PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOMPETISI AKTIF MENYENANGKAN (KAM) PADA SISWA KELAS II SDN 1 NGOMBAK SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Rukimah

SDN 1 Ngombak Kedungjati Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran KAM pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Ngombak Semester 1 Tahun Pelajaran2019/2020. Subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah siswa Kelas II di Sekolah Dasar Negeri 2 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dengan jumlah 15 siswa. Perbaikan diadakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Hasil penelitian tindakan sekolah dapat disimpulkan bahwa Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran KAM pada Siswa Kelas II SD Negeri 1 Ngombak Semester 1 Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dapat meningkat, terbukti dari data hasil belajar persentase ketuntasan prasiklus 31,82%, meningkat menjadi 54,55% pada siklus I. Kemudian pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 90,91%. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 19,59 dengan kategori cukup dan 19,77 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 21,77 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 24,05 dengan ketegori baik. Keterampilan guru pada siklus I pertemuan 1 mendapatkan skor 25 dengan ketegori baik dan 30 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 35 dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 38 dengan kategori sangat baik.

 

Kata kunci: Kualitas Pembelajaran, Pembelajaran Matematika, Model Pembelajaran KAM.

 

Latar Belakang Masalah

Permendiknas RI nomor 41 Tahun 2007 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Seiring dengan tujuan tersebut maka harus ada kesiapan dari seorang guru dalam mendesain pembelajaran yang inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berperan aktif didalam pembelajaran.

Berdasarkan UU nomor 23 Th 2002 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya. Maka melalui Permendiknas RI nomor 22 tahun 2006 menetapkan bahwa pendekatan tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Menurut BSNP (2006:35) penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan peserta didik pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Didalam pembelajaran antara pelajaran satu dengan yang lainnya selalu dikaitkan menjadi satu dan sebisa mungkin tidak nampak antar mata pelajarannya. Berdasarkan hal ini didalam pelaksanaan pembelajaran diKelas II harus menggunakan pendekatan tematik.

Menurut Slavin (1994) disebutkan siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasi informasi komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama itu sudah tidak sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada dibenaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi dengan catatan sendiri yang harus memanjatnya.

Keadaan yang terjadi di Kelas II SD Negeri 1 Ngombak tahun ajaran 2019/2020, berdasarkan observasi yang dilakukan di SD Negeri 1 Ngombak, keadaan yang terjadi adalah sebagai berikut: Ketika guru mengajukan pertanyaan maka tidak ada yang menjawab pertanyaan guru jika tidak ditunjuk oleh guru secara langsung. Siswa mau maju kedepan kelas diiming-imingi akan diberikan penghargaan. Jumlah penghargaan terbatas sehingga jika penghargaan sudah habis siswa harus ditunjuk oleh guru baru mau menjawab pertanyaan guru. Guru hanya memberikan evaluasi dan hasilnya hanya dibagikan begitu saja kepada murid tanpa ada penghargaan bagi siswa yang mendapatkan nilai terbaik sehingga siswa merasa biasa saja dengan nilai yang diperolehnya dan tidak berkeinginan mendapat nilai lebih tingi dibandingkan teman lainnya. Ketika menjawab soal yang diberikan guru siswa asal mengerjakan saja yang penting semua soal sudah dikerjakan.

Sesuai dengan hasil catatan pengamatan, dilapangan terjadi pembelajaran yang kurang menyenangkan, guru kurang terampil dalam menggunakan model dan media pembelajaran, dan siswa yang kurang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang seperti ini mengakibatkan kurang berhasilnya proses pembelajaran dengan ditunjukan hanya 31,82% siswa yaitu 7 dari 22 siswa Kelas II siswa mendapapat nilai di atas KKM pada pelajaran Matematika. Dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70. Serta rata-rata kelas yang diperoleh adalah 58,64. Padahal batas nilai ketuntasan di SD Negeri 1 Ngombak untuk mata pelajaran matematika adalah ³ 70

Berdasarkan hal ini maka penulis memiliki dorongan dan ketertarikan mengadakan PTK dengan menggunakan model KAM dikarenakan model KAM memiliki beberapa keunggulan seperti menimbulkan rasa persaingan yang sehat antar siswa, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan senang mengikuti pembelajaran, menimbulkan rasa kerja sama dan kompetisi yang tinggi antara siswa satu dengan yang lain, dan meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pelajaran..

Kajian Teori

Kualitas Pembelajaran

Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan diantaranya peningkatan kualitas pembelajaran meliputi guru, sumber belajar, sarana, serta iklim pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, sistem pembelajaran untuk menghasilkan proses dan hasil belajar optimal sesuai kurikuler. Indikator kualitas pembelajaran meliputi perilaku guru, dampak belajar siswa, iklim, materi, kualitas media, dan sistem pembelajaran (Depdiknas, 2004: 7).

Sedangkan menurut Hamdani (2011: 194), kualitas atau efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan aspek-aspek kualitas pembelajaran meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap, perilaku, kemampuan adaptasi, peningkatan integrasi, partisipasi, dan interaksi kultural.

Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa ditentukan oleh efektivitasnya upaya pencapaian kompetensi belajar.UNESCO menetapkan empat pilar pendidikan (Hamdani, 2011: 195-196), meliputi: (1) Learning to know. Guru hendaknya berperan aktif sebagai teman sejawat untuk berdialog dengan siswa, mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu tertentu. (2) Learning to do. Sekolah hendaknya memfasilitasi siswa untuk mengaktualisasikan keterampilan, bakat, minatnya. Keterampilan bisa digunakan menopang kehidupan seseorang, bahkan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan siswa. (3) Learning to live together. Salah satu fungsi lembaga pendidikan adalah mempersiapkan siswa hidup bermasyarakat. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberidan menerima perlu ditumbuhkembangkan. (4) Learning to be. Kemampuan diri yang terbentuk di sekolah secara maksimal memungkinkan siswa mengembangkan diri pada tingkat lebih tinggi.

Mulyasa (2009: 105) menjelaskan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses dan hasil. Dari proses, pembelajaran dikatakan berhasil atau berkualitas apabila seluruh atau sebagian besar siswa terlibat aktif, menunjukkan motivasi, semangat belajar, serta rasa percaya diri tinggi dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada seluruh atau sebagian besar siswa. Lebih lanjutproses pembelajaran dikatakan berhasil, berkualitas apabila input menghasilkan banyak output, bermutu tinggi, sesuai kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan.

Peneliti menyimpulkan kualitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan yang melibatkan guru, siswa, kurikulum bahan belajar, media, fasilitas, sistem untuk menghasilkan proses perubahan tingkah laku sebagai indikator tercapainya tujuan pembelajaran sesuai tuntutan kurikuler. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila seluruh atau sebagian besar siswa terlibat aktif, menunjukkan motivasi, semangat belajar, serta rasa percaya diri tinggi sehingga terjadi perubahan perilaku positif pada diri siswa.

Adapun kualitas pembelajaran dalam penelitian meliputi tiga indikator yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan mengingat tugas serta tanggung jawab mencerdaskan siswanya. Menurut Hamalik (2009: 50-58), guru efektif memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab, antara lain: (1) memahami segala sesuatu tentang siswa yang berada di bawah tanggung jawabnya, (2) menguasai bahan ajar sesuai tingkat kelasnya, (3) memilih, menggunakan media sesuai tujuan yang akan dicapai, (4) mengamati setiap siswa di kelas, (5) membantu siswa memecahkan masalah, (6) mengatur, menilai kemajuan siswa, (7) memelihara hubungan seerat mungkin dengan siswa. Selain itu, guru juga perlu menguasai berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang perlu dimiliki guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

Aktivitas siswa merupakan segala kegiatan dalam proses interaksi guru dan siswa pada pembelajaran untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Sesuai pendapat Hamalik (2008:171), pembelajaran efektif adalah pembelajaran memberikan, menyediakan kesempatan belajar bagi siswanya melakukan aktivitas sendiri. Oleh karena itu, siswa diharapkan aktif dalam pembelajaran sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta dapat mengembangkan keterampilan sebagai bekal hidup dalam masyarakat. Aktivitas siswa merupakan rangkaian kegiatan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran mencakup berbagai inovasi, perilaku untuk mencapai hasil optimal.

Keterampilan guru serta aktivitas siswa dalam pembelajaran secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai dan perilaku siswa. Peningkatan hasil belajar merupakan perilaku lebih baik dari sebelumnya sebagai indikator keberhasilan siswa. Menurut Rusman (2012: 123-125), hasil belajar adalah sejumlah pengalaman diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Sesuai pendapat Bloom, tujuan pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga ranah: Kognitif; berkenaan kemampuan, kecakapan intelektual berpikir; Afektif; berkenaan sikap, kemampuan, penguasaan segi emosional meliputi perasaan, sikap, dan nilai; Psikomotor, berkenaan keterampilan atau gerakan fisik.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar adalah segala kemampuan siswa sebagai hasil aktivitas meliputi kemampuan kognitif diperoleh dari hasil evaluasi berupa tes tertulis di akhir pembelajaran, afektif dan keterampilan siswa dari hasil observasi yang digunakan guru sebagai ukuran mencapai suatu tujuan pembelajaran. Ini dapat tercapai apabila siswa sudah ada perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Hakikat Model Pembelajaran KAM

KAM terdiri dari 3 kata yaitu Kompetisi Aktif dan Menyenangkan. Menurut KBBI kompetisi diartikan persaingan yang terjadi diantara siswa sehingga harus diciptakan suasana yang sehat dalam pembelajaran, Aktif diartikan giat berusaha dan bekerja,dan menyenangkan berasal dari kata dasar senang yang diartikan menjadikan senang dan menyukai sesuatu. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran KAM adalah pembelajaran yang dirancang dimana didalam proses pembelajarannyanya menuntut siswa untuk senantiasa bersaing dan aktif dalam pembelajaran tetapi tidak melupakan karakteristik dasar anak yaitu dengan tetap membuat siswa merasa senang mengikuti pembelajaran.

Johnson(2010) menyatakan bahwa dengan adanya kompetisi/ persaingan maka akan terjadi hal seperti ini: ketika para siswa dituntut untuk bersaing antara satu sama lain untuk mendapatkan nilai, mereka akan bekerja untuk melawan sama lain, untuk mencapai sebuah tujuan yang hanya dapat diraih oleh satu atau beberapa siswa saja. Dapat disimpulkan bahwa kompetisi dapat memicu semangat siswa untuk bekerja keras dan lebih aktif dalam pembelajaran serta berusaha untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada siswa lainnya.

Silberman (2011) menyatakan bahwa belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hanyalah belajar aktif. Dalam belajar aktif siswa mengerjakan banyak sekali tugas yang harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam belajar aktif siswa harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah bahkan siswa sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras.

Setyono (2011) menyebutkan bahwa menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatannya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi.

Melihat pengertian dan penjelasan di atas maka di dalam pembelajaran harus menuntut siswa untuk senantiasa bersaing dan aktif dalam pembelajaran tetapi tidak melupakan karakteristik dasar anak yaitu dengan tetap membuat siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

Dalam pelaksanaannya KAM Langkah-langkah pembelajarannya hampir sama dengan model TGT hanya saja lebih menonjolkan permainannya. Jika dalam dalam TGT setiap kelompok diturnamenkan secara bergantian, dan jika menang maka akan ditandingkan kembali dengan pemenang dari tournament yang lainnya. Maka dalam KAM tournament diganti kompetisi antar kelompok dimana semua kelompok kompetisikan secara bersamaan dengan diberikan soal yang sama kepada semua kelompok. Untuk setiap menjawab benar akan mendapatkan poin. Kelompok yang memperoleh poin terbanyak akan menjadi pemenang.

Langkah-langkah kompetisinya adalah: Guru mengambil peraturan soal dari bang soal kemudian membacakan bobot soal jika dijawab benar dan soal yang harus dikerjakan. Kemudian setiap kelompok diberi waktu untuk mengerjakan soal tersebut. Setiap kelompok mengangkat jawabannya. Kelompok yang menjawab benar akan mendapat poin sesuai bobot soal yang telah ditentukan.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan utuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak(akrab), dan dari jenuh menjadi riang(segar). Model Pembelajaran ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun mmbahas hal-hal yang sulit atau berat. Seabaliknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu luang atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam.

Metodologi Penelitian

Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020. Proses pengumpulan data, pengolahan data-data, analisis data, pengambilan simpulan, dan penyusunan laporan penelitian membutuhkan waktu selama 4 bulan, yaitu pada bulan Agustus sampai dengan November 2019. Tempat penelitian di Kelas I SD Negeri 1 Ngombak Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Kelas II SD Negeri 1 Ngombak yang berjumlah 22 siswa, terdiri 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempun.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi teknik tes dan nontes. Tes digunakan mengukur kemampuan siswa dan mendapatkan data pencapaian hasil belajar saat pembelajaran. Teknik non-tes yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, catatan lapangan. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata, median, modus, penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk. Data kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran Matematika melalui penerapan model kompetisi aktif menyenangkan (KAM) serta hasil catatan lapangan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam bentuk kalimat yang dipisah-pisahkan untuk memperoleh sebuah simpulan.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas terdiri atas beberapa siklus di dalamnya terdapat langkah-langkah pelaksanaan penelitian, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan serta refleksi (Arikunto, 2010: 137-140).

HASIL TINDAKAN & PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Rendahnya kualitas pembelajaran Matematika ditemukan di SD Negeri 1 Ngombak Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil pengamatan menemukan sebagian besar siswa belajar sebatas menerima pengetahuan dari guru, kurang dibentuk kerja kelompok secara optimal sehingga partisipasi aktif, minat, motivasi belajar masih kurang, hal tersebut mengakibatkan rendahnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Sedangkan dari pihak guru kurang mengembangkan sifat ingin tahu melalui bertanya dan menemukan sendiri pengetahuan baru, kurang memberikan kesempatan siswa sebagai model pembelajaran, kegiatan refleksi di akhir pertemuan masih kurang, penilaian berdasarkan hasil belajar saja sedangkan proses kurang diperhatikan.

Rendahnya hasil belajar didukung nilai Matematika siswa Kelas II semester 1 tahun ajaran 2019/2020 masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah ≥ 70. Dari 22 siswa, sebanyak 7 siswa belum mencapai KKM. Selain itu, data juga menunjukkan nilai rata-rata terendah 40 dan tertingggi 70. Berdasarkan data tersebut maka kualitas pembelajaran perlu segera ditingkatkan agar hasilnya dapat tercapai secara optimal. Kalau tidak segera mendapat penanganan yang baik maka akan dapat menghambat proses pembelajaran selanjutnya.

Deskripsi Hasil Siklus I

Berdasarkan data hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I, didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan data awal atau prasiklus.

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 80. Yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 2 siswa, yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 10 siswa, yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 6 siswa, yang mendapatkan nilai 50 sebanyak 4 siswa.

Hasil observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa antara lain: Aktivitas sikap dalam kegiatan pembelajaran, Aktivitas lisan, Aktivitas mendengarkan, Berkompetisi di permainan dalam pembelajaran KAM, Aktivitas menulis, dan Aktivitas emosi siswa dalam.

Deskripsi Hasil Siklus II

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100. Yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 1 siswa, nilai 90 sebanyak 5 siswa, yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 8 siswa, yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 6 siswa, yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 2 siswa.

Hasil observasi berupa pengamatan terhadap aktivitas siswa antara lain: Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran (emotional activities), Menanggapi apersepsi (oral activities, mental activities), Menyimak informasi tujuan pembelajaran (listening activities), Membangun pengetahuan baru melalui media pembelajaran (visual activities, mental activities; KAM: konstruktivis), Menanggapi pertanyaan (oral activities; KAM: bertanya), Menyimak penjelasan guru (listening activities), Melakukan kegiatan pengamatan (visual activities, motor activities; KAM: inkuiri), Melaksanakan diskusi secara kelompok (oral activities, writing activitie, listening activities; KAM: masyarakat belajar), Mempresentasikan hasil diskusi kelompok (oral activities, mental activities, listening activities; KAM: pemodelan), Menyimpulkan hasil pembelajaran (listening activities, oral activities), Menyimak refleksi pembelajaran (oral activities, mental activities), Mengerjakan evaluasi (writing activities, emotional activities).

Aktivitas siswa pada siklus II telah terpenuhi secara maksimal. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang sudah dapat melakukan pembagian kelompok secara cekatan dan tidak menimbulkan keributan. Keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusi juga sudah baik, banyak siswa yang mulai berani memberikan pendapat terhadap hasil kerja kelompok lain. Rata-rata aktivitas siswa yang berkategori baik. Sehingga peneliti merasa tindakan sudah cukup dilakukan.

Pembahasan Tiap Siklus & Antar Siklus

Pelaksanaan pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Kompetisi Aktif Menyenangkan (KAM) pada siklus I dirasa belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil bahwa walaupun rata-rata keterampilan guru pada siklus I mendapatkan kategori baik dengan skor 25 pada pertemuan 1 dan 30 pada pertemuan 2. Namun aktivitas siswa belum mengalami banyak perubahan dari kondisi awal.

Data hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan 1 mendapatkan skor 19,59 dengan kategori cukup dan 19,77 dengan kategori cukup pada pertemuan II. Banyak siswa yang masih belum terbiasa untuk mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Kompetensi Aktif Menyenangkan (KAM), sehingga mereka masih terkesan malu-malu dalam pembentukan kelompok. Terdapat beberapa keributan kecil dalam pembagian kelompok. Dalam pelaksanaan diskusi kelas juga belum terjalin kerjasama yang baik antar anggota kelompok. Anggota kelompok yang pintar masih mendominasi kelompoknya, dan tidak memberi ruang kepada anggota yang lain untuk ikut memberikan pendapat.

Kurangnya aktivitas siswa berakibat pada tidak meratanya pemerolehan informasi yang didapatkan oleh siswa. Sehingga evaluasi yang diberikan guru pun belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal itu terbukti dengan adanya kenaikan persentase ketuntasan yang belum mencapai target yang dikehendaki peneliti yaitu 54,55%, dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 80, dan rata-rata 64,55. belum memenuhi KKM yang ditetapkan oleh SD Negeri 1 Ngombak.

Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Kompetensi Aktif Menyenangkan (KAM) pada siklus II berjalan dengan sangat baik. Data pengamatan keterampilan guru menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 guru hampir menguasai semua keterampilan yang tercantum dalam indikator pengamatan. Terbukti dari skor yang didapatkan pada pertemuan pertama adalah 35 dengan kategori sangat baik dan skor 38 pada pertemuan kedua dengan kategori sangat baik serta telah memenuhi indikator keberhasilan.

Aktivitas siswa pada siklus II meningkat dengan baik. Siswa sudah mulai dapat menunjukkan keaktifannya dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa sudah paham akan tanggungjawabnya dalam tugas kelompok. Siswa saling berdiskusi dan membagi pendapat. Serta sudah tidak lagi merasa takut ataupun malu jika diminta untuk memaparkan jawaban. Ketertiban siswa saat menerima penghargaan juga sudah mulai baik. Hal itu dibuktikan dengan perolehan skor aktivitas siswa pada siklusII pertemuan pertama yaitu 21,77 dan 24,05 dengan kategori baik serta telah memenuhi indikator keberhasilan.

Kondisi siswa yang demikian menunjang pemerolehan hasil belajar yang cukup memuaskan. Terbukti bahwa data hasil belajar yang diperoleh adalah nilai terendah 60 dan tertinggi 100 dengan rata – rata 78,64 dan persentase ketuntasan klasikal 90,91% dan telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya ketuntasan klasikal 80%.Untuk mengatasi ketuntasan klasikal yang belum mencapai 100% telah dilaksanakan perbaikan bagi siswa yang belum tuntas.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Kompetisi Aktif Menyenangkan (KAM) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus hanya 31,82%, meningkat menjadi 54,55% pada siklus I. Kemudian setelah dilakukan perbaikan, pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 90,91% dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Data perbandingan hasil belajar siswa pada prasiklus sampai dengan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.

Perolehan data pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 19,59 dengan kategori cukup dan 19,77 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 21,77 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 24,05 dengan ketegori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan.

Hasil pengamatan keterampilan guru yang didapatkan pada penelitiaan menunjukkan bahwa skor yang diperoleh meningkat pada tiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 25 dengan ketegori baik dan 30 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 35 dengan kategori baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 38 dengan kategori sangat baik.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Kompetensi Aktif Menyenangkan (KAM) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus hanya 31,82%, meningkat menjadi 54,55% pada siklus I. Kemudian setelah dilakukan perbaikan, pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 90,91% dan telah memenuhi indikator keberhasilan.

Perolehan data pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 19,59 dengan kategori baik dan 19,77 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 21,77 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 24,05 dengan ketegori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan.

Hasil pengamatan keterampilan guru yang didapatkan pada penelitiaan menunjukkan bahwa skor yang diperoleh meningkat pada tiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 25 dengan ketegori baik dan 30 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 35 dengan kategori sangat baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 38 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian hasil pengamatan keterampilan guru telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran Kompetensi Aktif Menyenangkan (KAM) mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal itu dapat dilihat dari persentase ketuntasan prasiklus 31,82%, meningkat menjadi 54,55% pada siklus I. Kemudian setelah dilakukan perbaikan, pada siklus II persentase ketuntasan kembali meningkat menjadi 90,91% dan telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 80%.
  2. Aktivitas siswa pada penelitian ini mengalami pemingkatan. Pada siklus I pertemuan 1 data hasil pengamatan siswa mendapatkan skor rata-rata 19,59 dengan kategori baik dan 19,77 dengan kategori cukup. Pada siklus II aktivitas siswa meningkat dengan perolehan skor pada pertemuan 1 adalah 21,77 dengan kategori baik dan pertemuan 2 menjadi 24,05 dengan ketegori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemerolehan skor aktivitas siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu mendapatkan kategori baik.
  3. Hasil pengamatan keterampilan guru menunjukkan bahwa skor yang diperoleh meningkat pada tiap siklusnya. Pada siklus I pertemuan 1 keterampilan guru yang diamati mendapatkan skor 25 dengan ketegori baik dan 30 dengan ketegori baik pada pertemuan 2. Keterampilan guru pada pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dengan perolehan skor 35 dengan kategori sangat baik pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 38 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian hasil pengamatan keterampilan guru telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu sekurang-kurangnya baik.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

  1. Guru yang akan menerapkan model pembelajaran Kompetensi Aktif Menyenangkan (KAM)hendaknya dapat memaksimalkan pembelajaran yang dilakukan.
  2. Guru hendaknya lebih menciptakan pembelajaran yang meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pemerolehan informasi untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya sehingga guru dapat lebih meminimalisir aktivitas siswa yang mengganggu selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
  3. Pemerolehan hasil belajar siswa harus ditingkatkan dengan pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menggali pengetahuan dari berbagai sumber, media yang inovatif termasuk melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, khoiru. 2011. Paikem gembrot. Jakarta: PT. Prestasi pustakaraya

Anni, C.T. dan achmad Rifa’i. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Baharuddin dan Nur Wahyuni. 2008. Teori belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arruzz media.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

———————–. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.