PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA

MELALUI METODE TALKING STICK

PADA SISWA KELAS I SDN 2 NGAWEN SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Siti Umi Kalsum

SD Negeri 2 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Metode Talking Stick Pada Siswa Kelas I SDN 2 Ngawen Semester 1. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas I SDN 2 Ngawen, Kecamatan  Ngawen, Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan Metode Talking Stick dapat meningkatkan proses pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari keterampilan guru dengan menerapkan Metode Talking Stick  pada siklus I  mendapat skor sebanyak 29 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II  mendapat skor sebanyak 34 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick  dapat meningkatkan keterampilan guru. Aktivitas siswa pada pelajaran IPA dengan menerapkan Metode Talking Stick  mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I  memperoleh skor 18,8 dengan rata-rata 2,4 dan masuk dalam  kreteria baik. Dan hasil pada siklus II  mendapat skor 26,8 dengan rata-rata 3,2. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick  dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan menerapkan Metode Talking Stick  mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas II pada siklus I yaitu 70, dan pada siklus II yaitu 89. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 24 siswa sebanyak 65,7%, dan pada siklus II yaitu 36 siswa sebanyak 94,7% Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pembela-jaran dengan menggunakan Model Metode Talking Stick. Pada Pembelajaran IPA  dapat Meningkatkan Kualitas Pembelajaran pada Siswa Kelas I SDN 2 Ngawen Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata kunci : Kualitas Pembelajran, Metode Talking Stick


LATAR BELAKANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi Ilmu Pengetahuan Alam perlu di berikan kepada peserta didik mulai dari SD, dengan harapan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendi-dikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan pendidikan di wujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Pening-katan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan fungsi pendidikan diatas maka peran guru menjadi peranana penting dalam keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab untuk mengatur, menciptakan dan mengarahkan agar suasanan pembelajaran menjadi kondusif. Pendidikan merupakan fundamental bagi kehidupan bangsa, oleh karena itu pendidikan memiliki peranan penting bagi bangsa Indonesia, untuk itu kemajuan pendidikan sangat diperlukan baik pendidikan formal maupun nonformal.

Dalam KTSP mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki ke-mampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Me-ngembangkan pengetahuan dan pema-haman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengem-bangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkung-an, teknologi dan masyarakat. (4) Me-ngembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6) Mening-katkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.(7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak lepas dari peranan guru selaku pendidik, dimana guru harus mengajar. Membimbing dan memotivasi siswa. Guru dituntut untuk dapat menguasai strategi pembelajaran sehingga memungkinkan perkembangan siswa secara optimal.

Menurut Trianto (2010:135-150). Pada hakekatnya  pembelajaran IPA diba-ngun atas empat dasar yaitu proses, produk, pengembangan sikap dan teknolo-gi. Selama ini pembelajaran IPA di sekolah dasar kurang dapat mengajak untuk mengembangkan kreatifitas berpikir karena metode pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru dan bukan siswa sebagai pusat pembelajaran. Dengan demikian dalam proses pembelajaran IPA, guru di tuntut untuk dapat menerapkan metode pembelajaran yang menarik, inovatif, serta memberikan iklim kondusif bagi perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa.

Gambaran  di atas mewakili keada-an pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada umumnya. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di SD SDN 2 Ngawen. Berdasarkan refleksi awal pelaksanaan pembelajaran IPA masih belum optimal karena dalam pelaksanaan pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Hal tersebut didukung data dari pencapaian hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti tentang identifikasi pada siswa kelas I Semester I SDN 2 Ngawen sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Dengan melihat hasil belajar tersebut perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan siswa mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Untuk mengatasi masalah kualitas pembelajaran IPA di kelas I SDN 2 Ngawen diterapkan model pembelajaran inovatif, salah satunya adalah penerapan Metode talking stick.

Untuk memecahkan masalah pem-belajaran tersebut perlu alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Maka peneliti menggunakan metode talking stick. Metode pembelajaran talking stick merupakan salah satu metode pembela-jaran kooperatif. Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan penda-pat. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, dimana siswa lebih aktif, kreatif dan terampil dengan menggunakan metode talking stick.

Dari ulasan latar belakang tersebut di atas maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Metode Talking Stick pada Siswa Kelas I SDN 2 Ngawen Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masa-lah diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siswa kelas I SDN 2 Ngawen ?

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

a. Apakah dengan menggunakan Metode Talking Stick dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran?

b. Apakah dengan menggunakan Metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas I SDN 2 Ngawen ?

c. Apakah dengan menggunakan Metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SDN 2 Ngawen?

TUJUAN PENELITIAN

a. Mendeskripsikan peningkatan ketram-pilan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan Metode Talking Stick.

b. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan Metode Talking Stick

c. Meningkatkan hasil belajar siswa.

KAJIAN TEORI

Pengertian pembelajaran

Pembelajaran menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, pembuatan orang atau makhluk hidup belajar (Poerwadarminto, 2007:17).  Dan hal itu senada dengan pernyataan Suprijono bahwa pembelajaran (learning) yang mempunyai makna secara leksikal yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2010: 11-13).

Pengertian Belajar

Setiap orang selalu melakukan aktivitas belajar baik itu disadari maupun tidak sadari. Dalam kegiatan sehari–hari akan selalu diwarnai oleh akvifitas belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasa-an, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip–prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa akvifitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Gagne dan Berliner (Anni, 2007: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et.al. (Anni, 2007: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Menurut Slavin (Anni, 2007: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan indivudu yang disebabkan oleh pengalaman.

Pengertian kualitas pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya Sedangkan pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang mempunyai makna secara leksikal yang berarti proses, cara, perbuatan mempelajari (Suprijono, 2010: 11-13). Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif.

Aktivitas siswa dalam belajar

Menurut Sardiman (2011:100) aktivitas belajar merupakan prinsip atau azas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini bukan hanya aktivitas fisik tetapi mencakup aktivitas mental. Pada kegiatan belajar, kedua aktivitas tersebut saling berkait. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang mempunyai aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dalam rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktifitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Anni, 2007 :5). Perumusan tujuan pembelajaran itu adalah hasil belajar yang diinginkan pada diri pembelajar, agak lebih rumit untuk diamati dibandingkan dengan tujuan lainnya, karena tujuan pembelajaran tidak dapat diukur scara langsung. Tujuan pembelajaran merupakan  bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri pembelajar, yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri pembelajar setelah menyelesai-kan pengalaman belajar.

Hakikat IPA

Wahnyana (1986) dalam Trianto (2010: 136) mendefinisikan IPA sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala – gejala alam. Perkem-bangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan luar angkasa baik yang diamati indera maupun yang tidak dapat diamati indera.Kardi dan Nur,1994:1 (dalam Trianto,2010: 136).

Metode Talking Stick

Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.

Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik.

Langkah terkhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan. (Supriono Agus, 2009: 109 – 110)

KERANGKA BERFIKIR

Penerapan model pembelajaran dengan metode talking stick merupakan merupakan perwujudan dari upaya mengatasi permasalahan pembelajaran IPA, baik dari segi guru dan segi siswa. Dari segi guru, cara mengajar guru yang kurang inovatif, penggunaan media kurang sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman siswa dalam pem­belajaran IPA yang berakibat pada rendahnya hasil belajar IPA. Melalui metode talking stick, siswa dilibatkan secara langsung baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.

HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Talking Stick dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada aktivitas siswa, ketrampilan guru dan hasil belajar siswa pada siswa kelas I SDN 2 Ngawen.

SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru. Penelitian dilaksanakan di kelas I SDN 2 Ngawen tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 38 anak, yang terdiri dari siswa laki-laki 14 anak, dan siswa perempuan 21 anak.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data Pelaksanan Tindakan Siklus I

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I, yaitu : deskripsi proses pembelajaran, paparan hasil belajar siswa, refleksi dan revisi.

Deskripsi Data Observasi Proses Pembelajaran

Dari hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus I, diperoleh jumlah skor dari semua indikator yaitu 29 dan rata-rata 2,9 dengan kriteria baik/B. Tetapi keterampilan guru dalam kelompok dalam memecahkan masalah masih cukup. Sehingga perlu perbaikan pada pertemuan berikutnya.

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus I

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus I di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 18,8 dengan persentase 450%. Sehingga diperoleh rata-rata 2,4 dengan persentase 57,5%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I masuk dalam kriteria baik/B.

Paparan Hasil Belajar Siklus I

Hasil tes pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus I, diperoleh data sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai 100 sejumlah 2 orang, dengan persentase 5,3% dan dinyatakan tuntas nilai 90 sejumlah 1 orang, dengan persentase 2,6% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 80 sejumlah 9 orang, dengan persentase 23,6% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 70 sejumlah 13 orang, dengan persentase 34,3% dan dinyatakan tuntas.

Siswa yang memperoleh nilai 60 sejumlah 9 orang, dengan persentase 23,6% dan dinyatakan tidak tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 50 sejumlah 4 orang, dengan persentase 10,6% dan dinyatakan tidak tuntas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus I yaitu  25 orang siswa atau 65,7% mengalami ketuntasan dan 13 orang siswa atau 31,43% dinyatakan tidak tuntas.

Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Hasil Observasi Keterampilan Guru

Dari hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus II , diperoleh jumlah skor dari semua indikator yaitu 34 dan rata-rata 3,4 dengan kriteria sangat baik/A.

Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus II  di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 26,8 dengan persentase 588%. Sehingga diperoleh rata-rata 3,2 dengan persentase 72,66%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus II  masuk dalam kriteria sangat baik/A.

Paparan Hasil Belajar Siklus II

Hasil tes pembelajaran pada siklus II di atas, diperoleh data sebagai berikut: siswa yang memperoleh nilai 100 sejumlah 16 orang, dengan persentase 42% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 90 sejumlah 8 orang, dengan persentase 21% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 80 sejumlah 9 orang, dengan persentase 23,7% dan dinyatakan tuntas. Siswa yang memperoleh nilai 70 sejumlah 3 orang, dengan persentase 8% dan dinyatakan tuntas. Sedangkan Siswa yang memperoleh nilai 60 sejumlah 2 orang, dengan persentase 5,3% dan dinyatakan tidak tuntas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes pembelajaran IPA melalui Metode Talking Stick pada siklus II yaitu 36 orang siswa atau 94,7% mengalami ketuntasan dan 2 orang siswa atau 5,3% dinyatakan tidak tuntas.

Data hasil tes pembelajaran IPA siklus II, juga dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan Metode Talking Stick untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas I SDN 2 Ngawen peneliti dapat menarik kesimpulan :

1. Keterampilan guru dengan menerapkan Metode Talking Stick pada siklus I  mendapat skor sebanyak 29 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II  mendapat skor sebanyak 34 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pening-katan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick  dapat meningkatkan keterampilan guru.

2. Aktivitas siswa pada pelajaran IPA dengan menerapkan Metode Talking Stick mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I  memperoleh skor 18,8 dengan rata-rata 2,4 dan masuk dalam  kreteria baik. Dan hasil pada siklus II  mendapat skor 26,8 dengan rata-rata 3,2. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas siswa.

3. Hasil belajar siswa pada pelajaran IPA dengan menerapkan Metode Talking Stick mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas II pada siklus I yaitu 70, dan pada siklus II yaitu 89. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 24 siswa sebanyak 65,7%, dan pada siklus II yaitu 36 siswa sebanyak 94,7%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SARAN

Berdasarkan penelitian dengan menerapkan Metode Talking Stick pada siswa kelas I dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Ngawen, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi Guru, dapat menggunakan model pembelajaran inovatif lainya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam pembelaran. Dalam pembelajaran masih banyak metode atau model lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa, melalui Metode Talking Stick yang menuntut keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menjadi meningkat. Hal ini bisa diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006b. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi.2006a. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2002. Petunjuk Penilaian di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, StandarKompetensi Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Ekosiswoyo, Rasdi, dkk. 1997. Manajemen Kelas Suatu Upaya Untuk Memperlancar Kegiatan Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Indrawati dan Setiawan. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) untuk Program BERMUTU.

Mudjito.2009.Model pembelajaran Tematik Kelas 3 Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.

Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Poerwanti,Endang. 2008. Assesment Pembelajaran SD.Jakarta: Diknas

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Kurikulum.

Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semarang : Rasail Media Grop

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Soekamto, Toeti dan  Winataputra. 1994. Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno, 2008. Jurnal Pendidikan Widyatama. Pembelajaran IPADengan Pendekatan realistik. Jawa Tengah : LPMP

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Trianto. 2007. Model – Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

 

Zaini, Hisyam dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.