosentase keberhasilan kemampuan motorik halus membuat kolase meningkat menjadi 58,25% atau 9 anak, dan pada Siklus II menjadi 68,25% atau 11 anak, tetapi belum memenuhi syarat ketuntasan yaitu 80% harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus III

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus III setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan motorik halus membuat kolase dengan daun kering dan gambar yang lebih menarik agar anak lebih tertarik. Pada perbaikan siklus III ini sudah mengalami peningkatan. Peningkatan ini sudahsesuai indikator yang diharapkan karena anak belum dapat membuat kolase dengan rapi dan tinggal 3 anak atau 18,75% dan keberhasilan pembelajaran sudah 81,25%, sehingga sudah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra siklus yang hanya 25% atau 4 anak saja. Setelah diadakan perbaikan pada siklus I prosentase keberhasilan kemampuan motorik halus membuat kolase meningkat menjadi 58,25% atau 9 anak, dan pada Siklus II menjadi 68,25% atau 11 anak, kemudian pada siklus III 81,25% atau 13 anak , dan sudah memenuhi ketuntasan 80% sehingga sudah tidak perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya, dicukupkan pada siklus III.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Melalui kegiatan kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran hanya 25%, kemudian pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 56,25% , pada siklus kedua meningkat menjadi 68,25%, dan pada siklus ketiga 81,25%. (2) Pengembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan kolase dapat berhasil karena pembelajaran yang menyenangkan, guru yang selalu memotivasi murid, kreatif, inovatif, dan didukung sarana APE yang memadai.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran sebagai tindak lajut bagi peningkatan mutu kualitas pendidikan. Saran saran tersebut sebagai berikut:

Bagi Guru TK

1. Guru hendaknya mengetahui dan dapat memberikan solusi pada masalah yang timbul dalam pembelajaran motorik halus.

2. Guru hendaknya meningkatkan kinerjanya dalam mendidik agar semua kompetensi anak didik dapat tercapai dengan baik.

3. Guru hendaknya memberikan kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif , menyenangkan dan bervariasi.

4. Guru hendaknya memberikan motivasi pada anak didik dalam setiap pembelajaran.

Bagi Sekolah

1. Sekolah hendaknya menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam berbagai kegiatan bermain sambil belajar maupun belajar seraya bermain.

2. Sekolah hendaknya memberikan fasilitas APE , sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak secara memadai untuk keberhasilan pendidikan.

Bagi Orang tua

1. Karena orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan anak-anaknya maka hendaknya ia membimbing, mengarahkan, mengawasi dan memperhatikan anaknya terutama dalam belajarnya, selain itu juga harus membiasakan anak untuk menyelesaikan tugas di rumahnya secara mandiri.

2. Diharapkan orang tua memperhatikan kelengkapan alat belajar anaknya, karena dengan lengkapnya fasilitas belajar akan membangkitkan kemauan anak dalam belajarnya sehingga ia dapat meraih keberhasilan dalam belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyiah Siti, 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka

Asmawati Luluk, 2008. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka

Asmawulan Tri, Wardani Junita Dwi 2011. Perkembangan Fisik Motorik dan Bahasa. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta- Qinant.

D Wijana Widarmi, 2009. Kurikulum Pendidikan Anak usia Dini Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka

Gunarti Winda , 2008. Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Departemen pendidikan Nasiona. Universitas Terbuka.

Hartono , 2011. Work Shop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru Kelas PAUD, Panitia Guru Rayon 113Sertifikasi UNS

Moleong, J. Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Rosdakarya

Rosdianawati Sri, Sutopo Tjetjep Pendidikan Seni Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis Departemen Pendidikan Nasional

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kelas. Bandung Alfabet

Suhardjono, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta

Sukardi Evan, Hajar Pamudi, 2008. Seni Ketrampilan Anak Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka

Wiharjit Kuswaya, 2008. Penelitian Tindakan Kelas Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka