PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

MEMBACA AKSARA JAWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

DENGAN MEDIA FLASH AUDIO VISUAL

BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI GEGUNUNG WETAN

PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Akhmad Ri’an

Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas IV di SD Negeri Gegunung Wetan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan minat belajar membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual pada siswa kelas IV SD Negeri Gegunung Wetan Kecamatan Rembang. Metodologi penelitian yang digunakan meliputi seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 27 anak terdiri dari 12 siswa putra dan 15 siswa putri. Penelitian ini berlangsung selama dua siklus. Untuk teknik pengumpulan data digunakan teknik tes berupa tes tertulis melalui alat pengumpulan data berupa materi soal tes. Selanjutnya untuk menjaga validitas hasil penelitian maka data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengolahan data dengan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil antara pra siklus, siklus I dengan hasil siklus II dan temuan selama pelaksanaan penelitian yang selanjutnya dibahas bersama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatkan minat siswa, hasil belajar siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran bahasa Jawa membaca aksara Jawa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual. Rata-rata hasil belajar keterampilan membaca aksara jawa meningkat dari nilai 69,33 (siklus I), menjadi 77,89 (siklus II). Rata-rata aktivitas siswa meningkat dari rata-rata 41,1 dengan kriteria baik (siklus I) menjadi 50 dengan kriteria sangat baik (siklus II). Rata-rata aktivitas guru meningkat dari 70% dengan kriteria baik(siklus I) menjadi 90% dengan kriteria sangat baik (siklus II). Saran yang dapat penulis berikan adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual dapat digunakan dalam meningkatkan minat siswa dalam membaca aksara Jawa. Guru perlu membuat variasi dan inovasi model pembelajaran agar siswa tidak bosan. Perlu penelitian lanjut untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman bacaan berhuruf Jawa dengan teknik, media dan tindakan yang berbeda.

Kata Kunci: kualitas pembelajaran, model pembelajaran make a match, media flash audio visual


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Membaca sebagai kemampuan da-sar perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak baik sekolah sebagai penye-lenggaraan pendidikan, masyarakat, mau-pun pemerintah, karena membaca meru-pakan kunci untuk memperoleh informasi lengkap dan menyeluruh. Jika anak tidak memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang. Mengingat pentingnya membaca, maka anak harus belajar membaca dan kesulitan membaca harus di atasi secepat mungkin. Kegiatan membaca terkait dengan empat hal yaitu: (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau rangkaian huruf, (c) makna atau maksud, dan (d) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana (Haryadi, 1996: 32).

Kenyataan di lapangan secara umum menunjukkan bahwa mata pelajaran bahasa Jawa sering dikesampingkan karena hanya termasuk muatan lokal (Sukmadinata, 1997: 5). Bahasa Jawa kurang dianggap penting untuk diajarkan kepada siswa. Bahkan pihak sekolah mendukung hal tersebut dengan menetap-kan alokasi waktu sedikit pada mata pelajaran bahasa Jawa, yaitu dua jam pelajaran dalam satu minggu. Selain itu proses pembelajaran bahasa Jawa hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kurang optimalnya pembelajaran bahasa Jawa adalah minimnya media dan sumber belajar yang menunjang pembela-jaran. Sehingga dalam pembelajaran guru cenderung menerapkan motode yang lebih mengaktifkan guru yaitu metode ceramah. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga sis-wa menjadi pasif dan antusias siswa dalam dalam mengikuti pelajaran bahasa Jawa menjadi berkurang.

Berdasarkan pengamatan dan ob-servasi yang dilaksanakan di SD Negeri Gegunung Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca aksara Jawa masih belum optimal karena pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton, ku-rang mengoptimalkan media dan sumber belajar, sehingga siswa cepat merasa bo-san dalam mengikuti pembelajaran mem-baca aksara Jawa. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga pembelajaran membaca aksara Jawa belum memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui pene-muan atau proses berfikirnya. Penggunaan media dalam pembelajaran membaca aksa-ra Jawa belum diupayakan guru, guru hanya menggunakan media seadanya, yaitu gambar aksara-aksara Jawa yang ada di dinding kelas.

Hal itu didukung data hasil studi dokumentasi yang berupa perolehan hasil belajar membaca aksara Jawakelas III semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 diketahui masih banyak nilai siswa di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Data hasil belajar membaca aksara Jawa ditunjukkan dengan nilai terendah 38 dan nilai tertinggi 70, dengan rata-rata nilai 54,2. Dengan melihat data hasil belajar siswa yang rendah perlu sekali dilaksa-nakan kegiatan pembelajaran inovatif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan keterampilan guru, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Berdasarkan diskusi peneliti de-ngan kolabolator, untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut guru bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru. Maka peneliti menerapkan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual. Pemilihan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual dilandasi argumen bahwa perlunya seorang guru untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menye-nangkan, dimana siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran serta dapat ber-kembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Rumusan Masalah

1. Apakah model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran membaca aksara Jawa?

2. Apakah model pembelajaran make a match dengan media flash audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa?

3. Apakah model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual dapat meningkatkan keterampilan sis-wa dalam membaca aksara Jawa?

Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum penelitian ini adalah un-tuk meningkatkan kualitas pembelajar-an bahasa Jawa melalui model pembe-lajaran Make A Match dengan Media Flash Audio Visual pada siswa kelas IV SD Negeri Gegunung Wetan.

2. tujuan khusus penelitian ini adalah a) Mendeskripsikan peningkatkan kete-rampilan guru dalam pembelajaran membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual, b) Mendes-kripsikan peningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran make a match dengan media flash au-dio visual, c) Meningkatkan keterampil-an siswa dalam membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Hamzah, 2007: 153). Kualitas pem-belajaran secara operasional dapat diarti-kan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis pengajar, peserta didik, kuri-kulum dan bahan belajar, media, fasilitas dan sistem pembelajaran dalam mengha-silkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Wahyu-ningsih, 2010: 23).

Adapun komponen-komponen dari kualitas pembelajaran meliputi keteram-pilan guru, aktivitas siswa, iklim pembela-jaran dan hasil belajar.

Menurut Chaer (2006), bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunukasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola di-langgar, maka komunikasi dapat tergang-gu.

Bahasa memegang peranan pen-ting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manu-sia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, perasan, atau informasi kepa-da orang lain, baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Iskandar dan Suhendar 2008: 226).

Menurut Sudrajat (2001), bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan tetap dipergunakan dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa merupa-kan bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain, seperti di Banten, terutama kota Serang, Kabupaten Serang, kota Cilegon, dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat, khususnya kawasan Pantai Utara yang terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon, dan kabupaten Cirebon. Bahasa Jawa senantia-sa mengalami perkembangan, sehingga ejaannya pun perlu disesuaikan dengan perkembangan tersebut.

Mata pelajaran Bahasa Jawa adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Jawa. Pengertian tersebut sesuai dengan kedu-dukan bahasa jawa sebagai sarana penun-jang bahasa nasional dan bahasa negara, maka fungsi pelajaran bahasa Jawa adalah: (1) sarana penunjang pembinaan persatu-an dan kesatuan, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Jawa untuk mem-bantu meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang tepat untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran dan pembinaan emosi, (6) sarana pembinaan budi pekerti (Depdikbud, 1994: 1).

Hodgson (2008) berpendapat bah-wa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pemba-ca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan tersirat tudak akan terungkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Ditinjau dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetak-an menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 2008: 7).

Membaca aksara Jawa merupakan merupakan salah satu keterampilan berbahasa, yaitu membaca. Membaca aksara Jawa perlu mendapatkan perhatian yang lebih agar siswa dapat membaca aksara Jawa semudah membaca huruf latin. Oleh karena itu, supaya siswa dapat membaca aksara jawa dengan pelafalan yang jelas dan lancar maka dalam pem-belajaran diperlukan penggunaan metode dan media yang tepat. Pada pelajaran membaca aksara Jawa siswa diharapkan mengetahui jumlah hurufnya, sandangan-nya, pasangannya, tanda baca, angka dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match atau mencari pasangan adalah penerapan pembelajaran yang dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartu diberi poin.

Media audio visual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin meka-nis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio visual bercirikan pemakaian perang-kat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor mesin, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar (Arsyad, 2002: 31). Rohani (1997) menyatakan bahwa audio visual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembang-an zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Menurut Haryoko (2009) menyatakan bahwa media audio visual adalah media penyampaian informasi yang memiliki karakteristik audio (suara) dan visual (gambar). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena mempunyai kedua karakteristik tersebut.

Media flash audio visual adalah media yang berbasis komputer yang pada pembelajaran umumnya dikenal sebagai computer assisted instruction (pembelajar-an dengan bantuan komputer). Media ini merupakan media yang khusus digunakan untuk membuat animasi gambar vektor yang menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sum-ber berbasis mikrprosesor yang pelajaran-nya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut (Arsyad, 2002: 35).

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran Bahasa Jawa (materi membaca aksara Jawa) pada siswa kelas IV SD Negeri Gegunung Wetan masih didominasi dengan pembelajaran konven-sional. Cara mengajar guru kurang inovatif dan penggunaan media yang kurang maksimal, membuat pembelajaran terasa monoton dan membosankan, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajar-an. Hal ini berpengaruh pada rendahnya keterampilan siswa dalam membaca aksara jawa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar bahasa jawa. Dari masalah di atas perlu diterapkan model pembelajaran yang lebih inovatif dan penggunaan media yang tepat, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual.

Hipotesis

Dengan menggunakan model pem-belajaran make a match dengan media flashaudio visual diharapkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa kelas IV SD Negeri Gegunung Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang dalam membaca aksara Jawa dapat meningkat.

METODE PENELITIAN

Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan (1) planning, (2) acting, (3) observing, (4) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan (peningkatan kualitas), kegiatan penelitian dilanjutkan pada siklus kedua dan seterusnya, sehingga mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.

Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Gegunung Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Dengan jumlah siswa 27 orang, yang terdiri atas 12 siswa laki – laki dan 15 siswa perempuan.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gegunung Wetan, Kecamatan Rem-bang, Kabupaten Rembang yang beralamat di Jalan Gajah Mada, Desa Gegunung Wetan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang.

Variabel Penelitian

1. Keterampilan guru dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dengan meng-gunakan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dengan meng-gunakan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual.

3. Keterampilan siswa dalam pembela-jaran membaca aksara jawa dengan menggunakan model pembelajaran make a match dengan media flash audio visual.

Data dan Cara Pengumpulan Data

Sumber data guru berasal dari lembar observasi keterampilan guru dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi membaca aksara Jawa menggunakan mo-del pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti akan mendapatkan sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi aktivi-tas siswa yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama dan siklus kedua, hasil evaluasi dan hasil wawancara siswa.

Sumber data dokumen berupa hasil keterampilan membaca aksara jawa yang didapatkan dari hasil tes setelah dilakukan tindakan. Selain itu proses kegiatan pembelajaran dapat dilihat melalui foto yang diambil selama pelaksanaan tindakan.

Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan sumber data yang berupa catatan lapangan. Catatan lapangan ber-asal dari catatan selama proses pembe-lajaran berupa data keterampilan guru, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran mam-baca aksara jawa dengan menggunakan model make a match dengan media flash audio visual.

Data kuantitatif diwujudkan de-ngan hasil belajar siswa yang berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tertulis dari guru pada pembe-lajaran bahasa jawa materi membaca aksara jawa.

Data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model make a match dengan media flash audio visual, serta hasil catatan lapangan yang dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah meto-de observasi, metode tes, dokumentasi, wawancara, dan catatan lapangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Keterampilan guru selama pem-belajaran bahasa Jawa materi membaca aksara Jawa melalaui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual mendapat skor 28 dengan kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan guru menyiapkan ruang dan perlengkapan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru mengkondisikan siswa di dalam kelas dan mengecek kehadiran siswa dengan melukukan absensi. Media flash audio visualyang digunakan guru dalam pembelajaran mempunyai kualitas gambar dan efek suara yang baik dan jelas.

Aktivitas siswa selama proses pem-belajaran membaca aksara Jawa menggu-nakan model make a match dengan media flash audio visual diperoleh skor rata-rata 41,6 dengan kategori baik. Hal ini ditunjuk-kan dengan siswa yang pada awalnya terlihat bingung karena tidak terbiasa dengan model pembelajaran yang diguna-kan. Setelah mendapat penjelasan dari guru tentang langkah-langkah pembelajar-an tersebut, siswa dapat melakukan setiap kegiatan pembelajaran dengan baik.

Selain itu siswa juga merasa asing dengan media flash audio visual, terutama pada saat guru memperkenalkan aksara Jawa dengan media tersebut karena pada pembelajaran yang sebelumnya hanya menggunakan media gambar yang di dalamnya terdapat tulisan aksara Jawa. Setelah mendapat penjelasan dari guru dan menirukan suara yang muncul dari aksara Jawa yang ditunjuk kursor siswa menjadi tahu cara membaca aksara Jawa dengan lafal yang benar dan siswa menjadi lebih semangat dalam melafalkan aksara-aksara tersebut.

Melalui model make a match dengan media flash audio visual diperoleh hasil 74,1% atau sebanyak 20 siswa dari 27 siswa mengalami ketuntasan belajar sedangkan 25,9% atau 7 siswa dari 27 siswa lainnya belum tuntas dalam belajar. Rata-rata nilai keterampilan membaca aksara Jawa sebesar 69,33 dengan nilai terendah 40,6 dan nilai tertinggi 93,75. Nilai yang paling sering muncul pada siklus I adalah nilai antara 70 – 79.

2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Keterampilan guru selama pembe-lajaran bahasa Jawa materi membaca aksara Jawa melalaui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual mendapat skor 36 dengan kategori sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan guru dalam mengkondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran dan menyiapkan ruang serta perlengkapan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain itu dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru juga mengalami pe-ningkatan yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara yang jelas, tidak terburu-buru dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan model make a match dengan media flash audio visual diperoleh skor rata-rata 50 dengan kategori sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, siswa langsung menempatkan diri pada tempat duduk masing-masing dan menyimak penayangan media flash audio visual dengan serius serta menirukan suara yang muncul dari speaker dengan suara yang jelas dan lantang. Siswa juga dapat menemukan pasangan kartu dengan tepat dan berani membaca pasangan kartu yang ditemukan dengan lafal dan intonasi yang tepat tanpa adanya motivasi maupun dengan motivasi dari guru atau teman.

Selain itu siswa juga merasa asing dengan media flash audio visual, terutama pada saat guru memperkenalkan aksara Jawa dengan media tersebut karena pada pembelajaran yang sebelumnya hanya menggunakan media gambar yang di dalamnya terdapat tulisan aksara Jawa. Setelah mendapat penjelasan dari guru dan menirukan suara yang muncul dari aksara Jawa yang ditunjuk kursor siswa menjadi tahu cara membaca aksara Jawa dengan lafal yang benar dan siswa menjadi lebih semangat dalam melafalkan aksara-aksara tersebut.

Melalui model make a match dengan media flash audio visual diperoleh hasil 89,3% atau sebanyak 25 siswa dari 27 siswa mengalami ketuntasan belajar sedangkan 10,7% atau 2siswa dari 27 siswa lainnya belum tuntas dalam belajar. Rata-rata nilai keterampilan membaca aksara jawa sebesar 77,89 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 96,9. Nilai yang paling sering muncul pada siklus II adalah nilai antara 80-89.

Pembahasan

Hasil keterampilan guru siklus I mendapat skor 28 dengan kategori baik. Pada siklus II terjadi peningkatan skor menjadi 36 dengan kategori sangat baik. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus I guru sudah menjelaskan materi dengan suara yang jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami siswa.

Guru dalam membentuk kelompok make a match masih belum efektif karena guru membentuk kelompok secara acak sehingga terjadi ketidakseimbangan antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lain. Pengelolaan kelas yang dilakukan guru belum maksimal karena guru kurang tegas dalam mendisiplinkan siswa dan kurang maksimal dalam menanggapi respon dari siswa.

Motivasi yang diberikan guru kepada siswa juga masih kurang, guru hanya memberikan motivasi pada tahap-tahap tertentu saja dalam pembelajaran. Selain itu dalam menutup pelajaran guru kurang masimal karena guru menyimpulkan materi pembelajaran dengantidak jelas dan terlalu cepat, sehingga terkesan tidak jelas dalam proses penyampaian pesan kepada anak.

Pada siklus II guru menjelaskan materi dengan suara yang jelas dan bahasa yang mudah dipahami siswa serta menggunakan media flash audio visual dengan gambar dan suara yang jelas. Penyampaian tujuan pembelajaran juga dilakukan guru dengan suara yang jelas, tidak terlalu cepat, dengan bahasa yang mudah dimahami siswa dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

Guru juga merubah cara pembentukan kelompok yaitu yang semula dibentuk secara acak, pembentukan kelom-pok dirubah menjadi secara heterogen sehingga anggota tiap kelompok menjadi seimbang sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif karena semua kelompok berperan aktif dalam setiap kegiatan.

Pengelolaan kelas juga sudah ditingkatkan guru dengan berkeliling kelas dan lebih tegas dalam mendisiplinkan siswa sehingga perhatian siswa pada pembelajar-an lebih terpusat dan siswa lebih nudah dalam menerima materi pelajaran. Guru meningkatkan pemberian motivasi dengan ferekuensi yang lebih banyak, pemberian motivasi dilakukan dengan cara memberi-kan ucapan-ucapan penyemangat, senyum, dan perhatian untuk meningkatkan keper-cayaan diri siswa. Guru juga meningkatkan keterampilannya dalam menutup pelajaran, yaitu guru menyimpulkan materi pelajaran dengan jelas, tidak terburu-buru dan melaksanakan evaluasi.

Hasil aktivitas siswa siklus I mendapat rata-rata skor 41,1 dengan kategori baik. Pada siklus II terjadi pening-katan rata-rata skor menjadi 50 dengan kategori sangat baik. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus I, masih banyak siswa yang belum duduk di tempatnya masing-masing dengan tertib ketika pembelajaran akan dimulai.

Keberanian siswa dalam membaca aksara Jawa pada kartu juga masih kurang. Siswa tidak percaya diri dalam membaca aksara pada kartu, mereka takut kalau cara membaca mereka tidak sama dengan suara yang muncul dari media flash audio visual sehingga diperlukan motivasi dari guru atau teman agar siswa mau membaca aksara pada kartu. Sebagian besar siswa juga belum ikut serta dalam memberikan memberikan penilaian, siswa tidak ikut mencocokkan pasangan kartu karena siswa tidak terbiasa menggunakan komputer/lap-top, sehingga dalam menggerakkan mouse siswa seringkali mengalami kesulitan.

Selain itu antusias siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan juga masih kurang. Siswa yang berani menjawab dan bertanya kepada guru hanya siswa tertentu saja, siswa yang lain hanya diam dan terlihat malu-malu karena tidak percaya diri dan takut salah dalam menjawab.

Pada siklus II, siswa sudah duduk tertib ditempatnya masing-masing ketika pembelajaran akan dimulai, bahkan bebe-rapa siswa langsung mengeluarkan alat tulisnya. Pengelolaan kelas yang baik membuat siswa lebih semangat dalam memperhatikan penjelasan guru dan mela-kukan setiap langkah-langkah pembelajar-an menggunakan model make a match, terutama pada saat siswa mencari pasang-an kartu.

Siswa terlihat lebih tertib dan semangat dalam mendapatkan pasangan kartunya dengan tepat dan cepat. Kepekaan siswa terhadap suara dari media yang melafalkan aksara carakan meningkat sehingga keterampilan siswa dalam mem-baca aksara Jawa juga meningkat. Motivasi dari guru juga membuat siswa lebih percaya diri dalam membaca aksara Jawa pada kartu, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

Hasil belajar siswa berupa keterampilan membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual mengalami peningkatan baik secara individual maupun klasikal. Keterampilan membaca aksara Jawa tersebut meliputi aspek pelafalan, aspek intonasi, aspek jeda, dan aspek kelancaran. Rata-rata nilai siswa meningkat daridari siklus I yaitu sebesar 69,33 menjadi 77,89 pada siklus II. Ketuntasan belajar individual siswa secara klasikal juga meningkat dari 74,1% atau 20 siswa dari 27 siswa pada siklus I menjadi 89,3% atau 25 dari 27 siswa pada siklus II.

PENUTUP

Simpulan

1. Keterampilan guru mengalami pening-katan dari skor 28 dengan kategori baik dan presentase keberhasilan 70% pada siklus I meningkat menjadi skor 36 dengan kategori sangat baik dan presentase 90% pada siklus II.

2. Aktivitas siswa mengalami peningkat-an dari rata-rata skor 41,1 dengan kategori baik pada siklus I menjadi rata-rata 50 dengan kategori sangat baik pada siklus II.

3. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 69,33 meningkat menjadi 77,89 pada siklus II. Pre-sentase ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 74,07% atau 20 siswa dari 27 siswa pada siklus I menjadi 89,3% atau 25 siswa dari 27 siswa pada siklus II.

Saran

1. Guru diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual sebagai suatu alternatif dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa Jawa untuk meningkatkan aktivitas siswa dan ketrampilan siswa khusus-nya pada materi membaca aksara Jawa.

2. Siswa diharapkan terus mengolah keterampilannya dalam membaca aksara Jawa dengan berlatih memba-ca aksara Jawa secara terus-menerus sehingga keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa dapat mening-kat lebih baik.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan media flash audio visual, dapat diterapkan pada mata pealajaran bahasa Jawa khususnya materi membaca aksara Jawa dan juga pada mata pelajaran yang lainnya yang sesuai dengan model dan media tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

————————. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Astuti, Ida. 2009. Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Bahasa Jawa melalui Media Flash Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN Luwuk Kecamata Kejayan Kabupaten Pasuruan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

BSNP, 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: Cipta Karya.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Darusuprapto, et al. 2002. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Iskandarwassid dan Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamzah, Uno. 2007. Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://fakultasluaskampus.net/contoh-model-pembelajaran-experiential/ (01/01/2014)

http://lutfizulfi.wordpress.com/2008/Pembelajaran-Kooperatif. (01/02/2014)

http://www.masbied.com/2009/03/11penggunaan-media-pembelajaran/ (10/02/2014)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2001/Model-Pembelajaran-Inovatif

(12/02/2014)

Lapono, Nabisi. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mulyadi, C. dkk. 2002. Pandai Baca Tulis huruf Jawa. Yogyakarta: Cipta Mulya.

Mulyarsih. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Model Kooperatif Make A Match pada Siswa Kelas IV SDN Harjowinangun Tersono Batang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Mulyasa, H. E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, 2001. Aktivitas Belajar. Tersedia pada http://id.shvoong.com (10/03/2014).

Nasution. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Poerwanti. 2008. Assesmen Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

SK Gubernur Jawa Tengah Nomor: 423.5/5/2010 tentang Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal (bahasa Jawa) untuk Jenjang Pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa tengah.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryadipura, et al. 2008. Cara Belajar dan Menulis Huruf Jawa. Bandung: Yrama Widya.

Tarigan, H. G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

TIM Pena Guru. 2010. Remen Basa Jawi . Bandung: Erlangga.

Wibowo, Mungin Eddy et al. 2008. Panduan Penulisan Karya ilmiah. Semarang: UNNES Press.

Winataputra, Udin.S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.