Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Melalui Discovery Learning
Peningkatan KUALITAS PEMBELAJARAN
DAN Hasil Belajar MATEMatIKA BILANGAN BERPANGKAT Melalui DISCOVERY Learning
Elisabeth Wiwik Sri Mulyani
SMP Negeri 1 Sragen
ABSTRACT
The purpose of this study is to know that the use of discovery learning can improve the quality of learning and mathematics achievement in the material of multilevel number and square root form. This study was conducted into two cycles, each cycle had twice meetings and carried out through activities such as planning, action implementation, observation, and reflection. The methods of data collection in this study are observation, test, and field notes. The data analysis techniques are data reduction, data presentation, conclusion drawing, and reflection verification. Based on the observations, 1) The use of discovery learning has been proven to improve the quality of learning of the material of multilevel number and square root form in class IXB of SMP Negeri 1 Sragen. Viewed from the completeness of learning, before the completion of 18 students (56.25%) in the first cycle of students who complete 20 students (62.5%), the second cycle of students who complete 30 students (93.75%). From the first cycle to the first cycle there is an increase in learning mastery of 6.25%, and from the first cycle to the second cycle there is an increase of 31.25%. 2) The use of discovery learning in class IXB SMP Negeri 1 Sragen has been proven to be able to improve the students’ achievement. Before the action, the average of knowledge was 75.16 and the average of skill was 70.63. In the first cycle the average of knowledge was 77.97 and the average skill was 71.88. In the second cycle of average of knowledge was 87.82 and the average of skills was 86.57. From the pra-cycle to the first cycle the increase in the average of knowledge was 2.81 and the increase of the average of skill was 1.25. From the first cycle to the second cycle the increase of the average of knowledge was 9.85 and the increase of the average of skill was 14.69. Based on the result from the pra-cycle to the second cycle, there is an increase on the sudents’achievement and the quality of learning becomes better.
Keywords: Quality of learning, Multilevel Numbers, Discovery Learning
PENDAHULUAN
Masalah yang selama ini tampak saat pembelajaran adalah kemampuan peserta didik memahami konsep bilangan berpangkat dan bentuk akar yang rendah, diharapkan dapat meningkat dengan adanya penelitian tindakan kelas ini. Guru selama ini belum mempergunakan model pembelajaran yang tepat, maka diharapkan guru dapat memilih model yang tepat dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan guru mempergunakan discovery learning dalam pembelajaran pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar.
Pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, dan budaya misalnya discovery learning.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah penggunaan discovery learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika materi bilangan berpangkat dan bentuk akar pada peserta didik kelas IXB Semester 1 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017?â€
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penggunaan discovery learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika materi bilangan berpangkat dan bentuk akar pada peserta didik kelas IX B semester 1 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017.
LANDASAN TEORI
Hakekat Matematika
Matematika sangat penting dalam kehidupan. Bahkan setiap hari matematika digunakan oleh manusia dalam kehidupannya dalam menghitung belanja, mengukur, dan lain sebagainya. Mengingat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, maka matematika perlu dikenalkan sedini mungkin. Matematika yang memiliki berbagai komponen dikenalkan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak (Agustina, Gloria 2012:12).
Kualitas Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2012: 33) keterampilan dasar mengajar bagi guru diperlukan agar dapat melaksanakan perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran sehingga pembelajarannya berjalan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Turney (dalam Mulyasa 2012: 69) komponen keterampilan mengajar yang menentukan kualitas pembelajaran: (1) keterampilan bertanya, (2) memberi penguatan, (3) mengadakan variasi, (4) menjelaskan, (5) membuka dan menutup pelajaran, (6) membimbing diskusi kelompok kecil, (7) mengelola kelas, serta (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut, hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sudjana (2012:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang koknitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Model Pembelajaran Discovery Learning
Metode discovery menurut Suryosubroto (2012:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode discovery menurut Rohani (2012:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut Rohani (2012:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Pemahaman Konsep Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar
Materi Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar ini terdapat pada matematika kurikulum 2013 untuk peserta didik kelas IX semester satu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. p. 4 Matematika Kelas IX SMP/MTS Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kematangan rasional dari tindakan-tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi tempat praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Dalam penelitian ini memakai penelitian tindakan karena penelitian tindakan kelas adalah merupakan penelitian yang lebih sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas peserta didik, serta mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, diawali dari sebelum tindakan/siklus awal, siklus pertama dan siklus kedua. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas IXB Semester 1 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah peserta didik yang berperanserta dalam PTK ini 32 orang terdiri dari 20 perempuan dan 12 laki-laki. Obyek penelitian ini adalah peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika pada topik bilangan berpangkat dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2016
Instrumen Penelitian
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, tes, dan catatan lapangan.
Observasi
Observasi merupakan proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Yang terpenting dalam teknik pengamatan dengan menggunakan observasi adalah pengamatan dan ingatan. (Sugiyono, 2013:203).
Observasi disebut juga pengamatan. Merupakan kegiatan memperhatikan obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto, 2012:133).. Dalam observasi ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancaindranya yaitu indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Sebaliknya, instrumen observasi mempunyai keterbatasan dalam menggali informasi yang berupa pendapat atau persepsi dari subyek yang diteliti.
Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan diambil dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan melalui tiga siklus dan evaluasi dilakukan di akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa pada setiap siklus. Tes adalah suatu alat pengumpul informasi, bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan (Arikunto, 2012:33).
Catatan Lapangan
Catatan lapangan dipergunakan untuk mendokumentasikan secara keseluruhan kualitas pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas peserta didik selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskripi komparatif, penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi refleksi.
Analisis Deskriptif Komparatif
Dari hasil penilaian siswa, dibandingkan antara kondisi awal, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari data-data penilaian peserta didik setelah dibandingkan, dicari seberapa besar kenaikan atau penurunannya.
Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan dari sekolah SMP Negeri 1 Sragen sebagai berikut:
1. Kualitas pembelajaran mencapai kriteria baik.
2. Nilai rata-rata pengetahuan dan keterampilan ³75.
3. Persentase ketuntasan belajar ³ 80%.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif dan kooperatif, sehingga penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan kegiatan awal. Melakukan diskusi dengan teman sejawat guru matematika tentang desain atau strategi pembelajaran pada materi bilangan berpangkat dan bentuk akar yang diikuti dengan penyusunan rencana kegiatan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan pada tiap langkah disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Tindakan
Siklus Awal |
Siklus Pertama |
Siklus Kedua |
Pada tahap awal guru membentuk kelompok yang dibentuk secara heterogen. Peserta didik melakukan diskusi
|
Pada siklus pertama, pembelajaran diawali dengan melakukan motivasi Melalui discovery learning penjelasan dengan bantuan papan tulis, pengamatan kualitas pembelajaran |
Pada siklus kedua, pembelajaran diawali dengan melakukan motivasi Melalui discovery learning dengan powerpoint, pengamatan kualitas pembelajaran |
Tabel 4.2 Observasi
Siklus Awal |
Siklus Pertama |
Siklus Kedua |
Pada awal kegiatan pembelajaran berlangsung sebagian besar peserta didik cenderung kurang berminat menyelesaiakan soal-soal latihan.
Guru harus selalu mengingatkan agar peserta didik mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran. Minat untuk bertanya juga kurang , karena peserta didik cenderung pasif pada waktu guru memberikan pertanyaan atau saat guru memberikan tugas. |
Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik sudah mulai tampak aktif walaupun belum seluruhnya. Peserta didik lebih aktif dalam bertanya apabila mereka merasa tidak bisa mengerjakan soal latihan. Peserta didik lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal tentang bilangan berpangkat
Peserta didik yang malas, cenderung ada peningkatan kinerjanya, mereka lebih antusias menyelesaikan soal-soal tentang bilangan berpangkat dan bentuk Akar |
Selama kegiatan pembelajaran mulai dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan peserta didik tampak aktif, komunikatif. Tiap peserta didik telah memahami apa yang harus dikerjakan dalam model pembelajaran discovery learning.
Suasana kelas pada siklus kedua ini terkendali. Pada saat kegiatan pembelajaran, peserta didik aktif melakukan kegiatan pembelajaran discovery learning.
Sebagian besar peserta didik sangat memahami apa yang harus dilakukan. Peserta didik berani mengungkapkan pendapat dan bertanya. |
Hasil belajar Rata-rata Pengetahuan = 75,16 Keterampilan = 70,63 %Ketuntasan =18 peserta didik =56,25% |
Hasil belajar Rata-rata pengetahuan = 77,97 Keterampilan = 71,88 %Ketuntasan = 20 peserta didik = 62,5% |
Hasil belajar Rata-rata pengetahuan = 87,82 Keterampilan = 86,57 %Ketuntasan = 30 peserta didik = 93,75% |
Tabel 4.3 Refleksi
Siklus Awal |
Siklus Pertama |
Siklus Kedua |
Pada awal kegiatan pembelajaran berlangsung sebagian besar peserta didik cenderung kurang berminat menyelesaikan soal-soal latihan, dan guru harus selalu mengingatkan agar peserta didik mengerjakan latihan, kurang memperhatikan penjelasan guru, kurang bersemangat dan cenderung pasif, tidak aktif dalam mengemukakan pendapat atau bertanya dalam mengikuti proses pembelajaran.Minat belajar peserta didik dalam pembelajaran kurang ditandai dengan banyaknya peserta didik selama pembelajaran berlangsung tidak ada minat untuk segera menyelesaikan masalah |
Pada siklus pertama kelompok peserta didik masih sama dengan sebelum tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik sudah mulai tampak aktif walaupun belum seluruhnya. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan peserta didik secara kelompok, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan berdiskusi menentukan materi, serta melaporkan hasil diskusi. Peserta didik lebih aktif dalam menyelesaikan soal-soal. Peserta didik yang malas, cenderung ada peningkatan kinerjanya. |
Pada siklus kedua kelompok peserta didik masih sama, kelompok dibentuk secara heterogen. Selama kegiatan pembelajaran mulai dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan peserta didik tampak aktif, komunikatif, karena tiap peserta didik telah memahami apa yang harus dikerjakan dalam model pembelajaran discovery learning, guna memperoleh kesimpulan terhadap materi hari ini, berdiskusi menentukan materi notasi ilmiah dan bentuk akar, serta melaporkan hasil diskusi
|
Hasil belajar Rata-rata Pengetahuan = 75,16 Keterampilan = 70,63 %Ketuntasan= 18 peserta didik = 56,25%
|
Hasil belajar Rata-rata Pengetahuan = 77,97 Keterampilan = 71,88 %Ketuntasan = 20peserta didik = 62,5% Kenaikan rata-rata pengetahuan dari siklus awal ke siklus pertama = 2,81 Keterampilan naik 1,25 Ketuntasan naik 6,25% |
Hasil belajar Rata-rata Pengetahuan = 87,82 Keterampilan = 86,57 %Ketuntasan =30peserta didik = 93,75% Kenaikan rata-rata pengetahuan dari siklus pertama ke siklus kedua= 9,85 Keterampilan naik 14,69 Ketuntasan naik 31,25% |
Sebelum tindakan dapat diketahui rata-rata pengetahuan 75,16 dan rata-rata keterampilan 70,63. Pada siklus pertama dapat diketahui rata-rata pengetahuan 77,97 dan rata-rata keterampilan 71,88. Pada siklus kedua rata-rata pengetahuan 87,82 rata-rata keterampilan 86,57. Dari siklus awal ke siklus pertama ada kenaikan rata-rata pengetahuan sebesar 2,81, kenaikan rata-rata keterampilan sebesar 1,25. Dari siklus pertama ke siklus kedua kenaikan rata-rata pengetahuan sebesar 9,85, kenaikan rata-rata keterampilan 14,69
Dilihat dari persentase ketuntasan belajar, sebelum tindakan yang tuntas 18 peserta didik atau 56,25%, pada siklus pertama peserta didik yang tuntas sebanyak 20 peserta didik atau 62,5%, pada siklus kedua peserta didik yang tuntas sebanyak 30 peserta didik atau 93,75%. Dilihat dari ketuntasan belajar dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua terdapat peningkatan.
Kualitas pembelajaran meningkat dari siklus awal hingga siklus kedua ditandai dengan: (1) keterampilan peserta didik bertanya sudah baik, (2) guru baik dalam memberi penguatan, (3) guru baik dalam mengadakan variasi, (4) guru mampu menjelaskan, (5) guru baik dalam membuka dan menutup pelajaran, (6) guru baik dalam membimbing diskusi kelompok kecil, (7) guru baik dalam mengelola kelas, serta (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Simpulan dan Saran
Simpulan.
Simpulan pada penelitian ini adalah:
1) Penggunaan discovery learning terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bilangan berpangkat dan bentuk akar di kelas IXB SMP Negeri 1 Sragen. Dilihat dari ketuntasan belajar, sebelum tindakan yang tuntas 18 peserta didik atau 56,25%, pada siklus pertama peserta didik yang tuntas sebanyak 20 peserta didik atau 62,5%, sedang pada siklus kedua peserta didik yang tuntas sebanyak 30 peserta didik atau 93,75%. Dilihat dari ketuntasan belajar dari sebelum tindakan sampai dengan siklus kedua terdapat peningkatan. Dari siklus awal ke siklus pertama ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 6,25%. Dari siklus pertama ke siklus kedua ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 31,25%. Kualitas pembelajaran meningkat dari sebelum tindakan hingga siklus kedua ditandai dengan: (1) keterampilan peserta didik bertanya sudah baik, (2) guru baik dalam memberi penguatan, (3) guru baik dalam mengadakan variasi, (4) guru mampu menjelaskan, (5) guru baik dalam membuka dan menutup pelajaran, (6) guru baik dalam membimbing diskusi kelompok kecil, (7) guru baik dalam mengelola kelas, serta (8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
2) Penggunaan discovery learning pada peserta didik kelas IX B SMP Negeri 1 Sragen, terbukti meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sebelum tindakan dapat diketahui rata-rata pengetahuan 75,16 dan rata-rata keterampilan 70,63. Pada siklus pertama dapat diketahui rata-rata pengetahuan 77,97 dan rata-rata keterampilan 71,88. Pada siklus kedua rata-rata pengetahuan 87,82 rata-rata keterampilan 86,57.
Dari siklus awal ke siklus pertama ada kenaikan rata-rata pengetahuan sebesar 2,81 dan kenaikan rata-rata keterampilan sebesar 1,25. Dari siklus pertama ke siklus kedua ada kenaikan rata-rata pengetahuan sebesar 9,85 dan kenaikan rata-rata keterampilan sebesar 14,69.
Saran
Pada penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Guru harus mempergunakan model pembelajaran yang menarik, dan model pembelajaran yang relevan dengan materi pelajaran, agar peserta didik termotivasi untuk belajar, dan kualitas pembelajaran meningkat.
2. Guru hendaknya memiliki paradigma bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar, dan guru memilih model discovery learning sebagai alternatif strategi pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar belajar peserta didik.
3. Pembelajaran matematika hendaknya disampaikan dengan menggunakan media yang mampu menyenangkan peserta didik.
4. Guru diharapkan selalu mengembangkan pengetahuan tentang model pembelajaran yang lebih inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Gloria, 2012. Peningkatankan Pemahaman Matematika dalam seriasi melalui Praktek Langsung pada Anak Kelompok A di Taman Kanak-kanak Kusuma 1 Nologaten. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015. p. 4 MatematikaKelas IX SMP/MTS Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Rohani, Ahmad. 2012. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suryosubroto. 2012. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.