UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA MATA PELAJARAN MIKROPROSESOR

DAN MIKROKONTROLER MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN STEM DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

KELAS XI TEA SMKN 5 SURAKARTA

SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Wahyuningsih

SMK Negeri 5 Surakarta

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara yang digunakan oleh pendidik guna mengatasi salah satu masalah yang berkaitan dengan pembelajaran. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan rendahnya hasil belajar Mikroprosesor dan Mikrokontroler pada siswa kelas XI TEA SMK Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran STEM model Project Base Learning (PjBL) yang merupakan salah satu model pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013. Dalam penelitian tindakan kelas ini, memfokuskan pada peningkatan hasil belajar pengetahuan dan keterampilan. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI TEA Semester 3 SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 31 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan pembelajaran STEM model Project Base Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan peserta didik sebesar 20% dan keterampilan peserta didik sebesar 4,5% materi Mikroprosesor dan Mikrokontroler melalui pendekatan pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) pada Program Keahlian Teknik Elektronika Industri kelas XI TEA semester 3 SMK Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2019/2020.

Kata kunci: STEM, Project Base Learning (PjBL), Hasil belajar Mikroprosesor dan Mikrokontroler.

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Permendikbud No. 22 tahun 2016 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas tercapainya kompetensi lulusan.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler dengan model Project Based Learning (PjBL) pada kelas XI TEA mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroller jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta, semester 3, tidak terlepas dari interaksi guru sebagai fasilitator, peserta didik sebagai subjek yang dibimbing, alat dan metodeyang digunakan pada suatu lingkungan belajar.

Peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroller dengan model Project Based Learning (PjBL) pada kelas XI TEA mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta, semester 3, pada kenyataannya sulit tercapai. Pasifnya keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah salah satu keluhan guru mata pelajaran.Peserta didik bersifat pasif, bahkan kurang memperhatikan pelajaran yang disajikan dengan baik.

Menurut pengamatan guru mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroller, pengalaman mengajar sehari-hari menunjukkan kondisi yang tidak berubah kendatipun sudah berbagai upaya dilakukan seperti merubah tempat duduk peserta didik. Ketika praktik di laboratorium Mikroprosesor dan Mikrokontroler peserta didik cenderung lebih suka bermain-main dari pada mempraktikkan tema yang dipelajari. Hasil penilaian pengetahuan prapenelitian menunjukkan hanya 16 dari 31 peserta didik yang mencapai Ketuntasan Klasikal atau hanya 52 % saja. Sedangkan Ketuntasan Klasikal penilaian ketrampilan hanya 74%.

Kurangnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler pada peserta didik maka guru mencari model pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran STEM (Sain, Teknologi, Enjiniring, Matematik) dengan model Project Based Learning (PjBL) dipilih agar peserta didik dapat menyiapkan pertanyaan, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal, memonitor perkembangan proyek, menguji hasil dan mengevaluasi kegiatan.

Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran STEM berbasis proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai inti pembelajaran (permendikbud, 2014:20). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan kerja proyek di mana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata (Hanafiah dan Suhana, 2009:30).

LANDASAN TEORI

Belajar dan Pembelajaran

Menurut Fathurrohman (2015:24), “Belajar adalah proses berfikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Dalam pembelajaran berfikir, proses pembelajaran hendaknya merangsang peserta didik untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi sendiri sekaligus mampu mengkonfirmasi sesuatu sesuai dengan proses berpikirnya sendiri.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Hasil Belajar

Menurut Bloom dalam Suprijono (2012: 7), “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehention (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan), dan evaluation (menilai)”.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Mata Pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroller

Mata pelajaran mikroprosessor dan mikrokontroller merupakan bagian dari teori dan praktek pada kompetensi produktif teknik Elektronika Industri yang mengkhususkan di dalam mempelajari pembuatan program dan pengontrolan dengan berbagai macam mikrokontrol. Mempelajari mikroprosesor dan mikrokontroler tidak hanya bertujuan teoritis belaka, akan tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami proses pengerjaan suatu kontroler tertentu diharapkan ilmu ini dapat diterapkan di dunia industri. Untuk itulah pemahaman ilmu ini demikian penting supaya pada saat praktek di bengkel elektronika industri tidak terjadi suatu kesalahan fatal, karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Pendekatan Pembelajaran STEM

STEM merupakan singkatan dari sebuah pendekatan pembelajaran interdisiplin antara Science, Technology, Engineering and Mathematics. Torlakson (2014) menyatakan bahwa pendekatan dari keempat aspek ini merupakan pasangan yang serasi antara masalah yang terjadi di dunia nyata dan juga pembelajaran berbasis penyelesaian masalah. Pendekatan ini mampu menciptakan sebuah sistem pembelajaran secara kohesif dan pembelajaran aktif karena keempat aspek dibutuhkan secara bersamaan untuk menyelesaikan masalah. Solusi yang diberikan menunjukkan bahwa peserta didik mampu untuk menyatukan konsep abstrak dari setiap aspek.

Tantangan dari seorang pendidik adalah menyediakan sebuah sistem pendidikan yang menciptakan kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan antara pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi familiar bagi setiap peserta didik. Kesempatan tidak akan tercipta jika pengetahuan dan keterampilan dipisahkan dalam suatu proses pembelajaran. Pfeiffer, Ignatov, & Poelmans (2013) menyatakan bahwa dalam pembelajaran STEM keterampilan dan pengetahuan digunakan secara bersamaan oleh peserta didik. Perbedaan dari aspek pada STEM akan membutuhkan sebuah garis penghubung yang membuat seluruh aspek dapat digunakan secara bersamaan dalam pembelajaran. Peserta didik mampu menghubungkan seluruh aspek dalam STEM merupakan indikator yang baik bahwa ada pemahaman metakognisi yang dibangun oleh peserta sehingga bisa merangkai 4 aspek inter disiplin dalam STEM.

Setiap aspek dari STEM memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara ke empat aspek tersebut. Masing-masing dari aspek membantu peserta didik menyelesaikan masalah jauh lebih komprehensif jika diintegrasikan. Adapun ke empat ciri tersebut berdasarkan defenisi yang dijabarkan oleh Torlakson (2014) yakni: (1) sains yang mewakili pengetahuan mengenai hukum-hukum dan konsep-konsep yang berlaku di alam; (2) teknologi adalah keterampilan atau sebuah sistem yang digunakan dalam mengatur masyarakat, organisasi, pengetahuan atau mendesain serta menggunakan sebuah alat buatan yang dapat memudahkan pekerjaan; (3) teknik atau Engineering adalah pengetahuan untuk mengoperasikan atau mendesain sebuah prosedur untuk menyelesaikan sebuah masalah; dan (4) matematika adalah ilmu yang menghubungkan antara besaran, angka dan ruang yang hanya membutuhkan argument logis tanpa atau disertai dengan bukti empiris. Seluruh aspek ini dapat membuat pengetahuan menjadi lebih bermakna jika diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

Penerapan pendekatan STEM dalam pembelajaran tentunya terintegrasi selama proses pembelajaran. Keempat aspek dalam STEM mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran. Adapun langkah-langkah dari setiap pelaksanaan aspek tersebut adalah sebagai berikut; (1) Aspek Science dalam pendekatan STEM didefinisikan oleh Hannover (2011) adalah keterampilan menggunakan pengetahuan dan proses sains dalam memahami gejala alam dan memanipulasi gejala tersebut sehingga dapat dilaksanakan; (2) Aspek Technology adalah keterampilan peserta didik dalam mengetahui bagaimana teknologi baru dapat dikembangkan, keterampilan menggunakan teknologi dan bagaimana teknologi dapat digunakan dalam memudahkan kerja manusia; (3) Aspek Engineering memiliki lima tahap fase dalam proses pembelajaran; dan (4) Aspek Mathematics adalah keterampilan yang digunakan untuk menganalisis, memberikan alasan, mengkomunikasikan idea secara efektif, menyelesaikan masalah dan menginterpretasikan solusi berdasarkan perhitungan dan data dengan matematis.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Menurut Stripling, dkk. (2009), karakteristik PjBL yang efektif adalah: a. Mengarahkan peserta didik untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting, b. Merupakan proses inkuiri. c. Terkait dengan kebutuhan dan minat peserta didik. d. Berpusat pada peserta didik dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara mandiri. e. Menggunakan ketrampilan berpikir kreatif, kritis dan mencari informasi untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk. f. Terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.

Pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan keyakinan diri para peserta didik, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri. Pembelajaran berbasis proyek merupakan integrasi dari pembelajaran berbasis sains dan teknologi. Dalam Project based learning (PjBL), peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan tema/topic dalam Pembelajaran Berbasis Proyek ini mendorong tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta didik.

Metode PjBL mencakup kegiatan menyelesaikan masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi dan keterampilan membuat karya. Peserta didik harus focus pada penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka untuk memahami konsep dan prinsip yang terkait dengan proyek. Masing-masing kelompok belajar mungkin mengajukan proyek yang berbeda untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui.

Guru berperan dalam membantu peserta didik merencanakan pengerjaan proyek, menganalisis sketsa atau rancangan proyek jika diminta oleh kelompok, mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan dan sebagainya, namun tidak memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan proyek yang direncanakan oleh peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka mengerjakan sebuah proyek.

Pembelajaran dengan PjBL membutuhkan beberapa ketrampilan dasar dan penguasaan ketrampilan khusus dalam membuat proyek. Keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh peserta didik untuk belajar dengan metode PjBL adalah membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan berhitung dasar. Proses identifikasi permasalahan dan pembuatan proyek juga membutuhkan ketrampilan berpikir.

Ketrampilan berpikir yang perlu dimiliki oleh peserta didik adalah: berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, memiliki gambaran ide, menalar dan mengetahui cara belajar. Kegigihan dan kemampuan bekerja sama juga sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan proyek. Kepribadian yang perlu dimiliki dan dapat dibentuk dalam diri peserta didik adalah: bertanggung jawab, percaya diri, bersikap social, mampu mengontrol diri dan jujur.

Tahap pertama pembelajaran berbasis proyek adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik, dan materi ajar yang harus dikuasai. Selanjutnya peserta didik membentuk kelompok belajar dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di lingkungan atau masyarakat yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Kelompok belajar membuat rencana atau rancangan karya untuk mengatasi permasalahan atau menjawab pertanyaan yang diidentifikasi. Kemudian, mereka mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep serta prinsip yang terkait dengan materi ajar secara mendalam.

Tahap terakhir pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan atau menerkam proyek yang telah dibuat pada khalayak ramai, misalnya pada kegiatan sekolah yang mengundang orang tua dan masyarakat sekitar. Tahapan ini merupakan penghargaan bagi peserta didik dan pihak-pihak yang membantu dalam mengerjakan proyek. Peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan tentang proses pembuatan proyek, deskripsi, dan manfaat proyek yang dibuat. Penilaian PjBL dilakukan seiring dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

 

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dirancang berlangsung selama 3 bulan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 bulan Juli- September 2019 dengan pertimbangan bulan efektif yang mendapat pendampingan langsung dari widyaiswara PPPPTK BOE Malang untuk pendekatan pembelajaran STEM dengan model Project Based Learning (PjBL).

Tanggal 16 Juli 2019 digunakan untuk penilaian Prapenelitian.Tanggal 17 Juli 2019 menyusun proposal dan instrumen penelitian.Tanggal 23 Juli 2019 uji coba instrument. Tanggal 24 Juli 2019 penyampaian materi siklus I. Siklus I berlangsung dari tanggal 24 Juli – 13 Agustus 2019. Siklus II berlangsung mulai tanggal 20 Agustus 2019 sampai tanggal 17 September 2019.

Penelitian tindakan (PTK) ini di kelas XITEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta Kota Surakarta Jawa.

Subyek Penelitian

Subyek Penelitian adalah peserta didik kelas XITEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta.Jumlah peserta didik XITEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta sebanyak 31 orang.Kelas XITEA sebagai subyek penelitian karena hasil belajar mata pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroler masih rendah.

Prosedur Penelitian

Penelitian dibagi menjadi 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus meliputi rancangan tindakan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi.

Sumber Data

Sumber data berasal dari peserta didik, guru dan teman sejawat.Sumber data primer diambil dari hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan, sedangkan data skunder diambil dari foto atau video pembelajaran.

Teknik Pengumpulan dan Anlisis Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, proyek (unjuk kerja), observasi/pengamatan. Alat yang digunakan Lembar soal tes tertulis, Lembar soal proyek (unjuk kerja), Lembar observasi teman sejawat.Analisis data penelitian tindakan kelas ini dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II. Dari analisis tersebut maka dapat diketahui apakah pendekatan pembelajaran STEM dengan model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler pada kelas XI TEA jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta, semester gasal tahun pelajaran 2019/2020,dari setiap siklus yang dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai pada minggu ketiga bulan Juli 2019 dengan pembuatan proposal penelitian. Dalam penelitian ini ada 2 buah siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Siklus 1 terdiri dari 6 kali pertemuan dan siklus 2 terdiri dari 6 kali pertemuan. Untuk mengetahui kondisi awal peserta didik maka peneliti melakukan penilaian prapenelitian.

Hasil belajar aspek keterampilan prapenelitian memperoleh rata-rata 74, yang terlampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 5 kelompok (Kelompok A,B,C,E,H) atau 62%, sedangkan jumlah peserta didik yang belum tercapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 3 kelompok (Kelompok D,F,G) atau 26%. Ketercapaian klasikal hanya 74%.

Hasil belajar aspek pengetahuan prapenelitian memperoleh rata-rata 59, yang terlampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebanyak 16 orang atau 52%, sedangkan jumlah peserta didik yang belum tercapai KKM sebanyak 15 orang atau 48%. Sehingga ketercapaian klasikal hanya 52%.

Deskripsi Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian proyek siklus I dan hasil observasi teman sejawat maka dapat merefleksikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Nilai rata-rata 82,5
  2. 7 kelompok (87,5%)tercapai
  3. 1 kelompok (12,5%) belum tercapai
  4. Terdapat 1 kelompok menyelesaikan proyek lebih awal yaitu kelompok A
  5. Kelompok yang menyelesaikan lebih awal kondisinya gaduh dan mengganggu kelompok lain.

Berdasarkan Hasil penilaian pengetahuan siklus I dan hasil observasi teman sejawat maka dapat merefleksikan hal-hal sebagai berikut:

  1. Nilai rata-rata 69 persen peserta didik tercapai
  2. 38 persen peserta didik belum tercapai

Berdasarkan analisa tersebut ketercapaian klasikal nilai pengetahuan hanya 61%. Penelitian dinyatakan berhasil jika ketercapaian klasikal sama dengan atau lebih besar dari 75%. maka siklus I belum berhasil dan diperlukan tindakan pada siklus II dengan penambahan laptop, sumber belajar, dan pengelolaan kelas.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian proyek siklus II, rata rata nilai peserta didik dengan kriteria tinggi (87). Sedangkan penilaian pengetahuan siklus II menunjukkan hasil tinggi (76) Peningkatan hasil penilaian pengetahuan dari Nilai Siklus I (69) ke Penilaian siklus II (76) menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Penelitian dikatakan berhasil jika ketercapaian klasikal lebih dari atau sama dengan 75%, Ketercapaian klasikal pada nilai pengetahuan siklus II adalah 81%, sehingga penelitian pada siklus II berhasil.Penilaian proyek pada siklus II menunjukkan hasil yang tinggi (87). Hal ini menunjukkan bahwa Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) sangat diperlukan dalam pembelajaran, menunjukkan proyek peserta didik dalam pembelajaran telah melampaui KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Tingginya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler ditunjukkan oleh semangat belajar peserta didik,kebersamaan, kesadaran peserta didik untuk memilih kegiatan sehingga menjadi petunjuk bagi tingkah laku belajar. Hal tersebut mendorong pencapaian tujuan pembelajaran bimbingan TIK sesuai tingkat keberhasilan yang telah ditentukan.Tingginya hasil belajar menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Antar Siklus

Upaya meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler Melalui Pendekatan Pembelajaran STEM Kelas XI TEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 dari siklus I ke siklus II dapat dilihat aspek pengetahuan pada siklus I dan II meningkat dari kriteria rendah (69) menjadi tinggi (76).

Sedangkan penilaian keterampilan proyek siklus I menunjukkan hasil 82,5 dengan kriteria tinggi meningkat pada siklus II menjadi 87 sangat tinggi, hal ini memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 76. Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang tinggi terutama ditunjukkan oleh semangat peserta didik, kesadaran peserta didik untuk memilih kegiatan sehingga menjadi petunjuk bagi praktik unjuk kerja untuk mendorong pencapaian tujuan pembelajaran.

Tanggapan penggunaan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dalam pembelajaran mata pelajaran Mikroprosesor dan Mikrokontroler yang tinggi terutama aspek kerjasama kelompok dapat menarik perhatian peserta didik, variasi penggunaan media pembelajaran menjadikan situasi lebih hidup dan tidak membosankan.Penelitian dikatakan berhasil jika ada peningkatan hasil belajar dan ketercapaian klasikal lebih dari atau sama dengan 75%.Hasil belajar meningkat dari siklus I ke siklus II. Ketercapaian klasikal untuk nilai pengetahuan pada siklus II adalah 81% dan ketercapaian klasikal untuk nilai keterampilan pada siklus II adalah 87%, sehingga penelitian tindakan kelas ini berhasil.

PENUTUP

Simpulan

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas tentang “Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroller Melalui Pendekatan Pembelajaran STEM Kelas XI TEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020” ini dapat disimpulkan; Penggunaan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroller Kelas XI TEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020.

Hasil belajar peserta didik yang memenuhi nilai Ketuntasan Belajar Minimal (76) pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.Untuk nilai pengetahuan dari 69 menjadi 76 dan nilai ketrampilan dari 82,5 menjadi 87.

Implikasi/Rekomendasi

Penerapan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dalam mata pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroller PadaKelas XI TEA Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 5 Surakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020 telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar.Ketercapaian klasikal untuk nilai pengetahuan dari 61% menjadi 81% dan nilai ketercapaian klasikal keterampilan dari 82,5% menjadi 87%.Berdasarkan fenomena tersebut maka penggunaan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) dapat digunakan oleh guru untuk variasi model pembelajaran.

Saran

Adapun saran-saran dari hasil penelitian tindakan kelas adalah:

  1. Saran bagi peserta didik

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran STEM model Project Based Learning (PjBL) tidak mengurangi upaya pencapaian tujuan pembelajaran mata pelajaran Mikroprosessor dan Mikrokontroller.

  1. Saran bagi guru

Guru sebagai agen pembelajaran agar selalu melakukan inovasi pembelajaran, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.

  1. Bagi sekolah

Sekolah dapat memfasilitasi kreatifitas guru dalam inovasi pembelajaran, dalam hal ini pengadaan computer,bahan praktek dan maintenance computer.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Nanang. Dan Cucu, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:Refika Aditama.

Hamdani.2011. Strategi Belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model PembelajaranInovatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Supardi. 2015. Penilaian Autentik: Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik.  Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Jakarta:  Raja Grafindo Persada.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk implementasi kurikulum 2013, Jakarta: Bumin Aksara.

Pengembangan Profesi Pendidik, Tim. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran

Sukowati, Joko Listiawan. 2016. Upaya Peningkatan Hasil Belajar siswa pada materi Hyper Text Mark-up Language di kelas X TKJ2 SMP Negeri 1 Tengarandengan model pembelajaran Project Base Learning (PjBL) di kelas X TKJ2 Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/ 2016 SMK Negeri 1 Tengaran. Tengaran: Forum Guru Serasi.

Bligh, A. (2015) Towards a 10-year plan for science, technology, engineering and mathematics (STEM) education and skills in Queensland. Queensland: Department of Education,Training and the Arts.
Gonzalez, H.B. & Kuenzi, J. J. (2012). Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Education: A Primer. Congressional Research Service.[di akses 5-2-2014].

Hannover Research. (2011) Successful K-12 STEM Education: Identifying Effective Approaches in Science, Technology, Engineering, and Mathematics. National Academies Press. NW, Suite 300, P 202.756.2971 F 866.808.6585]. Washington, DC: U.S.
——–, (2014). Future Trends in K-12 Education. [1101 Connecticut Ave. NW, Suite 300, Desember 2013. Washington, DC: U.S. Distric Administration Practice

Pfeiffer, H.D, Ignatov, D.I., & Poelmans, J (2013) Conceptual Structures for STEM Research and Education. 20th International Conference on Conceptual Structures, ICCS 2013 Mumbai, India, January 10-12, 2013 Proceedings. Springger. ISBN 978-3-642-35785-5.

Torlakson. T, 2014. Innovate: A Blueprint For Science, Technology, Engineering, and Mathematics in California Public Education. California: State Superintendent of Public Instruction.

White, D.W., (2010) What Is STEM Education and Why Is It Important?. Florida Association of Teacher Educators Journal Volume 1 Number 14 2014 1-9. http://www.fate1.org/journals/2014/white.pdf.