PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS III B SDN 1 NGAWEN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS III B
SDN 1 NGAWEN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Sumarno
SD Negeri 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui model Problem Based Learning (PBL) . Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas III B SDN 1 Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Dimana Hasil penelitian ini menunjukkan model Problem Based Learning (PBL), dapat meningkatkan prose pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di mana Keterampilan guru dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I mendapat skor sebanyak 28 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus III mendapat skor sebanyak 37 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan guru. Aktivitas siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 20,45 dengan rata-rata 2,65 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 22,25 dengan rata-rata 2,85 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada siklus III mendapat skor 27,75 dengan rata-rata 3,5 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas I pada siklus I yaitu 68, pada siklus II yaitu 83, dan pada siklus III yaitu 91. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 10 siswa sebanyak 50%, pada siklus II yaitu 15 siswa sebanyak 75%, dan pada siklus III yaitu 19 siswa sebanyak 95% . Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswaBerdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada pembelajaran PKn dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siswa kelas III B SDN 1 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Kata kunci : Kualitas, model Problem Based Learning (PBL)
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD / MI dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk menanamkan kesadaran bela negara,penghargaan terhadap hak asasi manusia ,kemajemukan bangsa,pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,ketaatan pada hukum . Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas trampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
Proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memberikan informasi menggunakan teknologi juga harus memperhatikan karakteristik perkembang-an peserta didik, menurut piaget ( Trianto, 2010:71) usia 7 sampai 11 tahun merupakan tahapan perkembangan kognitif operasi kongkrit yaitu kemampuan berfikir secara logis, pemikiran anak tidak lagi sentarsi tetapi desentrasi. Dari pengertian tersebut proses, pembelajaran yang diberikan pada siswa adalah pembelajaran yang nyata yakni suatu pembelajaran dapat yang memberikan siswa untuk memahami dan mencatat data, membentuk dan memahami hubungan sederhana menggunakan yang mereka ketahui untuk menarik suatu generalisasi.
Pembelajaran yang bermakna ini dapat terlaksana bila pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematikuntuk SD/MI kelas I hingga kelas III.(menurut Depdiknas,2006:5) Pembela-jaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.
Hal yang sama juga didapati pada permasalahan pada penelitian yang dilakukan oleh Pekenaken Bangun Salah satu Dosen STKIP Riama, Medan. Dengan judul” Penerapan Model Pembelajaran Terpadu pada Mata Pelajaran PKN pada Sekolah Dasar Kelas Awal di SD Swasta HKBP Kota Pematang Siantar. Berdasarkan refleksi awal penelitian tersebut guru belum mampu mengaktifkan siswa dan melakukan variasi pembelajaran,sehingga siswa menjadi kurang aktif hal ini ditunjukkan dengan, hanya 25 % dari 35 siswa yang menjawab pertanyaan dari guru. Pengoptimalan media pembelajaran pun belum dilakukan ,ini tampak pada kurang besarnya media pembelajaran sehingga anak sulit memahami materi, hal ini berpengaruh pada pencapaian kualitas belajar tidak optimal.
Fenomena pembelajarn PKn di atas merupakan gambaran yang terjadi pada siswa SDN 1 Ngawen. Gambaran umum yang dirasakan siswa pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sehingga minat dan pemahaman serta pencapaian kompetensi siswa dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan masih berada dibawah standar KKM yang ditentukan yakni 70. Dengan melihat hasil ulangan diatas perlu adanya peningkatan kualitas pembelajarannya,agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan guna peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan diskusi dengan tim kolaborasi guru kelas III B SDN 1 Ngawen untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendo-rong keterlibatan siswa dalam pembelajar-an dan meningkatkan kreativitas guru. Maka peneliti menggunakan Model Problem Based Learning (PBL). Pendidikan Kewar-ganegaraan yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 68), pembelajaran berdasarkan masalah meru-pakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembang-kan kemandirian dan percaya diri. Arends (2008: 43) juga menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, me-ngembangkan keterampilan berpikir siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi PKn. Oleh karena itu, model pembelajaran ini cocok diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran PKn pada siswa kelas III B SDN 1 Ngawen.
Dari ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas III B SDN 1 Ngawen Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masa-lah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana cara mening-katkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas III B SDN 1 Ngawen?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Apakah dengan menggunakan melalui Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran PKn kelas III B SDN 1 Ngawen?
b. Apakah dengan menggunakan melalui Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas III B SDN 1 Ngawen dalam proses pembelajaran PKn?
c. Apakah dengan menggunakan melalui Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar kelas III B SDN 1 Ngawen?
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa kelas III B SDN 1 Ngawen.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peningkatan keteram-pilan guru dalam mengelola pembela-jaran PKn dengan melalui Model Problem Based Learning (PBL)
2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn dengan melalui Model Problem Based Learning (PBL) .
3. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.
KERANGKA TEORI
Pengertian belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakin-an, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Di bawah ini merupakan pengerti-an dari belajar, antara lain:
1) Morgan dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2009: 14) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
2) Sardiman (2011: 20) mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
3) Nana Sudjana (2009: 28) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Pengertian kualitas pembelajaran
Menurut Tampubolon (2011: 11) mengemukakan bahwa dalam mutu dapat berarti mempunyai sifat yang terbaik dan tidak ada lagi yang melebihinya.
Selanjutnya menurut Dewi dan Eveline (2008: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pem-belajaran dapat dipermudah (facilitated) pencapaiannya.
Sedangkan Suprijono (2010: 11-13) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yang mempunyai makna secara leksikal yang berarti proses, cara, perbuatan mempe-lajari. Sedangkan dalam undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (undang-undang sistem pendidikan nasional, 2009: 5)
Keterampilan Guru
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang pro–gram pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Hamzah, 2008: 15).
Aktivitas siswa
Menurut Sriyono (2011: 09.00), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Jenis-jenis aktivitas dalam belajar menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities, meliputi: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, meliputi: menyatakan, merumus-kan, bertanya, memberi saran, mengeluar-kan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening active-ties, meliputi: mendengarkan uraian perca-kapan, diskusi, musik, dan pidato. 4) Writing activities, meliputi: menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. 5) Drawing activities, meliputi: menggam-bar, membuat grafik, peta, dan diagram. 6) Motor activities, meliputi: melakukan per-cobaan, membuat konstruksi, model mere-parasi, berkebun, bermain, dan beternak. 7) Mental activities, meliputi: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganali-sis, melihat hubungan, mengambil kepu-tusan. 8) Emotional activities, meliputi: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Model Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) sering juga disebut dengan istilah pengajaran berda-sarkan masalah (Problem Based Instruction).
Menurut Dewey, belajar berdasar-kan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya (dalam Trianto, 2007: 67).
KERANGKA BERFIKIR
Ada suatu model pembelajaran yang bisa meningkatkan kualitas pembela-jaran PKn, yaitu model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Dengan mengguna-kan model pembelajaran berdasarkan masalah, siswa tidak hanya mempelajari suatu konsep, tetapi juga dapat menerapkan konsep-konsep tersebut untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. Model pembelajaran berdasarkan masalah akan memberikan suatu pengalaman konkret dan pengalaman tersebut dapat memberikan makna tersendiri bagi siswa. Melalui model pembelajaran ini, dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dapat memecahkan masalah, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Model pembelajaran ini mengorganisasikan siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu meme-cahkan masalah-masalah yang kompleks. Dengan dibentuknya kelompok akan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selain itu, pembelajaran berdasarkan masalah ini dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah ini menekankan pada proses maupun hasil, sehingga dapat mengaktifkan siswa mau-pun guru dalam setiap kegiatan pembela-jaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, evaluator, dan juga motivator. Guru harus memfasilitasi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran (bahan ajar, media) sehingga pembelajar-an dapat berjalan dengan baik. Guru sebagai mediator, yang senantiasa menjadi perantara bagi siswa dalam belajar. Guru sebagai evaluator, yang bertugas dalam mengevaluasi perkembangan belajar siswa. Selain itu, guru juga harus mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa untuk terus belajar agar prestasi belajar siswa meningkat. Jika guru sudah melakukan perannya dengan baik, maka masalah-masalah yang mengganjal dalam pembelajaran dapat teratasi.
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui Model Problem Based Learning (PBL) maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas III B SDN 1 Ngawen pada pembelajaran PKn akan meningkat.
SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru. Penelitian dilaksanakan di kelas III B SDN 1 Ngawen tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 20 anak, yang terdiri dari siswa laki-laki 18 anak, dan siswa perempuan 19 anak.
PROSEDUR/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro, 2009: 10). Menurut Arikunto, dkk (2008: 16), secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN
Pembahasan difokuskan terhadap hasil observasi dan reflekssi penerapan Model Problem Based Learning (PBL) terhadap peningkatan kualitas pembelajar-an. Data analisis yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dengan mengguna-kan Model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
Keterampilan Guru
Keterampilan guru pada tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 28 dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II , jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 33 dengan kriteria sangat baik/A. Untuk siklus III , jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 37 dengan kriteria sangat baik/A.
Table. 4.10 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No. |
Siklus ke- |
Jumlah Skor |
Rata-rata skor |
Criteria |
1. |
Siklus I |
28 |
2,8 |
B |
2. |
Siklus II |
33 |
3,3 |
A |
3. |
Siklus III |
37 |
3,7 |
A |
Berikut disajikan diagram batang peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada tiap siklus.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada tiap siklus juga menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I , persentase aktivitas siswa yaitu 62,35% dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II , persentase aktivitas siswa yaitu 68,65% dengan kriteria baik/B. Dan untuk siklus III , persentase aktivitas siswa yaitu 72,5% dengan kriteria sangat baik/A.
Tabel 4.11 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I, Siklus II dan Siklus III
No |
Siklus ke- |
Jumlah Skor |
Rata-rata skor |
Presentase |
Kriteria |
1. |
Siklus I |
20,45 |
2,65 |
62,35% |
B |
2. |
Siklus II |
22,25 |
2,85 |
68,65% |
B |
3. |
Siklus III |
27,75 |
3,5 |
72,5% |
A |
Hasil Belajar
Secara keseluruhan, hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada tiap siklus, akan diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Siklus Ke- |
Nilai Rata-rata |
Persentase Ketuntasan Belajar |
Prasiklus |
58 |
24% |
Siklus I |
68 |
50% |
Siklus II |
83 |
75% |
Siklus III |
91 |
95% |
Dengan perolehan hasil tersebut, guru telah memenuhi indikator keberha-silan dalam penelitian ini, sehingga guru mengakhiri penelitian ini sampai siklus III.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian de-ngan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKN pada siswa kelas III B SDN 1 Ngawen peneliti dapat menarik kesimpulan :
1. Keterampilan guru dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I mendapat skor sebanyak 28 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus III mendapat skor sebanyak 37 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan guru.
2. Aktivitas siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 20,45 dengan rata-rata 2,65 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 22,25 dengan rata-rata 2,85 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada siklus III mendapat skor 27,75 dengan rata-rata 3,5 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa.
3. Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas I pada siklus I yaitu 68, pada siklus II yaitu 83, dan pada siklus III yaitu 91. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 10 siswa sebanyak 50%, pada siklus II yaitu 15 siswa sebanyak 75%, dan pada siklus III yaitu 19 siswa sebanyak 95% . Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SARAN
Berdasarkan penelitian dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas III B dalam pembelajaran PKn di SDN 1 Ngawen, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi Guru, dapat menggunakan model pembelajaran inovatif lainya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran masih banyak metode atau model lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa, melalui Model Problem Based Learning (PBL) yang menuntut keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn menjadi meningkat. Hal ini bisa diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S.dkk. 2007. Penelitian Timdakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asma N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya
Adi .S,Sriyadi Dwijo ,dkk.2011.Fokus Tematik.Solo: CV.Sindunata.
Anni, catharina tri.2006.Psikologi belajar. Semarang UPT MKK UNNES.
Dedidwitagama.wordpress.com/…/laporan-penelitian-tindakan-kelas-pkn/
Hamalik,Dr.Oemar.Psikologi BelajarMengajar.Bandung :Sinar Baru Algensindo.
Http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH06b4/8d6063a0.dir/doc.pdf Oleh Penenaken Bangun,Dosen STKIP .Riama .Medan.
Http://klikhimabio.blogspot.com/2009/01/observasi-sebagai-alat-evaluasi.html
http://www.slideshare.net/budi2/penggunaan-media-tik-dalam-pengajaran-pendidikan-kewarganegaraan.
http://www.slideshare.net/budi2/penggunaan-media-tik-dalam-pengajaran-pendidikan-kewarganegaraan.”
H4dyme.wordpress.com/…/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-di-sd/
Ian43.wordpress.com/…/hakikat-fungsi-dan-tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-di-sd/ –
Indrastuti,dkk.2008.Ilmu Pengetahuan Sosial.Bogor:Yudistira.
Kartadinata,Sunaryo.Prof.2002.Bimbingan di Sekolah Dasar.Bandung: CV.Maulana.
Mudjito.2009.Model pembelajaran Tematik Kelas 1 Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Mudjito.2009.Pedoman Penilaian Hasil Belajar Dan Kalender Pendidikan di Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Peraturan menteri pendidikan nasional.nomor 22 tahun 2006.Depdiknas.
Permadi,Gilang.2008. Bahasa Indonesia.Bogor:Yudistira.
Poerwanti,Endang,dkk.2008.Asesmen Pembelajaran SD.Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi: Depdiknas.
Sardiman A.M.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Subagyo,Drs.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Semarang :UPT MKU UNNES.
Suharmanto,Puguh,S.Pd.2011.Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 3.Surabaya:CV.Mia.
Sugandi.Achmad.Drs.20007.Teori Pembelajaran. Semarang :UPT MKU UNNES.
Sukamto.2004.Peningkatan Kualitas Pembelajaran.Jakarta:Depdiknas Perguruan Tinggi.
Trianto,M.Pd.2010.Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik.Jakarta:Prestasi pustaka.
Wahab,Abdul Aziz .1987.Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan .Jakarta: Dikti Depdikbud.
Witarsa,dkk.2010. Ilmu Pengetahuan Sosial.Bandung:Yrama Widya.
www.ripiu.com/article/…/laporan-hasil-ptk- -sma ”