PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN PERILAKU TERPUJI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 1 MLILIR GUBUG

KABUPATEN GROBOGAN

 

  1. Ali Huda

SDN 1 Mlilir Gubug Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI materi Perilaku Terpuji dalam penerapan metode role playing di kelas Siswa Kelas Kelas III. Subyek penelitian siswa kelas Siswa Kelas Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019, sebanyak 16 anak. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan sebelum penerapan metode role playing. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar siswa kelas Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019, dari keadaan awal 57,00 meningkat menjadi 66,88 pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 80,63 pada siklus II. Ada peningkatan presentase jumlah siswa yang tuntas KKM dari pra tindakan 18,75% meningkat menjadi 66,88% pada siklus I kemudian mencapai indikator keberhasilan pada siklus II yaitu 100%. Ada peningkatan presentase peningkatan aktivitas belajar siswa dari pra tindakan 2 siswa atau 12,50% meningkat menjadi 75% atau 12 siswa pada siklus I kemudian mencapai indikator keberhasilan pada siklus II yaitu 100%.

Kata kunci: Perilaku Terpuji, Prestasi Belajar, Role Playing

 

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martaba tmanusia. Setiap bangsa memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang berperan penting dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan dapat mengembangkan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan berpikir yang luas. Salah satu pendidikan yang sangat penting untuk diberikan kepada anak didik adalah perilaku terpuji. Akhlak merupakan sesuatu yang kongkrit karena berhubungan dengan jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah, maka akhlak seseorang adalah tingkah laku seseorang (Yusuf A Hasan, 2000: 01).

1

Sholeh (2006:55) mengemukakan bahwa konsepsi pendidikan Islam adalah setiapupaya transformasi nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam dengan meletakkan al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Sebagai sumber dan acuan utama. Muatan al-Qur’an dan Sunnah Nabi inilah yang dimasukkan kedalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia. Al-Qur’an dan sunnah nabi sendiri meletakkan masalah akhlak di tempat yang paling tinggi dalam pendidikan umat. Hal tersebut oleh Al Ghazali dijelaskan dengan mengatakan bahwa pendidikan yang benar adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, serta sarana menebar keutamaan (Sholeh, 2006:57). Dekat kepada Allah SWT dengan sendirinya akan mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah akidah yang mantap dana khlak yang mulia. Al-Ghazali menyadari bahwa hanya pendidikan agama yang mampu mengarahkan anak didik untuk dekat kepada Allah SWT (Sholeh, 2006:80).

Agama Islam memerintahkan agar anak-anak dididik untuk berakhlak karimah sejak kecil dan dibiasakan melakukan kewajiban agama. Seorang anak memerlukan pendalaman nilai-nilai norma dan akhlak ke dalam jiwa mereka.

Perilaku terpuji bagi anak sangat penting karena anak merupakan individu yang masih dalam tahap perkembangan kearah optimal, sehingga anak dapat dibentuk sejak usia dini. Perilaku terpuji pada anak di sekolah dapat diukur dengan tinggi rendahnya prestasi belajar pada materi perilaku terpuji di sekolah. Ilmu Agama merupakan pintu utama interaksi antara Tuhan dan makhluknya yang harus diupayakan sejak dini. Ilmu pengetahuan yang lain juga dapat mengantarkan manusia untuk lebih dekat dengan Tuhan. Segala ilmu pengetahuan yang memberikan kebaikan di dunia dan akhirat penting untuk dipelajari.

Al-Ghazali sendiri menekankan perlunya manusia memberikan skala prioritas dengan menempatkan ilmu agama dalam posisi paling penting (Sholeh, 2006:81). Implementasinya, pendidikan agama Islam di jenjang sekolah dasar seharusnya menjadi prioritas paling penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Perhatian tentang prestasi belajar pendidikan agama islam di sekolah merupakan permasalahan paling urgen sebelum mata pelajaran yang lain. Kenyataan yang banyak ditemui tidaklah demikian, banyak permasalahan di dalam mata pelajaran ini,

Prestasi adalah hasil usaha. Hal inisesuai dengan pendapat Arifin (1991: 3) bahwa prestasi adalah hasil usaha dari suatu perbuatan. Menimbang bahwa perilaku terpuji sangat penting bagi kehidupan anak, maka peneliti (guru) melakukan observasi terkait dengan prestasi belajar perilaku terpuji di SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019. Peneliti melakukan observasi pada Kelas III di SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019. Alasan peneliti mengambil data observasi pada Kelas III adalah karena di SD tersebut, siswa dengan jumlah yang terbanyak adalah Kelas III. Asumsi pencapaian prestasi belajar yang baik ditandai dengan pencapaian KKM seluruh siswa.

Berdasarkan data observasi di Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran2018/2019, peneliti menyimpulkan bahwa pada Kelas III terdapat masalah pembelajaran yang berupa rendahnya prestasi belajar perilaku terpuji.

Rendahnya prestasi belajar perilaku terpuji ditandai dengan nilai yang masih jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran perilaku terpuji di SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019 adalah70. Siswa yang telah berhasi lmencapai KKM perilaku terpuji di Kelas III adalah sebanyak 3 atau 25% dari 15 siswa.

Berdasarkan faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar perilaku terpuji, maka diperlukan perubahan metode pembelajaran konvensional menjadi metode pembelajaran aktif. Salah satu metode pembelajaran yang akan dipilih untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar perilaku terpuji adalah metode pembelajaran role playing. Adapun tujuannya penelitian menggunakan metode bermain peran (role playing) ini adalah agar siswa lebih giat dan rajin belajar, lebih memahami lagi lebih mendalam kedalam pelajaran tersebut sehingga mudah untuk diaplikasikan, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pelajaran yang dapat diberikan pada siswa adalah pelajaran akidah akhlak tujuannya agar siswa dapat mengetahu iadab, akhlak dan prilaku yang baik sehingga dapat diaplikasikan atau diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Begitu pula sebaliknya supaya siswa mengetahui adab, akhlak dan prilaku yang tidak sepantasnya diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari

Pemilihan pembelajaran dengan metoderole playing didasarkan pada perkembangan anak didik, khususnya Kelas III yang lebih suka bermain berkelompok bersama teman-temannya. Dengan metode role playing, siswa akan bermain peran secara berkelompok.

 Kajian Teori

Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil usaha. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal Arifin (1991: 3) bahwa prestasi adalah hasil usaha dari suatu perbuatan. Menurut Hasan Alwi, dkk. (2005: 895), prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Menurut W.S. Winkel sebagaimana dikutip Margi Astuti (2007: 15), prestasi adalah bukti yang dapat dicapai siswa dalam waktu tertentu dan dapat diukur dengan suatu alat dan tes. Pengertian belajar menurut Abin Syamsudin (Conny R. Semiawan, 1999: 245) adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan perilaku pribadi.

sedangkan Anita E. Woolfolk (Conny R. Semiawan, 1999: 245), mangatakan bahwa belajar terjadi ketika suatu pengalaman mengakibatkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu. Dari kedua definisi yang disebutkan, terdapat empat kata kunci dibalik definisi kata belajar, yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku, pribadi, permanen dan pengalaman. Jika dirumuskan secara komprehensif dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.

Pengertian ini juga didukung oleh Peter C. Gega (Sri Rumini, dkk. 1998: 156), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat dari suatu pengalaman. Peter C. Gega dan J. Berlliner (Patta Bundu, 2006: 14) juga menyatakan bahwa belajar adalah dari pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli tentang hakekat belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil dari pelatihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.

Metode Role Playing

Metode pembelajarn role playing adalah metode pembelajaran yang menekankan pada belajar secara berkelompok. Role playing biasanya dilakukan dengan bermain peran dalam kelompok (Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2009: 77). Pembelajaran role playing dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

  • Tahap memotivasi kelompok.
  • Tahap memilih pemeran.
  • Tahap menyiapkan pengamat.
  • Tahap menyiapkan permainan peran.
  • Tahap pemeranan.
  • Tahap diskusi dan evaluasi.
  • Tahap pemeranan ulang.
  • Tahap diskusi dan evaluasi kedua.

Pemilihan pembelajaran dengan metode role playing didasarkan pada perkembangan anak didik, khususnya Kelas III yang lebih suka berkelompok bersama teman-temannya. Dengan metode role playing, siswa akan terbagi menjadi kelompok-kelompok.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penilitian berlokasi di SDN 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Januari s.d April 2019. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas III SD Negeri 1 Mlilir yang berjumlah 16 anak terdiri atas 6 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Data dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.

Tes adalah alat pengumpul informasi mengenai hasil belajar yang berupa pertanyaan atau kumpulan pertanyaan. Adapun tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pretes dan postes. Pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran. Sedangkan postes dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setelah menggunakan metode role playing.

Data yang terkumpul berupa hasil observasi, tes dan dokumentasi pembelajaran. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan hambatan yang terjadi selama pembelajaran. Analisis data dilakukan sejak data diperoleh dari hasil observasi. Hal ini bermanfaat untuk rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Dalam kegiatan belajar mengajar, dituntut adanya penggunaan media yang dapat membantu dalam menyampaikan materi pembelajaran agar mudah dipahami oleh siswa. Penggunaan media yang menarik akan membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Apabila penggunaan media yang tidak tepat atau tidak menarik, siswa kesulitan untuk memahami materi pelajaran atau tidak berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajara. Siswa yang berminat mengikuti kegiatan belajar mengajar, prestasi yang didapatkan juga akan baik.

Kegiatan awal sebelum memasuki pelaksanaan siklus 1, peneliti melakukan tindakan pra penelitian. Kegiatan ini meliputi observasi terkait kegiatan pembelajaran. Sebagai awal tindakan, peneliti mengambil nilai pendidikan akhlak sebagai nilai dasar masing-masing siswa. Nilai dasar ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai pendidikan akhlak setelah diaksanakan siklus 1.

Nilai tes formatif pada kondisi awal di atas dapat diterangkan terdapat siswa tuntas sebanyak 3 siswa atau 18,75% dan siswa belum tuntas sebanyak 13 siswa atau 81,25% dengan nilai rata-rata sebesar 57,50.

Jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 87,50% karena masih dalam kriteria tidak dan kurang aktif, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 2 siswa atau 12,50% dalam kriteria aktif.

Berdasarkan hasil observasi di atas, maka peneliti melakukan tindakan dalam bentuk siklus sebagaimana pada uraian berikut ini.

Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1

Terdapat siswa tuntas sebanyak 9 siswa atau 56,25% terdiri dari 6 siswa dengan nilai 70 dan 2 orang siswa dengan nilai 80, sedangkan siswa belum tuntas sebanyak 6 siswa atau 46,67% dengan nilai rata-rata sebesar 66,00.

Dari penjelasan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada 9 siswa atau 56,25% yang sudah tuntas belajarnya namun secara klasikal belum dapat dinyatakan berhasil karena belum memenuhi kriteria keberhasilan sebesar 85% dari jumlah siswa tuntas belajarnya. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus pertama pertemuan 1 dapat disimpulkan bahwajumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 13 siswa atau 81,25%. sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 18,75%.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus pertama pertemuan 2 dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa atau 25% sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 75,00%.

Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan menandakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai standar yang ditetapkan karena jumlah siswa yang tuntas kurang dari jumlah yang ditetapkan yaitu minimal 85% mendapat nilai minimal 70. Dengan kata lain siklus I belum berhasil dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya. Secara lebih rinci penjelasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran

Observasi

Hasil observasi pada siklus I diperoleh dari hasil observasi penilaian sikap percaya diri dan perilaku tekun, hasil observasi kegiatan pembelajaran dan catatan lapangan. Pada pertemuan I, kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Siswa pun terlihat antusias saat guru menyampaikan apersepsi dengan bertanya pada siswa “Siapa yang sudah pernah melihat sinetron di televisi?” Semua siswa menjawab serentak dengan jawaban yang sama yaitu sudah pernah. Guru terlihat senang karena siswa bersemangat dalam memulai pembelajaran. Akan tetapi, saat kegiatan inti ada dua kelompok yang yang tidak menyimak penjelasan guru tetapi langsung mencoba membaca naskah dan berbagi peran dengan kelompoknya.

Pada pertemuan II, guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran di awal sehingga siswa terlihat bingung saat kegiatan inti. Akan tetapi, hal tersebut dapat diatasi karena guru langsung menyampaikan tujuan pembelajaran saat siswa terlihat kebingungan.Siswa terlihat bersemangat saat berlatih role playing dengan kelompok masing-masing.

Setelah 40 menit siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah, perwakilan dari masing-masing kelompok mengambil nomor undian untuk maju. Yang mendapat giliran maju untuk pertama kalinya adalah kelompok 2. Setelah kelompok 2 maju, kelompok yang lain memberikan tanggapan. Kelompok yang lain masih terlihat malu untuk memberikan tanggapan. Hanya dua orang siswa saja yang berani untuk memberikan tanggapan. Setelah kelompok 2 selesai, selanjutnya adalah kelompok 3. Yang memberi tanggapan untuk kelompok 3 masih dua anak yang memberikan tanggapan untuk kelompok 2 tadi. Setelah kelompok 3 selesai, terlihat ada 7 anak yang tunjuk jari. Kebanyakan dari mereka memberikan tanggapan bahwa kelompok 3 sangat bagus karena mereka membuat penonton tertawa. Selanjutnya yaitu kelompok terakhir yaitu kelompok 1. Siswa sudah terlihat tidak konsentrasi karena sebentar lagi bel istirahat berbunyi sehingga ada dari mereka yang sudah berkemas-kemas memasukkan peralatan belajarnya.

Oleh karena itu, hanya ada 4 siswa saja yang memberikan tanggapan. Walaupun baru pertama kali, tetapi siswa sudah terlihat kreatif. Mereka membawa benda sebagai pendukung dalam role playing tersebut yaitu pensil gambar.

Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Rekapitulasi Nilai Tes Formatif pada siklus kedua di atas dapat diterangkan terdapat siswa tuntas sebanyak 16 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang belum tuntas belajarnya dengan nilai rata-rata sebesar 80,63. Jika dibandingkan antara hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka diperoleh adanya peningkatan pada hasil belajar siswa. Berdasarkan persentase yang diperoleh, penelitian tindakan kelas pada siklus ini telah berhasil karena ketuntasan belajar mencapai angka 100% dan nilai rata-rata hasil belajar sebesar 80,63 sehingga semua kriteria keberhasilan telah tercapai, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Secara lebih rinci penjelasan mengenai penilaian hasil belajar siswa pada siklus kedua dapat dilihat pada bagian lampiran-lampiran

Rekapitulasi Peningkatan aktivitas belajar pada siklus kedua dapat disimpulkan bahwajumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa atau 100% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa atau 0%.

Rekapitulasi Peningkatan aktivitas belajar pada siklus kedua dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa atau 100% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 0 siswa atau 0%.

Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II karen pada siklus II keaktifan belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 85% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengamatan pada siklus I dengan lembar observasi yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis siswa selama proses pembelajaran pada siklus I menunjukan perubahan kearah yang positif. Hal-hal yang mendukung terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran agama Islam berdasarkan kejadian selama proses pembelajaran diantaranya dapat diketahui melalui pendapat dari siswa.

Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I menunjukan adanya peningkatan dibandingkan sebelum diberi pembelajaran dengan metode role playing. Kondisi seperti ini sesuai dengan pendapat Semiawan (1987:8) yang menyatakan bahwa metode dan pendekatan yang digunakan guru secara lebih variatif akan mendorong siswa untuk belajar secara aktif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh guru akan lebih menarik.

Pembelajaran yang sebelumnya bersifat abstrak dan teoritis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan berubah menjadi menarik. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode role playing merupakan langkah yang tepat.

Dengan metode ini siswa menjadi lebih paham, karena pembelajaran menjadi lebih konkrit dan realistis. Metode role playing merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada belajar secara berkelompok. Role playing biasanya dilakukan dengan bermain peran dalam kelompok (Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2009: 77).

Penggunaan metode role playing dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan guru. Oleh karena itu tak heran jika dalam siklus I penelitian sudah terlihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode role playing juga mengikis kesan verbalisme dalam pembelajaran agama Islam. Guru cenderung lebih mengurangi komunikasi satu arah, sehingga peran aktif siswa dalam pembelajaran menjadi lebih meningkat. Untuk lebih meningkatkan hasil yang maksimal dalam suatu proses pembelajaran, serta mengetahui tingkat kemampuan anak secara maksimal pula diadakan siklus II.

Pada siklus II hasil belajar siswa sesudah diberi pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan metode role playing menunjukan peningkatan. Peningkatan ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan yang dituangkan dalam hipotesis, dan sesuai dengan prinsip belajar tuntas. Oleh karena itu peneliti merasa tidak perlu untuk melakukan siklus ketiga, dan penelitian dianggap telah berhasil.

Peningkatan hasil belajar siswa sesudah siklus II dilakukan disebabkan semakin optimal metode yang digunakan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Slameto (1995:54-72) yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari tepat tidaknya metode pembelajaran dan media yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang. Dengan bervariasi potensi yang tersedia melahirkan metode pembelajaran dan media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan catatan lapangan. Pedoman observasi yang digunakan yaitu pedoman penilaian keterampilan berbicara dan pedoman observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran.

 

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dijelaskan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Ada peningkatan prestasi belajar pendidikan akhlak siswa Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019 setelah pembelajaran PAI menggunakan metode role playing.
  2. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019 dari keadaan awal 57,50 meningkat menjadi 66,88 pada siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 80,63 pada siklus II.
  3. Ada peningkatan presentase jumlah siswa yang tuntas KKM dari pra tindakan 18,75% meningkat menjadi 56,25% pada siklus I kemudian mencapai indikator keberhasilan pada siklus II yaitu 100%.
  4. Ada peningkatan prosentase aktivitas belajar siswa dari pra siklus yaitu ada 2 siswa atau 12,50% meningkat menjadi 11 siswa atau 18,75% pada siklus I pertemuan 1, meningkat menjadi 75,00% pada siklus I pertemuan 2. Kemudian mencapai indikator keberhasilan pada siklus II, baik pertemuan 1 dan pertemuan 2 siswa yang tuntas ada 16 anak atau 100%.

Dengan demikian indikator keberhasilan baik aktivitas siswa yaitu 85% siswa aktif mengikuti pembelajaran, dan prestasi belajar minimal 80% siswa tuntas belajar, keduanya sudah terlampaui. Dengan terlampauinya indikator keberhasilan maka dinyatakan penelitian berhasil dan dihentikan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kelas III SD Negeri 1 Mlilir Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2018/2019, dapat diberikan saran-saran kepada beberapa pihak sebagai berikut:

Sekolah

  • Sekolah sebaiknya memberikan kesempatan kepada guru untuk mengekplorasi metode- metode pembelajaran serta memfasilitasi kegiatan yang dirancang guru.
  • Sekolah hendaknya memfasilitasi siswa dalam pengembangan diri selain penguasaan materi

Guru

  • Guru hendaknya memberikan variasi metode dalam proses pembelajaran diantaranya dengan menggunakan metode role playing.
  • Apabila guru menggunakan metode ini, sebaiknya menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan sistematik.

 

Siswa

Sebaiknya siswa menerapkan pendidikan akhlak tidak hanya di sekolah saja tetapi juga perlu menerapkan di rumah agar kualitas keimanan dan ketaqwaan mereka menjadi meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Barmawy Umary. (1980). Materi Akhlak. Solo: Ramadani.

Conny R Setiawan. (1999). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud

Cronbach, L. Y. (1959). Essensial of Psichological Testing. New York: Harper & Row Publiser.

Dekdibud.(1988). Kamus Besar Pendidikan agama Islam. Jakarta: Balai Pustaka.

Depag RI. (1983). Al Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Surya Cipta Kasara.

Fatchur Rahman. (1981). Ikhtisar Musthalahu’l Hadits. Yogyakarta: PT Al
Ma’arif

Hasan Alwi, dkk. (2005). Kamus Besar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Balai Pustaka.

Henry Guntur Tarigan. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa

  1. Tholib. (1996). Pendidikan Islam Metode 30 T. Bandung: Irsyad Baitussalam.

Margi Astuti. (2007). Hubungan antara Perhatian Orang Tua, Status
Sosial, Ekonomi Orang Tua, Dan lingkungan Belajar dengan
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa kelas I Akuntansi SMK YPKK
Sleman Tahun Ajaran 2007/2008, Tesis. Yogyakarta: UNY

Muhaimin dan Abd, Mujib. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam Kajian
Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Triganda Karya.

Muhhibin Syah. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Mulyati Sumantri & Johar Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud

Nana Sudjana. (1999). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nana Sudjana. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Ngalim Purwanto. (1996). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Remaja Karya.

Patta Bundu. (2006). Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.

Prananto Sukmajaya. (2006). Pengaruh Pemanfaatan Program Video
Pembelajaran Televisi Edukasi terhadap Peningkatan Prestasi
Belajar Bahasa Inggris Siswa kelas VII SMP Negeri 8
Yogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta: UNY.

Reni Akbar dan Hawadi. (2006). Akselerasi A – Z Informasi percepatan
Belajar dan Anak berbakat Intelektual. Jakarta: Gramedia Roestiyah. (2001 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sholeh, Asrorun Ni’am. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Elsas

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soejono, Ilmu Pendidikan Umum, Bandung: CV Ilmu, 1980.

Srini M Iskandar. (1996). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud

Suharsimi Arikunto. (1973). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaiful Bahri Jamarah & Aswar Zain. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Yusuf A Hasan. (1980). Sistem Informatika Pendidikan. Solo: Ramadani.