Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Problem Based Instruction Dengan Media Kartu Pintar
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA
MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
DENGAN MEDIA KARTU PINTAR
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KALIWUNGU 01
KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Triyono
SD Negeri Kaliwungu 01Kabupaten Semarang
ABSTRAK
Latar belakang permasalahan dalam pembelajaran IPA, guru kurang melibatkan siswa dalam penyelidikan, siswa kurang dilatih dalam mengembangkan hasil karya (produk). Konsep-konsep yang dikuasai siswa hanya diberikan secara hafalan oleh guru, siswa kurang dibelajarkan melalui proses penemuan yang berorientasi pada masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan masalah tersebut, solusi yang paling tepat adalah dengan menerapkan model PBI dengan media kartu pintar. Rumusan masalah secara umum adalah Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01?. Sedangkan secara khusus adalah apakah melalui model pembelajaran Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Kaliwungu 01?. Tujuan umum dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01. Secara khusus adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Kaliwungu 01. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, menggunakan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar yang diterapkan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SDN Kaliwungu 01. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan nontes. Sedangkan teknik analisis data menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan : (1) keterampilan guru memperoleh rata-rata skor dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 21,5 dengan kriteria cukup; siklus 2 memperoleh skor 27 dengan kriteria baik. Pada siklus 3, skor yang diperoleh yaitu 30,5 dan termasuk dalam kategori baik. (2) Aktivitas siswa memperoleh rata-rata skor dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 21,85 dengan kriteria cukup; Siklus 2 memperoleh skor 24,35 dengan kriteria baik. Pada siklus 3, skor yang diperoleh yaitu 31,2 dengan kategori baik. (3) Hasil belajar siswa memperoleh rata-rata persentase ketuntasan klasikal dari dua pertemuan pada siklus 1 adalah 55,41%. Siklus 2 memperoleh persentase ketuntasan klasikal adalah 68%. Pada siklus 3, persentase ketuntasan klasikal yaitu 81%. Hasil penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil. Adapun simpulan penelitian ini, melalui model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kaliwungu 01, Kec. Kaliwungu, Kab. Semarang. Saran bagi guru adalah perlu persiapan matang sebelum memulai pembelajaran dengan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar.
Kata kunci : Model Problem Based Instruction (PBI), Kualitas Pembelajaran, Media kartu pintar.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia beserta berbagai Peraturan Pemerintah (PP) yang berkenaan dengan pendidikan tercantum dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 (BSNP, 2007: 2). Dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan dan kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar SD/MI yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (Permendiknas, 2006) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa perkembangan IPA tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah dikaji mengenai standar isi untuk pendidikan dasar dan menengah, pelaksanaan proses belajar yang diharapkan yaitu sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 (Permendiknas, 2007) mengenai standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk ter- laksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Tentunya tanpa meninggalkan proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah yang mengedepankan interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi keaktifan partisipasi, ruang lega untuk berkreasi, memunculkan ide gagasan yang original selaras dengan bakat, minat, fisik dan suasana psikologi peserta didik.
Dari beberapa uraian kendala yang ditemukan observer dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Kaliwungu 01, diperkuat dengan adanya data kuantitatif yang masih banyak siswa mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Data hasil belajar siswa menunjukkan dari 37 siswa kelas V, yang mendapat nilai memenuhi KKM yaitu 17 (46%) siswa, sedangkan 20 (54%) siswa mendapat nilai dibawah KKM. Dari data yang diperoleh tersebut, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA agar pembelajaran lebih bermakna. Hal itu, dapat dilakukan dengan diawali adanya peningkatan pada keterampilan guru yang dapat memicu motivasi dalam belajar, dapat diupayakan dengan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif dan menekankan keterampilan dasar mengajar guru. Sehingga, dapat memicu aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Untuk meminimalisir berbagai kendala yang terdapat dalam pembelajaran IPA diperlukan penerapan model pembelajaran inovatif yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Pembelajaran inovatif mengutamakan peran guru sebagai fasilitator, evaluator, motivator, dan informator. Sehingga siswa belajar dengan penyelidikan dan dapat memecahkan masalah melalui pengetahuannya dan interaksi dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat meminimalisir masalah tersebut di atas adalah dengan menerapkan model Problem Based Instruction. Menurut Arends (2008: 43), Problem Based Intruction merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan siswa. Sehingga, dengan menerapkan model Problem Based Instruction pada pembelajaran IPA, maka kerja ilmiah pun menjadi terdukung. Karena, model Problem Based Instruction menuntut siswa untuk berpikir kritis dengan melakukan berbagai penyelidikan yang berorientasi pada permasalahan autentik guna pemecahan masalah. Dengan demikian, melalui PBI siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif). Prinsip penggunaan model pembelajaran inovatif Problem Based Instruction adalah siswa lebih terlatih untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis.
Kelebihan Problem Based Instruction menurut Arends (2008: 45) sebagai suatu model pembelajaran meliputi pembelajaran berbasis masalah mendorong kerja sama dan penyelesaian bersama berbagai tugas, pembelajaran berbasis masalah memiliki elemen-elemen yang mendorong observasi dan dialog dengan pihak lain agar seorang siswa mampu melaksanakan observasi, pembelajaran berbasis masalah dapat melibatkan siswa dalam penelitian yang memungkinkan mereka untuk menjelaskan berbagai permasalahan nyata dan mengontruksikan pemahaman mereka sendiri, membantu siswa menjadi pembelajar yang independen dan self-regulated. Sehingga dapat disimpulkan kelebihan penggunaan model pembelajaran Problem Based Instruction dapat melatih siswa berpikir kritis, belajar menemukan sendiri, dan melatih dalam melakukan penyelidikan.
Sesuai penjelasan mengenai model Problem Based Instruction di atas, guna menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA dan menanamkan konsep kepada siswa, perlu adanya media pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai alat penunjang pembelajaran adalah Media Kartu Pintar. Media Kartu Pintar menurut Arsyad (2011: 56) merupakan salah satu media pembelajaran visual yang termasuk dalam media grafis. Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian. Disebut kartu pintar karena kartu ini berguna untuk membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar, sehingga memudahkan mereka dalam menguasai dan pintar belajar IPA. Kartu pintar bisa dibuat dari potongan kertas manila yang kemudian diberi tulisan dan gambar di atasnya dengan berbentuk lingkaran. Sebagai media pembelajaran, kartu pintar ini tergolong mudah dan murah, tidak memerlukan banyak biaya, namun bisa efektif untuk mengembangkan kreativitas guru.
Beberapa penelitian sebelumnya yang dapat digunakan sebagai data pendukung oleh peneliti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sedubun berjudul “Upaya meningkatkan pembelajaran IPA menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) siswa kelas V SDN Madyopuro V Kecamatan Kedungkandang kota Malang”. Rerata hasil belajar siswa yaitu 60,29. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan belum mencapai Standar Ketuntasan Minimal. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Instruction.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Gunanto yang berjudul, “Peningkatan kualitas pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada Kelas VB SD Negeri Tambakaji 01 Semarang”. Berbagai permasalahan yang muncul pada saat pembelajaran diantaranya guru mengajarkan konsep IPA hanya secara hafalan, siswa belum dibelajarkan melalui proses penemuan-penemuan yang berorientasi pada masalah dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif bertanya maupun mengeluarkan pendapat dalam proses pembelajaran. Sehingga, berdasarkan permasalahan yang ditemukan tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Instruction.
Dari hasil penelitian di atas dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan tindakan yang akan peneliti laksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction. Oleh karena itu perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SDN Kaliwungu 01.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengkaji masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar siswa kelas V SDN Kaliwungu 01”.
PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kaliwungu 01?
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
- Apakah melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Kaliwungu 01?
- Apakah melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SD Negeri Kaliwungu 01?
- Apakah melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA kelas V SD Negeri Kaliwungu 01?
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kaliwungu 01.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
- Mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu
- Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu
- Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis, dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Instruction dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat menjadikan acuan teori untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. Selebihnya diharapkan dapat menambah hasanah bagi dunia pendidikan.
Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak berikut :
Bagi Guru
Penerapan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam proses pembelajaran dengan lebih mengembangkan model pembelajaran yang inovatif, meningkatkan kreativitas guru dengan menggunakan variasi dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa saat pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction dengan media kartu pintar.
Bagi Siswa
Penerapan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPA, siswa lebih termotivasi dan dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA sehingga membangun sikap ilmiah pada siswa dan mengkontruksi pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman sendiri.
Lembaga
Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan kerjasama antar guru dan memberikan kontribusi yang lebih baik dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di SDN Kaliwungu 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang.
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga akan terjadi perubahan perilaku. Karena hasil dari kegiatan belajar dapat dinilai dari perubahan perilaku seseorang. Berikut beberapa pengertian belajar. Menurut Rifa‟I dan Anni, (2009: 82) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
Sedangkan menurut Hamalik (2008:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Pengertian Problem Based Instruction sebagai Model Pembelajaran
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan autentik dengan tujuan untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan tingkat tinggi. Pengertian pembelajaran berbasis masalah juga disampaikan oleh Rusman (2012:229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul- betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan.
Mengemukakan bahwa kurikulum pembelajaran berbasis masalah membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
Arends (2008: 45) pembelajaran berbasis masalah ini terdiri dari lima fase utama yang dimulai dengan guru yang mengarahkan siswa ke sebuah situasi bermasalah dan berpuncak pada presentasi dan analisis hasil kerja siswa dan berbagai artefak. Bila cakupan masalah yang disajikan tidak terlalu luas, kelima fase model itu dapat diselesaikan dalam waktu beberapa jam pelajaran.
Beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah dalam Arends (2008:42) adalah sebagai berikut: 1) pertanyaan atau masalah yang menantang, yairu mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah dalam kehidupan nyata; 2) fokus interdisipliner, yaitu masalah dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek; 3) investigasi autentik, yaitu mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil; 4) produksi artefak dan exhibit, menuntut siswa untuk mengkonstruksi produk yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi mereka; 5) kolaburasi, pembelajaran berbasis masalah ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, paling sering secara berpasangan atau berkelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir siswa dengan melakukan percobaan secara langsung sehingga dapat membantu anak untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif, karena siswa mengalami sendiri dengan menemukan sendiri.
KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian teori sebagai dasar dan kajian empiris sebagai pendukung peneliti, kegiatan belajar yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru sebagai fasilitator, evaluator, motivator, dan informator. Guru sebagai pemberi informasi seharusnya dapat memberikan sikap menantang bagi siswa, seperti memberikan pertanyaan mengenai permasalahan berdasar kehidupan nyata. Sehingga dapat menumbuhkan sikap penyelidikan pada siswa. Kegiatan penyelidikan dan eksperimen jarang dilaksanakan dalam pembelajaran, yang terjadi pun siswa menjadi pasif dalam pembelajaran dan kurang memahami tentang penyelidikan atau eksperimen. Pembelajaran secara berkelompok masih jarang dilakukan, sehingga siswa lebih cenderung bekerja secara individual dan tidak bekerja secara kooperatif. Guru juga kurang apresiasi terhadap pengorganisasian hasil karya siswa, sehingga produk dari pembelajaran belum terlaksana.
Kondisi seperti yang telah diuraikan di atas, memerlukan suatu perbaikan kualitas pembelajaran, salah satu diantaranya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran. Sehingga model pembelajaran yang diterapkan dapat mengatasi permasalahan yang sedang terjadi. Mata pelajaran IPA yang mempelajari tentang alam akan lebih bermakna dan bervariasi jika menggunakan alat bantu atau alat peraga untuk menyampaikan materi ajarnya. Selain memudahkan siswa untuk mengingat kembali, dengan adanya media pembelajaran juga akan membengkitkan imajinasi dan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Oleh karena itu diharapkan guru yang berperan sebagi fasilitator dapat menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal tersebut, penerapan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran Problem Based Instruction merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi dengan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang disajikan secara nyata sehingga siswa bekerja secara kooperatif untuk menyusun pemecahan masalah, menyusun hipotesis, melaksanakan pemecahan masalah dengan kegiatan eksperimen dan menyusun hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai hasil karya siswa. Pembelajaran dengan model Problem Based Instruction ini mengajarkan siswa untuk belajar bermakna sesuai dengan pengalamannya. Siswa berkelompok dan mengkonstruksi pengetahuannya sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat. Dengan bantuan media kartu pintar, siswa menerjemahkan konsep yang abstrak menjadi lebih nyata dan menarik. Pembelajaran yang dilaksankan pun akan lebih dapat divisualisasikan siswa dan mudah dipahami. Media kartu pintar dapat memberi gagasan kepada guru agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif, mudah dipahami dan menarik.
METODE PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01 Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang. Penelitian dilaksanakan di kelas ini berdasarkan pertimbangan peneliti dan guru kolabulator (guru kelas V). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, peneliti juga berperan sebagai pelaksana tindakan.
3.1. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah guru (peneliti), siswa kelas V SDN Kaliwungu 01 sebanyak 37 siswa, terdiri dari 22 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki, tahun ajaran 2018/2019. Pada pengamatan aktivitas siswa terfokuskan pada 12 siswa, terdiri dari 5 laki-laki dan 7 perempuan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Problem Based Instruction (PBI) yang dilaksanakan di SDN Kaliwungu 01 ini meliputi hasil kegiatan pengamatan terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V semester 02. Data kualitatif yaitu keterampilan guru dan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari soal evaluasi yang diberikan di setiap akhir siklus, untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi energi panas dan bunyi. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 3 siklus, dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan.
Berikut akan dipaparkan hasil penelitian yang terdiri atas keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01.
Deskripsi Data Pelaksanaan Siklus I
Berdasarkan paparan data hasil observasi keterampilan guru pada pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor rata-rata 2,2 dan pertemuan 2 dengan skor rata-rata 2,6. Sehingga diperoleh skor rata-rata siklus I adalah 2,3 dengan persentase 60% dengan kriteria cukup (C). Berdasarkan kualifikasi skor yang diperoleh, simpulan bahwa keterampilan guru pada siklus I dinyatakan belum berhasil.
Perolehan skor aktivitas siswa pada siklus I adalah 21,85 (60%) dengan kriteria cukup (C). Perolehan skor aktivitas siswa di atas, sesuai dengan catatan lapangan dan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Data hasil pelaksanaan tindakan siklus II. Rata-rata skor keterampilan guru yang diperoleh dari pertemuan 1 dan 2 adalah 3 persentasenya 75% dan termasuk dalam kualifikasi baik. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I sebesar 60% menjadi 75% pada siklus II. Perolehan skor pada hasil observasi keterampilan guru siklus II tersebut, sesuai dengan catatan lapangan yang terdapat pada halaman 407.
Peningkatan nilai yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Terjadi peningkatan untuk nilai rata-rata yaitu dari 66 menjadi 74,3 serta untuk siswa yang tuntas pada siklus I terdapat 21 siswa meningkat menjadi 25 siswa tuntas. Sehingga, terjadi peningkatan pada siklus II. Perolehan skor dengan nilai terendah 50 dikarenakan beberapa faktor yang memperngaruhi belajar, yaitu internal dan eksternal. Dari faktor internal, terlihat siswa masih kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat orientasi siswa pada masalah, sedangkan dari faktor eksternal terlihat siswa yang lebih suka bermain dengan alat tulisnya di ajak temannya untuk berbicara.
Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Data hasil keterampilan guru pada mata pelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar pada siswa kelas V mendapatkan skor rata-rata 3,4 dengan persentase 85% dan kriteria baik (B) dan tingkat ketuntasan berhasil.
Perolehan data pelaksanaan tindakan siklus III terhadap keterampilan guru, aktivitas siswa, hasil belajar menunjukkan peningkatan dari kedua siklus sebelumnya. Hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi ketiga variabel telah memenuhi keberhasilan indikator yang ditetapkan dan dapat dikategorikan berhasil. Sehingga peneliti menetapkan bahwa penelitian tindakan kelas ini dicukupkan sampai siklus III. Namun penelitian tindakan kelas masih dimungkinkan dilaksanakan penelitian lanjutan untuk lebih meningkatkan indikator keberhasilan pada mata pelajaran sama dan kelas berbeda atau mata pelajaran berbeda dan kelas sama dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- membimbing siswa menyusun pemecahan masalah yang akan dilaksanakan
- membimbing siswa untuk mencatat pemecahan masalah yang dilakukan siswa lain sehingga dapat menyempurnakan jawaban
- pemberian penguatan yang memotivasi siswa.
Rekapitulasi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Berdasarkan data pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus. Data pengamatan yang diperoleh disesuaikan dengan variabel, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.
Data hasil karya siswa pada siklus I, II, dan III yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut ditunjukkan pada perolehan skor siklus I adalah 8,6 presentase 52,5% dengan kriteria cukup (C), meningkat pada siklus II perolehan skor 10,3 persentase skor 65% dengan kriteria cukup (C), sedangkan siklus III memperoleh skor 13 persentase 83% dengan kriteria baik (B). Sehingga, pembuatan hasil karya yang dilakukan oleh siswa sebagai produk dalam pembelajaran selalu dilakukan perbaikan pada setiap siklus dan dapat mengebangkan kreativitas siswa dalam pembelajarannya.
PEMBAHASAN
Pemaknaan Temuan Penelitian
Hasil Observasi Keterampilan Guru
Data hasil pengamatan terhadap keterampilan guru pada penelitian tindakan ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru sudah dapat menerapkan delapan keterampilan dasar mengajar guru dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01. Selain itu, guru juga harus memiliki ciri sebagai guru yang efektif sesuai dengan pendapat Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari: 1) memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, 2) kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, 3) memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), 4) memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri Khoi (2009). Sehingga, simpulan dari pembahasan keterampilan guru tersebut adalah penerapan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran IPA.
Peningkatan keterampilan guru dalam penelitian ini dari siklus I sampai siklus III senada dengan hasil penelitian Gunanto pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction pada setiap siklusnya meningkat yaitu dari siklus I ke siklus III. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan keterampilan guru pada pembelajaran IPA.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Indikator memperoleh penilaian sebenarnya memperoleh skor siklus I adalah 2,6 (65%). Perolehan skor siswa sebagian besar pada setiap pertemuan adalah 3. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, yaitu memperhatikan penjelasan guru, melakukan penyelidikan sesuai cara kerja dan petunjuk, dan aktif yang positif selama pembelajaran. Namun, beberapa siswa masih gaduh dan menggunakan bahan serta alat pembelajaran untuk bermain dan bercanda. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu dengan pengawasan guru. Siswa mengumpulkan evaluasi kepada guru dan tidak dibawa pulang tanpa seijin guru. Sebagian besar dapat menyelesaikan soal dengan tepat waktu. Siklus II mendapatkan skor 2,7 (68,7%). Sebagian besar siswa memperoleh skor pada setiap pertemuan adalah 4. Siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, hanya sebagian sedikit siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, siswa mengerjakan soal evaluasi pada akhir siklus, sehingga untuk pertemuan 1 siswa diuji oleh guru melalui pertanyaan. Selain itu, mengumpulkan soal kepada siswa. Sebagian besar pun mengerjakan soal dengan baik dan tepat waktu. Siklus III dengan skor 3,3 (83%). Peningkatan setiap siklus ditunjukkan dengan aktivitas siswa yaitu mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan soal evaluasi dengan mandiri, mengumpulkan soal evaluasi dengan tertib dan tidak dibawa pulang tanpa seijin guru,menyelesaikan soal dengan tepat waktu. Indikator mendapatkan penilaian sebenarnya ini sesuai dengan pendapat Diedrich dalam Hamalik (2008: 174) mengenai aktivitas menulis ditunjukkan dengan menulis jawaban soal evaluasi dengan rapi, tepat, dan benar, sehingga mudah untuk dipahami. Sedangkan, aktivitas emosional ditunjukkan dengan minat siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan, berani menyampaikan pendapat, dan bertanya, tenang dan memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu, kegiatan mendapat penilaian sebenarnya termasuk dalam asesmen formatif dan asesmen sumatif. Asesmen formatif dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, dapat berupa balikan atas pekerjaan siswa, dan tidak akan digunakan sebagai dasar untuk kenaikan kelas. Sedangkan asesmen sumatif dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa memahami materi untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa Rifa‟I dan Anni (2009: 255).
Peningkatan aktivitas siswa dalam penelitian ini dari siklus I sampai siklus III senada dengan hasil penelitian Gunanto pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction pada setiap siklusnya meningkat yaitu dari siklus I ke siklus III. Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran IPA.
Hasil Belajar Siswa
Perolehan skor hasil belajar siswa pada setiap siklusnya menunjukkan adanya keseriusan siswa dalam mengerjakan soal-soal evaluasi yang diberikan oleh guru dengan pembelajaran IPA menerapkan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar, siswa belajar dengan beberapa langkah yang tidak hanya menuntut kemampuan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi saja, namun juga dituntut untuk dapat mengembangkan pemahaman individu berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh, melakukan percobaan bersama kelompok, mengembangkan hasil karya (produk). Hal tersebut sesuai dengan unsur IPA menurut Sutrisno (2007: 1-21) IPA sebagai proses merujuk suatu aktivitas ilmiah yang dilakukan para ahli IPA. Setiap aktivitas ilmiah mempunyai ciri rasional, kognitif, dan bertujuan. Aktivitas siswa mencari ilmu menggunakan kognitifnya. Selain itu, dalam proses aktivitas ilmiah harus mempunyai tujuan, yaitu mencari kebenaran dan mencari kebenaran yang terbaik. Sehingga, berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan akan diperoleh produk atau hasil dari pembelajaran IPA itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sutrisno (2007: 1-25) IPA sebagai produk ilmiah dapat berupa pengetahuan IPA yang dapat pula ditemukan dalam buku-buku ajar, majalah-majalah ilmiah, artikel ilmiah yang terbit pada jurnal, serta pernyataan para ahli IPA. Pada penelitian ini, siswa mengembangkannya. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada penelitian ini menunjukkan peningkatan pada tiap siklus. Peningkatan tersebut senada dengan hasil penelitian Gunanto pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa perentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat pada siklus I sampai siklus III dan dapat dikatakan bahwa siswa sudah mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01 diperoleh simpulan sebagai berikut :
- Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru pada pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Kaliwungu 01. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya perolehan skor keberhasilan keterampilan mengajar guru dari siklus I sebesar 21,5 dengan persentase 60% dengan kriteria cukup (C) meningkat pada siklus II jumlah skor 23,65 dengan persentase skor 75% dengan kriteria baik (B) dan siklus III jumlah skor 30,5 dengan persentase skor 85% dengan kriteria (B). berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan pada keterampilan guru setiap siklus pelaksanaannya. Dari data tersebut dapat disimpulkan keterampilan guru telah mencapai indikator keberhasilan dengan kriteria sekurang-kurangnya aktif dengan skor 25 s/d 32.
- Aktivitas belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA meningkat dengan menerapkan model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar. Peningkatan ini ditunjukkan dengan perolehan skor aktivitas belajar siswa siklus I sebesar 21,85 persentase 60% dengan kriteria cukup (C), siklus II memperoleh jumlah skor sebesar 24,35 dengan persentase 68% kriteria cukup (C), dan siklus III memperoleh jumlah skor sebesar 31,2 dengan persentase 88% kriteria baik (B). Berdasarkan data tersebut dapat terlihat bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus pelaksanaan. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan dengan kriteria sekurang-kurangnya aktif dengan skor 25 s/d 32.
- Melalui model Problem Based Instruction dengan media kartu pintar pada pembelajaran IPA pokok bahasan energi panas dan energi bunyi kelas V SDN Kaliwungu 01 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil evaluasi pada setiap siklusnya diperoleh data pada siklus I dengan nilai terendah pertemuan 1 adalah 43 dan pertemuan 2 adalah 53, nilai tertinggi pertemuan 1 adalah 97 dan pertemuan 2 adalah 87, rata-rata kelas pertemuan 1 adalah 65,6 dan pertemuan 2 adalah 65,8, sehingga rata-rata kelas untuk siklus I adalah 65,7 dan ketuntasan klasikal 55,41%. Pada pelaksaanaan tindakan siklus II diperoleh data hasil belajar dengan nilai terendah 57, nilai tertinggi 100 dengan rata-rata kelas 74,3 dan mencapai ketuntasan klasikal 67,57%. Pada pelaksanaan tindakan siklus III hasil belajar siswa yang diperoleh dengan nilai terendah 57, nilai tertinggi 100, rata-rata 76,4 dan persentase ketuntasan klasikal 81%. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ketuntasan klasikal seluruh siswa mencapai 80% (KKM IPA 65)
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar pada siswa kelas V SDN Kaliwungu 01. Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
- Agar pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) lebih produktif, hendaknya guru melakukan persiapan dan perencanaan yang matang disesuaikan dengan kondisi sekolah untuk menyajikan kegiatan pembelajaran. Perencanaan tersebut meliputi : 1) pemilihan materi atau konsep yang akan disampaikan, 2) lembar kerja untuk siswa yang akan digunakan, 3) media dan alat peraga yang sesuai dengan materi dan menarik untuk siswa, 4) kegiatan penyelidikan yang akan dilaksanakan, 5) strategi atau metode yang akan digunakan, 6) instrumen evaluasi yang tepat untuk mengukur tingkat keberhasilan
- Perlu diadakan pelatihan yang efektif bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar. Demikian halnya bagi siswa, perlu diadakan latihan yang efektif bagi siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar, agar dapat diciptakan kondisi pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
- Dalam menerpakan model Problem Based Instruction (PBI) dengan media kartu pintar, sebaiknya siswa dikondisikan dalam kelompok kecil pembelajaran agar tercipta komunikasi yang positif untuk pelaksanaan kegiatan penyelidikan. Di samping itu, sebaiknya pembelajaran IPA bukan hanya menekankan pada hasil pembelajaran saja, namun harus diseimbangkan dengan proses pembelajarannya yang disesuaikan dengan keterampilan proses pada pembelajaran IPA. Selain itu, dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajarannya, seperti; mendengarkan dengan aktif pada saat guru menjelaskan, mendorong teman dalam kelompoknya untuk berpartisipasi dalam penyelidikan, dan berani bertanya mengenai materi yang belum
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2006. Motivasi Belajar. Semarang: UPT UNNES
Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD,SLB, TK. Bandung: CV. Yrama Widya
Arends, I. Richard. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Badan Standar Satuan Pendidikan (BSNP). 2007. Standar Proses. Jakarta : Badan Standar Satuan Pendidikan.
Cakudik. 2012. Revisi Taksonomi Bloom. Tersedia pada: [online] http://mgmpmatsatapmalang.wordpress.com/2012/07/07/taksonomi-bloom-versi baru/diunduhpada 31 Januari 2019 pukul 22.03
Depdiknas. 2004. Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Fatthurrohman, Pupuh, Sobry Sutikno. 2001. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: CV Maulana
Gunanto, Muhammad Okto. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Problem Based Instrction pada Kelas VB SD Negeri Tambakaji 01 Semarang. Skripsi: UNNES
Hakim, Luqman. 2012. Jurnal Pendidikan dengan Model Problem Based Instruction. Tersedia pada : [online] http://journal.uns.ac.id/index.php/diunduhpada 28 Februari 2019 pukul 09.01
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia
Herrhyanto, Nar dan H.M. Akib Hamid. 2007. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press
Iwan.2012. Media Kartu Pintar. Tersedia pada: [online] http://iwansmtri.blogspot.com/2012/09/belajar-matematika-dengan-kartu-kemudi.html. diunduh pada 1 Februari 2019 pukul 10.11
Wardani, I.G.A.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Khoi.2009. Berbagai Kriteria Guru Efektif. Tersedia pada : [online] http://khoi82.wordpress.com. diunduh pada 28 Mei 2013 pukul 09.03
Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Labolatorium Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Islam (LP3I). 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Nasution, Noehi, dkk.1999. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran.Jakata: Depdiknas Permendiknas. 2007. Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Tersedia pada: [online] akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf PERMENDIKNAS NO 41 TAHUN 2007 diunduh pada 2 Juli 2018 pukul 13.41
Redaksi. 2012. Kartu Pintar Pada Pembelajaran IPA. Tersedia pada: [online] KORANPENDIDIKAN.com diunduh pada 6 Juli 2018 pukul 07.07
Rifa‟i, Achmad, Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Grafindo Persada
Santoso, Eko. Budi. 2011. Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Instruction. Tersedia pada : [online] http://ras-eko.blogspot.com/favicon.ico diunduh 30 Desember 2018 pukul 12.37 Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Sedubun, Lisa. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dengan PBI. Tersedia pada: [online] http://library.um.ac.id/ptk/index diunduh 31 Desember 2018 pukul 13.05
Shaw. Glenna. 2011. Dale’s Cone of Experience. Tersedia pada: [online] http://www.pptmagic.com/articles/chef.htm diunduh 19 Januari pukul 07.54
Slavin, Robert. E. 1994. Educational Psycholog Theory and Practise.Massachuettes United States of America: A Division of Paramount Publishing.
Sofa. 2008. IPA sebagai Teknologi. Tersedia pada: [online] http://massofa.wordpress.com/2008/01/20/teknologi-dan-kehidupan- manusia/diunduhpada 3 Februari 2019 pukul 20.02
Sonsaka, Mastur. 2011. Teori Vygotsky. Tersedia pada: [online] http://sonsaka.blog.ugm.ac.id/2018/10/25/mengenal-teori-konstruktisme-vygotsky/diunduh 1 Februari 2019 pukul 09.28
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suharti, Eny. 2012. Kartu Pintar. Tersedia pada: [online] http://www.duniavirtual.com/anincoll/35467-kartu-pintar.htm diunduh 19 Januari 2019 pukul 07.33