PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI BAGI SISWA

KELAS III SDN 1 NGILEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Sriyati

SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas III SDN 1 Ngilen melalui penggunaan media gambar seri. Penelitian dilaksanakan di SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Subyek penelitian adalah siswa kelas III SDN 1 Ngilen tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 14 anak. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui tes, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi bagi siswa kelas III SDN 1 Ngilen. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan angka persentase ketuntasan belajar siswa. Pada kondisi awal dari 14 siswa kelas III yang tuntas belajar adalah 8 siswa (57,14%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 64,29. Pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar 9 siswa (64,29%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 70,00. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar kembali meningkat menjadi 12 siswa (85,71%) dan rata-rata nilai ulangan harian adalah 75,71.

Kata kunci: menulis karangan narasi, media, gambar seri

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk membina kemampuan siswa yaitu berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Secara umum pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut, (1) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (2) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, dan (3) berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis.

Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk bidang studi bahasa terdiri atas empat aspek, yaitu keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan dilaksanakan secara terpadu dengan porsi pembelajaran yang seimbang dibandingkan dengan keterampilan bahasa lain. Keterampilan menulis lebih sulit dikuasai karena keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur nonkebahasaan dalam penyusunan sebuah karangan atau tulisan.

Tujuan pembelajaran menulis di sekolah salah satunya adalah mentradisikan menulis di kalangan pelajar. Menulis digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya, sehingga perlu berlatih dan praktik menulis secara teratur serta bersungguh-sungguh.

Dalam keterampilan menulis ada beberapa keterampilan, salah satunya adalah keterampilan menulis narasi. Narasi dibagi menjadi dua yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang akan dikisahkan. Narasi sugestif pertama-tama berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan. kejadian itu berlangsung dalam satu kesatuan waktu.

Pengembangan keterampilan menulis, termasuk menulis narasi, perlu mendapat perhatian yang serius sejak tingkat pendidikan yang paling dasar, karena keterampilan menulis tidak terbentuk secara otomatis. Seseorang yang ingin terampil menulis memerlukan pembelajaran dan keterampilan yang teratur, khususnya dalam menulis narasi. Seseorang dalam menulis narasi akan dituntut menggabungkan dua imajinasi dan daya nalarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan menulis narasi juga akan melatih kecerdasan daya pikir anak. Sebagai aspek keterampilan berbahasa, keterampilan menulis narasi dapat dimiliki oleh orang-orang yang giat dan rajin berlatih.

Upaya peningkatan keterampilan menulis narasi sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh guru tetapi hasil yang diperoleh kurang memuaskan, karena pembelajaran yang disampaikan oleh guru masih berjalan satu arah, artinya hanya guru yang aktif di dalam kelas. Padahal, dalam proses belajar mengajar siswa diharuskan lebih aktif selama proses belajar mengajar.

Berdasarkan hasil analisis data awal, siswa kelas III SDN 1 Ngilen masih kesulitan untuk menuangkan ide, dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu siswa tidak memiliki minat dan merasa jenuh untuk menulis. Faktor lain adalah siswa kurang memperhatikan dan menganggap mudah pokok bahasan ini serta metode pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif, guru belum banyak memberikan praktik dan latihan kepada siswa. Kondisi pembelajaran ini berdampak pada rendahnya keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas III SDN 1 Ngilen. Rata-rata nilai siswa pada saat dilakukan ulangan tentang menulis narasi masih rendah yaitu 64,29. Tingkat ketuntasan belajar siswa hanya 57,14%.

Usaha untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi diperlukan suatu media pembelajaran yang efektif dan efisien. Selama ini, metode ceramah dan penugasan ternyata belum mampu mencapai hasil yang optimal. Melihat kondisi demikian, peneliti tergerak untuk mengadakan penelitian untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas III SDN 1 Ngilen. Peneliti menerapkan media gambar seri pada pembelajaran menulis karangan narasi. Melalui media ini, dalam kegiatan siswa diminta mengamati yang ada dipapan tulis kemudian siswa mendiskusikan gambar dengan guru dan pada akhirnya siswa diminta menceritakan secara tertulis.

 

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi bagi siswa kelas III SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016?”

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas III SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan media gambar seri.

Manfaat Penelitian

            Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian yang dilakukan antara lain: (1) bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa menuangkan ide kedalam bentuk tulisan, (2) bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar seri dan dipakai sebagai alternatif guru untuk menigkatkan mutu pengajaran menulis dan profesionalisme guru semakin meningkat, dan (3) bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat kerja guru untuk mengadakan penelitian sejenis, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan mutu sekolah.

KAJIAN PUSTAKA

Karangan Narasi

            Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan (Keraf 1983:135). Untuk membedakan karangan narasi yang hanya menyampaikan suatu kejadian atau peristiwa kepada pembaca, maka ada unsur lain yang harus diperhatikan yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi menurut dua unsur dasar, yaitu (1) perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam satu rangkaian waktu. Apa yang telah terjadi tidak lain adalah tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh dalam satu rangkaian waktu, dan (2) narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.

            Menurut Sujanto (1988: 111), narasi adalah jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Dengan kata lain, narasi adalah jenis paparan suatu proses. Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu (secara kronologis).

            Adapun menurut Parera (1993:5), wacana narasi merupakan suatu bentuk karangan dan tulisan yang bersifat mengerjakan sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita, akan tetapi ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

            Wacana narasi adalah wacana yang menceritakan kejadian-kejadian secara kronologis atau dari satu waktu kewaktu yang lain. Wacana narasi disebut juga karangan kisahan karena isinya menceritakan suatu peristiwa atau kisahan seseorang (Hartono 2000: 80).

            Menurut Wiyanto (2004:64), narasi secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Karangan narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Karangan narasi mirip dengan karangan deskripsi, bedanya pada karangan narasi mementingkan urutan waktu dan biasanya ada tokoh yang menggunakan, sedangkan deskripsi tidak mementingkan urutan waktu dan tidak ada tokoh yang diceritakan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa narasi adalah karangan yang didalamnya terdapat satu atau beberapa peristiwa dan dengan peristiwa itu seolah-olah pembaca melihat atau mengalaminya menurut urutan waktu (secara kronologis).

Pengertian Media

Menurut Djamarah dan Zain (2002:136) Kata media “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar” dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Angkowo dan Kosasih (2007:10) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengatar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dari proses pengajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemamuan siswa, sehingga dapat terdorong terlibat dalam proses pengajaran.

Arsyad (2007:3) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah pelantara atau pengantar. Mengenai istilah suatu media yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, ada beberapa ahli yang menyebutnya dengan istilah media pengajaran, ada juga yang menyebut dengan media pendidikan. Pada dasarnya semua istilah itu mengadung konsep/pengertian yang sama, namun berbeda dalam pengunaan istilah saja. Media merupakan parantara suatu hal dengan hal yang lainnya. Media memungkinkan bersatunya dua hal yang berbeda, menjadi pengantar sesuatu, dan membuat sesuatu menjadi lebih mudah digunakan, dapat pula berupa dalam bidang pendidikan, kemunculan media (dalam hal ini adalah media pengajaran) salah satunya ditunjukan agar siswa lebih termotifasi pada pengajaran yang diberikan. Media tersebuat dapat berupa hal-hal sederhana seperti gambar, poster, pamflet yang mudah ditemukan, ekonomis alat-alat elektronik yang berteknologi tinggi.

Media Gambar Seri

Ditinjau dari semantiknya, gambar seri berasal dari gambar dan seri, gambar berarti tiruan barang yang berupa orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Sedangkan seri berarti rangkaian cerita yang berturut-turut. Jadi gambar seri berarti gambar turut-turut. Media gambar seri disebut juga flow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila berukuran lebar yang berisi beberapa gambar. Gambar tersebut berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan rangkaian cerita/ peristiwa. Setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urutan-urutan ceritanya (Soeparno 1988:18).

Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis atau mengarang. Dengan mengamati gambar yang dibentangkan didalam kelas diharapkan para siswa memperoleh konsep tertentu sesuai dengan tema yang sedang dibahas. Kamudian pada langkah selanjutnya siswa diminta menuangkan kembali menjadi sebuah karangan dalam tulisan. Untuk melatih mengarang ini dapat ditambahkan suatu ketentuan, misalnya suatu gambar harus dikembangkan menjadi satu paragraf. Jadi, apabila media tersebut terdiri dari empat buah gambar, maka karangan tersebut harus disusun menjadi empat paragraf. Adapun jenis gambar untuk media ini adalah gambar yang besifat mnemonis, yaitu suatu gambar yang dapat menimbulkan ingatan rangkaian kejadian tertentu (Soeparno, 1988:19).

Mengenal lebih jauh tentang media gambar seri sebagai alat bantu pengajaran menulis, maka ada baiknya ditinjau dari berbagai segi, antara lain sebagai berikut: (1) dari segi karakteristiknya, dilihat dari segi karakteristiknya media gambar seri memiliki suatu karakteristik, (2) dari segi abstrak dan kongkretnya, media gambar seri dilihat dari segi kongkretnya manyampaikan informasi berdasarkan kerucut pengalaman menduduki kategori atau urutan kedelapan. Selain itu, media gambar seri didukung oleh adanya dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang visual. Lambang verbal terdapat pada guru sebagai pelaksana intruksional, sedangkan lambang visual terdapat pada gambar itu sndiri, dan (3) dari segi efisiensi, ditinjau dari biaya yang dikeluarkan, pengadaan gambar seri sangat murah dibandingkan dengan media yang bersifat elektronis, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan media gambar seri sangat efesien. Guru bahasa indonesia akan lebih mudah menyediakannya karena dengan biaya murah sudah tercipta sebuah media yang cukup menunjang terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Pada akhirnya siswa pun mau melibatkan dirinya turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Soeparno 1988:11).

Kerangka Berpikir

              Pada kondisi awal, keterampilan menulis narasi siswa kelas III SDN 1 Ngilen masih rendah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam bentuk karangan narasi. Ketika dilakukan ulangan, hasil belajar siswa masih jauh dari harapan. Masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan. Penggunaan media gambar seri diharapkan dapat memudahkan siswa dalam merangkai kaliamat untuk selanjutnya menjadi sebuah karangan.

Hipotesis Tindakan

            Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah melalui media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas III SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di kelas III SDN 1 Ngilen pada tahun pelajaran 2015/2016 tepatnya pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran dengan jumlah siswa 14 anak terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validasi data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah capaian peningkatan kemampuan membaca siswa tingkat ketuntasannya mencapai minimal 80%. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN       

Pra Siklus

Pada pembelajaran Pra Siklus, pembelajaran menulis karangan narasi belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Dominasi metode pembelajaran adalah dengan ceramah dan penugasan. Siswa kesulitan menuangkan ide ke dalam kalimat untuk selanjutnya menjadi sebuah karangan. Masih banyak siswa yang nilai ulangannya dibawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Dari 14 siswa kelas III SDN 1 Ngilen, pada nilai ulangan harian sebelum dilakukan penelitian, hanya 8 siswa (57,14%) yang tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 64,29. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil ulangan harian pada pembelajaran pra siklus:

Tabel Rekapitulasi Hasil Pra Siklus

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

8 anak

2

Tidak Tuntas

6 anak

3

Nilai Rata-rata

64,29

4

Nilai Tertinggi

80

5

Nilai Terendah

40

 

            Data hasil ulangan Pra SiklusI menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 8 siswa (57,14%). Sebanyak 6 siswa (42,86%) belum tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 64,29.

Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I guru menggunakan media gambar seri. Dalam pembelajaran siswa mulai merasa senang dan tidak kebingungan dalam merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat. Di akhir pembelajaran guru melakukan ulangan. Hasil ulangan siswa dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel Rekapitulasi Hasil Siklus I

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

9 anak

2

Tidak Tuntas

5 anak

3

Nilai Rata-rata

70,00

4

Nilai Tertinggi

90

5

Nilai Terendah

50

           

            Data hasil ulangan Siklus I menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (64,29%). Sebanyak 5 siswa (35,71%) belum tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 70,00.

Siklus II

            Dalam pembelajaran siklus II guru masih menggunakan media gambar seri tetapi ukuran gambar seri yang digunakan lebih besar. Dengan menggunakan gambar seri ukuran besar ternyata makin membuat siswa lebih senang karena semua siswa dapat merasakan manfaat gambar seri yang digunakan. Hal ini berdampak positif pada hasil ulangan siswa. Berikut ini adalah tabel hasil ulangan pada akhir siklus II.

Tabel Rekapitulasi Hasil Siklus II

No

Uraian

Hasil

1

Tuntas

12 anak

2

Tidak Tuntas

2 anak

3

Nilai Rata-rata

75,71

4

Nilai Tertinggi

90

5

Nilai Terendah

60

           

            Data hasil ulangan Siklus II menunjukkan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 12 siswa (85,71%). Sebanyak 2 siswa (14,29%) belum tuntas belajar. Nilai rata-rata ulangan siswa adalah 75,71.

Pembahasan

Rata-rata hasil belajar siswa yang pada kondisi awal 64,29. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan media gambar seri, rata-rata nilai ulangan meningkat menjadi 70,00. Pada siklus II, peneliti kembali menggunakan media gambar seri dengan ukuran gamabr yang lebih besar. Rata-rata nilai ulangan harian pada siklu II meningkat menjadi 75,71.

            Jumlah siswa yang mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan juga mengalami peningkatan. Pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 8 anak (57,14%), pada Siklus I meningkat menjadi 9 anak (64,29%) dan pada Siklus II kembali meningkat menjadi 12 anak (85,71%).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

               Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas III SDN 1 Ngilen Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan pencapaian tingkat ketuntasan belajar dari 57,14% pada kondisi awal menjadi 85,71% pada kondisi akhir.

Saran

            Berdasarkan simpulan hasil tindakan tersebut, penulis menyampaikan saran sebagai berikut:

1.   Guru hendaknya memberkan variasi-variasi dalam pembelajran, misalnya dengan menggunakan media gambar seri untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam pembelajran menulis yang dapat diajukan sebagai alternatif untuk membelajarkan kemampuan menulis khususnya keterampilan menulis karangan narsi.

2.   Peneliti lain hendaknya termotivasi untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan metode, teknik, ataupun, media lain untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi.

3.   Sekolah hendaknya bisa memberikan kondisi yang mendukung proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Angkoso, Robertes dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.

Djamrah, Syaiful Bahri clan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Reneka Cipta.

Hartono, Bambang. 2000. Kajian Wacana Baha.sa Indonesia. Semarang. Unnes

Keraf, Gorys. 1983. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia

Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib Dan Sistematik. Jakarta: Erlangga

Sujanto. 1988.Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modeling Pada Siswa Kelas 11 D SLTP Sukorejo Kendal 2003/2004. Semarang: Unnes

Wiyanto, Asrul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo