PENINGKATAN KREATIVITAS

DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN MEDIA SEDOTAN

BAGI SISWA KELAS I SD NEGERI 2 SAWANGAN

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Suharti

SD Negeri 2 Sawangan Kecamatan Punggelan

ABSTRAK

Kreativitas dan prestasi belajar Matematika siswa di SD Negeri 2 Sawangan masih rendah, hanya 6 siswa yang memiliki kreativitas kategori tinggi dan prestasi belajar rerata 59,78. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar melalui penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri 2 Sawangan, Kecamatan Punggelan tahun pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian berjumlah 18 siswa terdiri 11 siswa laki- laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian dilakukan 2 siklus dengan prosedur umum perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan kreativitas 66,67% tinggi, 11,11% sedang dan 22,22% rendah. Pada Siklus II kreativitas 88,89% tinggi, 11,11% sedang dan 0% rendah. Tes prestasi belajar siklus I nilai rata-rata 69,33 dengan ketuntasan belajar 66,67%. Siklus II nilai rata-rata 81,89 dengan ketuntasan belajar 94,44%. Berdasarkann hasil analisa dan pembahasan maka dapat di simpulkan penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci: Kreativitas, Prestasi belajar, Metode Demonstrasi, Media Sedotan


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Mutu pembelajaran di suatu seko-lah ditentukan oleh baik tidaknya prestasi belajar siswa di sekolah tersebut. Prestasi belajar siswa tidak menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Mata pelajaran Matematika dianggap siswa sebagai pela-jaran yang sulit, menakutkan dan penuh dengan hitungan angka. Hal ini terjadi karena mata pelajaran Matematika banyak memiliki objek yang abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu suatu kebenaran yang diperoleh melalui akibat yang logis. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru, cara mengajar guru yang kurang menarik sehingga membuat siswa merasa bosan dan tidak berminat mengikuti proses pembelajaran. Akhirnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

SD Negeri 2 Sawangan dibawah binaan UPT Dindikpora Kecamatan Pung-gelan. Pada tahun pelajaran 2014/2015 jumlah siswa kelas 1 sebanyak 18 siswa. Sebelum dilakukan penelitian, pembelajaran masih konvensional, tanpa menggunakan media yang tepat, anak pasif, kreativitas rendah dan kelas tidak kondusif.

Hasil pengamatan kreativitas pra siklus 6 siswa atau 33,33% kategori tinggi, 5 siswa atau 27,78% kategori sedang, 7 siswa atau 38,89% kategori rendah. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dengan rerata 59,78, siswa yang tuntas belajar 5 siswa atau 27,78% dengan KKM 65.

Kondisi ideal yang harus dimiliki siswa dalam tujuan pembelajaran Matematika yang termasuk di standar isi dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 sebagai berikut: Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukannya daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Faktor penyebab rendahnya kreativitas dan prestasi belajar: semangat belajar rendah, minat belajar rendah, metode pembelajaran belum bervariasi, media pembelajaran masih terbatas, alat peraga belum dimanfaatkan, sumber belajar terbatas, Guru kurang menguasai penerapan metode pembelajaran.

Untuk mengetahui peningkatan kreativitas dan prestasi belajar maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015?.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan dengan menerapkan metode demonstrasi dengan media sedotan pada siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORI

Kreativitas

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995: 12).

Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994:7). Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003: 2).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar dapat diartikan sebagai kemampuan-kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam proses belajar pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.

Prestasi Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tibgkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya. Perubahan ini bersifat rekatif konstan dan berbekas (Hamdani, 2011:20). Menurut Djamarah (2008):13) mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam lengkungannya yang menyangkut kognitif, efektof dan psikomotor.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemamouan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/tes prestasi (Mulyono, 2003:150). Menurut Darsono (2005:27) prestasi belajar adalah hasil ang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang menetap.

Menurut Bunjamin S. Bloom dalam Sudjana (2006:22) prestasi atau hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afeltif dan psikomotor.

Pada penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan simbol, angka, atau huruf.

Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Moedjiono, (2005) metode demonstrasi adalah adanya seorang guru, orang luar yang diminta untuk memperlihatkan suatu proses kepada seluruh kelas.

Menurut Muhibbin Syah (2006: 208) demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad (2006: 8) mengemukakan metode demonstrasi adalah cara pembelajaran dengan meragakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas.

Demonstrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan. Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metode ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terusmenerus dan berulangulang oleh siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas

Media Sedotan

Media adalah alat saluran komuni-kasi. Indriana (2011: 14) menyatakan bahwa media pengajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan lain sebagainya. Briggs juga berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Miarso menyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Schram menyatakan bahwa media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, sehingga media menjadi perluasan dari guru.

Media adalah alat-alat atau sarana-sarana yang dapat dipergunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat memahami dan menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran yang diharapkan.

Jadi berdasarkan pengertian di atas, yang dimaksud media adalah alat yang digunakan untuk mempermudah siswa menerima proses pembelajaran/ transfer pengetahuan yang dapat merang-sang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga terjadi proses dalam diri siswa tersebut. Media pengajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sasaran atau tujuan pengajaran.

Pada penelitian ini media yang digunakan adalah sedotan, yang merupa-kan media/peraga yang mudah didapat, murah, sesuai dengan tujuan pembelajar-an, dan mudah dibawa ke dalam kelas sebagai alat pembelajaran.

HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah diduga Penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Subyek, Setting dan Waktu

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan berjumlah 18 siswa, terdiri dari 7 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Sawangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara.

Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika selama 2 siklus. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

Data Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Sumber data pada penelitian ini adalah: 1) Sumber data siswa meliputi: data tentang kreativitas, dan prestasi belajar dan pada mata pelajaran Matematika dan data tentang penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan. 2) Sumber data guru meliputi data ketrampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan melaksanakan pembelajaran, proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan. 3) Sumber data kolaborasi meliputi pengamalan penerapan model pembelajaran dan hasil refleksi bersama peneliti.

Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: 1) Teknik tes yang digunakan adalah prestasi belajar. Dokumentasi diambil pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bukti fisik metode demonstrasi dengan media sedotan dalam proses pembelajaran. Dokumen diambil pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bukti fisik kegiatan pembelajaran.

Pada penelitian ini validasi tes prestasi belajar menggunakan validasi empirik dan validasi teoritik yaitu kualitatif dan kuantitatif, sedang data pengamatan menggunakan triangulasi sumber, tra-ingulasi metode dan triangulasi peneliti.

Prosedur Pelaksanaan

Penelitian dengan menggunakan metode ini dilakukan penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing, dan reflecting

Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Kreativitas dinyatakan berhasil, jika minimal 75% atau 14 siswa dengan kategori tinggi dalam proses metode demonstrasi dengan media sedotan; 2) Prestasi belajar dinyatakan berhasil, jika ketuntasan belajar mencapai 75% pada mata pelajaran matematika dengan KKM 65.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi awal

Pembelajaran mata pelajaran matematika yang dilakukan peneliti pada umumnya belum sesuai harapan atau belum memuaskan. Kondisi proses pembelajaran ini berakibat kreativitas rendah. Hal ini ditunjukkan hasil pengamatan dari 18 siswa hanya 6 siswa atau 33,33% yang kreativitas tinggi. Kondisi rendahnya kreativitas berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai sama atau lebih besar dari KKM yaitu 65 ada 5 siswa dengan ketuntasan belajar 27,78%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dengan rentang nilai 0-100 dengan nilai rata-rata 59,78.

2. Deskripsi Siklus I

Pengamatan untuk mengetahui seberapa besar kreativitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

a. Kreativitas

Data tentang kreativitas diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I. Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator . Dari data diperoleh kreativitas skor 8 -10 kategori tinggi, skor 4-7 kategori sedang, skor 1-3 kategori rendah.

Hasil selengkapnya disajikan sebagai berikut: Pada siklus I diperoleh hasil, siswa memiliki kreativitas tertinggi 12 siswa atau 66,67%, siswa memiliki kreativitas sedang 2 siswa atau 11,11% dan siswa memiliki kreativitas rendah 4 siswa atau 22,22%. Ini berarti ada kenaikan kreativitas tinggi dari pra siklus 6 siswa menjadi 12 siswa.

b. Tes Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: Pada tes prestasi belajar siklus I hasil nilai tertinggi 90 nilai terendah 48 dan nilai rata–rata 69,33. Ketuntasan belajar 66,67% atau 12 siswa.

Diskusi refleksi pada siklus I dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut: Berdasarkan kriteria keberhasilan, maka: 1) Kreativitas baru mencapai 12 siswa yang tinggi atau 66,67% atau 12 siswa. 2) Prestasi belajar mata pelajaran matematika nilai rata-rata baru mencapai 69,33 dengan ketuntasan belajar 66,67% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan ketuntasan belajar 75%. Keputusan refleksi bersama kolaborat, maka kekurangan yang yang segera diperbaiki dan melanjutkan ke siklus II.

3. Deskripsi Siklus II

Pengamatan untuk mengetahui seberapa besar kreativitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut:

a. Kreativitas siklus II.

Pada siklus II diperoleh hasil, siswa memiliki kreativitas tinggi 16 siswa atau 88,89%, siswa memiliki kreativitas sedang 2 siswa atau 11,11% dan siswa memiliki kreativitas rendah 0 siswa atau 0%.

b. Tes Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: Pada tes prestasi belajar siklus II hasil nilai tertinggi 100 nilai terendah 60 dan nilai rata– rata 81,89. Ketuntasan belajar 17 siswa atau 94,44%.

Berdasarkan diskusi refleksi pada siklus II dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif berdasarkan kriteria keberhasilan, maka: 1) Kreativitas sudah mencapai 16 siswa yang tinggi atau 88,89%, sehingga berhasil. 2) Prestasi belajar mata pelajaran matematika ketuntasan sudah mencapai 94,44% dengan kriteria kebrahsilan ketuntasan belajar 75% sehingga berhasil.

Pembahasan

Pada pengamatan pra siklus kreativitas tinggi hanya 33,33% atau 6 siswa dari 18 siswa, kreativitas sedang 27,78% atau 5 siswa dan kreativitas rendah 38,89% atau 7 siswa. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media sedotan kreativitas mengalami peningkatan. Kreativitas tinggi 66,67% atau 12 siswa dari 18 siswa, kreativitas sedang 11,11% atau 2 siswa dan kreativitas rendah 22,22% atau 4 siswa.

Kreativitas belum mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dengan penekanan/perubahan menambah kegiatan untuk meningkatkan kreativitas secara optimal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kreativitas tinggi 88,89% atau 16 siswa dari 18 siswa, kreativitas sedang 11,11% atau 2 siswa, dan kreativitas rendah 0% atau 0 siswa. Perbandinga hasil penelitian pra siklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1: Perbandingan Kreativitas Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No

Kreativitas

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Tinggi

6

12

16

2

Sedang

5

2

2

3

Rendah

7

4

0

Berdasarkan data di atas pada pra siklus menunjukkan kreativitas tinggi menunjukkan 6 siswa atau 33,33%, pada siklus I menjunjukkan kreativitas tinggi 12 siswa atau 66,67% dan pada siklus II menunjukkan kreativitas tinggi 16 siswa atau 88,89%. Pada Siklus I ada kenaikan kreativitas tinggi dari 6 Siswa atau 33,33% menjadi 12 siswa atau 66,67% pada siklus I. Pada siklus II ada kenaikan kreativitas tinggi dari 12 siswa atau 66,67% pasa siklus I menjadi 16 siswa tau 88,89% pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas tinggi dari 6 siswa tau 33,33% pada prasiklus menjadi 16 siswa atau 88,89% pada siklus II.

Prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 59,78 dan ketuntasan 27,78%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media sedotan ada peningkatan. Pada siklus I rerata 69,33 dan ketuntasan 66,67%. Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu memperkecil kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 81,89 dan ketuntasan 94,44%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus , siklus I dan siklus II setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh sebagai berikut:

Tabel 2: Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Prestasi Belajar

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Nilai Tertinggi

80

90

100

2

Nilai Terendah

40

48

60

3

Nilai rata – rata

59,78

69,33

81,89

4

Ketuntasan belajar

27,78

66,67

94,44

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 59,78, pada siklus I rata-rata 69,33 dan siklus II rata-rata 81,89. Dengan demikian pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan media sedotan, dapat meningkatkan prestasi belajar pada pra siklus nilai rata-rata 59,78 menjadi 69,33 pada siklus I, nilai- rata-rata 69,33 pada siklus I menjadi 81,89 pada siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan prestasi belajar dari rerata pra siklus 59,78 menjadi 69,33 pada siklus I, dan menjadi 81,91 pada siklus II. Ketuntasan belajar pada pra siklus 27,78% pada siklus I meningkat menjadi 66,67% dan siklus II meningkat menjadi 94,44%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 22,78% menjadi 66,67%, sedangkan pada siklus II meningkat dari 66,67% menjadi 94,44%. Pembelajaran dengan pendekatan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 27,78% menjadi 94,44%.

Peneranpan metode demonstrasi dengan media sedotan berdampak per-ubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain Kreatif, sangat aktif, semangat, sangat antusias, kondisi kelas kondusif. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena ada penekanan jumlah kelompok diperkecil. Hal ini menyebabkan kreativitas dan prestasi belajar menjadi meningkat.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas tinggi dari 33,33% pada prasiklus menjadi 88,89% pada siklus II dan dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata 59,78 menjadi 81,89 dan ketuntasan belajar dari 27,78% menjadi 94,44%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkann hasil analisa dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1) penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan kreativitas mata pelajaran matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Sawangan semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 pra siklus ada 6 siswa atau 33,33% , siklus I ada 12 siswa ,atau 66,67% dan siklus II ada 16 siswa atau . 88,89%. 2) Penerapan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika rerata pada pra siklus 59,78 dengan ketuntasan belajar 27,78 meningkat pada siklus I rerata 69,33 dengan ketuntasan belajar 66,67% dan siklus II rerata 81,89 dengan ketuntasan belajar 94,44%.

Saran

Berakhirnya siklus II, agar hasil penelitian lebih optimal maka disarankan a) Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus berikutnya untuk menambahkan temuan- temuan yang lebih signifikan b) Pembelajaran menerapakan metode demonstrasi dengan media sedotan dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar dan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rinela Cipta

Hamdani, 2011 Stertegi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Indriana, Dina (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press.

Mudjiono, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud

Muhsetyo, Gatot dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas

Nurhadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang:UNM

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian dan Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Karya.

 

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya Terbuka.