Peningkatan Kualitas Pembelajaran Dengan Pendekatan PAKEM Melalui Supervisi Kelas
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN PAKEM MELALUI SUPERVISI KELAS
BAGI GURU KELAS SDN 3 BOTORECO KECAMATAN KUNDURAN KABUPATEN BLORA SEMESTER 2 TAHUN 2014/2015
Budi Hartono
SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan PAKEM melalui supervisi kelas bagi guru kelas di SDN 3 Botoreco tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora Kabupaten Blora selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari s.d. April 2015. Subyek penelitian adalah guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 6 orang. PTS adalah penelitian yang dilaksanakan kepala sekolah untuk memecahkan masalah pengelolaan sekolah. Ruang lingkup PTS meliputi perencanaan program sekolah, pelaksanaan program sekolah, pengawasan sekolah, kepemimpinan, dan sistem informasi manajemen sekolah. Langkah-langkah PTS meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Data yang diperoleh berupa hasil penilaian penyusunan RPP dan pelaksanaan pembelajaran. Hasil dari penelitian ini, pada tahap pra siklus nilai kwalitas pembelajaran adalah 71,22 dengan rincian nilai penyusunan RPP 70,08 dan nilai pelaksanaan pembelajaran sebesar 72,35. Pada siklus I, nilai kwalitas pembelajaran guru kelas SDN 3 Botoreco meningkat menjadi 76,40 (nilai RPP 75,24 dan pelaksanaan 77,55). Pada siklus II, nilai kwalitas pembelajaran meningkat lagi menjadi 81,96 (nilai RPP 81,15 dan pelaksanaan 82,77). Dengan demikian dapat disimpulkan supervisi kelas bagi guru kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAKEM di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci : kualitas pembelajaran, pendekatan PAKEM, supervisi kelas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Seorang guru harus bijak dalam menentukan pendekatan, metode, model dan teknik pembelajaran sehingga siswa bisa benar-benar berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa bisa menjadi subjek pembelajaran yang membuat suasana pembelajaran menyenangkan. Dengan pembelajaran yang menyenangkan akan membuat tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai.
Dari pengamatan kepala sekolah SDN 3 Botoreco, guru kelas masih banyak menggunakan pendekatan pembelajaran yang masih konvensional. Siswa hanya dijejali materi sehingga peran siswa sebagai subyek pembelajaran tidak muncul. Pembelajaran menjadi sangat membosankan. Siswa hanya diberi materi dan soal-soal untuk latihan. Dari 6 orang guru kelas di SDN 3 Botoreco, baru 2 orang guru melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari hasil pengamatan, rata-rata nilai penyusunan RPP guru kelas I sampai kelas VI adalah 70,08 dan rata-rata nilai pelaksanaan pembelajaran adalah 72,35. Dari gambaran tersebut disimpulkan mengenai nilai kualitas pembelajaran yang merupakan rata-rata dari kedua unsur pembelajaran tersebut yaitu 71,22.
Dari hasil pengamatan, kepala sekolah menginginkan jumlah guru yang menerapkan pembelajaran PAKEM bisa ditingkatkan. Bentuk tindakan yang perlu dilakukan kepala sekolah adalah dengan melaksanakan supervisi kelas. Dengan supervisi kelas diharapkan ada diskusi dengan kepala sekolah tentang pembelajaran yang dilakukan. Pada penelitian ini, kepala sekolah selaku peneliti menetapkan tindakan supervisi kelas untuk meningkatkan penerapan pendekatan PAKEM pada guru di SDN 3 Botoreco.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah supervisi kelas bagi guru kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAKEM di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015?â€
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 3 Botoreco. Lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan pendekatan PAKEM melalui supervisi kelas bagi guru kelas di SDN 3 Botoreco tahun pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi lingkungan SDN 3 Botoreco. Secara rinci manfaat yang dapat diambil adalah:
a. Bagi Siswa: meningkatnya tingkat kemampuan siswa seiring dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
b. Bagi Guru: meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelasnya sehingga kualitas pembelajaran meningkat.
c. Bagi Kepala Sekolah: meningkatnya kemampuan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menerapkan supervisi kelas bagi guru kelas di sekolahnya.
KAJIAN TEORI
Kualitas Pembelajaran
Istilah kualitas berasal dari bahasa inggris (Quality) dan sepadan dengan kata mutu dalambahasa Indonesia, merupakan istilah yang sudah tidak asing atau dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini biasanya didahului atau dibarengi dengan kata lain, seperti kualitas ekspor, kualitas impor, kualitas keimanan, kualitas kecerdasan, guru yang berkualitas, siswa yang berkualitas, dan lain sebagainya. Jadi kualitas adalah tingkatan atau baik buruknya sesuatu baik yang berupa benda atau manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kualitas adalah ukuran baik buruk, mutu, taraf, kadar, atau derajat dari kecerdasan, kepandaian dan sebagainya (Depdikbud, 1983:179). Sedangkan menurut Nana Sudjana, pengertian secara umum dapat diartikan suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruk hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang dilaksanakan (Nana Sudjana, 1989:87).
Adapun pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan sendiri (Abuddin Nata, 2009:85). Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.
Menurut kajian S. Nasution bahwa hingga saat ini terdapat tiga macam pembelajaran yang sering disalah artikan dengan pengertian mengajar. Pertama, mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik,dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Mengajar pada tipe ini dianggap berhasil jika peserta didik menguasai pengetahuan yang ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya. Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada peserta didik. Definisi kedua ini pada intinya sama dengan definisi pertama yang menekankan pada guru sebagai pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar (Nasution, 1995:4). Definisi mengajar model pertama dan kedua pada sebagian besar masyarakat tradisional masih banyak digunakan. Hasilnya adalah peserta didik banyak menguasai bahan pelajaran, namun mereka tidak tahu cara menggunakan dan mengembangkannya. Sementara itu, mengajar model ketiga, kini mulai banyak digunakan, terutama pada lembaga-lembaga pendidikan modern. Hasilnya adalah peserta didik tidak hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mengetahui asal usulnya, cara mendapatkan dan mengembangkanya.
Pendekatan PAKEM
Hidayati dan Yosita (2007:10) mengemukakan PAKEM mengandung arti bahwa dalam proses pembelajaran guru perlu menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Pendekatan PAKEM ini sangat mendukung pembelajaran yang berpusatpada siswa (student centre). Selain itu, pendekatan ini merupakan pendekatan sederhana yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru dengan memperhatikan prinsip pendekatan PAKEM untuk mengembangkan potensi siswa.
Siswa dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. (Indrawati dan Wanwan Setiawan, 2009:10). Berdasarkan pendapat tersebut, guru seharusnya dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan agar siswa dapat menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang bermakna. Zainal Aqib (2009:11) mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan memiliki efektifitas tinggi jika dalam pembelajaran tidak hanya menekankan pada perolehan pengetahuan, tetapi juga internalisasi dari apa yang diajarkan sehingga dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa pendekatan PAKEM merupakan pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran agar dapat menciptakan suasana yang kondusif, dinamis, dan siswa lebih aktif untuk bertanya, menjawab pertanyaan serta dapat mempraktekkan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Supervisi Kelas
Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh guru/staf sekolah untuk mengembangkan sekolah secara maksimal. Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi di sini bukanlah sebagai inspeksi dari orang yang merasa serbatahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali (inferior). Tapi, supervisi akademik dalam bentuk pembinaan dan bantuan yang diberikan kepada guru/pendidik untuk mengembangkan situasi belajar mengajar agar menjadi lebih baik. Sehingga guru-guru selalu mengadakan perbaikan dalam hal cara mereka mengajarkan suatu mata pelajaran dan meningkatkan efektivitas kerja mereka yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Konsep Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tujuan supervisi akademik adalah a) Membantu guru mengembangkan kompetensinya; b) Mengembangkan kurikulum; c) Mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (Sergiovanni, 1987).
Kerangka Berpikir
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan, keaktifan dan kualitas antar komponen pendidikan. Sebagai sarana penunjang, pendekatan pembelajaran adalah strategi yang digunakan dalam belajar mengajar. Semakin baik guru menguasai dan menggunakan strateginya, maka makin efektif pula pencapaian tujuan belajar.
Pada kondisi awal kualitas pembelajaran sangat rendah. Hal ini karena guru melaksanakan pembelajaran dengan model konvensional. Siswa hanya dijadikan obyek pembelajaran. Kondisi seperti ini membuat kepala sekolah sebagai peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan dengan melaksanakan supervisi kelas. Titik berat supervisi adalah perbaikan kualitas pembelajaran dengan penerapan pendekatan PAIKEM.
Dengan supervisi kelas diharapkan jumlah guru yang menggunakan pendekatan PAKEM semakin meningkat sehingga kualitas pembelajaran juga turut meningkat.
Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah supervisi kelas bagi guru kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAKEM di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Subyek dari penelitian ini adalah guru kelas di SDN 3 Botoreco sejumlah 6 orang guru.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah supervisi kepada guru ketika melakukan persiapan pembelajaran mulai dari penyusunan RPP, menyiapkan media dan menyiapkan alat evaluasi. Selain pada tahap persiapan, kepala sekolah juga melakukan supervisi pada saat pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan sekolah. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah jika rata-rata kualitas pembelajaran guru kelas SDN 3 Botoreco baik dari tahap persiapan maupun tahap pelaksanaan pembelajaran mencapai skor minimal 80.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Pada kondisi awal, sebelum kepala sekolah melakukan Supervisi Kelas, kualitas pembelajaran di SDN 3 Botoreco masuk kategori rendah. Berikut ini data yang dikumpulkan baik dari aspek rencana pelaksanaan pembelajaran maupun aspek pelaksanaan pembelajaran:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian RPP (Pra Siklus)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
70,75 |
2 |
Guru Kelas II |
69,30 |
3 |
Guru Kelas III |
68,50 |
4 |
Guru Kelas IV |
67,50 |
5 |
Guru Kelas V |
71,20 |
6 |
Guru Kelas VI |
73,25 |
Rata-rata |
70,08 |
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Pra Siklus)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
72,70 |
2 |
Guru Kelas II |
71,50 |
3 |
Guru Kelas III |
70,70 |
4 |
Guru Kelas IV |
70,50 |
5 |
Guru Kelas V |
73,50 |
6 |
Guru Kelas VI |
75,20 |
Rata-rata |
72,35 |
Dari kedua tabel di atas dapat dihitung skor kualitas pembelajaran di SDN 3 Botoreco yaitu rata-rata dari nilai penyusuna RPP dan nilai pelaksanaan pembelajaran sebesar 71,22.
Deskripsi Siklus I
Data hasil siklus I disajikan dalam tabel tentang nilai penyusunan RPP dan proses pembelajaran berikut ini:
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Penilaian RPP (Siklus I)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
75,80 |
2 |
Guru Kelas II |
74,50 |
3 |
Guru Kelas III |
73,65 |
4 |
Guru Kelas IV |
72,50 |
5 |
Guru Kelas V |
76,50 |
6 |
Guru Kelas VI |
78,50 |
Rata-rata |
75,24 |
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
77,75 |
2 |
Guru Kelas II |
76,50 |
3 |
Guru Kelas III |
75,80 |
4 |
Guru Kelas IV |
75,75 |
5 |
Guru Kelas V |
79,00 |
6 |
Guru Kelas VI |
80,50 |
Rata-rata |
77,55 |
Dari kedua tabel di atas dapat dihitung skor kualitas pembelajaran di SDN 3 Botoreco yaitu rata-rata dari nilai penyusuna RPP dan nilai pelaksanaan pembelajaran sebesar 76,40.
Deskripsi Siklus II
Data hasil siklus II disajikan dalam tabel tentang nilai penyusunan RPP dan proses pembelajaran berikut ini:
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Penilaian RPP (Siklus II)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
81,50 |
2 |
Guru Kelas II |
80,50 |
3 |
Guru Kelas III |
79,50 |
4 |
Guru Kelas IV |
78,65 |
5 |
Guru Kelas V |
82,50 |
6 |
Guru Kelas VI |
84,25 |
Rata-rata |
81,15 |
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II)
No |
Guru |
Nilai |
1 |
Guru Kelas I |
82,75 |
2 |
Guru Kelas II |
81,75 |
3 |
Guru Kelas III |
81,00 |
4 |
Guru Kelas IV |
80,80 |
5 |
Guru Kelas V |
83,80 |
6 |
Guru Kelas VI |
86,50 |
Rata-rata |
82,77 |
Dari kedua tabel di atas dapat dihitung skor kualitas pembelajaran di SDN 3 Botoreco yaitu rata-rata dari nilai penyusuna RPP dan nilai pelaksanaan pembelajaran sebesar 81,96.
Pembahasan
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dari data hasil penelitian, dapat dibandingkan nilai penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru kelas I sampai dengan kelas VI. Pada pra siklus, nilai rata-rata rencana pelaksanaan pembelajaran guru kelas I sampai dengan kelas VI adalah 70,08. Setelah dilakukan supervisi kelas pada siklus I, rata-rata nilai penyusunan RPP meningkat menjadi 75,24. Pada siklus II kembali dilakukan supervisi kelas dengan fokus peningkatan kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Rata-rata nilai penyusunan RPP kembali mengalami peningkatan menjadi 81,15. Dengan demikian total peningkatan rata-rata nilai penyusunan RPP guru kelas I sampai dengan kelas VI adalah 11,07 poin.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Data tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikumpulkan pada pra siklus, siklus I dan siklus II dianalisis untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai pembelajaran guru kelas I sampai dengan kelas VI adalah 72,35. Pada pembelajaran siklus I, rata-rata nilai pembelajaran mengalami peningkatan menjadi 77,55. Pada siklus II kembali meningkat menjadi 82,77. Secara keseluruhan rata-rata nilai pembelajaran meningkat sebesar 10,42.
Nilai kwalitas pembelajaran secara keseluruhan terjadi peningkatan pra siklus yaitu 71,22 meningkat pada siklus I menjadi 76,40. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 81,96. Secara keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 10,74.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah supervisi kelas bagi guru kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menggunakan pendekatan PAKEM di SDN 3 Botoreco Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2014/2015.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, saran yang disampaikan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah:
1. Penerapan pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) perlu terus ditingkatkan mengingat cukup signifikan dampak positif penerapannya terhadap peningkatan proses dan hasil belajar.
2. Guru-guru harus dapat mengenali dan menggunakan berbagai metode, stretegi dan/atau model pembelajaran; sehingga mempunyai banyak pilihan untuk dapat menerapkan pendekatan PAKEM dalam kegiatan pembelajaran.
3. Selain keterampilan memilih model pembelajaran, guru yang profesional juga hendaknya dapat memilih media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran. Oleh karena itu, guru juga diituntut memiliki kreatifitas dan keterampilan memilih media pembelajaran yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Media Group
Depdikbud. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Hidayati dan Yosita. 2000. Pendidikan IPS di SD Program DII. Yogyakarta: FIP UNY
Nana Sudjana. 1989. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press
Nasution. S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Akasara
Zainal Aqib. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Yrama Widya
Daresh, J.C. 1989. Supervision as a Proactive Process. New York & London: Longman
Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship: A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon, Inc.