Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Dengan Problem Based Learning dan Media Wattpad
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN
DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING
DAN MEDIA WATTPAD PADA SISWA KELAS IX B
MTs NEGERI 1 GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2018-2019
Edi Sutopo
MTs. Negeri 1 Grobogan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX B MTs. Negeri 1 Grobogan dalam pembelajaran menulis cerpen melalui penggunaan strategi problem based learning (PBL) dengan media wattpad.Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B MTs. Negeri 1 Grobogan yang terdiri atas 31 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang pada tiap siklusnya terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Tindakan yang diberikan kepada siswa berupa penerapan strategi problem based learning untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis cerpen. Teknik pengumpulan data berupa observasi, penilaian menulis cerpen, angket, catatan lapangan, dokumentasi serta wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk data kualitatif yang berupa hasil observasi lapangan, catatan lapangan, dan wawancara. Analisis kuantitatif digunakan untuk data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes menulis cerpen siswa sebelum dan sesudah tindakan.Penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa rata-rata skor menulis cerpen pratindakan sebesar 50,67 (50,67%), siklus I menjadi 64,67 (64,67%), dan pada siklus II menjadi 77,03 (77,03%). Jadi, kemampuan menulis cerpen siswa dari pretes sampai akhir siklus I meningkat sebesar 14 (14%), pada siklus II peningkatan sebesar 12,36 (12,36%). Berdasarkan perolehan skor di atas, dapat disimpulkan bahwa mulai dari sebelum tindakan hingga sesudah tindakan, nilai keterampilan menulis cerpen siswa telah mengalami peningkatan sebesar 26,36 (26,36%) yaitu dari skor 50,67 (50,67%) menjadi 77,03 (77,03%).Dampak ikutan yang tampak teramati dalam penelitian tindakan adalah perubahan perilaku positif siswa. Pada siklus II, kondisi kelas sudah dapat dikendalikan dan lebih kondusif. Siswa yang kurang termotivasi tampak lebih bersemangat, lebih percaya, diri dan berperan aktif.
Kata Kunci: menulis cerpen, problem based learning, media wattpad
LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang memerlukan perhatian khusus, baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan kurikulum pembelajaran. Keterampilan menulis perlu ditumbuh kembangkan dalam dunia pendidikan, karena dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi segala sesuatu. Salah satu keterampilan menulis tersebut adalah menulis cerita pendek. Menulis cerpen dapat melatih seseorang untuk berkreasi, berimajinasi, dan bernalar.
Keterampilan menulis cerpen bertujuan agar siswa dapat mengekspresikan gagasan, pendapat, dan pengalamannya dalam bentuk sastra tertulis yang kreatif. Kegiatan menulis cerpen seringkali dianggap membosankan dan cukup sulit karena terbatasnya sumber ide. Namun, biasanya hambatan tersebut dapat diatasi dengan membiasakan diri menulis dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Diperlukan partisipasi kreatif guru untuk menciptakan suasana pembelajaran menulis cerpen yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak beranggapan bahwa menulis cerpen itu sulit.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama ini, pembelajaran menulis cerpen yang diajarkan di madrasah masih dilakukan dengan cara yang monoton. Siswa membaca contoh cerpen, lalu siswa menjawab pertanyaan seputar isi cerpen atau menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, yang dilanjutkan dengan menulis cerpen oleh masing-masing siswa.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia, kendala yang dihadapi antara lain kurangnya pengembangan metode, teknik dan keterbatasan media pembelajaran. Permasalahan lain yang terlihat adalah kesulitan mengantarkan siswa dalam memilih tema, tingkatan alur cerita yang masih rancu, kesalahan pada struktur kebahasaan, serta kurangnya keaktifan dan ketertarikan siswa untuk menulis, karena mengajak siswa menjadi gemar menulis adalah sesuatu yang sulit.
Menyikapi fenomena tersebut, dibutuhkan sebuah teknik atau strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalampembelajaran menulis cerpen. Dengan adanya strategi pembelajaran yang inovatif, diharapkan dapat membantu guru dalam membimbing siswa untuk menulis cerpen secara kreatif, serta menumbuhkan minat dan ketertarikan pada diri siswa untuk berlatih menulis cerpen, sehingga dapat menghasilkan suatu karya yang indah dan kreatif.
Diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengatasi permasalahan pembelajaran menulis cerpen, perlu dicoba strategi pembelajaran yang bisa memotivasi siswa untuk menghasilkan karya-karya yang lebih kreatif. Salah satu pilihan strategi pembelajaran yang dapat dipilih adalah strategi problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran menggunakan strategi problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) membantu siswa untuk menemukan ide atau gagasan yang ingin mereka tulis, serta mengembangkan unsur-unsur pembentuk cerpen, khususnya alur dan penokohan.
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi yang dimulai dari masalah terbuka di dunia nyata dan memecahkan masalah tersebut. Menurut Wena (2009: 91-92) strategi pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) merupakan strategi pembelajaran dengan karakteristik peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan praktis yang berhubungan dengan kehidupan nyata dan berupa fakta. Strategi pembelajaran berbasis masalah dikenal sebagai pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu dengan menyajikan kepada siswa situasi masalah yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan beserta pemecahan masalahnya (Woods, lewat Amir, 2010: 13). Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat membantu pelajar membangun kecakapan dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.
Strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Tan dkk. (via Amir, 2010: 12). Ciri-ciri tersebut adalah mulanya pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya masalahmemiliki konteks dengan dunia nyata. Pelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka.
Pelajar mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, dan melaporkan solusi dari masalah tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen sehingga karya-karya yang dihasilkan lebih berkualitas dan kreatif.
Keunggulan strategi pembelajaran berbasis masalah terletak pada perancangan “masalah”nya. Masalah yang diberikan haruslah dapat merangsang dan memicu pembelajar untuk menjalankan pembelajaran dengan baik (Amir, 2010: 32). Model pembelajaran berbasis masalah akan mempengaruhi kemampuan pengembangan yang akan berpengaruh pada kualitas penulisan cerpen yang ditulis oleh siswa. Dengan belajar dari permasalahan yang ada dalam lingkungan sekitar dan dari pengalaman pribadi, siswa diharapkan mampu menuangkan dalam bentuk cerita pendek.
Pemanfaatan strategi pembelajaran bisa dijadikan alternatif pembelajaran yang menarik, seperti yang diungkapkan oleh Wina (2008: 126) strategi pembelajaran adalah sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Di sisi lain, penggunaan media yang tepat dalam sebuah pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. Laman wattpad merupakan sarana yang menyediakan ruang bagi para penulis cerpen atau novel secara berseri untuk menampilkan atau memublikasikan karyanya. Pengunjung dapat bebas mencari, memilih, dan membaca secara gratis. Di samping itu, pembaca juga dapat menampilkan karya dan mempromosikan karya tersebut agar dibaca oleh semua orang di seluruh penjuru dunia.
KAJIAN TEORI
Menulis Cerpen
Menurut Nurgiyantoro (2002: 168) menulis merupakan suatu proses perkembangan. Kemampuan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan. Semakin berlatih, kemampuan menulis akan meningkat, oleh karena itu keterampilan menulis perlu ditumbuh kembangkan. Salah satu jenis kegiatan menulis kreatif dalam hal ini adalah menulis cerpen. Sumardjo (2007: 81) mengungkapkan bahwa menulis cerpen pada dasarnya adalah menyampaikan sebuah pengalaman kepada pembacanya.
Menulis cerpen merupakan kegiatan mengorganisasikan perasaan, pikiran, gagasan secara kreatif dalam bentuk cerita fiksi yang berupa prosa singkat, padat, ceritanya berpusat pada satu konflik, dan pengembangan pelakunya terbatas serta menimbulkan kesan tunggal. Menulis cerpen bukan sekedar memberitahu sebuah cerita, karena sebuah cerpen bukan hanya menyampaikan cerita, tetapi juga menggambarkan sebuah pengalaman (berbentuk cerita), maka syarat untuk membuat sebuah cerpen hidup adalah bagaimana membawa pembacanya memasuki pengalaman cerita itu.
Sumardjo (2007: 75-80) menjelaskan bahwa terdapat lima tahap proses kreatif menulis yaitu: (1) persiapan, (2) inkubasi, (3) inspirasi, (4) penulisan, dan (5) revisi. Pertama, adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini seorang penulis telah menyadari apa yang akan dia tulis dan bagaimana ia akan menuliskannya. Apa yang akan dia tulis adalah munculnya gagasan, isi tulisan. Sedangkan bagaimana ia akan menuangkan gagasan itu adalah soal bentuk tulisannya. Soal bentuk tulisan inilah yang menentukan syarat teknis penulisan.
Kedua, tahap inkubasi. Pada tahap ini gagasan yang telah muncul tadi disimpan dan dipikirkannya matang-matang, dan menunggu waktu yang tepat untuk menuliskannya. Selama masa pengendapan ini biasanya konsentrasi penulis hanya pada gagasan itu saja. Ketiga, adalah saat inspirasi. Gagasan dan bentuk ungkapnya telah jelas dan padu. Ada desakan kuat untuk segera menulis dan tidak bisa ditunggu-tunggu lagi.
Keempat, tahap penulisan. Pada tahap inilah dimana penulis akan mengeluarkan segala hasil pemikiran ide dan gagasannya ke dalam sebuah bentuk tulisan yang telah direncanakan. Kemudian yang kelima, adalah tahap revisi. Dalam tahap revisi, seorang penulis memeriksa dan melakukan penilaian berdasarkan pengetahuan dan apresiasi yang dimilikinya.
Namun, masih ada tahap terakhir dari kegiatan pasca menulis yakni mempublikasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh penulis atau siswa antara lain: mempublikasi tulisan mereka dalam suatu bentuk yang sesuai. Mempublikasi tulisan merupakan pengalaman yang sangat tinggi nilainya. Keberanian mengkomunikasikan secara terbuka gagasan, sikap, pandangan, jarang dijumpai pada diri siswa. Karena kegiatan ini merupakan upaya agar siswa dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik (Syamsi, 1999:10).
Menurut Sumardjo (2007: 99) sebuah cerpen yang baik adalah cerpen yang merupakan suatu kesatuan bentuk utuh, manunggal, tak ada bagianbagian yang tak perlu, tetapi juga ada sesuatu yang terlalu banyak, semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti. Cerpen harus memberikan gambaran sesuatu yang tajam. Dengan kata lain, menulis cerpen bisa disimpulkan sebagai kegiatan mengarang cerita dengan memberikan pukulan tajam kepada pribadi pembaca. Ketajaman itu bisa saja terletak pada unsur cerita atau plotnya, unsur suasana cerita, unsur watak, psikologi tokoh, atau pada unsur setting dan waktu terjadinya cerita.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen adalah menemukan masalah, menemukan persoalannya, menemukan konflik, menceritakan pengalaman, dan menghadirkan pengalaman itu sendiri. Agar dapat menulis cerpen dengan baik, perlu adanya latihan-latihan membaca karya-karya sastra, berusaha menambah pengetahuan dan pengalaman, mempunyai kecakapan menulis dan mempunyai disiplin untuk menulis secara tetap (Sumardjo, 2007: 42). Dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, seperti yang tersebut di atas maka seseorang itu akan dapat menghasilkan karya sastra (cerpen) yang baik.
Media Wattpad
Media pembelajaran sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran yang berkualitas. Pemanfaatan media pembelajaran berguna untuk meningkatkan minat siswa. Ketiadaan media pembelajaran diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya motivasi siswa berlatih menulis cerpen. Padahal, dalam proses pembelajaran, media memegang peranan penting sebagai perantara atau penyampai pesan untuk mempermudah guru menyampaikan materi kepada siswa.
Media memiliki fungsi yang sangat penting dalam pembelajaran. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mempertinggi kualitas proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Selain itu, media pembelajaran membuat komunikasi dan interaksi antara pengajar dan pembelajar lebih efektif.
Media wattpad yang dimaksud di sini adalah laman wattpad.com yaitu sebuah laman yang menyediakan fasilitas membaca, menulis, berbagi cerpen maupun novel secara berseri. Laman ini menyediakan pilihan bacaan dalam jumlah yang melimpah. Melalui media ini siswa dapat memanfaatkan untuk dua hal. Pertama, belajar menulis cerpen dari penulis-penulis hebat yang membagi karyanya di sana. Kedua, sarana untuk memublikasikan karya siswa di jaringan pembaca yang sudah mapan tersebut. Dengan kemudahan ini, siswa akan memperoleh apresiasi dari para pembaca. Umpan balik dari mereka sangat berguna bagi siswa untuk termotivasi berkarya dengan lebih baik lagi.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 3) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Penelitian tindakan kelas tidak dapat dilakukan sendiri. Peneliti harus mengadakan kerjasama secara kolaboratif dengan pihak lain yang masih menyangkut permasalahan yang akan diteliti. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi (Kemmis dkk., via Madya, 2009: 59).
Acuan yang dijadikan pedoman penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Madya, 2009: 67) yang mencakup perencanaan tindakan, implementasi tindakan dan observasi, serta refleksi.
Dari skema desain penelitian tindakan tersebut, maka tahap-tahap dalam penelitian tindakan meliputi: (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan tindakan), (3) observing (pengamatan), dan (4) reflecting (refleksi).
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTs. Negeri 1 Grobogan, pada kelas IX B semester genap tahun ajaran 2018/2019. MTs. Negeri 1 Grobogan berada di Desa Jeketro, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini mengandung data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses penulisan cerpen menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah. Data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis cerpen.
Data diperoleh melalui: 1). Pengamatan, 2) Wawancara, 3). Angket, 4). Tes Menulis Cerpen, 5). Dokumentasi, 6). Catatan Lapangan. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat kegiatan penelitian berupa persiapan, perencanaan, implementasi tindakan, pemantauan, dan refleksi.
Analisis tindakan dilakukan secara kualitatif, sedangkan analisis hasil tindakan dilakukan secara kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan berdasarkan data yang terkumpul berupa hasil wawancara, catatan lapangan, lembar observasi, angket, dan dokumentasi foto.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal dan dari hasil tes akhir. Tes awal dan tes akhir dilakukan sebelum dan setelah siswa diberi tindakan yang berupa pembelajaran penulisan cerpen dengan strategi pembelajaran berbasis masalah. Data ini menggunakan pedoman penilaian sebuah karya cerpen. Pedoman penilaian menulis cerpen tersebut berdasarkan penilaianhasil karangan (Nurgiyantoro, 2001: 307) dengan pengembangan secukupnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Awal Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen
Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, peneliti dan guru kolaborator kelas bahasa Indonesia mengadakan wawancara dengan siswa dan mengadakan kegiatan pratindakan (tes awal) menulis cerpen untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan dalam menulis cerpen. Observasi kemampuan awal menulis cerpen siswa juga dilakukan dengan penyebaran angket untuk mengetahui minat mereka terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen.
Kegiatan menulis cerpen memerlukan teknik atau strategi pembelajaran tertentu agar menarik perhatian siswa dan memunculkan minat siswa untuk menulis cerpen. Siswa sering menggunakan teknik atau strategi pembelajaran tertentu dalam kegiatan menulis cerpen (soal no.6), 22,58% siswa menyatakan bahwa menggunakan teknik atau strategi pembelajaran tertentu dalam menulis cerpen, jawaban kadang-kadang dipilih 45,16% siswa dan sebesar 32,25% siswa menjawab tidak menggunakan teknik atau strategi pembelajaran dalam menulis cerpen. Di sekolah, belum dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen. Hal tersebut berdasarkan 74,19% siswa menjawab bahwa di sekolah tidak dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen.
Sebanyak 25,80% siswa menjawab kadang-kadang dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen, dan 0% siswa yang menjawab ya, jika di sekolah dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen. Artinya, di sekolah perlu dilakukan bimbingan secara intensif dalam kegiatan menulis cerpen, dan guru harus pandai memilih teknik atau strategi pembelajaran yang mampu menarik perhatian siswa dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan selama pembelajaran menulis cerpen.
Data tentang kemampuan awal siswa dalam menulis cerpen adalah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek yang dinilai adalah 50,67 atau jika diperesentasekan berjumlah 50,67%. Dari hasil pratindakan ini, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan dalam menulis cerpen masih berkategori kurang. Skor rata-rata sebanyak itu masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70 dan masih di bawah kriteria keberhasilan penelitian yakni lebih dari atau sama dengan KKM.
Hasil Kerja Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Menggunakan Strategi Problem Based Learning dan Media Wattpad
Hasil kerja siswa dalam praktik menulis cerpen, setelah mendapatkan implementasi tindakan sebanyak dua siklus dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah, menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Siklus I dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Di akhir pertemuan siklus I, kemampuan menulis cerpen siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4 Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam cerpen siswa di akhir siklus I sebesar 64,67 (64,67%). Demikian halnya dengan implementasi tindakan pada siklus II, mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam praktik menulis cerpen. Siklus II dalam penelitian ini juga dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa dalam siklus II, dapat dilihat pada tabel 6. Dari tabel 6 di atas, dapat diketahui peningkatan semua aspek dalam cerpen siswa. Nilai rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam cerpen siswa di akhir siklus II sebesar 77,03 (77,03%).
Untuk lebih jelasnya, peningkatan kemampuan siswa dalam praktik menulis cerpen dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah dari pratindakan ke siklus I dan siklus II, dapat dilihat dari tabel peningkatan hasil kerja siswa dari pratindakan ke siklus I dan siklus II pada tabel 8.
Implementasi tindakan dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah baik dalam siklus I maupun siklus II ternyata mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Pada siklus I pertemuan terakhir, nilai rata-rata hitung cerpen siswa yang telah menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah meningkat menjadi 64,67 (64,67%). Pada siklus II pertemuan terakhir, rata-rata hitung cerpen karya siswa meningkat lagi menjadi 77,03 (77,03%). Berikut tabel 8 peningkatan nilai hasil kerja siswa dari pratindakan ke siklus I dan siklus II.
Peningkatan Keterampilan Siswa Menulis Cerpen dengan Strategi Problem Based Learning dan Media Wattpad
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis cerpen dalam penelitian ini adalah tes. Dalam penelitian tindakan kelas ini, akan disajikan peningkatan hasil tes menulis cerpen dari pratindakan hingga akhir siklus II. Jumlah skor tes kemampuan menulis cerpen siswa pada tahap pratindakan adalah 1.571, atau jika dirata-ratakan sebesar 50,67 (50,67%). Pada siklus I jumlah skor tes kemampuan menulis cerpen siswa adalah 2.005, atau jika dirata-ratakan sebesar 64,67 (64,67%). Jadi, kemampuan siswa dalam menulis cerpen mengalami peningkatan sebesar 14 (14%). Diakhir siklus II, jumlah skor tes kemampuan menulis cerpen siswa mengalami peningkatan yaitu menjadi 2.388. jika dirata-ratakan sebesar 77,03 (77,03%). Jadi, peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dari pretes hingga siklus II sebesar 26,36 (26,36%).
Hasil tes menunjukkan pada siklus I pertemuan terakhir, rata-rata hitung kemampuan siswa dalam menulis cerpen sebesar 64,67 (64,67%). Rata-rata hitung siklus II pada pertemuan terakhir sebesar 77,03 (77,03%). Jadi, peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan strategi pembelajaran berbasis masalah dari siklus I ke siklus II sebesar 12,36 (12,36%).
Pembahasan
Deskripsi Awal Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen
Kondisi awal siswa dalam penelitian tindakan kelas ini diketahui lewat tes awal (pretes) dalam menulis cerpen. Siswa diberi tes untuk menulis cerpen dengan mengembangkan cerita dari pengalaman pribadi seseorang. Berdasarkan hasil pratindakan yang diperoleh (tabel 2), kemampuan siswa dalam menulis cerpen belum memperoleh hasil yang maksimal. Guru sering mengalami kesulitan dalam menggunakan teknik atau strategi pembelajaran yang tepat dan menarik agar siswa termotivasi menulis cerpen. Akibatnya, hasil cerpen karya siswa kurang memuaskan.
Berasarkan informasi tabel 2 diperoleh data tentang hasil kemampuan awal siswa dalam menulis cerpen. Rata-rata hitung aspek alur (tahapan) dari hasil pratindakan sebesar 6. Rata-rata hitung aspek alur (konflik) dari hasil pratindakan sebesar 1,80. Rata-rata hitung aspek alur (klimaks) dari hasil pratindakan sebesar 1,48. Rata-rata hitung aspek latar dari hasil pratindakan sebesar 6. Rata-rata hitung aspek tokoh dari hasil pratindakan sebesar 6. Rata-rata hitung aspek judul dari hasil pratindakan sebesar 6. Rata-rata hitung aspek sudut pandang dari hasil pratindakan sebesar 6,03. Rata-rata hitung aspek gaya dan nada dari hasil pratindakan sebesar 6. Rata-rata hitung aspek tema dari hasil pratindakan sebesar 6,03. Rata-rata hitung aspek penulisan huruf dari hasil pratindakan sebesar 1,19.
Rata-rata hitung aspek penulisan kata dari hasil pratindakan sebesar 1,06. Rataratahitung aspek penerapan tanda baca dari hasil pratindakan sebesar 1,45 dan rata-rata hitung aspek paragraf dari hasil pratindakan sebesar 1,54. Jadi, jumlah rata-rata hitung dari keseluruhan aspek dalam tahap pratindakan adalah sebesar 50,67 (50,67%). Berikut ini merupakan contoh cerpen siswa 19 pada pratindakan yang dideskripsikan berdasarkan penilaian beberapa aspek terkait unsur-unsur cerpen.
Pada tahap pratindakan ini, nilai yang diperoleh siswa 19 yaitu sebesar 48. Perolehan nilai ini masih tergolong rendah. Nilai ini diperoleh berdasarkan pedoman penilaian yang telah ditentukan. Dari hasil penulisan cerpen tersebut, aspek alur (tahapan) siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dalam cerpen di atas, unsur-unsur alur terutama tahapannya sebagian besar belum memiliki konsep yang jelas, ceritanya masih samar, sehingga hasilnya kurang menarik. Aspek alur (konflik) siswa 19 memperoleh skor nilai 1. Dari cerpen tersebut, konflik yang disajikan masih kurang bersifat tunggal dan kurang pengembangan, seperti terlihat dalam cuplikan cerpen berikut.
“Akhirnya Nando ketergantungan pada obat-obatan itu. Dia tidak tahu bahwa hal tersebut sangat merugikan masa depannya. Suatu hari Nando didapati oleh orang tuanya sakau karena narkoba. Orang tua Nando panik. Tetapi mereka saling menyalahkan.”
Aspek alur (klimaks) siswa 19 memperoleh skor nilai 1. Dari cerpen tersebut, klimaks terlihat kurang tajam, cerita yang disajikan terkesan mengambang dan terlalu ringan. Hal itu dapat dilihat dari cuplikan cerpen berikut.
“Sebenarnya hal itu sia-sia, karena bagaikan nasi sudah menjadi bubur. Nando pun sudah terkena AIDS.”
Aspek latar siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dalam cerpen tersebut, latar kurang tergambar dengan jelas, sehingga membuat suasana menjadi kurang nyata. Aspek tokoh siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dalam cerpen tersebut, sudah dapat dikatakan cukup jelas penggambaran karakter tokohnya, seperti pada cuplikan cerpen berikut ini.
”Nando merupakan salah satu anak yang suka menyendiri. Dia tidak begitu pandai berkomunikasi dengan teman sebaya di sekitarnya. Dia lebih suka diam dan menjauh dari teman-temannya.”
Ditinjau dari aspek judul, siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dalam cerpen tersebut, siswa 19 belum membubuhkan judul pada karangannya, meskipun guru memberi kebebasan untuk menentukan judul. Pada aspek penggunaan sudut pandang, siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dalam cerpen di atas, siswa 19 sudah cukup dapat membedakan sudut pandang orang I dan III. Aspek gaya dan nada siswa 19 memperoleh skor nilai 6. Dari cerpen tersebut, gaya bahasa yang digunakan masih menggunakan bahasa percakapan sehari-hari dan pemilihan diksi masih sangat rendah. Aspek tema siwa 19 memperoleh skor nilai 6. Dari cerpen tersebut, tema yang diambil sudah mulai mampu menyesuaikan antara tema dan isi cerita. Walaupun masih ada beberapa cerpen siswa yang kurang tepat dalam pengeekspresian antara tema dan isi cerpen.
Aspek penulisan huruf siswa 19 memperoleh skor nilai 1. Dalam cerpen di atas, masih terdapat banyak kesalahan, terutama penulisan huruf kapital dalam awal menulis. Dari segi aspek penulisan kata, siswa 19 memperoleh skor nilai 1.
Dalam cerpen tersebut, kesalahan yang terjadi adalah kesalahan penulisan kata dengan menggabungkan atau merangkai kata depan, penggunaan kata sambung, serta penggunaan kata tidak baku. Aspek penerapan tanda baca siswa 19 memperoleh skor nilai 1. Dari cerpen tersebut, menunjukkan bahwa masih banyak terjadi kesalahan, diantaranya siswa lupa membubuhkan tanda titik (.) maupun koma (,). Dari aspek paragraf, siswa 19 memperoleh nilai 1. Dalam cerpen tersebut, siswa 19 masih kesulitan dalam membuat kalimat ayang efektif, serta belum mampu membuat dialog ke dalam satu paragraf yang menarik.
Dari hasil pratindakan ini, dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan dalam menulis cerpen masih tergolong rendah. Melihat kondisi tersebut, kegiatan praktik menulis cerpen di sekolah perlu dilakukan perbaikan. Salah satu langkah yang dapat diambil guru adalah pengembangan variasi pembelajaran dan penggunaan model, teknik dan media yang tepat atau cara pembelajaran yang tepat agar apresiasi siswa terhadap sastra tumbuh dengan baik. Melalui strategi pembelajaran berbasis ini dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Strategi Problem based Learning dan Media Wattpad
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis cerpen di kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan dapat dikatakan berhasil meningkatkan kualitas proses dan produk. Peningkatan kualitas proses dalam aktivitas pembelajaran berdampak positif pada tercapainya peningkatan kualitas hasil tulisan siswa. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan siswa lebih antusias serta aktif dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari peningkatan skor menulis cerpen dari siklus I hingga pascasiklus II.
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Strategi Problem Based Learning dan Media Wattpad
Cerpen yang dihasilkan siswa pada siklus II, semua aspeknya mengalami perubahan yang lebih baik. Rata-rata hitung hasil menulis cerpen siswa dari pratindakan sebesar 50,67 (50,67%) dan pada siklus II pertemuan terakhir meningkat menjadi 77,03 (77,03&). Jadi, peningkatan kemampuan siswa dalam praktik menulis cerpen dari pratindakan ke siklus II sebesar 26,36%. Rata-rata hitung kemampuan menulis cerpen siswa dari siklus I sebesar 64,67 (64,67%) dan pada siklus II meningkat menjadi 77,03 (77,03%). Jadi, peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 12,36%.
Peningkatan skor rata-rata cerpen siswa dari pratindakan ke siklus II pertemuan terakhir adalah 26,36 (26,36%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen sudah berkategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan dengan strategi pembelajaran berbasis masalah pada siklus I dan II membawa dampak yang positif terhadap pembelajaran menulis cerpen. Dampak positif tersebut berupa peningkatan kemampuan siswa dari kategori kurang/ rendah ke kategori baik.
Selain mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam praktik menulis cerpen, penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah mampu memberikan kesenangan, gairah dan semangat siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini berdasarkan data angket refleksi pascatindakan yang terkumpul setelah implementasi tindakan. Dari angket pernyataan butir 6 yang menyatakan pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah lebih menyenangkan, 10 siswa menyatakan sangat setuju, 15 siswa menyatakan setuju, dan 6 siswa menyatakan kurang setuju.
Angket refleksi pascatindakan pernyataan butir 7 yang menyatakan pembelajaran seperti ini perlu dikembangkan lagi agar penulisan cerpen meningkat, 16 siswa menyatakan sangat setuju, 14 siswa menyatakan setuju, dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Angket refleksi pascatindakan butir 8 yang menyatakan setelah diadakan pembelajaran ini, mendorong saya untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang penulisan cerpen, 9 siswa menyatakan sangat setuju, 17 siswa menyatakan setuju, dan 3 siswa menyatakan kurang setuju.
Angket refleksi pascatindakan butir 9 yang menyatakan pembelajaran seperti ini hendaknya dilakukan terus menerus agar siswa lebih mengetahui tentang penulisan cerpen, 11 siswa menyatakan sangat setuju, 14 siswa menyatakan setuju, 6 siswa menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Dikarenakan minat dan antusias yang tinggi dari siswa pada saat proses penulisan cerpen menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah, maka hasil nilai yang diperoleh juga mengalami peningkatan.
Berkaitan dengan perolehan skor kemampuan menulis cerpen siswa, sudah mengalami peningkatan semua aspek dari tahap pratindakan sampai siklus II. Aspek alur (tahapan) dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,87 (1,87%). Aspek alur (konflik) dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,97 (1,97%). Aspek alur (klimaks) dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,16 (2,16%). Aspek latar dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,7 (1,7%). Aspek tokoh dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,48 (1,48%). Aspek judul dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,87 (1,87%). Aspek sudut pandang dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,45 (1,45%).
Aspek gaya dan nada dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,22 (1,22%). Aspek tema dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 1,87 (1,87%). Aspek penulisan huruf dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,32 (2,32%). Aspek penulisan kata dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,55 (2,55%). Aspek penerapan tanda baca dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,13 (2,13%). Aspek paragraf dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 2 (2%). Jadi, keseluruhan aspek dari pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 26,36 (26,36%). Peningkatan skor tersebut cukup berarti.
Secara keseluruhan, penelitian ini dapat dikatakan telah berjalan dengan baik dan lancar. Selain itu, hasil yang telah diperoleh ternyata telah mampu mengatasi permasalahan siswa kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan dalam pembelajaran menulis cerpen. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah. Dari dua siklus yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor tes menulis cerpen siswa pada saat pratindakan, skor rata-rata hitung 50,67 (50,67%), skor tersebut diperoleh ketika siswa belum dikenai tindakan. Artinya, siswa belum mengenal strategi pembelajaran berbasis masalah yang dimaksud dalam penelitian ini. Setelah siswa diberi tindakan pada siklus I, kemudian dilakukan tes menulis cerpen, skor rata-rata hitung meningkat menjadi 64,67 (64,67%). Penelitian ini tidak hanya terhenti pada siklus I, melainkan berlanjut pada siklus II. Tes menulis cerpen siswa pada siklus II, juga memberikan hasil yang baik, skor rata-rata hitung penulisan cerpen siswa meningkat menjadi 77,03 (76703%). Dengan demikian, dari pratindakan hingga siklus II, peningkatan skor keterampilan menulis cerpen siswa adalah 26,36 (26,36%). Skor rata-rata diperoleh dengan skor setiap aspek yang telah ditentukan. Perubahan skor yang terjadi cukup berarti, karena peningkatan atau perubahan tersebut memberikan informasi bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan referensi guru sebagai strategi pembelajaran untuk membangkitkan motivasi siswa dalam menulis cerpen. Dengan adanya motivasi dan minat pada siswa, keterampilan menulis cerpen pun dapat dilatih secara lebih optimal.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan hasil karya cerpen siswa adalah siswa telah mampu menulis cerpen dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Peningkatan yang dialami oleh siswa dari pratindakan (pretes) sampai dengan tindakan siklus II dapat dikatakan cukup baik dan memuaskan. Dalam hasil penulisan cerpen siswa yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi adalah aspek fakta cerita yaitu aspek alur dalam cerita, sehingga pengembangan cerita menjadi lebih menarik. Penerapan tanda baca dalam cerpen siswa juga mengalami peningkatan. Selain itu, peningkatan yang signifikan terjadi setelah dilakukan tindakan yaitu dengan adanya dialog dalam cerpen yang sudah ditulis dalam satu paragraf tersendiri, namun tetap menjadi satu alur pembicaraan dalam cerita.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat disimpulan bahwa penggunaan strategi pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX B MTs Negeri 1 Grobogan. Peningkatan keterampilan menulis cerpen dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah tersebut, dilihat berdasarkan peningkatan secara proses dan produk.
Peningkatan secara proses dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain siswa menjadi aktif dalam bertanya, siswa lebih berani dalam mengemukakan pendapat dan berani untuk berkomentar. Selain itu, dalam pembelajaran menulis cerpen siswa juga sudah mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik, contohnya siswa tidak bercanda dengan teman, tidak bicara sendiri dengan teman sebangku, siswa menjadi lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan tugas. Kelancaran pembelajaran menulis cerpen pada penelitian ini tidak terlepas dari pengaruh strategi pembelajaran berbasis masalah yang mampu menarik perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen.
Peningkatan secara produk dapat dilihat dari perbandingan perolehan skor rata-rata menulis cerpen siswa dalam tahap pratindakan dan tindakan di akhir siklus II. Skor rata-rata menulis cerpen siswa dalam pratindakan (pretes) sebesar 50,67 (50,67%). Skor rata-rata menulis cerpen siswa dalam tindakan di akhir 125 siklus I sebesar 64,67 (64,67%). Peningkatan kembali terjadi dalam tindakan di akhir siklus II, skor rata-rata cerpen siswa meningkat menjadi 77,03 (77,03%). Jadi, terjadi peningkatan skor rata-rata menulis cerpen siswa sebesar 26,36 (26,36%) dari hasil pratindakan (pretes) sampai dengan akhir tindakan siklus II.
Peningkatan skor ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan dalam siklus I dan siklus II, mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran dan praktik menulis cerpen. Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah juga mampu memberikan motivasi dan kesenangan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerpen. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen.
Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis cerpen mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan menulis cerpen. Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis cerpen mampu memberikan kesenangan, semangat baru kepada siswa, menciptakan suasana yang lebih akrab, dan mewujudkan motivasi belajar yang tinggi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, saran untuk penelitian ini adalah sebagi berikut.
Bagi guru bahasa Indonesia
Dengan adanya pembelajaran menulis cerpen dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, diharapkan guru dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya. Strategi problem based learning dan media wattpad ini diharapkan menjadi referensi guru dalam pembelajaran menulis cerpen. Guru hendaknya mengintensifkan bimbingan menulis cerpen dengan menggunakan strategi pembelajaran yang menarik agar siswa lebih bersemangat dalam belajar menulis. Guru juga harus dapat membantu siswa dalam mencari pemecahan masalah dari segala kesulitan yang dihadapi siswa.
Bagi siswa
Penelitian ini dapat membantu siswa mengatasi kesulitan saat menulis cerpen, yaitu sulitnya menemukan ide-ide dalam menulis sebuah cerita. Selain itu, dengan penelitian ini siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas tentang apresiasi sastra khususnya cerpen. Kemampuan menulis cerpen siswa yang sudah baik yang telah dicapai harus dipertahankan dan dikembangkan terus.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Amir, M. Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Harsono. 2005. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran UGM.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Luxemburg, J. Van, Dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Diterjemahkan oleh Pick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Madya, Suwarsih. 2009. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta.
Moelong, Lexy. J., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Pambudi, Ahmad. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Metode Implikasi Konflik pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Patuk Gunungkidul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
Puspitasari. 2012. Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Strategi Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Siswa Kelas XI MAN Yogyakarta II. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sayuti, Suminto A. 2009. Modul Menulis Fiksi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenaan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Setyawati, Ririn. 2011. Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Teknik Simulasi Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 1 Sewon. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY.
Sudjana S., H. Djuju. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sumardjo, Jacob. 2007. Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
\Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.