PENINGKATAN KETERAMPILAN KARYA SENI KRIYA TEKSTIL MELALUI METODE KONTEKSTUAL TEKNIK IKAT CELUP

KELAS VIII A SMP NEGERI 01 GUNUNGWUNGKAL PATI

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Dwi Susilo

SMPN 01 Gunungwungkal Pati

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrikan penerapan metode kontekstual teknik ikat celup untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati semester II tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitiannya adalah 1) Motode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan keterampilan proses belajar siswa. Siswa yang mencapai proses baik telah mencapai 10 siswa atau 41,6%, siklus I 15 siswa atau 62,5 dan siklus II 20 siswa atau 83%. (2) Metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 12 siswa atau 50% dari 24 siswa. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat, siswa yang nilainya 75 ke atas menjadi 18 atau 75% dan pada perbaikan siklus II menjadi 24 siswa atau 100%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati semester II tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: keterampilan proses, hasil belajar, metode kontekstual teknik ikat celup.

 

PENDAHULUAN

SBK (seni rupa) merupakan mata pelajaran yang mementingkan unsur estetika atau keindahan. Pada pembelajaran seni rupa proses pembelajaran merupakan tahap penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Proses yang asal-asalan dan kurang diperhatikan tidak akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Unsur keindahan dalam hasil karya seni rupa merupakan target utama.

Pada materi karya seni kriya tekstil di kelas VIII A semester II SMPN 01 Gunungwungkal Pati hasilnya masih belum sesuai dengan harapan. Ketuntasan belajar yang diharapkan mencapai 85% secara klasikal belum tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, keterampilan siswa dalam proses pembuatan karya seni kriya tekstil sangat dibutuhkan. Keterampilan siswa diperoleh dari metode mengajar yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran akan menyenangkan bila guru menyajikan metode, media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa terlibat secara intelektual, emosional, maupun fisik dalam pembelajaran. Suasana pembelajaran yang seperti itulah yang diharapkan terjadi pada setiap mata pelajaran termasuk dalam pelajaran SBK (seni rupa). kondisi yang terjadi pada mata pelajaran SBK (seni rupa) kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati berbeda dengan kondisi ideal yang diharapkan.

Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa belum terlibat aktif dalam proses belajar materi karya seni kriya tekstil. Siswa yang telah membuat karya seni kriya tekstil dengan kriteria baik baru 10 siswa atau 41,6% sedangkan sisanya kriteria cukup 9 siswa atau 37,5% dan kurang 5 siswa atau 20,8%. Hasil belajar siswa juga masih rendah belum mencapai kriteria yang diharapkan. Nilai rata-rata anak di bawah 75. Termasuk pada materi karya seni kriya tekstil. Nilai rata-rata penugasan hanya 68,21. Dari 24 siswa hanya 12 siswa (50%) yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 12 siswa yang lain (50%) mendapat nilai dibawah 75. Menghadapi kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran SBK (seni rupa), khususnya pada pokok bahasan karya seni kriya tekstil melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis lakukan mengenai penerapan metode kontekstual teknik ikat celup.

Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan tugas membuat karya seni dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran. Penelitian yang penulis lakukan adalah dalam bentuk laporan hasil yaitu berjudul “Peningkatan Keterampilan proses dan Hasil Belajar tentang karya seni kriya tekstil Melalui Metode Kontekstual teknik ikat celup pada Siswa Kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: (a) Bagaimanakah keterampilan proses materi karya seni kriya tekstil kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati melalui metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup? (b) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar SBK (seni rupa) tentang karya seni kriya tekstil di kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati melalui metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup?

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (a) Meningkatkan keterampilan proses materi karya seni kriya tekstil pada siswa kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal Pati melalui metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup. (b) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar tentang karya seni kriya tekstil pada siswa kelas VIII A SMPN 01Gunungwungkal Pati melalui metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup.

Manfaat Penelitian (a) Bagi Siswa dapat memperbaiki hasil belajar siswa, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat karya seni kriya tekstil. Memberikan suasana yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran. (b) Bagi Guru adalah untuk meningkatkan keterampilan dalam mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Keterampilan tersebut berupa kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan pembelajaran kontekstual teknik ikat celup. (c) Bagi Sekolah digunakan untuk mengembangkan sekolah agar mempunyai prestasi yang lebih baik. Dengan adanya perbaikan pembelajaran tersebut diharapkan akan mendongkrak prestasi sekolah dalam pembelajaran SBK.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Keterampilan Proses

Menurut Mulyasa (2007: 99), Pendekatan Keterampilan Proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan keterampilan proses, tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.

 Menurut Purnawanto (2015: 92) keterampilan proses adalah proses yang dilakukan untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki individu. Keterampilan proses digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa. Kemampuan siswa dalam identik dengan penguasaan prosedur sesuatu cara, kemampuan membuat suatu produk dan kemampuan memahami proses suatu konsep.

Keterampilan proses dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membuat karya seni berupa batik. Guru mengamati akt vitas siswa dalam membuat batik dengan teknik ikat celup. Proses sangat mempengaruhi hasil. Karya seni batik sangat mementingkan unsur estetis, jika salah dalam membuat ikatan atau proses yang lain maka hasil batiknya tidak akan sempurna. Keterampilan proses dalam pembuatan batik akan diukur melalui indikator sebagai berikut, 1) perhatian siswa pada penjelasan guru 2) penyiapan bahan, 3) teknik melakukan ikatan pada batik, 4) teknik menyelup, 5) pembuakaan celupan 6) unsur estetis hasil celupan.

Hasil Belajar Materi karya seni kriya tekstil

Mengenai pengertian belajar Muslich (2007: 196) berpendapat bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau keterampilan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Pendapat lain dikemukakan Bred dan Gredller dalam (Winataputra, 2008) Belajar adalah proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam Competencies, Skill and Attitudes. Kemampuan (Competencies), ketrampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) tersebut diperoleh secara bertahap mulai dari bayi sampai masa tua sebagai rangkaian belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, formal dan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang dilalui seorang siswa untuk mencapai kompetensi tertentu. Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari proses belajar yang ditunjukkan dengan pengukuran dengan kriteria tertentu. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam penguasaan materi karya seni kriya tekstil pada siswa kelas VIII A.

Metode Pembelajaran Kontekstual teknik Ikat Celup

 Menurut Ngalimun (2016: 230) Metode kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa. Guru menjelaskan manfaat materi yang disajikan. Motivasi belajar siswa muncul dari dunia kongkrit yang dialami oleh siswa. prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan kemampuan pengembangan sosialisasi.

 Menurut Komalasari (2014: 23) ada lima strategi dalam pengimplementasian pembelajaran kontekstual, yaitu; 1) pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), 2) pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), pembelajaran berbasis proyek, 4) pembelajaran pelayanan (sevice learning), 5) pembelajaran berbasis kerja (work based learning).

Batik jumputan atau ikat celup adalah salah satu jenis batik yang menggunakan teknik jumputan untuk membuat motifnya. Jumputan sendiri adalah salah satu teknik yang digunakan untuk membuat motif batik dengan cara mengikat kencang beberapa bagian kain yang kemudian dicelupkan pada pewarna pakaian. (fimela.com).

Pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan untuk membuat produk seni kriya batik dengan memperhatikan kerjasama dan proses yang baik untuk menghasilkan sebuah produk. Siswa diajak membuat seni kriya batik dengan memperhatikan proses yang benar. Penilaian dilaksanakan untuk menilai proses dan hasil belajar berupa produk batik.

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah penerapan metode kontekstual dalam pembelajaran materi seni kriya tekstil dipadukan dengan teknik ikat celup. Pembelajaran ini mengharuskan guru untuk memberikan contoh melalui praktik nyata dalam pembuatan seni kriya tekstil atau batik. Pembuatan batik dengan teknik ini mengajak siswa praktik langsung dan melihat hasilnya.

Kegiatan pembelajaran tersebut dikemas dalam suatu pembelajaran kontekstual dengan mengalami langsung kegiatan membatik. Guru berperan sebagai fasilitator dengan cara membimbing siswa. Guru memberikan arahan jika siswa mengalami kesulitan. Hal yang sangat diperhatikan dalam pembuatan batik ini adalah bagaimana proses yang dilakukan siswa dalam membuat produk sebuah batik.

Pembelajaran kontekstual diguanakan untuk mengajak siswa mengetahui cara yang benar dalam membuat batik teknik ikat celup. Siswa diajak berfikir sistematis agar menghasilkan produk yang mempunyai nilai estetis tinggi. Proses pembuatan sangat berpengaruh pada batik yang dihasilkan.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut penulis berasumsi bahwa, 1) Penggunaan metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan keterampilan proses materi karya seni kriya tekstil di kelas VIII A SMP Negeri 01 Gunungwungkal Pati semester II tahun pelajaran 2016/2017 2) Penggunaan metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan hasil belajar materi karya seni kriya tekstil di kelas VIII A SMP 01 Negeri Gunungwungkal Pati semester II tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SMP 01 Negeri Gunungwungkal Pati. Subjek penelitian adalah kompetensi tentang karya seni kriya tekstil siswa kelas VIII A semester II Tahuan Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa kelas VIII A ada 24 siswa terdiri dari 13 lakilaki dan 11 perempuan. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dua tahap yang masing-masing terdiri dari tiga pertemuan.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data pendukung. Sumber utama adalah nilai hasil ulangan tentang karya seni kriya tekstil dan hasil pengamatan keterampilan proses belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan data pendukung adalah pengamatan proses pembelajaran oleh observer.

Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan melalui teknik non tes, observasi dan dokumentasi.1) teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah penugasan membuat karya seni kriya tekstil melalui metode kontekstual teknik ikat celup. Penugasan digunakan untuk melihat sejauh mana penguasaan konsep karya seni kriya tekstil. 2) Observasi, observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti. 3) Dokumentasi, data yang diambil berupa foto-foto kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa berupa lembar penilaian produk. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah 1) Butir Soal Tes (2) Lembar Pengamatan.

Validitas tes pada penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Validitas isi ialah derajat dimana sebuah karya seni memenuhi kriteria estetis yang dipersyaratkan. Dalam penelitian ini tes dikatakan valid jika mengukur kemampuan membuat karya seni kriya tekstil. Pengamatan dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan keterampilan proses belajar siswa.

Analisis data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian karena dengan analisis data yang diperoleh pada penelitian yang dilaksanakan dapat memberikan arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes antar siklus dilihat dari indikator kinerja. Analisis data dilakukan sejak awal sampai akhir penelitian yang ,merupakan satu kesatuan tak terpisahkan antara tahap pengumpulan data dan analisis data. Analisis data tentang hasil belajar dan keterampilan proses siswa dilakukan dengan metode deskriptif persentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Ketuntasan =  x 100%

Data hasil observasi dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi tiap siklus.

Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah jika (1) Peningkatan kemampuan membuat karya seni kriya tekstil melalui metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup. Indikator kinerja setelah tindakan diharapkan meningkat menjadi nilai rata-rata menjadi 75 dan ketuntasan belajar SBK (seni rupa) minimal telah mencapai 85% siswa yang tuntas sesuai dengan KKM. (2) Keterampilan proses belajar siswa pada mata pelajaran SBK (seni rupa) meningkat menjadi kriteria baik secara klasikal minimal 85%.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan serta refleksi. Pada siklus I ditekankan pada pembelajaran dengan metode kontekstual teknik ikat celup terfokus pada materi karya seni kriya tekstil. Pada siklus II ditekankan pada metode kontekstual teknik ikat celup dengan motif kriya tekstil yang berbeda.

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Pra Siklus

SMPN 01 Gunungwungkal Pati adalah sekolah yang dikenal mempunyai kemampuan estetis dalam mengelola atau menata sekolah. Sekolah nampak mempunyai unsur keindahan yang baik. Tembok sekolah dihiasi dengan berbagai lukisan. Lukisan tersebut merupakan karya guru. Lukisan ini diharapakan akan memberikan inspirasi bagi siswa. Siswa dapat meniru pembuatan lukisan yang dilakukan oleh guru. Sekolah juga terletak di daerah pegunungan sehingga memberikan tampilan yang indah. Tampilan yang demikian sedikit banyak akan mendukung pembelajaran SBK khususnya seni rupa.

Pembelajaran pra siklus mata pelajaran SBK (seni rupa) kelas VIII A semester II di SMP Negeri 01 Gunungwungkal tahun pelajaran 2016/2017 dengan materi pokok karya seni kriya tekstil hasilnya belum memuaskan. Siswa yang mendapat nilai diatas 75 sebanyak 12 siswa (50%), sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 12 siswa (50%) dari 24 siswa.

Kegagalan pembelajaran tersebut sangat dipengaruhi oleh keterampilan proses belajar siswa yang rendah. Siswa yang benar-benar memperhatikan proses pembuatan karya seni kriya tekstil hanya 10 siswa atau 41,6% sedangkan sisanya kriteria cukup 9 siswa atau 37,5% dan kurang 5 siswa atau 20,8%. Hasil belajar siswa juga masih rendah belum mencapai kriteria yang diharapkan karena pengaruh keterampilan proses yang rendah. Keterampilan proses membuat seni kriya tekstil mempengaruhi hasil belajar.

Nilai hasil produk karya seni diperoleh setelah proses pembelajaran selesai. Guru memberi evaluasi untuk mengetahui tingkat keterampilan materi yang telah diajarkan pada pembelajaran pra siklus.

Siklus I

Dalam perbaikan pembelajaran siklus I melalui langkahlangkah berikut (1) Perencanaan. Menyusun rencana pembelajaran dengan tujuan perbaikan siklus I. (a) Memilih metode siklus I. (b) Menyiapkan LKS yang akan digunakan dalam pembelajaran. (c) Membuat dan merancang lembar observasi keterampilan proses siswa beserta indikatornya.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada jam pelajaran SBK (Seni Rupa) selama 2 jam pelajaran masing-masing terdiri dari 45 menit. Penelitian dilaksanakan di ruang kelas VIII A SMPN 01 Gunungwungkal. Objek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri Gunungwungkal 01 Pati semester II tahun pelajaran 2016/2017. Dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil penilaian produk siklus I, siswa yang mendapat nilai diatas 75 sebanyak 18 siswa (75%), sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 6 siswa (25%) dari jumlah 24 siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan, penguasaan materi dalam perbaikan pembelajaran siklus I bahwa dari jumlah 24 yang mendapat nilai <55 tidak ada, 56-64 sebanyak tidak ada, 66-74 sebanyak 6 siswa, 71-84 sebanyak 13 siswa, dan 86-100 sebanyak 5 siswa. Bersamaan dengan pelaksanaan juga dilaksanakan pengamatan oleh observer.

Pengamatan, keterampilan proses siswa telah meningkat, siswa yang mempunyai proses baik telah mencapai 15 siswa atau (62,5%) siswa yang cukup aktif pada pembelajaran menggunakan metode kontekstual teknik ikat celup 7 siswa atau 29,1%, sedangkan yang keterampilan prosesnya kurang sebesar 8,3% atau 2 siswa. Pada tahap ini pengamat mencatat apa yang telah terjadi pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi. Dalam proses ini diperoleh data bahwa (1) Penjelasan cara membuat karya seni tekstil sangat cepat sehingga kurang dipahami siswa. (2) Kurang memberikan kesempatan pada anak untuk bertanya. (3) Perhatian guru pada siswa masih kurang. (4) guru belum mencontohkan cara membuat karya seni tekstil belum sempurna.

Refleksi, Hasil dari observasi/pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil observasi guru mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, hambatan dan kendala yang terjadi pada proses pembelajaran. Hasil penilaian produk yang menunjukkan peningkatan pada pembelajaran sebelumnya, namun untuk mencapai ketuntasan 75% belum tercapai. Maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran tahap berikutnya yang menjadi fokus perbaikan adalah sebagai berikut: (1) Memberikan materi yang jelas dan lengkap sehingga mudah dipahami siswa. (2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. (3) mengoptimalkan penerapan metode kontekstual teknik ikat celup.

Siklus II

Berdasarkan refleksi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus I diperoleh konsep tentang perbaikan yang akan dilaksanakan. Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II: Perencanaan meliputi Menyusun rencana pembelajaran, menentukan observer, menentukan metode pembelajaran, merencanakan fokus perbaikan pembelajaran, menyusun lembar observasi, menyusun lembar evaluasi.

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada pembelajaran SBK (seni rupa) dengan objek siswa kelas VIII A semester II SMPN 01 Gunungwungkal Pati. Dengan dibantu oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Peneliti melaksanakan sesuai rencana. Pada akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Siswa yang mendapat nilai diatas 75 sebanyak 24 siswa (100%), sedangkan nilai kurang dari 75 sudah tidak ada.

Berdasarkan hasil observasi, penguasaan materi dalam perbaikan pembelajaran siklus I bahwa dari jumlah 24 yang mendapat nilai <55 tidak ada, 56-64 tidak ada, 66-74 tidak ada, 75-84 sebanyak 3 siswa, dan 86-100 sebanyak 20 siswa.

Pengamatan, keterampilan proses belajar siswa telah meningkat, siswa yang memiliki kriteria baik telah mencapai 20 siswa atau (83,3%) siswa yang mencapai keterampilan proses sedang pada pembelajaran menggunakan metode kontekstual teknik ikat celup ada 4 siswa atau (16,7%), sedangkan yang keterampilan prosesnya kurang tidak ada. Pada tahap ini pengamat mencatat apa yang telah terjadi pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi. Dalam proses ini diperoleh data bahwa (1) Penjelasan materi sudah baik sehingga mudah dipahami siswa. (2) guru sudah memberikan kesempatan buat siswa untuk bertanya. (3) Perhatian guru pada siswa dalam praktik sudah baik.

Pada siklus II, siswa pada waktu menerima pelajaran memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru dengan baik. Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, sudah ada keinginan untuk mencari penyelesaian soal dari guru. Mau bertanya jika ada kesulitan, dan mulai berani untuk mengerjakan didepan walaupun belum bisa. Sedang pengamatan yang diperoleh observer kepada guru yang mengajar adalah guru sudah mempersiapkan rencana pembelajaran dengan baik, metode yang digunakan sudah tepat, pemberian motivasi sudah cukup tapi masih ada beberapa kekurangan tidak menanyakan kepada siswa tentang kesulitan apa yang diperoleh dari materi yang diajarkan.

Refleksi, Setelah melakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menyadari betul kekurangan-kekurangan pada proses pembelajaran mata pelajaran SBK (seni rupa) dengan materi karya seni kriya tekstil pada siklus II. Walaupun peneliti sudah mempersiapkan proses pembelajaran sebaik mungkin, tetapi tetap masih ada kekurangannya diantaranya guru kurang memberi pertanyaan kepada siswa. Dari hasil refleksi yang dilakukan tersebut teman sejawat selaku observer juga menemukan beberapa kekurangan yaitu guru tidak memberi bimbingan kepada siswa yang belum jelas atau memahami materi pelajaran.

Pembahasan

Metode Kontekstual Teknik Ikat Celup dapat memperbaiki keterampilan proses siswa

Proses pembuatan karya seni dilakukan dengan berurutan. Satu persatu langkah pembelajaran dilakukan dengan seksama. Langkah pembuatan dilakukan dengan hati-hati sehingga memperoleh hasil yang memenuhi kriteria penilaian. Siklus I siswa membuat karya dengan sebuah motif. Siklus II siswa membuat lagi dengan motif yang berbeda.

Keterampilan proses siswa dalam membuat karya seni meningkat dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus siswa yang mencapai kriteria baik 10 siswa atau 41,6%, siklus I 15 siswa atau 62,5 dan siklus II 20 siswa atau 83%.

Metode Kontekstual Teknik Ikat Celup dapat memperbaiki Hasil Belajar siswa

Hasil belajar siswa yang dilihat dari hasil karya anak mengalami peningkatan. Pada pembelajaran pra siklus ketuntasan baru 12 siswa atau 50%, siklus I mencapai 18 siswa atau 75% dan siklus II mencapai 24 siswa atau 100%.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan metode kontekstual teknik ikat celup telah efektif dalam meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa. hasil yang diperoleh membuktikan dan menguatkan pendapat para pakar dan peneliti terdahulu tentang keterampilan prosesdapat mempengaruhi hasil belajar berupa produk. Penerapan metode yang tepat dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran di kelas.

Penerapan metode kontekstual terbukti dapat memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Proses yang baik dan teliti dapat mempengaruhi hasil belajar siswa berupa produk karya seni kriya tekstil. Metode kontekstual mengajak siswa dengan merasakan sendiri proses lengkap dalam pembuatan sebuah karya seni. Langkah pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat dilaksanakan dengan baik oleh siswa.

 

 

PENUTUP

Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui pembelajaran siklus I dan siklus II dengan materi karya seni kriya tekstil di kelas VIII A semester II tahun pelajaran 2016/2017 di SMP Negeri 01 Gunungwungkal, Pati, maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa 1) Motode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan keterampilan proses belajar siswa. Siswa yang mencapai proses baik telah mencapai 10 siswa atau 41,6%, siklus I 15 siswa atau 62,5 dan siklus II 20 siswa atau 83%. (2) Metode pembelajaran kontekstual teknik ikat celup dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 12 siswa atau 50% dari 24 siswa. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat, siswa yang nilainya 75 ke atas menjadi 18 atau 75% dan pada perbaikan siklus II menjadi 24 siswa atau 100%.

Saran

Saran yang dikemukakan adalah (a) siswa hendaknya bersungguh dalam mengikuti pelajaran terutama ketika kontekstual teknik ikat celup. b) Guru sebaiknya mengusahakan model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Metode yang dipilih harus sesuai dengan materi yang harus menghasilkan produk. (c) sekolah melalui kepala sekolah hendaknya memberikan dorongan agar guru memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah khususnya dalam pengembangan metode pembelajaran. Dengan adanya metode yang sesuai pembelajaran akan membawa perubahan terutama proses, hasil belajar siswa berupa produk.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, Enco. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich. 2007. Belajar dan Keterampilan-Keterampilan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ngalimun 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Purnawanto, Budi. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Proses. Jakarta: Grasindo.

 Winataputra Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/batik-jumputan-inovasi-modern-kain-batik-indonesia-150724o.html. diakses Januari 2017