PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn

MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN MEDIA AUDIOVISUAL

SISWA KELAS V SEMESTER III SDN 2 NGAWEN

KEC. NGAWEN KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Maryati

SDN 2 Ngawen Kec. Ngawen Kab. Blora

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Hasil penelitian ini menunjukkan model Direct Instruction dengan media Audiovisual dapat meningkatkan prose pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I pertemuan I keterampilan guru dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual pada siklus I pertemuan 1 mendapat skor sebanyak 32termasuk kriteria baik dan pada siklus I pertemuan 2 mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 mendapat skor sebanyak 40 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor sebanyak 46 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru. Aktivitas siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 18 dengan rata-rata 2,28 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 22,11 dengan rata-rata 2,76 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II pertemuan 1 mendapat skor 22,58 dengan rata-rata 2,8 dan masuk dalam kreteria sangat baik, sedangkan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 25,78 dengan rata-rata 3,22 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas IV pada siklus I yaitu 72 dan pada siklus II yaitu 88. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 15 siswa sebanyak 62,5%, dan pada siklus II yaitu 22 siswa sebanyak 91,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Kualitas, Model Direct Instruction dengan media Audiovisual


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Standar Kompetensi pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk menanamkan kesadaran bela negara,penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,pelesan lingkungan hidup,tanggung jawab sosial,ketaatan pada hukum. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak – hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas trampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan untuk: 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi, 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, dan 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek: (1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, (2) Norma, hukum, dan peraturan, (3) Hak asasi manusia, (4) Kebutuhan warga negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan dan Politik, (7) Pancasila, dan (8) Globalisasi (BSNP, 2006: 271). Pembelajaran PKn di sekolah dasar juga mempunyai tujuan yaitu menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa sendiri.

Identifikasi Masalah

1. Guru umumnya dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan metode caramah, belum melakukan variasi, dalam mengelola kelas masih kurang dan dalam pembelajaran belum ada pembagian kelompok kecil atau perorangan.

2. Siswa dalam pembelajaran kurang aktif, siswa cepat merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran

3. Hasil belajar siswa masih di bawah KKM yaitu 70.

Rumusan Masalah

a. Apakah Model Direct Instruction dengan Media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn di kelas VI SDN 2 Ngawen?

b. Apakah Model Direct Instruction dengan Media Audio Visual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI SDN 2 Ngawen?

c. Apakah Model Direct Instruction dengan Media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen?

Pemecahan Masalah

Pembelajaran PKn diupayakan pencapaiannya dengan menggunakan penerapan model Direct Instruction menurut Arends (2004:295) dan media audio visual menurut Sumantri (2001:161).

Tujuan Penelitian

1.   Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen.

2.   Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

a. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan Model Direct Instruction dan Media Audio Visual di kelas VI SDN 2 Ngawen.

b. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan meng-gunakan Model Direct Instruction dan Media Audio Visual pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen.

c. Mendiskripsikan hasil belajar PKn dan menggunakan Model Direct Instru-ction dengan Media Audio Visual pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen.

Manfaat Penelitian

1.   Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah PTK mata pelajaran PKn

2.   Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa

2) Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn

3) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan keterampilan mengajar guru terutama dalam menerapan model Direct Instruction dan media audiovisual

2) Menambahkan pengalaman bagi guru dalam penggunaan model-model pembelajaran kooperatif

c. Bagi Sekolah

1) Mampu memberikan sumbangan baik serta mendorong sekolah untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka perbaikan pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran.

2) Meningkatkan hasil belajar PKn

3) Memberikan wawasan pengalaman tentang pembelajaran melalui model Direct Instruction dan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar stelah mengalami aktivitas belajar. perubahan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep (Anni, 2006: 5).

Menurut Bloom (dalam Anni, 2006:7), hasil belajar diklasifika­sikan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Sedangkan Sudjana (2010: 49-54) merumuskan hasil belajar menjadi tiga tipe, yaitu tipe hasil belajar kognotif, tipe hasil belajar afektif, dan tipe hasil belajar psikomotorik.

a. Hasil belajar kognitif

Hasil kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengeta­huan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Anderson (da­lam Widodo:206) menyatakan bahwa dalam versi revisi takso­nomi Bloom dilakukan pemisahan antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif. Sehingga pada akhir taksonomi Bloom ranah kognitif tersusun dalam enam tingka­tan yakni pengetahuan, pemhaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan berekreasi.

b. Hasil belajar afektif

Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap, nilai, mi­nat, perhatian dan lain-lain. Hasil belajar dalam aspek afektif timbul setelah dikuasainya hasil belajar kognitif. Kategori ha­sil belajar afektif meliputi: penerimaan, penanggapan, peni­laian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.

c. Hasil belajar psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik berkenaan dengan keteram­pilan motorik.Hasil belajar psikomotorik pada umumnya di­gunakan dalam pengajaran yang sifatnya praktek seperti ola­hraga, keterampilan, kerja laboraturium, praktek mengajar, dan lain-lain. Ketegori hasil belajar psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, ge­rakan kompleks, penyesuaian, kreativitas.

Model Direct Instruction

a. Istilah dan Pengertian Direct Instruction

Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru san­gat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Di sampan itu pula model pembelajaran se­lalu mempunyai tahap-tahap (sintak) yang dialkukan siswa oleh bim­bingan guru. Antar sintak yang stau dengan yang lain mempunyai per­bedaan. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelaja­ran sehingga dapat tuntas seperti yang telah ditetapkan. Tetapi para ahli berpendapat bahwa tidak ada model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran yang lain. ( Kardi dan Nur, 2000b: 13)

Menurut (Arends, 2008: 295) model direct instruction diran­cang secara spesifik untuk meningkatkan pembelajaran pengetahuan faktual yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan secara lang­kah demi langkah dan dimaksudkan untuk membantu siswa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai keterampilan sederhana maupun kompleks.

b. Peran Guru dalam Model Direct Instruction

Model direct instruction merupakan sebuah model yang berpu­sat pada guru yang terdapat lima fase yang sangat penting. Guru men­gawali pembelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar pem­belajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

Model direct instruction menurut Kardi (1997: 3) dapat berben­tuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Model direct instruction digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus see­fisien mungkin, sehingga guru dapat merancang pembelajaran dengan tepat waktu yang digunakan.

Model Direct Instruction dan Media Audiovisual

Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Direct Instruction dan media audiovisual dalam pembelajaran di kelas, harus memperhatikan beberapa tahap atau tipe pelaksanaannya.

Sintak model direct instruction menurut Suprijono (2009:50) sebagai berikut:

Table 2.1 Sintak Model Direct Instruction

Fase – fase

Perilaku guru

Fase 1: Establishing SetMenyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran, in-formasi latar belakang, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

Fase 2: Demonstrating

Mendemonstrasikan pengeta­huan atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap de-mi tahap bagaimana cara pembelajaran.

Fase 3:Guided Practice

Membimbing pelatihan

Merencanakan dan memberi pelatihan awal

Fase 4: Feed back

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5: Exteded practice

Memberikan kesempatan un-tuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Mempersiapkan kesempatan melaku-kan pelatihan lanjutan, dengan perha-tian khusus pada penerapan kepada si-tuasi lebih komples dalam kehidupan seharihari.

KERANGKA BERPIKIR

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Selama ini, proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Ngawen masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum optimal. Pola pengajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. Di sini peran siswa tidak lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan sebagai obyek pembelajaran. Tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya seperti dalam hal kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap pengetahuan yang dimiliki masih sangat kurang. Ketidakefektifan dalam proses pembelajaran ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah. Siswa belum mampu memahami mata pelajaran PKn dengan baik.

HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian teori dan kajian empiris di atas, maka penggunaan model Direct Instruction dengan media Audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang meliputi: keterampilan guru dalam pembelajaran PKn, aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn, dan hasil belajar PKn pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlangsung pada semester II yang dimulai dari bulan Januari hingga bulan April 2015. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di kelas VI SDN 2 Ngawen Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

HASIL PENELITIAN

Hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn siklus II pertemuan 2 melalui Model Direct Instruction dan Media Audiovisual pada siswa kelas VI SDN 2 Ngawen, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 928 dengan persentase 644%. Sehingga diperoleh rata-rata 3,22 dengan persentase 80,6%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I pertemuan 2 masuk dalam kriteria sangat baik/A.

Paparan Hasil Belajar Siswa Siklus II

No

Nilai

Frekuensi

xi.fi

Persentase (%)

Katagori

1.

100

9

900

37,5%

Tuntas

2

90

7

630

29,17%

3.

80

3

240

12,5%

4

70

3

210

12,5%

5.

60

2

120

8.33%

Tidak Tuntas

Jumlah

20 siswa

2100

100%

Rata-rata

81,11

KKM

≥70

Tertinggi

100

Terendah

60

T

22 siswa

91,67 %

TT

2 siswa

8,33 %

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru setelah proses pembelajaran, dengan KKM mata pelajaran PKn pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yaitu 70, hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui Model Direct Instruction dengan Media Audio Visual pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.10 Analisis Hasil Belajar

Dengan dem8ikian rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 88 dan ketuntasan individual baru mencapai 91,67 % sehingga belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, oleh karena itu perlu diadakan pebaikan pada pelaksanaan tindakan disiklus II.

Table. 4.11 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus 1 dan Siklus 2

No

Siklus ke-

Jumlah Skor

Rata-rata skor

Presentase

Kriteria

1.

Siklus I Pertemuan 1

32

2,7

66,67%

B

2.

Siklus I Pertemuan 2

33

2,8

68,75%

B

3.

Siklus II Pertemuan 1

40

3,33

83,33%

A

4.

Siklus II Pertemuan 2

46

3,83

95,83%

A

Tabel 4.12 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

No

Siklus ke-

Jumlah Skor

Rata-rata skor

Presentase

Kriteria

1.

Siklus I Pertemuan 1

18,24

2,28

57,07%

B

2.

Siklus I Pertemuan 2

22,11

2,76

69,09%

B

3.

Siklus II Pertemuan 1

22,58

2,8

70,6%

A

4.

Siklus II Pertemuan 2

25,78

3,22

80,6%

A

4.13 Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Siklus Ke-

Nilai Rata-rata

Persentase Ketuntasan Belajar

Prasiklus

58

35%

Siklus I

72

62,5%

Siklus II

88

91,67%

PENUTUP

Simpulan

1. Keterampilan guru dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual pada siklus I pertemuan 1 mendapat skor sebanyak 32termasuk kriteria baik dan pada siklus I pertemuan 2 mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 mendapat skor sebanyak 40 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor sebanyak 46 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan keterampilan guru.

2. Aktivitas siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I pertemuan 1 memperoleh skor 18 dengan rata-rata 2,28 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 2 memperoleh skor 22,11 dengan rata-rata 2,76 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II pertemuan 1 mendapat skor 22,58 dengan rata-rata 2,8 dan masuk dalam kreteria sangat baik, sedangkan pada siklus II pertemuan 2 mendapat skor 25,78 dengan rata-rata 3,22 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan aktivitas siswa.

3. Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Direct Instruction dengan media Audio Visual mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas IV pada siklus I yaitu 72 dan pada siklus II yaitu 88. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 15 siswa sebanyak 62,5%, dan pada siklus II yaitu 22 siswa sebanyak 91,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Direct Instruction dengan media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

1. Bagi Guru, dapat menggunakan model pembelajaran inovatif lainya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam pembelaran. Dalam pembelajaran masih banyak metode atau model lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa, melalui model Direct Instruction dengan media Audio Visual yang menuntut keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn menjadi meningkat. Hal ini bisa diterapkan pada mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.                Anni, Catharina Tri, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

DR. Basuki. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: CV. Duta Nusindo.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narbuka, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Sinambela, Pardomuan N.J.M. 2008. Faktor-Faktor Penentu Keefektifan Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) diunduh dari http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12087485.pdf pada hari Selasa, 22 Februari 2011 jam 10:14 WIB.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Winataputra, Udin S. 2008. Pembelajaran PKn di SD, Jakarta: Universitas Te


rbuka.