UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS RECOUNT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS VIII B

DI SMP NEGERI 1 SURUH

 

Suyitno

SMPN 1 Suruh Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai Bahasa Inggris, khususnya pada keterampilan menulis teks recount. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan menulis mata pelajaran Bahasa Inggris pada pokok bahasan teks recount pada siklus 1 dan siklus 2, dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2019, bertempat di kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan dalam satu siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap data berupa daftar nilai dan lembar observasi. Dari penilaian tes awal pada pra siklus di ketahui bahwa kemampuan menulis siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 75,45 dan dari kegiatan observasi atau pengamatan selama pembelajaran didapati siswa masih sangat kurang aktif untuk menulis dalam Bahasa Inggris. Sebagai upaya meningkatkan ketrampilan menulis teks recount guru menerapkan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dan usaha itu berhasil. Keberhasilan itu terlihat dari meningkatnya nilai ketrampilan meulis recount dengan hasil evaluasi pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh adalah 77 dan pada siklus II adalah 81. Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dapat berpengaruh positif terhadap ketrampilan menulis teks recount siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh, dan model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris, model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ini dilakukan sebagai satu bentuk layanan pembelajaran yang efektif.

Kata Kunci: Ketrampilan Menulis Teks Recount, dan Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Think Pair Share

 

Latar Belakang Masalah

Masa depan bangsa kita ini tergantung pada generasi pada masa sekarang ini. Maka kalau kita mau mengetahui nasib bangsa yang akan datang, kita lihat sepak terjang generasi sekarang ini. Jika generasi ini dididik dengan baik maka akan menjadi baik pula masa depan bangsa kita. Mereka bisa dipastikan akan lebih mampu dalam membawa bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang. Generasi muda di masa sekarang adalah generasi penerus bangsa dimasa mendatang. Oleh karena itu, mempersiapkan generasi yang berkualitas debagai calon penerus bagi kita adalah menjadi sebuah kewajiban, karena maju mundurnya sebuah bangsa tergantung pada baik atau buruknya dan benar atau tidaknya generasi muda di masa sekarang. Dalam hal ini, orang tua dan pendidik dituntut untuk mempersiapkan mereka agar lebih siap menghadapi kehidupan yang penuh tantangan dimasa mendatang. Dunia yang akan dihadapi oleh mereka tidak sama dengan dunia yang kita hadapi saat ini.

Pendidikan adalah merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan kita. Guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan jaman yang semakin kompleks dan global. Pendidikan berkaitan erat dengan dunia masa mendatang, nasib bangsa Indonesia dimasa mendatang bisa dilihat dari kualitas lembaga pendidikannya saat sekarang, baik itu formal, nonformal maupun informal. Pada saat era globalisasi yang semakin maju seperti sekarang ini, pendidikan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menentukan maju dan mundurnya di suatu bangsa, serta dalam membentuk generasi penerus bangsa yang tangguh dan harus mampu berkompetensi.

Setiap satuan pendidikan harus mempunyai tujuan yang mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang – Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 3 ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Demikian juga dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang ada di SMP/MTs, pembelajaran yang dilaksanakan mempunyai target agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari (Permendiknas RI no. 26 / 2006: 277). Dan salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di SMP/MTs adalah agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi functional. Oleh karenanya, pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan empat keterampilan berbahasa, yaitu listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis) agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris baik secara lisan maupun secara tulis.

Belum maksimalnya pencapaian hasil pembelajaran menulis ini disebabkan oleh tingkat kesulitannya memang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pencapaian keterampilan yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1988:270) yang menyatakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi berbahasa paling akhir dikuasai seseorang (pembelajar) setelah keterampilan berbahasa yang lain. Kemampuan menulis merupakan tahapan tertinggi dalam ranah penguasaan keterampilan berbahasa setelah mendengarkan, berbicara, dan membaca. Hasil pembelajaran Bahasa Inggris untuk keterampilan menulis (writing) pada umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil pembelajaran untuk berkomunikasi secara lisan (speaking). Hal ini terjadi di SMP Negeri 1 Suruh pada siswa kelas VIII B bahwa hasil ulangan harian pada tahun pelajaran 2018 / 2019 untuk kompetensi menulis Bahasa Inggris menunjukkan hanya 70% (21 orang dari 30) siswa di kelas ini yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 78 untuk Standar Kompetensi menulis. Dibandingkan dengan hasil ulangan lisan, nilai ulangan tulis siswa rata-rata lebih rendah.

Berdasarkan permasalahan ini, peneliti berusaha menemukan solusinya dengan menerapkan model pembelajaran “Cooperative Learning”. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Leraning) dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama serta pengetahuan, nilai, dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. (Trianto, 2007: 27). Salah satu teknik dari model pembelajaran kooperatif adalah teknik think pair
and share (TPS) yang dikembangkan oleh Frank Lyman yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini. Teknik think pair and share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa (Trianto, 2007: 61). Dalam pembelajaran kooperatif think pair and share (TPS) siswa selain belajar secara individu, mereka juga bisa belajar secara berkelompok dengan teman sebangkunya kemudian membagikan pengetahuan mereka kepada teman satu kelasnya. Dengan menggunakan teknik pembelajaran think pair and share (TPS) ini diharapkan proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Penerapan model pembelajaran kooperatif yang efektif dan menyenangkan dirasa perlu agar peserta didik lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan menulis sehingga terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diterapkan model pembelajaran teknik “Think Pair Share” dalam pembelajaran menulis teks recount melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul: “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Recount pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Think Pair Share Siswa Kelas VIII B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018 / 2019 di SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang”.

LANDASAN DAN KAJIAN TEORI

Ketrampilan Menulis Teks Recount Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Menulis merupakan suatu proses. Proses itu merupakan sesuatu yang kompleks. Berbagai masalah dapat muncul secara simultan sehingga seorang penulis perlu memiliki pemahaman yang lebih baik untuk menciptakan proses kerja yang efektif sehingga menghasilkan tulisan yang baik (Hedge, 1988: 19).

Menulis adalah proses mengeluarkan dan mengekspresikan isi hati dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis tidak mungkin langsung datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses. Salah satu proses yang paling dominan adalah banyak latihan dan praktik secara teratur. Menulis juga diartikan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 2000:21).

Kunci seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar menggunakan bahasa terutama dalam hal menulis adalah karena mereka mengerti akan genre. Genre adalah jenis teks yang mempunyai konstruk sosial dan teridentifikasi sebagai konstruk, struktur, dan fungsi sosialnya. Ketika siswa belajar menulis subuah genre maka mereka harus memerhatikan tentang topiknya, jenis teks apa yang akan dibuat, bagaimana struktur skematisnya dan fungsi sosialnya (Harmer 1968: 30). Teori menulis yang dijabarkan oleh beberapa ahli tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini karena siswa melakukan kegiatan menulis. Tulisan siswa berupa recount text merupakan salah satu bentuk genre yang memiliki konstruk, struktur dan fungsi sosial serta memiliki ketentuan-ketentuan pada tahap penulisannya. Pada proses menulis tersebut siswa dituntut untuk memahami ketentuan-ketentuan yang ada seperti memeriksa penggunaan bahasa, tanda baca, ejaan, pengembanganan ide dalam tulisan dan mengoreksi hasil tulisan mereka. Terkait dengan hal tersebut maka proses menulis yang dilakukan memerlukan latihan dan praktik secara teratur. Di mana dalam penelitian ini siswa diberikan latihan-latihan sebelum praktik menulis cerita imajinatif recount text dilakukan. Teori ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat digunakan untuk membedah rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu mengungkap tentang kemampuan menulis sebelum dan setelah diberi tindakan secara kualitatif.

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut Zaini (2004) model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Ada beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Menurut Slavin dalam Isjoni pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar (Isjoni, 2011: 15). Sedangkan menurut Roger, dkk dalam Miftahul Huda pembelajaran kooperatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok – kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran terhadap anggota – anggota yang lain (Huda, 2013: 29).

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja sama. Keberhasilan dari model ini sangat bergantung pada kemampuan aktivitas anggota kelompok baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Pembelajaran ini sangat menyentuh bahwa hakekat manusia merupakan makhluk sosial yang sudah menjadi kodratnya untuk saling berinteraksi, saling membantu dan saling bekerja sama ke arah yang lebih baik (Alma, 2009: 81).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka peserta didik akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Ukuran kelompok yang ideal 4 – 6 anak yang heterogen.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

PTK dilaksanakan di SMPN 1 Suruh Kabupaten Semarang. PTK dilaksanakan pada bulan mulai September – Nopember 2018. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII B.

Teknik dan Analisis Data

Pengumpulan data dengan teknik tes dan nontes. Alat pengumpul data berupa:(1) Lembar observasi; (2) Soal ulangan harian. Data yang diperoleh melalui observasi adalah data kualitatif (berupa jawaban pilihan SS, S, R, TS, atau STS). Selanjutnya jawaban tersebut dikuantifikasikan dengan skor yang sudah ditentukan berdasarkan pedoman Skala Likert. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif komparatif. Teknik analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil pada setiap siklus.

Prosedur atau Skenario Tindakan

Penelitian ini untuk memperbaiki mutu pembelajaran guru di kelasnya, sehingga berfokus pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang mana pada tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: a) Planing (perencanaan); b) Acting (Pelaksanaan); c) Observing (pengamatan); d) Reflecting (refleksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Data hasil observasi awal menjadi syarat mutlak dilaksanakannya penelitian tindakan kelas. Melalui data awal, peneliti bisa menemukan adanya kekurangan dalam pembelajaran. Data awal biasanya dimulai dari munculnya indikasi pada saat proses pembelajaran di kelas. Indikasi ini didukung perolehan nilai setelah proses pembelajaran berlangsung. Peneliti akan menelusur beberapa kemungkinan penyebab terjadinya kekurangan tersebut untuk dianalisis sehingga dapat dicari solusinya yang paling tepat.

Pencapaian ketrampilan menulis peserta didik kelas VIII B pada tahun pelajaran 2018/2019. belum optimal, karena pada tahun pelajaran tersebut guru menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu ceramah yang dilaksanakan secara klasikal.

Pembelajaran Bahasa Inggris sebelum dilakukan tindakan menunjukan ketrampilan menulis dari rata-rata nilai ulangan harian sebesar 75, 45, sebanyak 70% peserta didik tuntas KKM. Dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah untuk nilai harian ketrampilan menulis adalah 57.

Dari 32 peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2018/2019., belum ada peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus pada ketrampilan menulis, sementara 21 peserta didik mendapat nilai dengan kriteria bagus, ada 6 peserta didik dengan kriteria cukup bagus dan 5 peserta didik mendapat nilai dengan kriteria kurang.

Nilai terendah yang dicapai peserta didik pada kondisi awal atau pra siklus adalah 57 sedang nilai tertinggi 85 dan nilai rata-rata 75.45. Hal ini mengindikasikan bahwa peserta didik belum memiliki ketrampilan menulis yang optimal sehingga membutuhkan penanganan serius agar pencapaian hasil belajar dapat optimal. Kondisi inilah yang memicu guru untuk melakukan perbaikan terhadap layanan belajar agar peserta didik dapat mengoptimalkan ketrampilan menulis. Guru merasa bahwa metode yang dipakai di dalam kelas hanya ceramah saja, dan tugas yang diberikan oleh guru tidak menantang peserta didik untuk lebih berfikir kreatif dalam menulis, terutama menulis teks recount. Selain itu tugas yang diberikan guru bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi peserta didik secara langsung, jadi peserta didik hanya bisa membayangkan apa yang mereka tulis tanpa bisa merasakan apa yang mereka tulis.

Deskripsi Siklus I

Tahapan-tahapan tindakan perencanaan pada siklus I meliputi beberapa kegiatan yang dilakukan, antara lain: (a) Perencanaan Tindakan (planning) , (b) Pelaksanaan Tindakan (acting), (c) Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).

Pada pertemuan kedua siklus I guru mengambil penilaian secara individual. Peserta didik diberikan tes tulis untuk menyusun kalimat acak menjadi paragraf teks recount yang baku dan koheren.

Dari 32 peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh, sudah ada 3 peserta didik mendapat kriteria sangat bagus pada kompetensi menulis pada teks recount, 20 peserta didik mendapat kriteria bagus, 6 peserta didik dengan criteria cukup bagus dan ada 3 peserta didik yang masih mendapat kriteria kurang. Ini bukti bahwa pencapaian kompetensi menulis peserta didik pada teks recount sudah terlihat kenaikannya terbukti ada 3 peserta didik yang masih mendapatkan kriteria kurang sementara di kondisi awal pra siklus masih ada 3 peserta didik yang masuk pada kriteria kurang. Meningkatnya nilai tersebut karena pada siklus 1 guru sudah menerapkan pembelajaran kooperatif teknik think pair share.

Masih terjadi kesenjangan nilai yang cukup tajam antara nilai tertinggi dan terendah yang diperoleh peserta didik, menunjukkan bahwa masih ada peserta didik yang mengalami kesulitan yang cukup serius dalam menguasai ketrampilan menulis pada teks recount. Keadaan ini mungkin dipicu kurang optimalnya peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, mungkin juga disebabkan peserta didik kurang terbuka terhadap kesulitan yang dialaminya. Oleh sebab itu, guru mengupayakan penyempurnaan pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II.

Berdasarkan hasil analisis diskriptif komparatif dengan cara membandingkan nilai pada kondisi awal dengan nilai pada siklus I seperti dalam tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa pada kondisi awal ada 5 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria kurang, sedang pada siklus I hanya ada 3 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria kurang. Pada kondisi awal tidak ada peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus sedangkan pada akhir siklus I ada 3 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus. Simpulan dari hasil analisis diskriptif komparatif ini, bahwa siklus I sudah menunjukkan kenaikan hasil belajar peserta didik, namun belum optimal. Meskipun dalam siklus I guru sudah menerapkan pembelajaran cooperative learning teknik think pair share, ternyata masih ada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk menguasai ketrampilan menulis pada teks recount.

Peserta didik yang merasa senang belajar bahasa inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share hanya ada 22 peserta didik atau 68%, sedangkan 12 peserta didik atau 32% mengatakan bahwa mereka tidak senang belajar menulis teks recount dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share, hal ini disebabkan karena rasa percaya diri mereka masih rendah. Ada 24 peserta didik atau 76% yang mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share bisa membantu dalam meningkatkan kompetensi menulis teks recount, 24 peserta didik atau 76% mengatakan bahwa setelah selesai belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ketrampilan menulis teks recount mereka akan bertambah, 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share menyenangkan dan hanya 7 peserta didik atau 22% yang mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share tidak menyenangkan. 22 peserta didik atau 69% mengatakan bahwa peserta didik akan efektif belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dan 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share adalah model bagus karena model ini memotivasi peserta didik untuk menulis, 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share memudahkan mereka memahami teks recount dan menurut 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share berpengaruh terhadap ketrampilan menulis teks recount.

Peserta didik yang merasa nyaman di ruang kelas dan senang belajar bahasa inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share hanya ada 25 peserta didik atau 78%, sedangkan 8 peserta didik atau 25% mengatakan bahwa mereka merasa bising belajar menulis teks recount di ruang kelas mereka, hal ini disebabkan karena mereka merasa penad dan motivasi mereka masih rendah. Ada 24 peserta didik atau 75% yang mengatakan bahwa teman-teman merka mendorong untuk mengikuti kegiatan ekstra atau tambahan jam di luat dan ada yang merasa tidak butuh tambahan jam di luar jam pembelajan sebesar 25% atau 8 siswa saja, 23 peserta didik atau 72% mengatakan bahwa guru bahasa Inggris memberikan pelayan pada mereka dengan penuh semangat dan sebanyak 9 peserta didik yang merasa tidak diberikan layanan dengan penuh semangat, 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa orang tua mereka memberikan dorongan yang besar kepada mereka dan hanya ada 9 peserta didik atau 22% yang mengatakan bahwa orang tua mereka tidak memberikan dorongan atau tidak memperdulikan keberadaan mereka. 24 peserta didik atau 75% mengatakan bahwa anggota keluarga mereka memberikan motivasi yang besar untuk belajar saat di rumah dan hanya 8 peserta didik atau 25% saja yang tidak diberikan dorongan oleh angota keluarga mereka. 23 peserta didik atau 72% mengatakan bahwa suasana di kelas memberikan semangat untuk belajar atau memotivasi di kelas, sementara 9 peserta didik saja atau 28% merasa bahwa suasana kelas tidak mendukung. 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa guru mereka memberikan perhatian yang penuh kepada peserta didik dengan merata atau tidak pilah pilih, dan hanya 7 peserta didik yang merasa bahwa perhatian guru mereka tidak merata dalam memberikan perhatiannya. Ada 26 pesserta didik atau sebesar 81% yang merasa orang tua mereka memberikan perhatian yang maksimal/penuh kepada pembelajaran mereka. Dan hanya ada 7 peserta didik atau sebesar 18% saja yang merasa bahwa teman sekelas mereka tidak bisa diajak bekerjasama dalam diskusi dan menurut 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa teman-teman sekelas mereka bisa diajak untuk bekerja sama dalam berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan mereka.

 

 

Pembahasan Siklus II

Dari 32 peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh, terdapat 5 peserta didik mendapat kriteria sangat bagus pada kompetensi menulis pada teks recount, 19 peserta didik mendapat kriteria bagus, 8 peserta didik dengan kriteria cukup bagus, dan tidak ada peserta didik yang mendapat nilai kurang. Hal ini memberi bukti bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share mampu meningkatkan ketrampilan menulis teks recount. Hal ini juga membuktikan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share merupakan suatu pendekatan untuk belajar secara professional yang dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar individu, dan memungkinkan sekolah melakukan proses koreksi terhadap layanan dan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share sebagai satu bentuk layanan pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai terendah yang dicapai peserta didik pada akhir siklus II adalah 69 sedang nilai tertinggi 94 dan nilai rata-rata 81. Hal ini mengindikasikan bahwa ketrampilan menulis teks recount peserta didik sudah mengalami peningkatan dan mencapai hasil yang sangat memuaskan. Semula pada siklus I nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 86 dengan nilai rata-rata 77, dan pada Pra Siklus nilai terendah 57 dan tertinggi 86.

Berdasarkan hasil analisis diskriptif komparatif dengan cara membandingkan nilai pada kondisi awal dengan nilai pada siklus I dan siklus II seperti dalam tabel 4.9 dan grafik 4.4 diperoleh hasil bahwa pada kondisi awal ada 5 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria kurang, sedang pada siklus I hanya ada 3 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria kurang dan pada siklus II sudah tidak ada peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria kurang. Pada pra siklus ada tidak ada peserta didik mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus dan pada siklus I ada 3 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus sedangkan pada siklus II ada peningkatan jumlah, yaitu ada 5 peserta didik yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus.

Simpulan dari hasil analisis diskriptif komparatif ini, bahwa siklus II sudah menunjukkan kenaikan hasil belajar peserta didik yang sangat bagus. Dan bisa di ambil kesimpulan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share sangat efektif untuk meningkatkan ketrampilan menulis. Dari hasil pengamatan mengenai minat dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share pada siklus II juga mengalami peningkatan yang sangat bagus.

Peserta didik yang merasa senang belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ada 27 peserta didik atau 84%, sedangkan 5 peserta didik atau 16 % mengatakan bahwa mereka tidak senang belajar menulis teks recount dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share. Ada 29 peserta didik atau 90% yang mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share bisa membantu dalam meningkatkan kompetensi menulis teks recount, 29 peserta didik atau 90% mengatakan bahwa setelah selesai belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ketrampilan menulis teks recount mereka akan bertambah, 29 peserta didik atau 90% mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share menyenangkan dan hanya 3 peserta didik atau 10 % yang mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share tidak menyenangkan. 27 peserta didik atau 84 % mengatakan bahwa peserta didik akan efektif belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dan 29 peserta didik atau 90% mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share adalah model bagus karena model ini memotivasi peserta didik untuk menulis, 29 peserta didik atau 90% mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share memudahkan mereka memahami teks recount dan menurut 29 peserta didik atau 90 % mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share berpengaruh terhadap ketrampilan menulis teks recount.

Peserta didik yang merasa nyaman di ruang kelas dan senang belajar bahasa inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share hanya ada 29 peserta didik atau 90 %, sedangkan 3 peserta didik atau 10 % mengatakan bahwa mereka merasa bising belajar menulis teks recount di ruang kelas mereka, hal ini disebabkan karena mereka merasa penad dan motivasi mereka masih rendah. Ada 27 peserta didik atau 84 % yang mengatakan bahwa teman-teman mereka mendorong untuk mengikuti kegiatan ekstra atau tambahan jam di luat dan ada yang merasa tidak butuh tambahan jam di luar jam pembelajan sebesar 16 % atau 5 siswa saja, 25 peserta didik atau 78 % mengatakan bahwa guru bahasa Inggris memberikan pelayan pada mereka dengan penuh semangat dan sebanyak 7 peserta didik yang merasa tidak diberikan layanan dengan penuh semangat, 25 peserta didik atau 78 % mengatakan bahwa orang tua mereka memberikan dorongan yang besar kepada mereka dan hanya ada 7 peserta didik atau 22% yang mengatakan bahwa orang tua mereka tidak memberikan dorongan atau tidak memperdulikan keberadaan mereka. 27 peserta didik atau 84 % mengatakan bahwa anggota keluarga mereka memberikan motivasi yang besar untuk belajar saat di rumah dan hanya 5 peserta didik atau 16 % saja yang tidak diberikan dorongan oleh angota keluarga mereka. 26 peserta didik atau 81 % mengatakan bahwa suasana di kelas memberikan semangat untuk belajar atau memotivasi di kelas, sementara 6 peserta didik saja atau 19 % merasa bahwa suasana kelas tidak mendukung. 25 peserta didik atau 78% mengatakan bahwa guru mereka memberikan perhatian yang penuh kepada peserta didik dengan merata atau tidak pilah pilih, dan hanya 7 peserta didik yang merasa bahwa perhatian guru mereka tidak merata dalam memberikan perhatiannya. Ada 25 pesserta didik atau sebesar 84 % yang merasa orang tua mereka memberikan perhatian yang maksimal/penuh kepada pembelajaran mereka. Dan hanya ada 5 peserta didik atau sebesar 16 % saja yang merasa bahwa teman sekelas mereka tidak bisa diajak bekerjasama dalam diskusi dan menurut 27 peserta didik atau 84 % mengatakan bahwa teman-teman sekelas mereka bisa diajak untuk bekerja sama dalam berdiskusi dan menyelesaikan permasalahan mereka.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dapat meningkatkan ketrampilan menulis dan motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh Tahun Pelajaran 2018 / 2019. Dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai pada ketrampilan menulis, pada kondisi awal pra siklus hanya ada 6 siswa yang mendapat nilai dengan kriteria bagus, setelah dilakukan pembelajaran model cooperative learning teknik think pair share pada akhir siklus 1 ada peningkatan pada ketrampilan menulis, ada 13 siswa yang mendapat nilai dengan kriteria bagus dan diakhir siklus II meningkat menjadi 20 siswa yang bisa mendapat nilai dengan kriteria bagus dan ada 5 siswa yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus, yang mana pada kondisi pra awal tidak ditemukan siswa yang mendapat nilai dengan kriteria sangat bagus. Dari kondisi ini bisa di ambil kesimpulan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share sangat efektif sebagai upaya untuk meningkatkan ketrampilan menulis teks recount siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Suruh.

Sedangkan berdasarkan hasil kuesioner terhadap minat siswa terhadap pelajaran bahasa inggris dan aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi, terjadi peningkatan kearah keduanya. Pada siklus I, peserta didik yang merasa senang belajar bahasa inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share hanya ada 22 peserta didik atau 69 %, sedangkan 10 peserta didik atau 31 % mengatakan bahwa mereka tidak senang belajar menulis teks recount dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share, hal ini disebabkan karena penguasaan kosakata dan tata bahasa yang masih rendah. Ada 22 peserta didik atau 69 % yang mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share bisa membantu dalam meningkatkan kompetensi menulis teks recount, 22 peserta didik atau 69 % mengatakan bahwa setelah selesai belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ketrampilan menulis teks recount mereka akan bertambah, 23 peserta didik atau 72 % mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share menyenangkan dan hanya 9 peserta didik atau 28 % yang mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share tidak menyenangkan. 22 peserta didik atau 69 % mengatakan bahwa peserta didik akan efektif belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dan 25 peserta didik atau 78 % mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share adalah model bagus karena model ini memotivasi peserta didik untuk menulis, 25 peserta didik atau 78 % mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share memudahkan mereka memahami teks recount dan menurut 25 peserta didik atau 78 % mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share berpengaruh terhadap ketrampilan menulis teks recount.

Dan pada siklus II peserta didik yang merasa senang belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ada 27 peserta didik atau 84 %, sedangkan 5 peserta didik atau 16 % mengatakan bahwa mereka tidak senang belajar menulis teks recount dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share. Ada 29 peserta didik atau 91 % yang mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share bisa membantu dalam meningkatkan kompetensi menulis teks recount, 29 peserta didik atau 91 % mengatakan bahwa setelah selesai belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share ketrampilan menulis teks recount mereka akan bertambah, 29 peserta didik atau 91 % mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share menyenangkan dan hanya 3 peserta didik atau 9 % yang mengatakan bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share tidak menyenangkan. 27 peserta didik atau 84 % mengatakan bahwa peserta didik akan efektif belajar dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share dan 29 peserta didik atau 91 % mengatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share adalah model bagus karena model ini memotivasi peserta didik untuk menulis, 29 peserta didik atau 91 % mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share memudahkan mereka memahami teks recount dan menurut 29 peserta didik atau 91 % mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share berpengaruh terhadap ketrampilan menulis teks recount.

Implikasi

Untuk meningkatkan ketrampilan menulis teks recount, Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share agar ketrampilan menulis teks recount dapat optimal. Model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share sangat memungkinkan diterapkan pada konsep-konsep lain atau mata pelajaran lain dengan menyusun rencana pembelajaran secara matang.

Saran

Agar model pembelajaran cooperative learning teknik think pair share bermakna, maka perlu disarankan sebagai berikut.

  1. Bagi Peserta Didik: diperlukan motivasi yang tinggi dari peserta didik untuk bisa menulis teks recount dengan menggunakan bahasa inggris sehingga ketrampilan menulis siswa bisa meningkat.
  2. Bagi Guru: diperlukan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam menentukan pilihan kata yang tepat untuk menulis teks recount sehingga siswa tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2009. Pendidik Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Alwasilah, Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Anderson, M. & Anderson, K. 1997. Text Type in English 1. Melbourne: Macmillan Education Australia.

Baharuddin , dan Eka Nur Wahyuni. 2010. Teori belajar & Pembelajaran Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Budiani, Veranita. 2014 Using TAD (Transition – Action – Detail)Strategy To Improve The Eighth Grade Student’s Ability in Writing Recount Text at SMP 2 Depok in Academic yaer of 2013/2014. Skripsi diunduh pada tanggal Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Standar Isi KTSP 2006 Mata pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas

Fadlun, Bahasa. 2011. Rangkuman Intisari Bahasa Inggris. Surabaya: Pustaka Agung Harapan.

Harmer, Jeremy. 2007. The Practice of English Language Teaching. Cambrigde: Longman.

Huda, Miftahul. 2013. CooperativeLearning Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 _______. 2013. Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan paradigmatic. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Isjoni. 2011. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Nurgiyantoro, Burhan, 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Rusman. 2013. Model – Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Pendidik. Jakarata: Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2008. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model. Jakarta: Kencana Predana Media Group

__________. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning: Analilis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP / MTs. 2006. Jakarta: Depdiknas

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tarigan, Henri Guntur. 2000. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. 2013. Belajar dan Pembelajaran Mengembangkan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar Ruzz Madia

Triatno. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser

_______. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser

Undang – Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). 2008. Bandung: Citra Umbara

Rhidha Sri Wahyuni, Hakikat Model Kooperatif tipe Think Pair and Share dalam http:/ridha90.blogspot.com/2013/05/hakikat-model-kooperatiftipethink.html, diakses pada 06 Oktober 2016