PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS

MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN GABUS

PADA ANAK TK PERTIWI 3 DUYUNGAN KELOMPOK B

SEMESTER 1 KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Suliyem

TK Pertiwi 3 Duyungan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi 3 Duyungan tahun 2018/2019 melalui kegiatan menganyam dan mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi 3 Duyungan tahun 2018/2019 melalui kegiatan menganyam. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Pertiwi 3 Duyungan tahun 2018/2019 melalui kegiatan Menganyam. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2, dilanjutkan dengan siklus 3. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan Menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 45% atau 9 anak, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 60% atau 12 anak, kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 75% atau 15 anak. Pada siklus ketiga meningkat menjadi 90% atau 18 anak.

Kata Kunci: ketrampilan motorik halus, kegiatan menganyam, anak TK

 

 

PENDAHULUAN

Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode berikutnya. Para ahli menyebutnya sebagai usia emas perkembangan. Untuk mengembangkan potensi setiap anak membutuhkan asupan gizi, perlindungan kesehatan, pengasuhan dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Masa emas bagi anak merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, nilai-nilai agama dan moral. Sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak akan tercapai secara optimal.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pengembangan kemampuan dasar di TK terdiri dari pembiasaan nilai moral agama, sosial emosional dan kemampuan dasar bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Fisik motorik terdiri fisik motorik kasar dan fisik motorik halus. Hal ini juga ditambahkan pendidikan penguatan karakter dan pengetahuan literasi, serta dikenalkan dan dirangsang untuk berpikir tingkat tinggi.

Kemampuan motorik halus anak-anak TK Pertiwi 3 Duyungan masih rendah, diantara 20 anak yang mendapat nilai BSB (Berkembang Sangat Baik) dan BSH (Berkembang Sesuai Harapan) hanya 9 anak atau hanya 45% saja. Lainnya 9 anak masih mendapat nilai BB (Belum Berkembang) atau 45% dan 2 anak dengan nilai MB (Mulai Berkembang) atau 10%. Sehingga yang belum tuntas masih 55% atau 11 anak. Guru mengharapkan minimal 80% atau 16 anak mendapatkan nilai BSH dan BSB.

Dilihat pada latar belakang masalah maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Melalui Kegiatan Menganyam Dengan Gabus Dapat Meningkatan Fisik Motorik Halus Pada Anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kelompok B Semester 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menganyam dengan gabus pada anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kelompok B Semester 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019

KAJIAN PUSTAKA

Fisik Motorik Halus

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 2001). Pada aspek pengembangan fisik, kompetensi dan hasil belajar yang akan dicapai adalah kemampuan mengelola dan keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan termasuk mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik (pancaindera).

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, terutama perubahan fisik dan kemampuan motorik. Pertumbuhan merupakan proses peningkatan yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif atau peningkatan dalam hal ukuran. Misalnya bertambahnya berat badan, tinggi badan, dll. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik tetapi ukuran dan struktur organ dalam dan otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak anak mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berfikir. Anak tumbuh baik secara mental maupun fisik.

Perkembangan merupakan perubahan kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek atau deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau yang akan mengikutinya. (Qinan, 2010)

Perkembangan Fisik Motorik

Perkembangan fisik anak bisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Perkembangan motorik pada anak berupa peningkatan kualitas penguasaan pola gerak yang terjadi sejalan dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik kasar anak seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga, dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kecerdasan motorik halus pada anak berbeda-beda, baik dari kekuatan maupun ketepatannya. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi yang tepat. Anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental. (Qinan, 2010)

Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung untuk bergerak bebas. Hal ini bertujuan untuk peningkatan kualitas pola gerak, koordinasi mata, tangan dan kaki.

Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak akan seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktifitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi. Berbagai kesempatan dan motivasi yang tinggi akan meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal

Pengertian Kerajinan Menganyam

Kerajinan menganyam yang kegiatan praktiknya banyak didominasi tentang kerajinan tangan serta kreativitas yang berhubungan dengan seni. Kegiatan menganyam terdapat disemua wilayah daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan di seluruh nusantara. Yang masing-masing mempunyai ciri dan corak atu motif yang berbeda-beda. Dari corak atau motif yang dimiliki oleh masing-masing menjadikan keanekaragaman motif anyam di nusantara.

Apabila kita kelompokkan teknik menganyam terdiri dari tiga macam, yaitu: (1) Teknik tradisional biasanya sebagai pekerjaan home industry yaitu dikerjakan perorangan atau industry rumah tangga. Kerajinan menganyam terdapat di desa-desa yang memang banyak ditemukan media bahannya. (2)Teknik semi modern: dalam kerajinan anyam semi modern ini sudah mulai menggunakan alat bantu untuk mengerjakannya dari media bahan anyam tersebut. Alat tenun bukan mesin merupakan salah satu alat anyam yang tergolong disukai dan banyak dipakai oleh pengrajin tradisional. (3) Teknologi modern untuk teknologi anyam. Teknologi menganyam semakin modern semakin terbatas media bahan yang dapat dipakai sebagai bahan anyaman. Teknologi modern semakin mudah untuk memenuhi jumlah hasilnya, karena memang menggunakan alat yang modern lebih cepat menghasilkan produksi. Tetapi semakin sedikit kemungkinan menggunakan material sebagai bahan kerajinan menganyam. (Pamadhi Hajar, 2008)

Kajian tentang media bahan dan alat

Media dalam berkarya seni rupa terdiri dari dua macam yaitu bahan dan alat. Dari keduanya saling berhubungan satu sama lain untuk proses terjadinya sebuah karya seni. Berkarya anyam sangat banyak baik bahan yang dapat dipergunakan maupun alatnya. Dalam berkarya anyam hasilnya dapat dikategorikan sebagai karya seni praktis atau pakai dan dapat pula untuk di nikmati nilai seninya.

Bahan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan sebuah karya. Terlebih karya atau barang kerajinan. Menganyam termasuk salah satu bagian dari karya seni. Oleh karena itu, kualitas barang yang akan dipergunakan sangat menentukan untuk karya dari kerajinan. Bahan yang akan digunakan akan sangat menentukan untuk kerajinan anyaman, antara lain adalah bambu, rotan, pandan, mending, blarak atau janur, kertas, plastik, karet, kain, daun pisang, dan sebagainya.

Alat merupakan benda yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan suatu karya kerajinan menganyam. Dengan tersedianya kelengkapan alat yang memadai juga akan menentukan kualitas suatu karya anyaman, diantaranya adalah pisau, lem, paku, pewarna, gunting, cutter, kuas, penggaris, dan sebagainya. (Zaman Badru, 2007)

Pengembangan Kerajinan Menganyam

Anyaman merupakan salah satu seni kerajinan khas yang dimiliki bangsa Indonesia. Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang sampai saat ini ditekuni, disamping banyak kegunaannya juga memiliki unsur pendidikan. Maka sejak usia dini kerajinan menganyam sudah diajarkan guna melatih motorik juga melatih sikap: Pembinaan ekspresi pada kerajinan menganyam, kreativitas, dan sensitivitas.

Pembelajaran menganyam merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara menyusun lungsi dan pakan dengan cara menumpang tindihkan bagian-bagian anyaman secara bergantian dan membentuk motif tertentu. Lungsi merupakan bagian anyam yang menjulur ke atas (vertical) dan pakan sebagai bagian anyam yang menjulur kesamping (horizontal) yang akan menyusup pada lungsi

Membina ekspresi dalam seni rupa merupakan proses pengungkapan perasaan melalui berbagai jenis dari seni rupa yang termasuk pada kerajinan menganyam. Victor Lowenfeld mengatakan bahwa self exspresion yang berarti suatu pernyataan tentang isi jiwa. Pembinaan ekspresi dapat melalui dua hal, yaitu (1) Memberikan stimulus berupa rangsangan dan (2) Melatih keberaniaan secara spontan dalam berkarya seni.

Semua orang atau anak mempunyai bakat atau potensi yang berbeda atau tidak sama. Setia manusia mempunyai potensi berimajinasi, berkhayal, dan mempunyai pengalaman estetik. Potensi itu ada yang dikembangkan ada juga yang tidak dikembangkan. Bagi anak yang dikembangkan akan kelihatan kreativitasnya. Untuk melatih dam pembinaan kreativitas kepada anak diantaranya penugasan kepada anak untuk mencari kemungkinan melalui mencoba.

Pembinaan sensitivitas melalui kerajinan menganyam diperlukan. Kepekaan anak dalam menerima stimulus atau rangsangan dari luar yang harus diserap melalui pancaindra dinamakan sensitivitas. Pembinaan sensitivitas dapat dibina melalui pendidikan seni. Karena seni dapat mengajak kita rapi, teliti, mengamati dan merasakan. (Pamadhi Hajar, 2008)

Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diajukan suatu kerangka pemikiran atau suatu anggapan dasar yang dapat melandasi kegiatan penelitian. Pada saat belum melaksanakan pembelajaran motorik halus dengan menganyam gabus kemampuan motorik halus anak belum terlatih, jari-jarinya masih kaku dan sulit memasukkan pakan anyaman gabus pada lungsinya. Setelah diberikan pembelajaran menganyam dengan media gabus secara intensif dengan bimbingan guru, jari-jari anak lebih lentur, terlatih dan mudah memasukkan media pakan anyaman dari gabus pada lungsinya sehingga membentuk anyaman sederhana.

Pembelajaran menganyam merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara menyusun lungsi dan pakan dengan cara menumpang tindihkan bagian-bagian anyaman secara bergantian dan membentuk motif tertentu. Lungsi merupakan bagian anyam yang menjulur ke atas (vertical) dan pakan sebagai bagian anyam yang menjulur kesamping (horizontal) yang akan menyusup pada lungsi

Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap masalah penilaian yang sebenarnya masih harus diuji terlebih dahulu secara empiris (Suryabrata, 2006:21). Oleh karena itu agar rumusan jawaban dipecahkan, maka seorang peneliti memerlukan suatu pedoman yang digunakan sebagai tuntutan. Pedoman ini berupa jawaban sementara atau hipotesis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengajukan hipótesis sebagai berikut: Melalui kerajinan menganyam dapat meningkatan fisik motorik halus pada anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kelompok B Semester 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Teknik Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistimatik untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Karena data yang akan diperoleh atau dikumpulkan berupa data langsung tercatat dari kegiatan dilapangan maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ditetapkan adalah anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah 20 anak. Hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian dengan Melalui Kerajinan Menganyam Dapat Meningkatan Fisik Motorik Halus Anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kelompok B Semester 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019.

 

Prosedur Penelitian

Pada strategi ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi Penelitian Tindakan Kelas karena obyek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya terdiri dari dua siklus. Tiap siklus terdiri dari kegiatan sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Sumber Data

Informan

Sumber data manusia merupakan sumber data yang berwujud manusia dan untuk memperoleh data dari manusia dapat melalui proses observasi langsung dan wawancara. Adapun yang dapat dikelompok dalam sumber data manusia ini antara lain: Kepala Sekolah, Guru inti, dan Guru lain di TK Pertiwi 3 Duyungan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Peristiwa

Data dalam penalitian yang berupa peristiwa adalah gejala atau peristiwa yang terjadi pada TK Pertiwi 3 Duyungan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Yakni terjadi proses belajar mengajar dikelas. Kegiatan yang mendukung pembelajaran meningkatkan Fisik Motorik Halus anak melalui kegiatan pembelajaran menggunakan kerajinan menganyam.

Tempat

Yang menjadi sumber data berupa tempat adalah ruang kelas dan ruang kepala sekolah TK Pertiwi 3 Duyungan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Dari sumber data yang berupa tempat digunakan berupa berkas-berkas atau dokumen yang tersimpan selama tahun pelajaran 2018/2019. Dokumen ini dapat berupa catatan yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Sedangkan sumber data sekunder didapat dari bahan-bahan kepustakaan dan pendukung lainnya.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Observasi

Pelaksanaan tindakan observasi atau pengamatan terhadap data tentang proses dan hasil tindakan yang berlangsung simultan. Observasi terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Observasi akan bermanfaat jika balikan segera dan mengikuti aturan. Pengumpulan data dengan teknik observasi memiliki keunggulan antara lain: data yang diperoleh langsung dari obyek perilaku, dapat dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang, data yang diperoleh dari subyek dapat berkomunikasi verbal dan non verbal, pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa.

Teknik Wawancara

Teknik wawancara atau interview adalah metode pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden dan menanyakan sesuatu yang telah direncanakan. Dalam penelitian digunakan metode interview wawancara bebas terpimpin sebagai metode utama (pokok) karena pelaksanaan wawancara berpedoman pada pokok-pokok persoalan secara garis besar sesuai dengan pokok permasalahan yang ada. Metode ini dipergunakan untuk mengetahui secara mendalam kemampuan fisik motorik halus sebelum pembelajaran maupun fisik motorik halus setelah pembelajaran dengan kerajinan menganyam.

Validitas Data

Validitas berasal dari bahasa inggris Validity yang berarti keabsahan. Dalam penelitian keabsahan sering dikaitkan dengan instrumen atau alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur memang dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Suatu penelitian tidak akan mempunyai arti apa-apa jika alat ukurnya tidak valid. Aspek validitas adalah ketepatan dan ketelitian.

Pada penelitian ini digunakan trianggulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber data digunakan untuk mengumpulkan data yang sama dengan tujuan untuk memberikan kebenaran, untuk memperoleh kepercayaan terhadap suatu data yang diperoleh dari sumber yang berbeda yaitu kepala sekolah, guru dan siswa dimana data yang satu dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang sama pada situasi yang berbeda. Trianggulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data yang sejenis tapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, misalnya observasi, dokumentasi, tes dan wawancara.

Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Teknik analisis data dalam penelititan ini dilakukan dengan analisis model mengalir, meliputi tahap reduksi data, tahap penyajian data dan tahap ferifikasi penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan setiap selesai satu siklus baik hasil tes maupun hasil observasi, pada siklus yang sedang dilaksanakan dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Kondisi Awal Sebelum Siklus

Kemampuan Fisik Motorik Halus anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dalam kegiatan belajar mengajar sebelum tindakan masih rendah, keadaan penilaian tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

BB (Belum Berkembang) 9 anak = 45% , MB (Mulai Berkembang)2 anak = 10%, BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 5 anak = 25%, BSB (Berkembang Sangat Baik) 4 anak = 20%, Frekuensi = 20 anak. Persentase ketuntasan Nilai BSB dan BSH = 45%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa melalui kerajinan menganyam dapat meningkatkan fisik motorik halus anak masih diperlukan dalam tindakan pembelajaran selanjutnya.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I ini direncanakan berlangsung selama satu kali pertemuan, yakni Senin, 03 September 2018 di ruang kelas. Pertemuan dilaksanakan selama 150 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran yaitu RPPH dan RPPM. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah melalui kerajinan menganyam. Layanan ini untuk dapat meningkatkan fisik motorik halus dan dapat mengembangkan imanjinasi dan kreativitas serta semangat dan motivasi.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar dengan melalui Kerajinan Menganyam, diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas serta kemampuan Fisik Motorik Halus anak selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: nilai BB (Belum Berkembang) 1 anak = 5% , MB(Mulai Berkembang) 7 anak = 35%, BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 6 anak = 30% , BSB (Berkembang Sangat Baik) 30 anak = 30%. Frekuensi = 20 anak. Persentase ketuntasan yang memiliki nilai BSH dan BSB = 60%. Belum tuntas dengan nilai BB dan MB 40%. Karena ketuntasan belum 80% perlu diadakan perbaikan siklus II.

Deskripsi Siklus II

Tindakan II dilaksanakan Senin 10 September 2018 selama 150 menit di ruang kelas. Dalam kegiatan ini guru mengaplikasikan hasil melalui kerajinan menganyam dapat meningkatkan fisik motorik halus, serta berusaha mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran dalam siklus I. Hasil penilaian kemampuan fisik motorik halus sebagai berikut: nilai BB (Belum Berkembang) 0 anak = 0% , MB (Mulai Berkembang) 5 anak = 25%, BSH(Berkembang Sesuai Harapan) 5 anak = 25% , BSB (Berkembang Sangat Baik) 10 anak = 50%. Frekuensi = 20 anak. Persentase ketuntasan dengan nilai BSH dan BSB = 75%, belum tuntas dengan nilai MB 25%. Karena ketuntasan belum 80% perlu diadakan perbaikan siklus III.

Deskripsi Siklus III

Siklus III dilaksanakan Senin 17 September 2018 selama 150 menit.Pada siklus I ini peneliti mengamati jalannya pembelajaran dengan Kerajinan Menganyam untuk meningkatkan Fisik Motorik Halus dan kreativitas anak dengan menjadi partisipasi aktif dan berada di dalam kelas. Dari kegiatan ini peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik. Anak terlihat dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan. Hasil penilaian motorik halus sebagai berikut: nilai BB (Belum Berkembang) anak= 0%, MB (Mulai Berkembang) 0 anak = 0%, BSH(Berkembang Sesuai Harapan) 2 anak = 10%, BSB(Berkembang Sangat Baik) 16 anak = 80%. Frekuensi = 20 anak. Persentase ketuntasan dengan nilai BSH dan BSB = 90%, belum tuntas 10%. Penelitian sudah berhasil sudah mencapai ketuntasan 90%, sehingga penelitian ini dicukupkan pada siklus III ini.

Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam lima tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan (4) refleksi.

Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran dengan kerajinan menganyam dapat meningkatkan kemampuan Fisik Motorik Halus anak dapat menarik perhatian anak, sehingga berakibat pda meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran serta Fisik Motorik Halus kreativitas anak. Selain itu peneliti ini juga dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik.

Keberhasilan pembelajaran dengan kerajinan menganyam dapat meningkatkan Fisik Motorik Halus anak dapat dapat dilihat dari hasil penilaian tiap siklus sebagai berikut: (1) Pada pra siklus anak terlihat belum antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kerajinan menganyam dengan hasil penilaian pra siklus tuntas 45% belum tuntas 55%. (2) Pada siklus siklus I anak terlihat cukup antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kerajinan menganyam dengan hasil penilaian siklus I tuntas 60% belum tuntas 40%.(3) Pada siklus siklus II anak terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kerajinan menganyam dengan hasil penilaian siklus II tuntas 75% belum tuntas 25%. (4) Pada siklus siklus III anak terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan kerajinan menganyam dengan hasil penilaian siklus III tuntas 90% belum tuntas 10%.

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah data dikumpulkan, diolah dan dianalisis, maka disimpulkan melalui kerajinan menganyam dapat meningkatkan fisik motorik halus anak TK Pertiwi 3 Duyungan Kelompok B Semester 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019. Nilai kemampuan fisik motorik halus anak sebelum tindakan, ketuntasan pembelajaran adalah 45% atau 9 anak, nilai kemampuan fisik motorik halus anak setelah tindakan pada siklus I tuntas 60% atau 12, siklus II 75% atau 15 anak dan siklus III, 90% atau 18 anak. Kerajinan menganyam dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak karena hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai sebelum tindakan dibanding dengan setelah tindakan dari siklus ke siklus berikutnya selalu mengalami peningkatan dan bimbingan guru serta antusias anak dalam mengayam yang baik.

Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut:

  1. Guru hendaknya lebih inovatif dalam Kerajinan Menganyam dalam pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran untuk meningkatkan Fisik Motorik Halus
  2. Kepala Sekolah harus lebih mengusahakan fasilitas, khususnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kelancaan kegiatan belajar mengajar.
  3. Kepada guru yang belum menerapkan Kerajinan Menganyam dalam pembelajaran dapat mencoba menerapkan layanan tersebut dalam pembelajaran agar kemampuan Fisik Motorik Halus anak meningkat.
  4. Penelitian ini dapat digunakan di sekolah lain. Namun, dalam penerapannya harus diikuti penyesuaian dengan konteks kelas. Hal ini disebabkan sekolah yang ada di Indonesia pada dasarnya mempunyai pola pengajaran yang hampir sama, namun memiliki karakteristik khusus yang berbeda-beda. Maka perlu adanya pengembangan pola-pola pengajaran yang baru yang lebih baik, efektif, inovatif dan menyenangkan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth B. Hurlock, (2001) Perkembangan Anak I: Jakarta: Erlangga

Pamadhi, Hajar. (2008). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Qinan. (2010). Perkembangan Fisik Motorik dan Bahasa, Surakarta: UMS.

Suryadi Suryabrata (2006) Metode Penelitian. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Zaman Badru. (2007). Media dan Sumber Belajar TK, Jakarta: Universitas Terbuka.