PENINGKATAN KOMPETENSI WRITING TEKS NARRATIVE

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS GENRE DAN PENILAIAN PORTOFOLIO PADA SISWA KELAS X IPA 7

SMAN 1 TEMBILAHAN KOTA

KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU

 

Taruliasi Nainggolan

SMA Negeri 1 Tembilahan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan kompetensi menulis teks narrative serta kendala-kendala yang mereka hadapi melalui pendekatan pembelajaran berbasis genre dan model penilaian portofolio. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran bahasa Inggris yang direkomendasikan oleh Depdikbud karena sesuai dengan kurikulum 2013. Kegiatan awal penelitian tindakan kelas menulis teks narrative melalui pendekatan pembelajaran berbasis ‘Genre’ dan bentuk penilaian portofolio adalah mendiskusikan apa dan bagaimana teks narrative. Kemudian mendorong siswa, dengan teks narrative yang diberikan, agar mampu menemukan sendiri struktur teks narrative, langkah-langkah penulisan serta grammatical features (unsur lingusitik yang dominan) yang terdapat dalam teks tersebut. Langkah berikut memberikan latihan menulis teks narrative secara bersama (group work), dan kemudian diberikan tugas untuk menulis teks narrative secara mandiri. Dari tugas pada tahapan pertama itu, siswa baru diharapkan untuk termotivasi menulis. Dari data penelitian ini, siswa menunjukkan hasil teks narrative, diukur berdasar pada Kritertia Ketuntasan Minimal (KKM) 70, hanya 6 siswa (26%) yang dapat mencapainya dan nilai rata-rata kelasnya sebesar 55,87. Pnecapaian nilai tersebut menggambarkan bahwa kompetensi siswa kelas X IPA 7 dalam menulis teks narrative belum memadai. Salah satu faktor yang dapat penulis temukan dari kondisi yang demikian ialah rendahnya kompetensi linguistik siswa, yang merupakan aspek pendukung penulisan teks narrative. Dengan kondisi tersebut ‘treatment’ yang penulis pilih dan lakukan ialah memberikan pembelajaran dan latihan-latihan grammatical features (Past Tense, Present, Continuous, Perfect-Direct-Indirect Sentences) dan pemaiakan conjunction. Melalui tes awal dapat dketahui bahwa penguasaan siswa terhadap grammar point tersebut setelah diberikan tes grammar dua kali diperleh hasil 13 orang siswa tuntas langsung dengan nilai rata-rata 71,29 dan 10 orang siswa lainnya tuntas melalui remedial. Dari ketuntasan penguasaan linguistic ini, siswa diberikan tugas menulis teks narrative secara berkelompok (group work) dan nilai rata-rata kelas dicapai sebesar 62,73. Ini menunjukkan adanya peningkatan kompetensi dengan nilai sebesar 7,06 dibanding hasil tulisan awal. Pada tahap berikut pembelajaran Reading-Writing teks narrative diberikan untuk kedua kalinya dengan langkah-langkah sama seperti tahapan pertama dengan penambahan dan pemantapan pemahaman terhadap struktur teks narrative, langkah-langkah pengembangan teks narrative dan pemberian motivasi yang lebih besar. Dan hasil yang dicapai ialah bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 18 orang yang tuntas dan 5 orang yang belum tuntas dengan nilai rata-ratakelas sebesar 76,25. Akhirnya dari penelitian ini, peneliti berkesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran writing teks narrative berbasis genre dan dengan penilaian portofolio efektif, karena dapat meningkatkan kompetensi menulis.

Kata Kunci: writting, Pembelajaran Berbasis Genre dan Penilaian Portofolio.

 


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional adalah telah diakui di Indonesia dan bahwa diaku secara internasional pula. Ini artinya bahwa bahasa Inggris diakui keberadaan dan peranannya sebagai alat komunikasi antar bangsa. Sangatlah disadari bahwa banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hubungan antar bangsa. Hingga banyak Negara termasuk Indonesia yang memasukkan bahasa internasional ini dalam kurikulum sekolah. Namun kenyataannya, kompetensi bahasa Inggris yang dicapai oleh sebagian besar lulusan SMA masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menjadi penyebab permasalahan tersebut. Dengan melakukan observasi langsung selama semester ganjil dalam tahun pelajaran 2017/2018 terhadap siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota, penulis menemukan bahwa sebagian besar siswa kelas X IPA 7 menginginkan untuk bisa berbahasa inggris. Kendala yang mereka hadapi adalah sulitnya memahami dan mengaplikasikan tata bahasa dan miskinnya perbendaharaan kata. Keadaan demikian diakui oleh para siswa yang sering menyatakan bahwa mereka memiliki banyak kesulitan setiap mendapat tugas “Writing”. Ini mencerminkan tidak hanya rendahnya penguasaan tata bahasa dan kosakata, tetapi juga ejaan dan pengembangan langkah-langkah retorikanya.

Kiranya harus diakui bahwa mengelola pembelajaran writing tidaklah mudah. Masalah yang sering peneliti hadapi adalah bahwa dalam pembelajaran writing perlu model dan banyak contoh, tahapan-tahapan dan kesabaran karena menyita banyak waktu (time consuming), utamanya untuk meneliti pekerjaan siswa. Untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba mengatasinya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis “Genre” dan penilaian portofolio yaitu penilaian yang bertahap. Pembelajaran berbasis Genre ini terdapat 4 tahapan pembelajaran yaitu: Building of the Knowledge (BKOF), Modeling of the Text (MOT), Joint Construction of the Text (JCOT) dan yang terakhir Joint Construction of the Text (JCOT). Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Writing Teks Narrative Melalui Pembelajaran Berbasis Genre Dan Penilaian Portofolio Pada Siswa Kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau”.

Dipilihnya “Writing Narrative” sebagai judul penelitian ini adalah karena penulis yakin bahwa kegiatan “Writing Narrative” sangat menantang atau tidak mudah sebab selain melibatkan unsur-unsur bahasa (tata bahasa, kosakata, spelling, dan sebagainya) dan pengorganisasian langkah-langkah retorika sebuah teks, diperlukan kemampuan berimajinasi. Kebebasan berimajinasi inilah akan mendorong anak bergerak bebas membangun tulisannya. Melalui writing dapat dikembangkan ketiga keterampilan bahasa lainnya (Listening, Reading, Speaking). “Writing” mencakup 2 sisi pembelajaran bahasa yakni: ilmu dan keterampilan yang dalam Krashen’s L2 Acquisition Theory disebut Learning And Acquisition. “Writing” mampu menjawab tidak hanya perolehan output tetapi juga outcomenya. Masalah yang sering peneliti hadapi adalah bahwa dalam pembelajaran writing perlu model dan banyak contoh, tahapan-tahapan dan kesabaran karena menyita banyak waktu (time consuming), utamanya untuk meneliti pekerjaan siswa. Untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba mengatasinya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis “Genre” dan penilaian portofolio yaitu penilaian yang bertahap. Pembelajaran berbasis Genre ini terdapat 4 tahapan pembelajaran yaitu: Building of the Knowledge (BKOF), Modeling of the Text (MOT), Joint Construction of the Text (JCOT) dan yang terakhir Joint Construction of the Text (JCOT). Dengan penilaian portofolio, yaitu penilaian bertahap, sisa berkesempatan untuk mengetahui kesalahan dan sekaligus memperbaikinya. Penilaian ini diharapkan dapat memberikan kepercayaan diri siswa dan memberikan motivasi yang efektif. Melalui langkah-langkah penelitian disebutkan di atas, penelitia berharap dapat meningkatkan kompetensi writing bahasa inggris siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Rumusan Masalah

Melalui pengamatan serta kegiatan mengoreksi produk writing teks-teks Bahasa Inggris semester ganjil, kompetensi siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota masih belum memadai. Berdasarkan angket dan hasil penilaian produk tulisan siswa, ditemukan bahwa terdapat kelemahan siswa dalam penguasaan tata bahasa, pemilihan kata, ejaan, dan penggunaan langkah-langkah retorika. Peneliti yakin bahwa masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cara mengintensifkan pembelajaran “writing”. Oleh sebab itu masalah yang diangkat adalah bagaimana meningkatkan kompetensi Writing Narrative siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota melalui pembelajaran berbasis Genre dan penulisan Portofolio.

Tujuan Penelitian

Dengan penelitian ini, peneliti berharap akan dapat:

a.   Meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur teks tulis narrative, langkah-langkah penulisan teks narrative dan pengembangannya serta mampu menerapkannya dalam kegiatan menulis teks narrative.

b.   Meningkatkan pemahaman siswa terhadap unsur-unsur linguistic sebagai kompetensi pendukung utama dalam penulisan teks narrative serta mampu menuangkan kemampuan itu dalam kegiatan menulis teks narrative.

c.   Mengetahui seberapa besar peningkatan kompetensi tulis yang bisa siswa capai melalui pembelajaran berbasis genre denganmodel penilaian portofolio.

Manfaat

Melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas penulisan teks narrative, diharapkan akan diperoleh manfaat antara lain:

a.   Bagi Guru

1.   Meningkatkan profesionalisme guru.

2.   Termotivasi untuk melakukan penelitian lainnya.

b.   Bagi Siswa

1.   Meningkatkan kompetensi ‘writing’ siswa.

2.   Timbul rasa senang dan percaya diri.

c.   Bagi Pengembangan Kurikulum

1.   Mengetahui efektifitas pendekatan pembelajaran berbasis Genre dengan penilaian Portofolio.

2.   Memberikan alternative pendekatan pembelajaran lainnya.

d.   Bagi Ilmu Pengetahuan

1.   Mengembangkan ilmu pengetahuan

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat “Writing”

‘Writing’ pada hakekatnya adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui tulisan atau lambang-lambang yang orang lain memahaminya. Fan Yang Gang (1990) menyebutkan bahwa “Writing is a comprehensive ability involving grammar, vocabulary, conception and other oelemtns; it has everything to do with Listening, Speaking and Reading”.

Pendapat Fan Yang Gang tersebut memperkuat keputusan peneliti untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari dan memahami unsur-unsur bahasa, karena dalam kegiatan Wiriting tercakup penggunaan unsur-unsur bahasa dan bahkan pengembangan langkah-langkah retorikanya. Melalui ‘writing’ unsur-unsur bahasa tersebut dipelajari secara kontekstual yakni digunakan dalam konteks dimana unsur-unsur tersebut harus digunakan. Kegiatan writing melibatkan tiga keterampilan bahasa lainnya. Sebagai contoh adalah dalam kegiatan Writing sering kita awali dnegan membaca, misalnya: membaca referensi, atau dengan berdiskusi dengan orang lain.

Kompetensi

Kompetensi yang diamanatkan oleh Kurikulum Standar Kompetensi Bahasa Inggris 2013 adalah kompetensi berkomunikasi. Dan dijabarkan lebih lanjut kompetensi tersebut adalah kompetensi berkomunikasi yang menerapkan aturan-aturan kebahasaan (linguistic) yang baik dan benar, lancar serta berbudaya. Kompetensi menulis teks adalah salah satu kompetensi berkomunikasi yakni kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan perilaku (Kurikulum 2013-SMA). Dalam kurikulum 2013 SMA, ketiga kompetensi itu sendiri tersebut lebih dikenal dengan kognitif, psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir yaitu kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik misalnya: lari, melukis, menari dan sebagainya.

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan watak dan perilaku misalnya: sikap, minat, konsep diri, dan moral. Dalam laporan hasil belajar siswa ada beberapa mata pelajaran yang hanya melibatkan dua ranah saja. Mata pelajaran bahasa inggris misalnya, hanya melibatkan ranah kognitif dan afektif saja. Sedangkan ranah afektif dapat dilihat melalui tanggapan siswa pada saat dan sesudah melaksanakan kegiatan secara kongkrit bagaimana kompetensi afektif atau sikap siswa dalam pembelajaran teks narrative ialah ditunjukkan lewat ketepatan waktu menyelesaikan dan menyerahkan tugas. Ini berarti pula mereka menunjukkan kerja keras atau kesungguhan mereka dalam menyelesaikan tugas menulis teks narrative. Inilah yang seringkali disebut motivasi belajar.

Kompetensi writing didukung pula oleh kompetensi linguistic. Lebih jelas lagi kompetensi linguistic ialah kompetensi memahami aturan-aturan menyusun kata menjadi frase dan frase menjadi kalimat yang dikenal dengan grammar. Kemudian dari apa yang dipahami itu dapat digunakan atau diperlukan untuk menyusun atau menulis kalimat yang bermakna dan berterima. Pada akhirnya siswa dapat menyusun teks narrative.

Tugas guru tentunya harus mampu meningkatkan faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Dengan kata lain guru dituntut selalu memotivasi siswa. Misalnya: menumbuhkan rasa senang, rasa percaya diri, dan sebagainya; dan memperkecil faktor yang dapat merintangi keberhasilan siswa dalam belajar, misalnya: rasa malu, takut, segan, dan sebagainya.

Pembelajaran Berbasis Genre dan Teknik EGRA

Judy Hardy memberikan defenisi genre sebagai berikut “A genre is a staged, purposeful, cultural activity. It is a social activity, which has a purpose or goal, which has recognizable structure of pattern and which is a product of the culture”. (Judy Hardy, 1990). Kurikulum Bahasa Inggris 2013 mengamanatkan guru bahasa Inggris mengajarkan berbagai macam genre atau berbagai teks baik lisan maupun tulisan. Dengan kata lain kompetensi komunikasi yang dibangun pada siswa bernuansa genre. Di kelas X iajarkan lima macam teks yaitu: recount, narrative, procedur, news item dan report. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teks narrative. Model pembelajaran berbasis genre atau pelajaran writing adalah pembelajaran yang terpandu atau ‘guided writing’. Ada 4 tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu oleh siswa sebelum mereka memulai menulis yaitu:

a.   Tahap building knowledge of the field (BKOF)

Tahap BKOP merupakan tahap dimana siswa perlu mendapatkan pengetahuan tentang apa dan bagaimana teks narrative itu.

b.   Tahap Modeling

Tahap modeling merupakan tahap dimana siswa perlu mendapatkan contoh teks narrative. Pada tahapan ini siswa dipandu untuk mengetahui tentang struktur, langkah-langkah, unsur grammar yang dominan.

c.   Tahap Joint Conctruction of the Text (JCOT)

Tahap JCOT merupakan tahap dimana siswa berlatih secara berkelompok mulai menulis teks narrative.

d.   Tahap Independent Contruction of the Text (ICOT)

Tahap ICOT merupakan tahap dimana siswa memulai menulis teks narrative secara mandiri.

Untuk pembelajaran Grammar, peneliti menggunakan teknik EGRA (Exposure, Generalization, Reenforcement, Aplication) Teknik ini sebenarnya berbasis pada dari pembelajaran kontektual atau CTL (Contextual Teaching and Learning). Untuk itu Nurhadi menyatakan “Lima strategi pendidikan dalam rangka menerapkan pembelajaran kontekstual yang disingkat REACT yaitu relating, experiencing, applying, Cooperating, dan transferring. Dalam implementasinya, guru menyajikan teks (exposure) kemudian siswa diarahkan pada grammar point yang akan dipelajari. Kemudian guru memandu agar siswa mampu memberikan geralisasi (generalization), dalam hal ini siswa dapat memahami pemakaian grammar point tersebut. Kemudian generalisasi yang dibuat siswa dibenarnyan oleh guru (reenforecement). Akhirnya siswa mempraktekannya dalam kontek baru (applying). Pengetahuan tentang aturan-aturan kebahasaan akan dapat dikuasai oleh siswa dan diterapkannya secara baik dalam berkomunkasi secara lisan maupun tulisan, bilama guru menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Oleh sebab itu dalam penelitian ini dalam pembelajaran Grammar digunakannya teknik pembelajaran EGRA. Dalam implementasinya, guru menyajikan teks (exposure) kemudian siswa diarahkan pada grammar point yang akan dipelajari. Kemudian guru memandu agar siswa mampu memberikan geralisasi (generalization), dalam hal ini siswa dapat memahami pemakaian grammar point tersebut. Kemudian generalisasi yang dibuat siswa dibenarnyan oleh guru (reenforecement). Akhirnya siswa mempraktekannya dalam kontek baru (applying). Dengan pemilihan teknik pembelajaran tersebut, peneliti bertujuan memberdayakan siswa, membangun rasa senang dan rasa percaya diri siswa dalam belajar.

Penilaian Portofolio

Penilaian yang digunakan adalah penelitian ini adalah penilaian portofolio. Penilaian ini dipilih karena dapat meningkatkan motivasi siswa. Penilaian portofolio ialah penilaian yang berkelanjutan. Penilaian portofolio dinyatakan sebagai berikut “Portofolio penilaian bukan hanya sekedar kumpulan hasil kerja siswa, melainkan kumpulan hasil kerja siswa yang sengaja dibuat untuk menunjukkan bukti tentang kompetensi, pemahaman, dan pencapaian siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio juga kumpulan informasi yang perlu diketahui guru sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan perbaikan pembelajaran, atau peningkatan belajar siswa” (Depdikbud, 2013).

Penilaian dimana setelah penilaian dilakukan guru dan siswa berdiskusi untuk melihat pekerjaan siswa, dalam penelitian ini guru mendiskusikan penilaian hasil tulisan narrative awal siswa. Hasil diskusi digunakan untuk meningkatkan tulisan narrative sebagai hasil kerja kelompok. Dari diskusi penilaian hasil kerja kelompok digunakan untuk memperbaiki tugas akhir menulis teks narrative. Adapun penilaian teks narrative digunakan kriteria: Content, Organization of idea, Vocabulary, Grammar dan Mechahic Skala Penilaian 1 s/d 4 untuk masing-masing kriteria. Adapun yang menjadi alat untuk mengukur peningkatan atau keberhasilan hasil belajar ialah nilai rata-rata kelas, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) serta panjang teks narrative yang dihasilkan.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: “ melalui pembelajaran berbasis GENRE dan penilaian portofolio mampu meningkatkan kompetensi writing teks narrative pada siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.”

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2017. Dan subyek penelitian ini yaitu siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Di kelas tersebut terdapat 23 orang siswa, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Letak sekolah berada di tengah kota tembilahan dan dekat dengan kantor dinas pendidikan Kabupaten Indragiri Hilir.

 

 

Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 7 SMAN 1 Tembilahan Kota, mereka berusia rata-rata 15 – 16 tahun. Dalam penelitian ini usia siswa ikut dipertimbangkan, karena peneliti yakin bahwa perubahan usia anak sangat berpengaruh pada proses belajar bahasa asing.

Persiapan Penelitian

persiapan penelitian ini yaitu peneliti telah menyusun rencana pembelajaran dalam bentuk 4 (empat) Lesson Plan. Keempat Lesson Plan tersebut meliputi Pokok Bahasan Reading-Writing Narrative 1, Grammar tentang pemakaian Past Tense, Grammar tentang pemakaian Direct Indirect Sentences dan Conjunction dan Reading-Writing Narrative 2, selain itu telah dipersiap form-form penilaian dan juga telah dipersiapkan instrument-instrumen penelitian.

Siklus Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan 4 siklus. Dari keempat siklus tersebut berdasarkan pada karakter serta tujuannya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Siklus 1 dan 4 disebut siklus Reading-Writing sedangkan siklus 2 dan 3 disebut siklus Grammar yakni siklus dimana siswa dibangun kompetensi dalam memahami aturan-aturan menyusun kata-kata menjadi kalimat. Pada siklus 1, peneliti membangun pemahaman awal siswa terhadap struktur teks narrative, proses penulisan teks narrative, pengembangan penguasaan vocabulary serta pemahaman awal terhadap grammatical features. Sedangkan pada siklus kedua dan ketiga, yaitu siklus pemantapan kompetensi Grammar siswa. Kemudian sebagai siklus penutup siklus 4, peneliti memantapkan kembali kompetensi siswa yang dibangun pada siklus 1.

Instrumen Penelitian

Instrument-instrument yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.   Lesson Plan. Digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan setiap pokok bahasan.

b.   Bahan Ajar dan Perangkat Penilaian

c.   Lembar Observasi. Merupakan daftar observasi pada tahapan membuka, menyajikan materi dan menutup pembelajaran bagi guru, yang meliputi aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pengamat atau lebih.

d.   Questionnaire. Merupakan instrument penelitian yang berisi seperangkat pertanyaan yang menanyakan aspek-aspek kelas, materi atau metode pembelajaran. Dalam penelitian ini questionnaire dipakai untuk mengetahui kesulitan siswa mengenai langkah-langkah penulisan teks narrative, kosa kata, tata bahasa yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran penulisan kata narrative.

e.   Skala Penilaian

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Refleksi Awal

Seperti yang telah disebutkan oleh peneliti pada bagian sebelumnya bahwa sebagian besar siswa dalam pengamatan peneliti selama satu semester ganjil belum menampakkan tingkat motivasi belajar yang kuat. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian awal sebelum diadakan tindakan pada siklus I sampai siklus IV bahwa rata-rata nilai dari 23 siswa yaitu 55,87. Siswa yang tuntas dari KKM yaitu sebanyak 6 atau 26% siswa dan sebanyak 17 atau 74% siswa tidak tuntas KKM. Tentu saja kondisi ini tidak memadai karean 17 siswa (74%) tingkat kompetensi writing mereka rendah atau belum mencapai KKM.

Siklus I

Pelaksanaan siklus 1, peneliti membagi menjadi 2 pertemuan yang masing-masing 2 x 45 menit. Pertemuan yang pertama untuk kegiatan Reading dan yang kedua kegiatan Writing. Pada siklus 1 ini, peneliti baru pada tingkat memotivasi siswa agar mau memulai menulis teks narrative. Belum berharap agar mereka menghasilkan teks narrative yang berkualitas dan panjang, karena untuk menulis teks narrative ada tuntutan yang lebih sulit dibanding menulis teks lainnya, yaitu siswa dituntut berimajinasi untuk bisa menulis draft dan membangun cerita teks narrative. Pada akhir siklus 1, questionnaire dibagikan kepada siswa. peneliti akan menggunakan data yang diperoleh dari questionnaire untuk dapat mengungkapkan secara lebih rinci aspek-aspek kondisi siswa yang terkait dalam proses penulisan teks narrative. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa dalam memandu pemahaman ‘Generic Structure’ dari text narrative, perhatian guru/peneliti kurang menyeluruh sehingga ada sebagian siswa yang tidak memahami istilah orientation, evaluation, complication, resolution, re-orientation. Bagi sebagian siswa, guru memberikan penjelasan terlalu cepat dan ada siswa yang belum memahami serta latihan membuat kalimat yang diberikan Guru kurang banyak.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa bahwa sebanyak 9 siswa (dari 23 siswa) itu menyalin dari teks yang sudah ada. Latihan-latihan membuat kalimat yang diberikan terkait dengan Grammar teks narrative terlalu singkat sehingga terdapat 19 siswa (82,6%) merasa masih mengalami kendala dengan grammar dalam menyusun teks narrative.

Siklus II

Dalam pelaksanaan siklus 2, peneliti mengalokasikan waktu satu pertemuan yaitu 2 x 45 menit. Pertemuan ini merupakan pembelajaran Grammar: Past Tenses (Simple, Continuous dan Perfect) dan model pembelajaran yang digunakan yaitu discovery learning dengan tekning EGRA (Exposure, Generalization, Re-enforcement, Application). Pada siklus 2, peneliti membangun kompetensi linguistic siswa. Karena peneliti melihat kelemahan yang dialami oleh siswa dalam proses menulis teks narrative ialah aspek kebahasaan, peneliti membuat treatment atau tindakan untuk mengatasi hal tersebut dengan pembelajaran grammar yang diperlukan atau digunakan pada teks narrative. Berdasarkan hasil data angket siswa menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan terhadap pemahaman aturan-aturan dalam tata bahasa (grammar) khususnya dalam past tense siswa terbanyak memiliki kesulitan dalam pemakaian past perfect tense sebanyak 16 (69,6%) adapun yang bagi siswa yang tidak sulit ialah pemakaian was dan were, yang mengalami kesulitan hanya 3 siswa (13,0%). Secara keseluruhan hasil refleksi pada siklus II yaitu meskipun pembelajaran Past Tense beserta latihan sudah cukup intensif, hasil tes baru 5 siswa yang dapat mencapai ketuntasan untuk silus 2 ini. Kelemahan sudah dapat diketahui yaitu pada tiga hal yaitu agreement subjek – predikat, agreement pada artcle dan kata benda missal 5 teacher yang seharus 5 teachers. Selama latihan siswa cukup menunjukkan kemauan yang baik yakni bersemagnat mengikuti latihan-latihan. Perlu pemberian tugas lebih banyak kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal past tense.

Siklus III

Pelaksanaan siklus 3, peneliti mengalokasikan waktu satu pertemuan 2 x 45 menit serta 2 x 45 menit lainnya untuk ulangan harian grammar blok untuk grammar Siklus 2 dan 3. Pertemuan ini merupakan pembelajaran Grammar; Direct and Indrect Sentences dan Conjunction, dan model pembelajaran yang digunakan yaitu discovery learning dengan teknik EGRA (Expsure, Generalization, Re-enforcement, Application). Pada siklus 3, penelitian mencanangkan tujuan pembangunan kompetensi linguistik siswa yang berbeda dengan siklus 2. Pada siklus ini diberikan kepada siswa 2 macam angket. Yang pertama digunakan untuk mencari data tentang kemajuan siswa dalam penguasaan Past Tense yang dilakukan melalui review (pengulangan). Sedang yang kedua untuk mencari data tentang tingkat penguasaan Direct Indirect Sentences dan penggunaan Conjunction. Data dari angket pertama menunjukkan bahwa kelemahan penguasaan grammatical features bisa diperbaiki pada siklus 3. Ini ditunjukkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan pada siklus 2 sudah berkurang yaitu yang mengalami kesulitan kurang dari 40% yang pada siklus sebelumnya siswa yang mengalami kesulitan lebih dari 50%. semakin menurunnya prosentase siswa yang mengalami kesulitan dan semakin banyak kompotensi linguistiknya membaik di atas 60%. Ini berarti treatment pada siklus 3 cukup efektif memperbaiki kelamahan kompetensi linguistic (penguasaan grammatical features) pada siklus 2. Adapun sebanyak 10 orang siswa yang belum tuntas untuk siklus 3 ini akan diberikan treatment pemberian tugas sehingga mencapai ketuntasan.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus III ini bahwa kompetensi linguistic, kompetensi pendukung kompetensi tulis teks narrative, sampai pada siklus 3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa (56,5%) jauh lebih baik dari siklus 2 yang sejumlah 3 siswa yang mengalami ketuntasan (13,0%).

Siklus IV

Pada siklus 4 yang merupakan siklus terakhir, peneliti memberikan pembelajaran ulang agar siswa lebih memahami apa dan bagaimana teks narrative. Siklus 4 berlansung selama 4 x 45 menit dengan materi ‘Reading-Writing’ teks narrative. Tujuan pembelajaran pada siklus 4 ialah agar siswa lebih mantap mengetahui tentang struktur teks narrative, langkah-langkah penulisannya. Pada siklus I, peneliti membangun pemahaman awal siswa terhadap struktur teks narrative, proses penulisan teks narrative, pengembangan penguasaan vocabulary serta pemahaman awal terhadap grammatical features yang dominan dalam teks tersebut kemudian siswa diberi latihan menulis teks narrative sebagai tugas awal. Sedangkan pada siklus kedua dan ketiga, yaitu siklus pemantapan kompetensi grammar siswa, peneliti bermaksud memantapkan pemahaman serta memantapkan kemampuan sebagian besar siswa yang masih dalam menggunakan Past Tense (Simple, Continuous, Perfect) Direct-Indirect Sentences serta Conjunction. Pada siklus 4, peneliti memantapkan kembali kompetensi siswa yang dibangun pada siklus I.

Pada siklus 4 yang merupakan siklus terakhir, peneliti memberikan pembelajaran ulang agar siswa lebih memahami apa dan bagaimana teks narrative. Sebagian besar siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan tugas menulis teks narrative. Berdasarkan hasil observasi, bahwa sebagian besar siswa sudah mencapai ketuntasan, yaitu sebesar 13 siswa (56,5%) dalam menguasai Grammar tetapi belum bisa menggunakan kompetensi linguistic secara signifikan dalam kegiatan memproduksi teks narrative serta siswa yang mengkhususkan waktunya atau bersungguh-sungguh menyelesaikan tugas menulis teks narrative tidak terlambat bisa menyelesaikan tepat pada waktunya sebanyak 16 siswa (69,6%). Sedangkan yang terlambat dua hari sebanyak 3 siswa (13,0%) dan yang satu minggu sebanyak 4 siswa (17,4%).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kompetensi writing teks narrative siswa melalui model pembelajaran berbasis ‘Genre’ dengan menggunakan penilaian portofolio menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu

a.     model pembelajaran bahasa Inggris yang berbasis ‘Genre’ dengan menggunakan penilaian portofolio terbukti efektif untuk meningkatkan kompetensi ‘writing narrative’ siswa. Model pembelajaran ini adalah sangat dianjurkan karena kompetensi yang hendak dicapai lewat kurikulum 2013 adalah kompetensi berbahasa Inggris yang bernuansa Genre.

b.     Kompetensi linguistic siswa yang dalam kategori cukup, mencapai KKM, yang ditunjukkan melalui uji kalimat-kalimat lepas terbukti belum bisa mendukung menghasilkan kompetensi penulisan teks narrative tulis dalam kategori cukup pula.

c.     Tinggi rendahnya motivasi belajar bahasa Inggris siswa terbukti berpengaruh terhadap panajng pendeknya (kuantitas) teks narrative yang dihasilkan.

Saran

a.   Guru bahasa Inggris di SMA perlu meningkatkan pemahaman terhadap model pembelajaran bahasa Inggris berbasi Genre dan penilaian portofolio dan selanjutnya terus berlatih untuk mengaplikasikannya dalam tugas mengajar.

b.   Guru bahasa Inggris SMA diharapkan selalu sadar bahwa kompetensi linguistic (penguasaan grammar) tetap harus dilatihkan atau dibangun kepada siswa secara bertahap dan berkelanjutan. Namun guru hendaknya tidak berhenti melatihkan penguasaan grammar itu pada siswa dengan kalimat-kalimat lepas saja, tetapi siswa perlu diberikan latihan grammar secara intensif pula sampai pada tahap membangun kompetensi berkomunikasi (memproduksi teks) baik lisan maupun tulisan. Oleh sebab itu kualitas kompetensi bahasa inggris lulusan siswa SMA kita diharapkan dapat mencapai kompetensi yang berterima secara internsional.

c.   Guru bahasa Inggris yang berminat melakukan PTK disarankan bisa melanjutkan penelitian ini yaitu penelitian yang bertujuan memberikan solusi terhadap kesulitan siswa dalam menggunakan kompetensi linguistic mereka untuk menulis teks, atau dengan kata lain, berkomunikasi secara tulis.

DAFTAR PUSTAKA

Gang, F.Y, 1990. Writing, Forum English Magazine. Edition January.

Departeman Pendidikan Nasional, 2006. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djohari, BA, dkk, 2006. Tehnik Menyusun Karya Tulis dan Sinopsis. PT.Bina Ilmu, Surabaya. Departeman Pendidikan Nasional, Kurikulum 2013-SMA. Jakarta.

Hardy, Judi and Klarwein, Damien, 1999. Written Genre in Secondary School. Peninsula Region Resource. Departeman of Education. Queensland.

Nurhadi, M.Pd, Dr. Burhan Yasin, Dip Bis.Ad, M.Ed. Dr, Agus Gerrad Senduk, M.Ed. 2006. Pembelajaran Kontekstual. Universitas Negeri Malang.

Thea Kusuma, Dra, dan Mariana Karim, Dra, MA, 1986, Bahan Materi Pokok Pengelolaan Pengajaran Bahasa Inggris 1, Penerbit Karunika, Jakarta Utara.

Krashen, S.D, 1982, Principles and Practice in Second Language Acquisition. Pergamon Press Ltd, Oxford.