Peningkatan Keterampilan Percakapan Bahasa Indonesia
PENINGKATAN KETERAMPILAN PERCAKAPAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MOVING CIRCLE DI KELAS VI
SEKOLAH DASAR SE-DABIN I GUGUS BIMA SAKTI
KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
Purwadi
UPT PUD NFI dan SD Kec. Jenawi Kab. Karanganyar
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan percakapan bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Moving Circle di kelas VI se dabin I gugus Bima Sakti Kecamatan jenawi Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah yang terdiri atas dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan melalui 2 siklus, sehingga diharapkan diperoleh temuan-temuan yangmungkin menjadi sebab nilai keterampilan percakapan (berbicara) Bahasa Indonesia siswa yang rendah. Dengan demikian akhirnya penulis mencoba menerapkan model pembelajaran moving circle dalam pembelajaran percakapan (berbicara). Dengan harapan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, komunikatif, dan menyenangkan dalam meningkatkan keterampilan percakapan (berbicara) siswa. Berdasarkan hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah ini diperoleh temuan bahwa model pembelajaran moving circle ternyata dapat meningkatkan keterampilan percakapan (berbicara) siswa. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai hasil ulangan tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang baik. Nilai rata-rata dapat mencapai KKM.
Kata Kunci:…. Peningkatan Keterampilan Percakapan Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Moving Circle.
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa dapat menjadi pendukung keberhasilan siswa dalam mempelajari setiap mata pelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, ada empat aspek keterampilan berbahasa yang dikembangkan yaitu mendengarkan/ menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia juga mengembangkan empat aspek ke-terampilan berbahasa yaitu menyimak, percakapan (berbicara), membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan keteram-pilan peserta didik dalam berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun secara tertulis. Yang termasuk komunikasi lisan yaitu menyimak dan percakapan. Sedangkan yang termasuk komunikasi tertulis yaitu membaca dan menulis.
Ada empat aspek keterampilan berBahasa Indonesia yaitu menyimak, percakapan (berbicara), membaca, dan menulis. Meskipun aspek keterampilan ber-bahasa Indonesia meliputi empat aktivitas di atas, namun penulis pada penelitian ini hanya akan mengangkat salah satu aspek saja, yaitu percakapan (berbicara).
Pada hakikatnya, percakapan (ber-bicara) merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Keterampilan percakapan (berbicara) adalah kemampuan mengucap-kan bunyi-bunyi bahasa untuk meng-ekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan secara sistematis serta mudah dipahami oleh pendengarnya.
Para siswa sekolah dasar kelas VI pada umumnya masih banyak yang meng-alami kesulitan ketika diminta harus berbicara secara aktif, efektif dan komunikatif dalam Bahasa Indonesia dikarenakan terpengaruh dalam kebiasaan kehidupan sehari – hari banyak menggunakan bahasa daerah (Bahasa Jawa). Kenyataan seperti inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran percakapan (berbicara) ini. Penulis berharap dapat menemukan pemecahan masalah berupa model pembelajaran yang tepat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas percakapan (berbicara) secara efektif dan komunikatif.
Dengan melakukan Penelitian Tindakan Sekolah ini ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai. Tujuan-tujuan tersebut meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajar-an moving circle untuk meningkatkan keterampilan percakapan (berbicara) bagi siswa kelas VI SD se-Dabin IGugus Bima Sakti, Kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan keterampilan percakapan (berbicara) siswa agar mereka dapat berkomunikasi lisan dengan Bahasa Indonesia secara efektif dan komunikatif ketika bertanya jawab, wawancara, melaporkan, berpidato, dan presentasi seperti yang tertera pada kurikulum.Selain tujuan tersebut di atas penulis juga bertujuan untuk mencoba menerapkan teori mengenai Penelitian Tindakan Sekolah ke dalam pelaksanaan kegiatan sesuai tugas pokok profesi penulis.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Keterampilan Percakapan
Keterampilan adalah kemampuan dan kesanggupan untuk melakukan sesua-tu kegiatan.
Keterampilan Percakapan: Perca-kapan sama dengan berbicara. Percakapan (berbicara) merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang yang disampaikan kepada orang lain dalam bentuk bahasa lisan. Keterampilan percakapan (berbicara) adalah kemampuan dan kesanggupan berbahasa lisan untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan secara sistematis serta mudah dipahami oleh pendengarnya.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah ke-rangka konseptual yang melukiskan prose-dur yang sistematis dalam mengorgani-sasikan pengalaman belajar untuk menca-pai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Soekamto, 1997:78)
1. Moving Circle
Moving circle merupakan model pembelajaran yang diadopsi dari Jill Hadfield dan Charles Hadfield (1999:12) yaitu model pembelajaran dalam bentuk atau formasi lingkaran berputar. Misalnya, sejumlah 26 siswa dibagi menjadi dua kelompok. Sepuluh siswa membentuk lingkaran bagian luar dan yang sepuluh siswa membentuk lingkaran bagian dalam sehingga mereka menjadi berpasangan. Kemudian mereka bergantian melakukan kegiatan percakapan (berbicara).
2. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran cukup banyak jenisnya. Ada model pembelajaran Jigsaw, take and give, debat, bermain peran, diskusi, moving circle, dan sebagainya. Khusus dalam pembelajaran percakapan (berbicara) juga ada bermacam-macam yaitu: ulang ucap, lihat ucapkan, memeri-kan, wawancara, melanjutkan cerita, menceritakan kembali, bertelepon, bermain peran, moving circle, dan sebagainya. Model pembelajaran moving circle inilah yang penulis teliti dalam kegiatan pem-belajaran percakapan (berbicara) mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Masing-masing model pembelajran di atas memiliki kelebihan dan juga keku-rangan. Penulis memilih model pembela-jaran moving circle bukan berarti pada waktu pembelajaran berlangsung hanya menggunakan satu model tersebut. Penulis juga memvariasi dengan model yang lain seperti ceramah, penugasan.
Hipotesisi Tindakan
Dengan menggunakan model pem-belajaran moving circle dapat meningkat-kan keterampilan percakapan (berbicara) Bahasa Indonesia siswa kelas VI SD se-Dabin I Gugus Bima Sakti Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar semester I tahun pelajaran 2013/2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian mulai dari persiapan, penyusunan proposal, pengum-pulan data, analisis data, pembahasan, dan laporan hasil membutuhkan waktu lebih kurang tiga bulan mulai bulan Oktober 2013 s/d Desember 2013.
Penelitian dilakukan di SDN se-Dabin I Gugus Bima Sakti, Kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar yang terdi-ri dari 6 SDN, yaitu SDN 01 Menjing, SDN 02 Menjing, SDN 01 Seloromo, SDN 02 Seloromo, SDN 03 Seloromo, dan SDN 04 Seloromo pada semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VI SD se-Dabin I Gugus Bima Sakti, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan mengambil sampel siswa kelas VI SDN 01Menjing yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Penulis memperoleh data kondisi awal secara umum dari SD se-Dabin I Gugus Bima Sakti. Untuk penelitian, baik data awal, data setelah siklus I, maupun data setelah siklus II, penulis langsung mengambil dari subjek penelitian yaitu siswa kelas VI SDN 01Menjing semester I tahun pelajaran 2013/2014.
Penulis menggunakan teknik tes dan nontes. Untuk memperoleh data kondisi awal penulis menggunakan teknik nontes dengan mengambil dari dokumen yaitu daftar nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia ulangan harian 1 semester 1 aspek percakapan (berbicara). Sedangkan pada siklus I dan II menggunakan teknik tes perbuatan.
Data yang terkumpul berupa data kuantitatif maka penulis menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pada kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Nilai ulangan harian mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek keterampilan percakapan (berbicara) siswa seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Nilai Ulangan Harian Kondisi Awal
Nomor |
Uraian |
NilaiUlangan Harian Kondisi Awal |
1 2 3 4 |
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Rentang Nilai |
54 72 62 18 |
Pada kondisi awal proses pembelajaran percakapan (berbicara) para guru umumnya menggunakan model pembelajaran dengan penugasan, diskusi kelompok, bermain peran berdasarkan teks yang telah dipersiapkan guru, dan tanya jawab. Setiap siswa secara perorangan, berpasangan, atau kelompok bergilir mendapat tugas untuk melakukan percakapan (berbicara). Karena jumlah siswa satu kelas cukup banyak yaitu berjumlah 26 siswa, maka lama-kelamaan siswa bosan dan kelas menjadi ramai. Dengan situasi demikian dapat mempengaruhi hasil belajar para siswa itu sendiri.
Hasil pembelajaran pada siklus 1 dapat dilihat tabel 2: Nilai Ulangan Harian Siklus 1.
Tabel 2 Nilai Ulangan Harian Siklus I
No. |
Uraian |
Nilai |
1 2 3 4 |
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Rentang Nilai |
52 82 65 30 |
Hasil refleksi siklus 1 ditemukan beberapa hambatan pada jumlah anggota kelompok yang terlalu banyak dan motivasi untuk membangkitkan daya imajinasi dan kreativitas siswa. Tema dan media gambar kegiatan dapat membatu munculnya daya imajinasi dan kreatifitas siswa. Hanya saja masih perlu didukung dengan contoh-contoh kalimat untuk percakapan (berbicara) dari guru. Untuk itu direncanakan pada tindakan siklus 2 model pembelajaran moving circle dalam kelompok kecil dengan motivasi semangat berkreativitas, imajinasi, dan jangan takut salah melakukan percakapan (berbicara). Perbandingan kondisi awal dan tindakan siklus I terlihat pada tabel 3: Refleksi Kondisi Awal dan Tindakan Siklus I.
Tabel 3 Refleksi Kondisi Awal dan Tindakan Siklus I
No |
Uraian |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Refleksi |
1 |
Tindakan |
Dalam pembela jaran percakapan (berbicara) belum menggunakan model pembela jaran moving circle. |
Dalam pembelajar an percakapan (berbicara) meng– gunakan model pembelajaran moving circle dalam kelompok besar (26 siswa) |
Model pembelajaran moving circle dapat mengaktifkan siswa |
2 |
Proses |
Masih banyak siswa yang pasif. Kreativitas sis wa dalam bela jar masih rendah |
Siswa yang pasif dalam pembelajaran berkurang kreativitas siswa dalam belajar tampak meningkat |
Terdapat pening– katan keaktifan siswa dalam belajar Minat siswa mening– kat. |
3 |
Pembe lajaran Hasil Belajar |
Hasil ulangan: Nilai terendah 54 Nilai tertinggi 72 Nilai rata-rata 62 |
Hasil ulangan: Nilai terendah 52 Nilai tertinggi 82 Nilai rata-rata 65 |
Nilai terendah turun2 Nilai tertinggi meningkat 10 Nilai, rata-rata meningkat 3 |
Selama proses pembelajaran siswa aktif melakukan kegiatan percakapan (berbicara). Rasa malu bertanya jawab, wawancara, dantakut salah sudah berkurang. Motivasi guru masihdiperlukan baik motivasi untuk membangkitkan semangat, jangan takut salah, imajinasi, berandai-andai, dan berkreativitas. Kalimat lebih bervariasi. Jumlah anggota kelompok sudah diperkeci sehingga mudah teramati dan hasil belajar siswa lebih maksimal. Hasil pembelajaran pada siklus II dapat dilihat tabel 4: Nilai Ulangan Harian Siklus II.
Tabel 4 Nilai Ulangan Harian Siklus II
No. |
Uraian |
Nilai |
1 2 3 4 |
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Rentang Nilai |
60 85 70 25 |
Hasil refleksi siklus II ditemukan bahwa daya imajinasi dan kreativitas siswa meningkat baik. Tema dan media gambar kegiatan dapat membatu munculnya daya imajinasi dan kreatifitas siswa. Kalimat dalam percakapan (berbicara) lebih bervariasi. Model pembelajaran moving circle dalam kelompok kecil lebih efekti dan komunikatif.
Tabel 5 Refleksi Tindakan Siklus I dan Siklus II
No |
Uraian |
Siklus I |
Siklus II |
Refleksi |
1 |
Tindakan |
Dalam pembela jaran percakap an (berbicara) menggunakan model pembela jaran moving circledalam kelompok besar (26 siswa) |
Dalampembelajaran percakapan (berbicara) menggunakan model pembelajaran moving circle dalam kelompok kecil (14 dan 12 siswa) |
Model pem belajaran moving circle dapat meng aktifkan siswa |
2 |
Proses |
Siswa yang pasif dalam pembelajaran berkurang Kreativitas siswa dalam belajar masih tampak meningkat |
Seluruh siswa aktif belajar Kreativitas dan daya imajinasi siswa meningkat. |
Terdapat peningkat an keaktifan siswa dalam belajar Minat dan imajinasi siswa meningkat |
3 |
Pembelajaran Hasil Belajar |
Hasil ulangan: Nilai terendah 52 Nilai tertinggi 82 Nilai rata-rata 65 |
Hasil ulangan Nilai terendah 60 Nilai tertinggi 85 Nilai rata-rata 70 |
Nilai terendah naik 8 tertinggi naik 10 rata-rata naik5 |
Setelah dilakukan tindakan, yaitu peneliti menggunakan model pembelajaran moving circle dengan tema dan media gambar kegiatan yang sesuai dengan tema dalam kelompok besar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek percakapan (berbicara) maka secara nyata dapat dilihat hasilnya. Keterampilan percakapan (berbicara) meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil atau nilai ulangan harian kondisi awal dengan siklus 1.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 menggunakan model pembelajaran moving circle dengan tema dan media gambar kegiatan yang sesuai dengan tema dalam kelompok kecil pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek percakapan (berbicara) maka peningkatan keterampilan percakapan (berbicara) meningkat. Hal ini juga didukung oleh motivasi terus-menerus dari guru dan semangat serta kreativitas siswa. Hasilnya dapat dilihat dari perbandingan nilai ulangan siklus 1 dan siklus 2.
PENUTUP
Simpulan
a. Model pembelajaran moving circle da–pat meningkatkan keterampilan perca–kapan (berbicara) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Keberanian siswa melakukan perca–kapan (berbicara) meningkat lebih baik.
c. Dengan penerapan model pembela–jaran moving circle, siswa menjadi aktif dan suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
d. Kemampuan siswa berkreativitas dan berimajinasi meningkat.
e. Model pembelajaran moving circle dapat diterapkan dalam kelompok besar satu kelas maupun kelompok kecil antara 8 – 16 siswa tiap kelompok.
Saran
a. Dalam penerapan model pembelajaran moving circle sebaiknya terlebih dahulu guru menekankan pentingnya sikap saling menghargai kepada siswa.
b. Dalam model pembelajaran moving circle sebaiknya guru senantiasa memberikan motivasi sehingga daya imajinasi dan kreativitas siswa dapat berkembang dengan baik.
c. Sebaiknya guru dapat menerapkan model pembelajaran moving circle yang bervariasi dalam pembelajaran percakapan (berbicara) mata melajaran muatan lokal Bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Sulistiyowati, 2008. Pembelajaran Speaking yang Menyenangkan melalui Moving Circle, Kebumen: Majalah Pendidikan Suara Generasi Muda.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kebumen: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Nurgiyantoro, Burhan, 1998. Penilaian dalam Pembelajaran dan Sastra.
Yogyakarta: BPEE.
Slamet Trihartanto, 2007. Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar.
Makalah Diklat TOT Guru Pemandu KKG Mapel Bahasa Indonesia In Service II. Semarang: LPMP
Suharsini Arikunto, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.