Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Paluhombo 01 Tahun Pelajaran 2014/2015
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PALUHOMBO 01
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Wijiyati
SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari, Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPS meliputi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Paluhombo 01 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan langkah-langkah: a) Perencanaan tindakan, b) Pelaksanaan tindakan, c) Pengumpulan data, d) Analisa dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar yang diperoleh melalui tes evaluasi akhir siklus I, nilai rata-rata kelas 62,50 dan nilai rata-rata siklus II 74,50. Jadi meningkat 12,00. Berarti penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Kata kunci: kualitas pembelajaran, kooperatif, tipe jigsaw.
PENDAHULUAN
Kemjuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia meaupun kualitas pendidikannya. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan manusia. Dengan demikian pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, komponen yang terlibat dalam pendidikan adalah keluarga, masyarakat dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal yang disampaikan oleh Gino (1998:30) bahwa belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu: siswa, guru, tujuan, isi, metode, media dan evaluasi, peningkatan kualitas pendidikan dapat terpenuhi melalui peningkatan pembelajaran dan kualitas penilaiannya, seperti yang di ungkapkan Nana Sudjana (1991:56) bahwa penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata, tetapi kepada proses. Pembelajaran berhasil apabila terjadi perubahan secara kognitif, psikomotor dan efektif, yang dilaksanakan guru dalam proses belajar mengajar. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang baik.
Dengan demikian salah satu faktor yang penting untuk mencari tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sedangkan salah satu faktor yang penting untuk efektifitas pembelajaran adalah faktor peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan baik penilaian terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Peningkatan kualitas pem-belajaran dan penilaian dapat mendorong siswa untuk lebih efektif belajar secara terus menerus dan mendorong guru untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk meningkatkan fasilitas dan kualitas pengelolaan sekolah.
Keberhasilan pembelajaran tidak dari hasil belajar saja juga dari proses pembelajarannya. Penilaian hasil dan proses belajar harus seimbang. Bahwa pembelajaran yang berkualitas, memiliki indikator menantang, menyenangkan, mendorong ekplorasi, memberi pengala-man sukses dan mengembangkan kecakap-an berpikir, agar pembelajaran berkualitas terwujud diperlukan pembelajaran yang memadai guru maupun siswa merasa nyaman untuk belajar. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupa-kan bentuk pembelajaran teori konstrukti-visme, yaitu proses belajar mengajar yang dikemas dan bukan sekolah menerima informasi pengetahuan dari guru, tetapi siswa mampu membangun pengetahuan-nya sendiri melalui keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Peningkatan pembelajaran perlu dilaksanakan karena merupakan program pembelajaran, termasuk penilaian hasil belajar. Dalam kegiatan program pembelajaran di perguruan tinggi Mordepi (2008:8) mengatakan bahwa keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai mahasiswa.
Dalam evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang pelaksanaan pembelajaran dan tingkat ketercapaian tujuannya. Kondisi ini tidak hanya terjadi di jenjang perguruan tinggi, tetapi juga di pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan, keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar, pelaksanaan program pembelajaran di kelas atau kualitas proses pembelajaran berlangsung.
PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan usaha guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya proses perubahan pada diri seseorang, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003:2) yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baik secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan-nya. Juga sesuai pendapat Iluhibbin Syah (2009:68) mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubah-an seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibat-kan proses kognitif.
Salah satu alat dalam penyeleng-garaan pendidikan yang secara langsung berhubungan dengan proses pengajaran yaitu mengajar. Menurut Rooijakkers (2003:1) mengajar berarti menyampaikan atau memberikan pengetahuan dan pandangan. Paul Suparno (1997:50) berpendapat bahwa “mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna mencari kejelasan, bersifat kritis dan mengadakan indentifikasi.
Menurut Nasution dalam Iluhibbin Syah (2006:182) bahwa mengajar adalah “Suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan baik, sehingga terjadi proses belajarâ€. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas, tetapi meliputi guru, alat peraga, perpusta-kaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar belajar siswa, salah seorang tokoh Anthony Rabbius bahwa belajar mempunyai bebera-pa unsur, yaitu: 1) Penciptaan hubungan, 2) Sesuatu hal (Pengetahuan) yang sudah dipahami dan 3) Sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Dalam proses pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar makan keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari guru dan siswa. Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2002:30) menyebutkan beberapa unsur dalam pengajaran kooperatif yaitu: 1) Saling ketergantungan positif, 2) Tanggung jawab perseorangan, 3) Tatap muka, 4) Komunikasi antar anggota, 5) Evaluasi proses kelompok.
“Pembelajaran kooperatif dapat digunakan sebagai cara utama dalam mengatur kelas untuk pengajaran. Salah satu alasannya adalah untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa percaya diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka†(Slavin, 2008:4-5).
Menurut Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan, salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah adalah kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002:40). hal yang sama juga yang disampaikan oleh Bloom yang mengatakan ada 3 variabel utama dalam teori belajar disekolah, yakni karakteristik individu, kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa (Bloom, 1976:21).
Model pembelajaran kooperatif jigsaw salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cukup menarik adalah tipe jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins (Arends,1997:120). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi dan menyampaikan materi kepada anggota kelompok lain. Jadi pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen. Untuk membantu dalam menjelaskan tugas-tugas pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa memiliki persepsi yang sama, mempunyai tanggung jawab individual dan kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan, saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam kelompok, serta dapat belajar kepemimpinan. Dengan pembelajaran kooperatif dapat merangsang minat siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa yang dapat menanamkan konsep secara kongkret. Pembelajaran yang demikian dapat juga meningkatkan dan mempertinggi mutu / kualitas belajar siswa.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipalisis tindakan. “Pemahaman dan penguasaan konsep siswa, serta kerja sama guru dan siswa dalam proses pembelajaran mampu menguasai materi sehingga dapat meningkatkan hasil / prestasi belajar siswa.
KUALITAS PEMBELAJARAN
Menurut pendapat Furgon Hidaya-tullah (2007:54) bahwa “Pembelajaran yang berkualitas, setidaknya memiliki indikator 1) menantang, 2) menyenangkan, 3) mendorong eksplorasi, 4) memberi pengalaman sukses dan 5) mengembang-kan kecakapan berpikirâ€. Agar pembelajar-an yang berkualitas dapat terwujud, maka diperlukan suasana pembelajaran yang memadai sehingga guru maupun siswa merasa nyaman untuk belajar.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa terdapat dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau di lingkungan sekitarnya (eksternal) keberha-silan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja tetapi juga dilihat dari proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil dan proses belajar harus dilakukan secara seimbang. Bahwa penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses, pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi pembahasan secara kognitif, psikomotor dan afektif pada siswa akibat dari proses yang di tempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya, dengan kualitas pembelajar-an akan tergantung dan dipengaruhi oleh guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan kelas dan iklim kelas yang kondusif. Adapun iklim kelas yang kondusif untuk belajar siswa yaitu siswa yang terlihat tertib dalam kegiatan pembelajar-an, ada kesempatan yang cukup bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan / pendapat / gagasan maupun ide dan respon pasif dari guru terhadap setiap pertanyaan maupun pendapat / gagasan siswa, adanya umpan balik dari guru terhadap tugas-tugas yang dikerjakan siswa, adanya upaya guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan tersedia waktu yang cukup untuk berpikir bagi siswa sebelum menjawab pertanyaan dari guru.
SIKAP SISWA
Setiap kegiatan pembelajaran memiliki aspek sikap. Karena sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang cukup dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang memiliki sikap positif selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada umumnya akan diikuti semangat dan motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap negatif dalam pemebelajaran, maka dengan motivasi belajar yang tinggi akan diikuti denganhasil belajar yang lebih tinggi. Dengan demikian sikap siswa akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses pembelajaran dalam kelas maupun keberhasilan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa.
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang mendorong dan menjamin berlangsungnya kegiatan belajar siswa. Motivasi memegang peranan penting dalam meberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mampu memotivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang akhirnya akan memperoleh prestasi yang lebih baik.
Motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil belajar siswa. Salah satu indikasi kualitas pembelajaran adala adanya semangat maupun motivasi belajar daripada siswa, dapat mengadopsi pendapat Brown dan Sardiman tentang ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi (Imron, 1996:88). Menurut Brown siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi adalah: terarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, mempunyai antusias yang tinggi, ingin selalu bergabung dengan kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, selalu mengingat pelajaran dan mempelajari artinya kembali. Sedangkan menurut Sardiman adalah bahwa ciri-ciri motivasi belajar yang ada dalam diri siswa adalah: tekun dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka belajar sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain, tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Paluhombo 01 subyek penelitian sejumlah 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Rencana penelitian meliputi a) mengidentifikasi masalah, b) menganalisis masalah dan menentukan faktor penyebab, c) merumuskan alternatif pemecahan, d) kelaikan solusi. Rancangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan langkah bertahap yang berdaur ulang dan berkelanjutan atau disebut model sistem siklus dengan kegiatannya yaitu rencana, observasi, tindakan dan refleksi. Pelaksana-an penelitian dilakukan secara bertahap / periodik dengan siklus berkelanjutan. Pene-litian mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Kemudian peneliti bersama dengan guru mengadakan evaluasi dan refleksi.
Pemantauan dilakukan dengan pengamatan oleh guru dalam proses pembelajaran, instrumen dalam penelitian ini berpedoman observasi yang terstruktur berupa daftar cek dengan skala diskusi dengan guru kolaborator) yang selanjutnya merumuskan berbagai perbaikan untuk siklus berikutnya. Kemudian analisis data untuk menguji hipotesa dengan memban-dingkan prestasi belajar siswa antara tes awal dengan tes akhir.
DESKRIPSI SIKLUS
a) Siklus I perjuangan melawan penjajag kegiatannya menjelaskan kedatangan kaum penjajah di Indonesia, pendudukan Jepang di Indonesia, tokoh pergerakan nasional dan tokoh perjuangan dan sumpah pemuda 28 Oktober 1928 mempersatukan bangsa.
b) Siklus II masa persiapan kemerdekaan dan perumusan Dasar Negara, kegaitannya menjelaskan. Masa persiapan Kemerdekaan, Badan Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indone-sia (BPUPKI), tokoh Kemerdekaan, menghargai jasa-jasa tokok Kemerde-kaan. Hasilnya dicatat didiskusikan dan disimpulkan.
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan proses penelitian yang dilakukan 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap sesuai prosedur penelitian, maka siklus I. Hasil ulangan awal nilai rata-rata 58,50, nilai tes akhir siklus I rata-rata 62,50 dan siklus II nilai rata-rata 74,50.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pola kegiatan yang dilakukan adalah peneliti bersama-sama dengan guru dalam penelitian tindakan kelas (PTK) pada kelas V SD Negeri Paluhombo 01 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo, akhirnya hasil dapat ditetapkan dengan kriteria penerapan model pembelajaran.
Dengan demikian peneliti berpen-dapat bahwa penggunaan metode pembe-lajaran kooperatif jigsaw pada mata pelajaran IPS kelas V SD Negeri Paluhombo 01 dapat meningkatkan prestasi siswa apabila:
1. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode kooperatif tipe jigsaw mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar IPS.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw perlu ditetapkan menjadi metode pembelajaran yang menjadi satu kesatuan dengan aktivitas guru mengajar, jadi dengan metode pembelajaran tipe jigsaw bukan merupakan metode yang baru, tetapi sudah betul-betul mensosialisasi pada guru.
3. Model pmbelajaran dapat bervariasi menurut konsep dan sub konsep pada materi yang diajarkan.
4. Dengan metode pembelajaran koope-ratif ini sebagai model pembelajaran dan berfungsi untuk mengembangkan konsep-konsep pemikiran yang kaya akan arti dan nilai ilmiah. Kemudian untuk selanjutnya dapat mengembang-kan wawasan guru dan pemahaman model pembelajaran.
5. Dengan prosedur pembelajaran yang baik disertai dengan metode pembela-jaran yang sesuai, dapat melatih siswa memudahkan dan memahami faktor-faktor empirie yang berkaitan dengan kemajuan dan perjuangan suatu negara dalam perjuangan melawan penjajah dan kemerdekaan. Selanjut-nya guru akan mudah mendeskripsikan persoalan dengan cepat dan mudah karena adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindak-an kelas (PTK) tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa dengan model pembela-jaran kooperatif tipe jigsaw dapat mening-katkan keaktifan fisik dan keaktifan mental dari berbagai aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya presentase rata-rata keaktifan mental dari 16,67% pada siklus I menjadi 21,67% pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siklus I rata-rata sebesar 62,60 dan nilai terendah 40 dan nilai prestasi tinggi 70, rata-rata siklus meningkat menjadi 74,50 , nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80 dan ketuntasan belajar secara klasikal siklus I 60% dan siklus II meningkat menjadi 95%.
Maka untuk peningkatan kualitas pembelajaran melalui metode pembelajar-an kooperatif tipe jigsaw sangat diperlukan partisipasi dan keaktifan siswa dan kinerja guru kelas dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan kelas, kondisi dan iklim kelas, sikap siswa, media pembelajaran selama kegiatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi guru disarankan agar mau dan mencoba menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif agar pembela-jaran menjadi menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
2. Bagi siswa dapat meningkatkan keak-tifan dalam pembelajaran sehingga hasil belajar lebih baik dan pem-belajaran bermakna.
3. Bagi sekolah disarankan untuk selalu mendorong guru agar mau melak-sanakan metode dan model pembela-jaran yang bervariasi yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: PT. Groznido
Furgon Hidayatullah. 2007. Pengembangan profesionalitas guru. Surakarta. UNS Press
Gino, dkk. 1998. Belajar dan pembelajaran I. Surakarta: Depdiknas UNS
Nana Sudjana. 1991. Penelitian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Reoijakkes, Ad, 2003. Mengajar dengan sukses. Jakarta: PT Gramedia
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Arends Ricard I. 1997. Classroom instruction and management. New York: MCG New Hill Companils
Â
Bloom, B. 1976. Human characteristic and learning. New York: MC Graw – Hill Book Company