UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PAIRS CHEEK

PADA SUB TEMA KOMPONEN EKOSISTEM PESERTA DIDIK KELAS V SEMESTER I SD NEGERI GETASAN TAHUN 2017/2018

 

Murni

SD Negeri Getasan Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran Kurikulum Tiga Belas tema 5 Sub tema 1 Komponen Ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada kelas V SD Negeri Getasan. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus yang terdiri dari tiga kali pertemuan dalam satu siklus, setiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif terhadap data berupa dokumen hasil pekerjaan siswa, daftar nilai dan lembar observasi. Dari hasil temuan kondisi awal pra siklus hasil observasi keaktifan siswa dari indikator observasi keaktifan ditemukan presentase 54 yakni pada skala Kurang Baik (KB), sedangkan nilai prestasi belajar dari 27 siswa hanya sebanyak 10 siswa atau % tuntas KKM yakni N≥70. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I melalui model pembelajaran Pairs Cheek didapatkan data dari keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 68 yakni telah meningkat pada skala Cukup Baik (CB), sedangkan pada prestasi belajar dari tes formatif ditemukan ketuntasan KKM telah mencapai 72% atau sebanyak 23 siswa. Selanjutnya perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II melalui model pembelajaran Pairs Cheek dengan media gambar. Hasil dari siklus II dari observasi keaktifan siswa ditemukan persentase keaktifan pada nilai 89 yakni pada skala Baik (B), sedangkan dari aspek prestasi belajar siswa dari 27 siswa, semua telah tuntas kriteria ketuntasan minimum. Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran Pairs Cheek dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Sub tema 1 Komponen Ekosistem kelas V semester I SD Negeri Getasan tahun 2017/2018.

Kata kunci: Keaktifan, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Pairs Cheek

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Istilah kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman yunani kuno. Curriculum berasal dari kata Curir, artinya pelajari, dan Curere artinya tempat berpacu. Dalam bahasa inggris, curriculum berarti rencana pelajaran. Curriculum diartikan ”jarak” yang harus di ”tempuh”oleh pelari. Dari makna yang terkandung dari kata tersebut, kurikulum secara sederhana diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah.

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar (Nana Syaodih, 2009: 5). Pengertian tersebut juga sejalan dengan pendapat Nasution (2006: 5) yang menyatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum biasanya dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang fungsional. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional (Nana Syaodih, 2009: 5).

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat program atau rencana belajar bagi siswa di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif,dan berkarakter.

Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat. Maraknya perkembangan IPTEK disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari peralatan IPTEK yang canggih. Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Dengan demikian kebutuhan manusia yang semakin kompleks akan terpenuhi. Selain itu melalui pendidikan akan dibentuk manusia yang berakal dan berhati nurani.

Kualifikasi sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik seperti diatas, sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menghadapi persaingan global.Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan disegala bidang. Hingga kini pendidikan masihdiyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yangdiinginkan.

Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan halyang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya. Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Padahal pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah beserta hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan metode, model pembelajaran yang bervariasi dan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan dan menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.

Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Usman (2000:4) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.

Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melulai implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karater dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dalam rangka pencapaian tujuan dalam kurikulum 2013 ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini terjadi dalam pencapaian aspek prestasi belajar dan keaktifan siswa dalam sub tema Komponen Ekosistem yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri Getasan di kelas V semester I tahun pelajaran 2017/2018 tentang sub tema komponen ekosistem. Dari hasil evaluasi siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung ditemukan pada aspek prestasi belajar dari 27 siswa hanya sebanyak 10 siswa atau sebesar 37% telah tuntas KKM yakni N≥70, sedangkan 17 siswa lainya atau 63% belum mencapai KKM dengan rata-rata kelas hanya sebesar 61.

Dari permasalahan tersebut peneliti berusaha mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah yang mengakibatkan kekatifan dan prestasi belajar siswa tidak memenuhi target yang diharapkan. Dari beberapa kajian teori maka peneliti mengambil model pembelajaran Pairs Cheek untuk memecahkan masalah keaktifan dan pretasi belajar sub tema komponen ekosistem di kelas V SD Negeri Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah peneliti ungkap, maka yang menjadi fokus perumusan masalah yang peneliti kemukakan adalah: “Apakah melalui penerapan model pembelajaran Pairs Cheek dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada Kurikulum 2013 sub tema komponen ekosistem kelas V semester I SD Negeri Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2017/2018?”

Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tujuan penelitian ini terkait dengan proses pembelajaran di kelas, sehingga guru adalah sebagai peneliti yang menggunakan pola penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa terhadap materi pembelajaran, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

  1. Mendeskripsikan dampak Penerapan model pembelajaran Pairs Cheek dalam usaha meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa tentang sub tema komponen ekosistem.
  2. Untuk mengungkap pengaruh elaborasi antara model pembelajaran Pairs Cheek dan media gambar dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar Kurikulum 2013 sub tema komponen ekosistem.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

Siswa

  1. Sebagai media yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya, khususnya pada mata pelajaran Kurikulum 2013
  2. Mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik, menyenangkan.
  3. Meningkatkan keaktifan belajar Kurikulum 2013 dikelas yang dapat terekam dalam jangka waktu lama.
  4. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.

Guru

  1. Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan kemampuan guru dalam merencanakan dan menggunakan model pembelajaran serta media pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
  2. Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan informasi tentang bentuk model pembelajaran yang baik digunakan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pembelajaran Kurikulum 2013 sub tema komponen ekosistem

 

Kepala Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran, sebagai salah satu unsur fondasi terpenting dalam keberhasilan pembelajaran.

Sekolah

  1. Dengan hasil penelitian ini diharapkan pihak sekolah lebih meningkatkan variasi model pembelajaran yang akan disajikan untuk siswa dalam proses pembelajaran agar prestasi belajar siswa lebih baik.
  2. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya penggunaan model pembelajaran Pairs Cheek demi peningkatan kualitas pembelajaran Kurikulum 2013 khususnya pada sub tema komponen ekosistem.

Penelitian Lanjutan

Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dasar yaitu prestasi dan belajar. Menurut WJS Poerwadarminto (2004 : 768) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Hasil yang telah dicapai”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (2000 : 150) bahwa prestasi adalah “Hasil belajar yang meliputi seluruh ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2000 : 430) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu”.

Pengukuran keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan dengan mengukur ranah siswa itu sendiri, baik dari ranah cipta, ranah rasa, ranah karsa. Atau yang biasa dikenal dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun pengertian dari penilaian ke tiga ranah tersebut adalah

  • Evaluasi prestasi kognitif. Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
  • Evaluasi prestasi afektif Mengukur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) dapat dilakukan dengan menggunakan skala yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan atau sikap orang yang akan diukur.
  • Evaluasi prestasi psikomotor. Mengatur keberhasilan belajar siswa yang berdimensi psikomotor (ranah karsa) dapat dilakukan dengan observasi. Observasi dalam hal ini dapat diartikan sebagai “Jenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku atau peristiwa-peristiwa tertentu”. (Muhibbin Syah, 2000 : 151)

 

 

Model Pembelajaran Pair Cecks

Model Pembelajaran Pairs check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pairs Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan kenyataan pembelajaran kurikulum 2013 sub tema komponen ekosistem kelas V SD Negeri Getasan mengalami kegagalan dan perlu upaya perbaikan. Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran dengan sumbu model pembelajaran pairs cheek dengan pelaksaan dua siklus yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memacu aktivitas siswa.

Dengan model pembelajaran Pairs Cheek diharapkan pemahaman konsep dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang disajikan dalam kelas dengan basis penelitian tindakan kelas ini.

Subjek Penelitian, Tempat, Waktu, dan pihak yang membantu

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang pada tahun 2017/2018. Fokus penelitian adalah pada tindakan atau praktek belajar dengan tujuan perbaikan aktivitas dan prestasi belajar sub tema komponen ekosistem di kelas V .

Berdasarkan data sekolah di SD Negeri Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2017/2018 dengan jumlah siswa kelas V adalah 27 siswa yang terdiri 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Kemampuan siswa rata-rata rendah. Tempat tinggal siswa menyebar di Desa Getasan dan sekitarnya. Sebagian orang tua cenderung kurang memperhatikan siswa dalam proses belajar di rumah. Proses belajar bagi siswa hanya dominan dilakukan di sekolah. Sehingga waktu dirumah yang lebih banyak daripada disekolah tidak dimanfaatkan untuk belajar siswa secara maksimal.

Tempat Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas adalah di kelas V SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

Waktu Pelaksanaan

Dengan berbagai pertimbangan dan alasan, peneliti menentukan menggunakan waktu penelitian yaitu mulai tanggal 13 September 2017 hingga selesai. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada tahun pelajaran 2017/2018.

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan analisis dan tujuan penelitian. Pada awal pembelajaran (Pra Siklus) proses pembelajaran belum mengalami ketuntasan, pada Siklus I terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa setelah guru menggunakan model pembelajaran Pairs Cheek, pada siklus II hasil pembelajaran mengalami ketuntasan setelah guru lebih memaksimalkan penggunaan model pembelajaran Pairs Cheek . Selanjutnya hasil pembelajaran diungkap dalam Deskripsi per siklus sebagai berikut :

Siklus I

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil prestasi siswa, maka peneliti mengembangkan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Hasil perencanaan berupa : merancang pembelajaran dengan Model pembelajaran Pairs Cheek, guru mempersiapkan beberapa pertanyaan yang akan digunakan untuk Model pembelajaran Pairs Cheek, membuat rencana perbaikan pembelajaran, merancang pertanyaan berkaitan dengan energi dan kegunaanya, mempersiapkan kondisi belajar siswa, membagi siswa dalam kelompok diskusi, kecocokan siswa dengan materi.

Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 1, peneliti mendapatkan hasil tes formatif siswa. Dari 27 siswa yang mendapat nilai memenuhi KKM yakni N≥70 keatas hanya 23 siswa (85%), sedangkan yang mendapat nilai kurang dari 70 ada 4 siswa (15%). Sedangkan dari aspek observasi keaktifan siswa pada skala Cukup Baik (CB) dengan nilai 70,36.

Siklus II

Atas dasar hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran Siklus I. Untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada materi sub tema komponen ekosistem, maka peneliti bekerjasama dengan supervisor 2, maka peneliti mengembangkan rencana perbaikan pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Sebagaimana dalam siklus I maka setelah melaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan yang telah dilakukan. Dalam kegiatan siklus II didapatkan hasil refleksi sebagai berikut :

  1. Anggota dalam kelompok mampu bekerjasama dalam menyelesaikan pertanyaan.
  2. Secara garis besar pelaksanaan siklus II berhasil dengan baik. Terlihat dari tes akhir belajar, dari 27 siswa sebanyak 27 siswa atau 100% telah tuntas dalam mencapai prestasi belajar dari KKM tematik kurikulum 2013 kelas V SD Negeri Getasan yang ditentukan yakni N ≥ 70.
  3. Dari aspek observasi keaktifan siswa didapatkan nilai analisis skala yakni 89 pada kategori baik (lampiran 14)

 

Prestasi Belajar Pra Siklus

Kegiatan pada pembelajaran Prasiklus yang telah dilaksanakan didapatkan ketuntasan klasikal hanya mencapai 37,5 % atau sebanyak 12 siswa dari 32 siswa atau ketidaktuntasan mencapai 63,5% atau sebanyak 20 siswa. Nilai rata – rata kelas hanya mencapai 59.

Hasil evaluasi sub tema komponen ekosistem Kelas V semester I di SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Sebelum kegiatan perbaikan pembelajaran dengan indeks kegagalan sebanyak 17 siswa atau jika diprosentasekan sebanyak 63% (rentang 40 – 49, 50 – 59, 60 – 69). Sedangkan pada indeks keberhasilan belajar siswa sesuai dengan KKM yakni N≥70 hanya sebanyak 10 siswa atau 37%. (rentang nilai 70 – 79 dan 80 – 89)

Setelah didapatkan data nilai tersebut maka peneliti mengangkat materi tersebut kedalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I. Setelah mengadakan evaluasi pada akhir perbaikan maka peneliti mendapatkan data observasi keaktifan dan nilai tes formatif siswa pada Siklus I.

Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Keaktifan Belajar Siklus I

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran siklus I didapatkan peningkatan dari segi keaktifan belajar siswa. Dari aspek keaktifan belajar siswa, ditarik kesimpulan dalam taraf cukup baik (CB). Nilai rata – rata keaktifan adalah 70,36 yakni pada taraf cukup baik (56% – 75%).

Prestasi Belajar Siklus I

Kegiatan pada siklus I dengan model pembelajaran Pairs Cheek perlu ditingkatkan ke siklus II agar kemampuan siswa dapat lebih ditingkatkan. Hal tersebut perlu dilaksanakan karena ketuntasan klasikal pada perbaikan pembelajaran siklus I ini hanya mencapai prosentase 85% atau sebanyak 23 siswa, sedangkan siswa belum tuntas 15% atau sebanyak 4 siswa. Jika melihat hasil tersebut maka peneliti menyimpulkan perlunya melanjutkan perbaikan pembelajaran Siklus II dengan lebih model pembelajaran Pairs Cheek yang dipandu dengan media gambar energi dan perubahanya.

Dari data nilai hasil evaluasi tes formatif siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum perbaikan sampai pada perbaikan pembelajaran silkus I pada sub tema komponen ekosistem dengan memanfaatkan model pembelajaran Pairs Cheek. Dari kajian tersebut maka peneliti melanjutkan ke Perbaikan Pembelajaran Siklus II dengan harapan ketuntasan hasil belajar siswa antara 90% – 100%.

Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Keaktifan Belajar Siklus II

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran siklus II didapatkan peningkatan dari segi keaktifan belajar siswa. Dari aspek keaktifan belajar siswa, ditarik kesimpulan dalam taraf Baik (B). Nilai rata – rata keaktifan adalah 89 yakni pada taraf baik (˃75%).

Kehadiran siswa dalam pembelajaran (indikator 1) berada pada taraf baik dengan angka 100, sedangkan pada Perhatian siswa pada materi (indikator 2) juga dalam taraf baik nilai 85. Keaktifan siswa dalam bertanya (indikator 3) dalam taraf sangat baik dengan angka 81. Pada Keaktifan siswa menjawab pertanyaan (indikator 4) pada taraf baik dengan angka 85. Pada (indikator 5) yakni Keaktifan siswa dalam Pairs Cheek pada skala baik dengan angka 93. Kemampuan siswa mengerjakan tugas (indikator 6) pada skala baik nilai 100. Pemahaman konsep (indikator 7) pada skala baik nilai 89. (Lampiran 14)

Prestasi Belajar Siklus II

Hasil evaluasi sub tema komponen ekosistem Kelas V semester I di SD Negeri Getasan Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Pada perbaikan pembelajaran siklus II tampak peningkatan secara signifikan jika dibandingkan pada sebelum perbaikan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran siklus I. pada Siklus II nilai siswa telah memenuhi ketuntasan yang ditargetkan yakni antara 90% – 100% siswa.

Pada kelas interval 50 – 59 sebanyak 0 siswa 60 – 69 sebanyak 0 siswa, kelas interval 70 – 79 sebanyak 7 siswa, kelas interval 80 – 89 sebanyak 12 siswa, 90 – 100 sebanyak 8 siswa.

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Keaktifan Belajar Tematik

  1. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 10 siswa dari 27 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 37%
  2. Pada siklus I siswa yang tuntas adalah 23 siswa dari 27 siswa jika diprosentasekan sebesar 85%
  3. Pada siklus II siswa tuntas 32 siswa dari 32 siswa jika diprosentasekan sebesar 100%

Sedangkan siswa yang belum tuntas sebagai berikut:

  1. Sebelum perbaikan pembelajaran 17 siswa dari 27 siswa belum tuntas jika diprosentasekan sebesar 63%
  2. Pada siklus I sebanyak 4 siswa yang belum tuntas dari 27 siswa jika diprosentasekan sebesar 15%
  3. Pada siklus II siswa yang belum tuntas tidak ada (0%).

Pembahasan dari setiap siklus

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebelum perbaikan, perbaikan siklus I dan siklus II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.

Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran yang paling menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

 

 

 

Siklus I

Pelaksanaan perbaikan tematik kurikulum 2013 dikelas V melalui model pembelajaran Pairs Cheek ditemukan beberapa data baik dari aspek prestasi belajar dan observasi keaktifan siswa sub tema komponen ekosistem.

Hasil analisis prestasi pada penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 27 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 23 orang siswa atau 85% dan 4 siswa lain atau 15% belum mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas sebesar 75.

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran siklus I didapatkan peningkatan dari segi keaktifan belajar siswa. Dari aspek keaktifan belajar siswa, ditarik kesimpulan dalam taraf yang Cukup Baik. Nilai rata – rata keaktifan adalah 70,38 yakni pada taraf Cukup Baik (56% – 75%).

Dengan demikian peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II melalui model pembelajaran Pairs Cheek dengan dipandu media gambar energi dan perubahanya.

Siklus II

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti merancang pembelajaran dengan persiapan yang lebih matang. Masalah yang dijadikan bahan diskusi yang dipersiapkan untuk seluruh siswa untuk memperjelas materi sub tema komponen ekosistem.

Hasil analisis prestasi pada penilaian menunjukkan berhasilnya pembelajaran yang diambil dari segi pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dari 32 siswa yang mendapat nilai tuntas sebanyak 32 orang siswa atau 100%. Nilai rata-rata kelas sebesar 82.

Dari hasil pengamatan pada pembelajaran siklus I didapatkan peningkatan dari segi keaktifan belajar siswa. Dari aspek keaktifan belajar siswa, ditarik kesimpulan dalam taraf yang Baik. Nilai rata – rata keaktifan adalah 89 yakni pada taraf Baik (˃75%).

Dari hasil-hasil prestasi tersebut sesuai dengan teori dari Syamsuddin Makmun (2000 : 430) mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga atau dengan kata lain prestasi belajar adalah kemampuan seseorang dalam menguasai suatu masalah setelah melalui ujian tertentu. Sedangkan dari observasi keaktifan belajar siswa yang meningkat dari pra siklus hingga siklus II juga dapat sebagai acuan dasar bahwa adanya pengaruh positif dari model pembelajaran Pairs Cheek. Sehingga sesuai dengan pengertian aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Sardiman (2003:100)

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan di SD Negeri Getasan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dapat diperoleh kesimpulan bahwa :

  1. Perbaikan pembelajaran dikemas dalam penelitian tindakan kelas pada sub tema komponen ekosistem di kelas V semester I.Dari apspek keaktifan belajar siswa didapat hasil yang amat rendah. Hasil pengamatan pra siklus menunjukkan skala keaktifan pada angka 54 dengan kategori kurang baik. Apabila ditinjau dari hasil tes formatif pada pra siklus didapat data, dari 27 siswa hanya 10 siswa yang telah tuntas KKM yakni N≥70 atau jika diprosentasekan besar ketuntasan prestasi belajar siswa hanya mencapai 37%. Setelah peneliti mengadakan perbaikan pembelajaran siklus 1 dengan memanfaatkan model pembelajaran Pairs Cheek didapatkan hasil pada keaktifan belajar dengan angka 68 yakni pada skala cukup baik (CB). Tes formatif siswa meningkat dari 27 siswa sebanyak 23 siswa telah tuntas KKM atau jika diprosentasekan sebanyak 85%. Dari kenaikan prestasi belajar siswa mulai pra siklus sampai siklus I maka peneliti melanjutkan ke perbaikan pembelajaran siklus II dengan target ketuntasan antar 90%-100% siswa mencapai KKM. Pada perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan memaksimalkan pemanfaatan model pembelajaran Pairs Cheek dengan ditunjang media gambar sub tema komponen ekosistem. Dari pengamatan keaktifan belajar siswa meningkat signifikan pada level baik (B) dengan angka 89 , sementara hasil tes formatif siswa telah mencapai ketuntasan KKM 100%.
  2. Dari hasil perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Pairs Cheek yang telah dilaksanakan dapat simpulkan bahwa ada peningkatan signifikan mulai dari pra siklus ke siklus 1 hingga pada siklus II. Sehingga perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran Pairs Cheek dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan perbaikan sub tema komponen ekosistem dan dapat dijadikan model pembelajaran alternatif dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.

Saran dan Tindak Lanjut

Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran lebih meningkat adalah sebagai berikut :

  1. Guru dalam mengajar dapat menggunakan model pembelajaran Pairs Cheek dalam sub tema komponen ekosistem.
  2. Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan media pembelajaran untuk mengajktifkan siswa serta mengkonkretkan materi.
  3. Memberi penguat bagi siswa yang berhasil, memberi dorongan bagi yang belum berhasil.

Di samping itu, berdasarkan pengalaman peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas, perlu adanya kelompok kerja diantara guru untuk selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan masalah dan tugas sehari-hari. Dengan memperhatikan tujuan dan manfaat Penelitian Tindakan Kelas, sebaiknya guru melaksanakan PTK untuk mengatasi masalah yang muncul dalam pembelajaran demi keberhasilan pembelajaran.

Tindak Lanjut

  1. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan merupakan upaya guru untuk melangkah lebih maju dengan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Sehingga melalui data yang emperik ini pendekatan pendidikan dan lingkungan menjadi ilmu yang benar-benar komperhensif.
  2. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru merupakan bahwa pengembangan proses pembelajaran secara kontekstual dapat dipandang sebagai proses keseimbangan antara substansi dan relasi, artinya peneliti perbaikan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai bahan yang memberi kemungkinan timbulnya potensi-potensi untuk berkembang dikalangan guru kelas tingkat sekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. (2000). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja. Rosda Karya.

Ahmad Hamid syarief, Pengembangan Kurikulum, (Pasuruan: Garuda Tribuana Indah, 1993), 43.

Amin Suyitno. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Medan : FIS UNIMED

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: BSNP-Dirjen Dikdasmen

Djamarah, Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

  1. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

John M Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), 160

Kagan, Spencer, (1992). Cooperative Learning. San Juan Capistrano

Muhibbin Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), 30.

Nana.S.Syaodih, Prinsip dan Pegembangan kurikulum ( Jakarta : P2PLTK ), h. 267.

Poerwadarminta. W. J. S. (2004). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka

Sardiman. (2003). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Rajawali

Sudirman, Ilmu Pendidikan, (Bandung: remaja Rosdakarya, 1992), 10.

Sumantri dan Johar Permana. (1999). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tim penyusun Kamus PPPB, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 546.

Usman, Moh Uzer. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wardani. (2005). Teori Aktivitas Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Balai Pustaka