PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MENILAI SIKAP SOSIAL MELALUI CLASSROOM VISITATION BAGI GURU

SD NEGERI 1 PANGKALAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Esti Peni Poncowati

Kepala SD Negeri 1 Pangkalan Kecamatan Karangrayung

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dalam menlai sikap sosial melalui pembinaan individual teknik Classroom Visitation bagi guru SD Negeri 1 Pangakalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan diSD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2016/2017. Subyek penelitian sebanyak 6 guru. Tindakan dinyatakan berhasil apabila semua subjek penelitian (6 guru) sudah mencapai kinerja dengan kategori baik, dengan skor rata-rata telah mencapai lebih dari 11 (>11). Sebagian besar guru telah melaksankaan langkah-langkah penilaian sikap sosial dengan baik, yang ditunjukkan dengan besarnya prosentase ketercapaian indikator telah mencapai lebih dari 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui tindakan classroom visitation kinerja guru dalam menilai sikap sosial bagi guru SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Boyolali dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,83 menjadi 10. Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 10 menjadi 13. Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,83 menjadi 13. Peningkatan guru dalam melaksanakan langkah-langkah penilaian dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus sebesar 41,67% meningkat menjadi 71,43% pada siklus I. Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 71,43% meningkat menjadi 92,86% pada siklus II. Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,67% meningkat menjadi 92,86% pada siklus II. Hal ini membuktikan bahwa melalui classroom visitation dapat meningkatkan kinerja guru dalam menilai sikap sosial dengan maksimal.

Kata kunci: kinerja guru, penilaian sikap sosial, Classroom Visitation

 

PENDAHULUAN

Penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pembelajaran, tanpa penilaian guru tidak dapat mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Penilaian pembelajaran dirancang agar dapat dilaksanakan oleh guru, selain itu melalui penilaian guru dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Penilaian dapat dilakukan oleh guru melalui teknik tes dan non tes tergantung dari apa yang akan dinilai oleh guru.

Penilaian kurikulum 2013 menilai semua aspek secara komprehensif, artinya penilaian dilakukan mulai dari input, proses, hingga output siswa dalam pembelajaran atau dikenal dengan penilaian autentik (Kemendikbud, 2013: 3). Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Dari ke tiga aspek penilaian otentik yaitu aspek pengetahuan, aspek ketrampilan, dan aspek sikap. Aspek sikap yang terdiri dari sikap sosial dan sikap spiritual merupakan aspek tersulit untuk dinilai oleh guru di SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung. Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru kelas adalah sikap soaial, yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap siswa dalam menghargai, menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan. Sikap spiritual dilakukan oleh guru Pendidikan Agama

Penilaian sikap sosial oleh guru kelas tidak hanya dinilai saat berada di dalam kelas, tetapi guru wajib memberikan penilaian perilaku peserta didik diluar kelas, termasuk saat peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kesulitan guru di SD Negeri 1 Pangkalan dalam menilai sikap sosial, karena penilaian sikap sosial memiliki karakteristik yang berbeda dari penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda, dalam hal ini, penilaian sikap lebih ditujukan untuk membina perilaku sesuai budipekerti dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sesuai dengan proses pembelajaran.

Guru wajib menyampaikan kompetensi sikap sosial pada awal pembelajaran, aspek-aspek apa yang terkait dengan penilaian sikap sosial harus disampaikan kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami bagaimana seharusnya perilaku yang harus dijalankan selama berada di sekolah. Guru wajib melaksanakan penilaian dengan menggunakan instrumen penilaian sikap yang dikembangkan sesuai dengan mata pelajaran. Guru diharuskan memberikan penjelasan tentang kriteria penilaian sikap, termasuk bentuk instrumen yang akan digunakan. Setelah penilaian guru diharuskan mengolah hasil penilaian dengan mengacu pada pedoman peskoran, hasil dari penilaian harus disampaikan kepada peserta didik dan melakukan tindak lanjut dari hasil penilaian sikap. Selain itu guru diwajibkan membuat diagram perkembangan sikap agar seluruh peserta didik mengetahui perkembangan dari sikap sosial mereka.

Beberapa langkah dalam menilai aspek sikap sosial tersebut, belum dapat dilaksnakan oleh guru dengan baik, berdasarkan hasil pengamatan awal diketahui bahwa dari 7 (tujuh) guru yang diamati sebagian besar belum dapat melaksanakan penilaian sikap sosial dengan baik. Hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa guru mengalami kesulitan dalam menentukan indikator penilaian yang sesuai dengan Kompetensi inti (KI. 1 dan KI. 2), selain itu guru kesulitan dalam mengamati perilaku siswa pada saat pembelajaran dan di luar pembelajaran. Permasalahan lainya, adalah guru belum dapat melakukan tindak dari hasil penilaian sikap dengan baik.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru khususnya terkait dengan kemampuan menilai sikap sosial masih perlu diperbaiki melaui pembinaan guru. Berbagai teknik pembinaan dapat digunakan, namun agar pembinaan yang akan dilakukan tersebut tidak mengganggu tugas pokok guru dalam melaksanakan pembelajaran, maka teknik yang dipilih oleh penulis adalah pembinaan individual teknik Classroom Visitation (kunjungan kelas) yaitu pembinaan secara individu dengan cara mengunjungi kelas saat guru melaksanakan pembelajaran.

Sesuai dengan permasalahan di atas dan agar hasil pembinaan lebih efektif, maka pembinaan ini didesain dalam model penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul: “Peningkatan Kinerja Guru dalam Menilai Sikap Sosial Melalui Classroom Visitation bagi Guru SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah seperti tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah Apakah melalui pembinaan individu teknik Classroom Visitation dapat meningkatkan kinerja guru dalam menilai sikap sosial bagi guru SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017?.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan cara pemecahan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kinerja guru dalam menlai sikap sosial melalui pembinaan individual teknik Classroom Visitation bagi guru SD Negeri 1 Pangakalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester Ii Tahun Pelajaran 2016/2017.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembinaan Guru

Menurut Sutisna (2009: 13) mengemukakan konsep pembinaan secara spesifik yakni, konsep pembinaan personil bahwa pembinaan personil adalah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan pengetahuan dari pada anggota organisasi, lebih lanjut Moekijat (2008: 20) mengemukakan pengertian pembinaan yang menunjuk pada, setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan.

Classroom Visitation

Menurut Purwanto (2008: 120) bahwa kunjungan kelas adalah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, pengawas) untuk mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Menurut Priansa dan Somad (2014: 99) kunjungan kelas yakni kunjungan yang dilakukan kepala sekolah ke dalam kelas pada saat guru yang bersangkutan menghadapi masalah/kesulitan selama mengadakan kegiatan pembeaajaran.

Kinerja Guru

Menurut Supardi (2010: 19) kinerja guru dipengaruhi oleh tiga kelompok variabel yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologi. Menurut Priansa (2014: 79) kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai guru di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Sekolah merupakan jariangan budaya yang dapat menjadi ukuran dari semua panutan budaya yang ada di sekelilingnya. Kinerja guru merupakan perwujuduan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata, hasil kerja dan tanggung jawab dalam menjalankan amanah, profesi yang diembannya, serta moral yang dimilikinya. Supardi (2010: 46) menjelaskan, bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan.

Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan standar kinerja guru Sahertian sebagaimana dikutip Kusmianto (2015: 49) dalam buku panduan penilaian kinerja guru oleh pengawas menjelaskan bahwa: Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang aktif dari guru.

Penilaian Otentik Aspek Sikap Sosial

Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Arifin, 2009: 2). Penilaian adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Mulyasa, 2012: 201).

Haryati (2009: 15) bahwa penilaian merupakan istilah yang mencakup semua metode yang bisa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Sedangkan otentik atau autentik. Pengertian penilaian otentik (Authentic Assessment) sendiri adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Kerangka Berpikir

Penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pembelajaran. Penilaian kurikulum 2013 menilai semua aspek secara komprehensif yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek ketrampilan. Dari ke tiga aspek penilaian tersebut aspek sikap, khususnya aspek sikap sosial dirasa paling sulit oleh guru SD Pengakalan 1 UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2016/2017.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilalakukan upaya melalui pembinaan individu teknik classroom visitation, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan cara melakukan kunjunan kelas saat guru melaksanakan pembelajaran untuk mengetahui kekurangan guru dalam menilai sikap sosial dan memberikan pembinaan secara individu, sehingga setelah dilakukan pembinaan, guru memiliki pemahaman yang baik tentang langkah-langkah dalam menilai sikap sosial.

 

Hipotesis Tindakan

Pembinaan individual teknik Classroom visitation dapat meningkatkan kinerja guru dalam menilai sikap sosial bagi guru di SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2016/2017 dengan maksimal.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (School Action Research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian tindakan sekolah (PTS) yaitu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru melalui kunjungan kelas (Classroom Visitation) dalam rangka mengimplementasikan penilaian aspek sikap, yang terdiri dari 2 siklus dan masing masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2016/2017, tepatnya pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017.

Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru di SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2016/2017, sebanyak 6 guru, yaitu guru kelas satu sampai dengan guru kelas VI.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan sekolah dimulai dari tahap perencanaan, dilanjutkan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tindakan siklus I, merupakan tindak lanjut dari refleksi prasiklus, tindakan siklus II, merupakan tindak lanjut dari refleksi siklus I.

Teknik Anailsa Data

Untuk menganalisa data digunakan teknik analisa deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberi gambaran tentang kinerja guru berdasarkan hasil penilaian melalui observasi setelah tindakan dilaksanakan. Langkah melakukan analisis yaitu dengan melakukan rekapitulasi hasil penilaian kinerja guru dalam menilai sikap sosial, menghitung skor rata-rata dan prosentase ketercapaian, selanjutnya membuat perbandingan hasil penilaian antar siklus.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Tindakan dinyatakan berhasil apabila: Semua subjek penelitian (6 guru) sudah mencapai kinerja dengan kategori baik, dengan skor rata-rata telah mencapai lebih dari 11 (>11). Sebagian besar guru telah melaksankaan langkah-langkah penilaian sikap sosial dengan baik, yang ditunjukkan dengan besarnya prosentase ketercapaian indikator telah mencapai lebih dari 90%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prasiklus

Hasil monitoring kinerja guru dalam menilai sikap sosial terlihat seperti terlampir. Berdasarkan hasil monitoring tersebut, peneliti melakukan rekapitulasi, menghitung skor rata-rata, menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, menghitung prosentase ketercapaian, hasilnya seperti terlampir. Ringkasan hasil pengamatan prasiklus dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil monitoring awal, skor rata-rata kinerja guru dalam menilai sikap sosial sebesar 5,83 (cukup), nilai tertinggi sebsar 7 (cukup), nilai terendah sebesar 4 (kurang), guru yang memperoleh nilai baik belum ada (0), guru yang memperoleh nilai cukup sebanyak 5 guru (83,33%), sedangkan guru dengan nilai kurang sebanyak 1 guru (16,67%). Dengan demikian berdasarkan hasil penilaian awal diketahui sebagian besar guru belum mampu melaksanakan penilaian sikap dengan baik.

Untuk memudahkan perhitungan tersebut, peneliti memanfaatkan rumus statistik yang ada pada aplikasi “excel”. Hasilnya dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase ketercapaian indikator sebelum dilakukan tindakan sebesar 41,67%. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap langkah- langkah penilaian sikap masih rendah.

Berdasarkan hasil penilaian prasiklus menunjukkan bahwa sebagaian besar guru belum memiliki kinerja yang baik dalam menilai sikap sosial, berdasarkan perhitungan prosentase ketercapaian indikator, menunjukkan bahwa pemahamana guru terhadap langkah-langkah dalam menilai sikap sosial masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan upaya nyata berupa pembinaan gur secara individu dengan teknik classroom visitation.

Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian siklus I, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 10 (baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 71,43%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembinaan teknik classroom visitation, kinerja guru dalam menilai, sikap sosial telah meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap langkah dalam penilaian sikap.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa nilai rata-rata telah telah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan, namun besarnya prosentase ketercapaian indikator masih dibawah indikator yang ditetapkan yaitu baru mencapai 71,43%, artinya masih dibawah 85%. Hal ini dapat dimaknai bahwa walaupun kinerja guru dalam menilai sikap sosial telah meningkat, namun peningkatan tersebut belum maksimal, masih ada beberapa indikator yang belum dapat dilaksanakan oleh guru dengan baik, sehingga harus dilakukan tindakan lanjutan dengan memperbaiki kekurangan guru dalam melaksanakan penilaian sikap sosial melalui pembinaan teknik Classroom Visitation siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian terhadap guru, diketahui bahwa skor rata-rata sebesar 13 (baik), dengan prosentasi penguasaan indikator rata-rata sebesar 92,86%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembinaan teknik classroom visitation, kinerja guru dalam menilai sikap sosial telah meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tambahnya pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap langkah pelaksanakan penilaian aspek sikap sosial yang benar. Dibanding dengan hasil penilaian siklus sebelumnya telah terjadi peningkatan, dan dibanding dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan nilai rata-rata dan prosentase ketercapaian tersebut telah melebihi indikator keberhasilan tindakan yang ditentukan, sehingga tindakan tidak perlu dilanjutkan.

PEMBAHASAN

Perbandingan Nilai Rata-Rata kinerja guru dalam menilai sikap sosial

Perbandingan nilai kinerja guru dalam menilai sikap sosial prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 4,17. nilai tertinggi meningkat dari 7 menjadi 11, nilai terendah meningkat dari 4 menjadi 9, jumlah guru yang mendapat nilai baik dari tidak ada menjadi 4 guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari 5 guru turun menjadi 2 guru, jumlah guru yang memperoleh nilai rendah berkurang dari 1 guru menjadi tidak sama sekali.

Perbandingan siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 3, yaitu dari siklus I sebesar 10 siklus II meningkat menjadi 13. nilai tertinggi meningkat dari 11 menjadi 14, nilai terendah meningkat dari 9 menjadi 12, jumlah guru yang memperoleh nilai baik meningkat dari 4 Guru meningkat menjadi 6 guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari berkurang dari 2 guru menjadi tidak ada.

Perbandingan nilai kinerja guru dalam menilai sikap sosial prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,17, yaitu dari prasiklus sebesar 5,83 siklus II meningkat menjadi 13. nilai tertinggi meningkat dari 7 menjadi 14, nilai terendah meningkat dari 4 menjadi 12, jumlah guru yang memperoleh nilai baik meningkat dari 0 menjadi 6 Guru, jumlah guru yang mendapat nilai cukup dari 5 guru menjadi tidak ada dan jumlah guru yang mendapat nilai kurang dari 1 guru menjadi tidak ada.

Perbandingan Prosentase Penguasaan Indikator

Perbandingan prosentase penguasaan indikator kinerja guru dalam menilai sikap sosial pada prasiklus dengan siklus I, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 29,76% dari kegiatan prasiklus sebesar 41,67% meningkat menjadi 71,43% pada siklus I. Perbandingan prosentase penguasaan indikator kinerja guru dalam menilai sikap sosial pada siklus I dengan siklus II, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 21,43% dari kegiatan siklus I sebesar 71,43% meningkat menjadi 92,86% pada siklus II. Perbandingan prosentase penguasaan indikator prasiklus dengan siklus II, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 51,19% dari kegiatan prasiklus sebesar 41,67% meningkatkan menjadi 92,86% pada siklus II.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa melalui tindakan classroom visitation kinerja guru dalam menilai sikap sosial bagi guru SD Negeri 1 Pangkalan UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Boyolali dapat meningkat dengan maksimal. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat dari 5,83 menjadi 10 (peningkatan sebesar 4,17). Nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II meningkat dari 10 menjadi 13 (peningkatan sebesar 3). Nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat secara keseluruhan dari 5,83 menjadi 13 (peningkatan sebesar 7,17).

Peningkatan guru dalam melaksanakan langkah-langkah penilaian dapat dilihat dari peningkatan prosentase ketercapaian indikator dari kegiatan prasiklus sebesar 41,67% meningkat menjadi 71,43% pada siklus I (meningkat sebesar 29,76%). Kegiatan siklus I prosentase ketercapaian indikator sebesar 71,43% meningkat menjadi 92,86% pada siklus II (meningkat sebesar 21,43%). Kegiatan prasiklus prosentase ketercapaian indikator sebesar 41,67% meningkat menjadi 92,86% pada siklus II (meningkat sebesar 51,19%). Hal ini membuktikan bahwa melalui classroom visitation dapat meningkatkan kinerja guru dalam menilai sikap sosial dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Haryati, Mimin. 2009. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada

Kusmianto. 2015. Panduan Penilaian Kinerja Guru Oleh Pengawas. Jakarta: Erlangga.

Moekijat, 2009, Tata Laksana Kantor, Bandung: Mandar Maju

Mulyasa, E. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Priansa, Donni Juni dan Rismi Somad. 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: CV Alfabeta

Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sutisna, Oteng, 2009, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktik Profesional, Bandung: Angkasa.