Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar Melalui Student Teams Achievement Divisions
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI SISTEM TATA SURYA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 1 LEBAKSIU
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Agus Suntoro
SMP Negeri 1 Lebaksiu
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah (1) meningkatkatkan minat belajar IPA, (2) meningkatkan hasil belajar IPA materi Sistem Tata Surya melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: rata-rata skor minat belajar IPA mengalami peningkatan dari 78,66 (kategori sedang) pada siklus I menjadi 90,19 (kategori tinggi) pada siklus II. Persentase siswa yang mendapatkan skor minat belajar IPA minimal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) mengalami peningkatan dari 56,25% (18 siswa) pada siklus I menjadi 81,25% (26 siswa) pada siklus II. Rata-rata nilai hasil belajar juga meningkat dari 70,63 pada siklus I menjadi 79,22 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas belajar juga mengalami peningkatan dari 68,75% (22 siswa) pada siklus I menjadi 87,5% (28 siswa) pada siklus II.
Kata Kunci: PTK, kooperatif, STAD, minat belajar, hasil belajar.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan tuntutan zaman saat ini dan masa yang akan datang dalam dunia pendidikan, guru harus meningkatkan profesionalismenya. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menggairahkan, menantang, dan menyenangkan siswa. Konsekuensi dari tantangan tersebut diperlukan guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan. Guru memiliki peranan yang sangat strategis, baik sebagai perencana, pelaksana dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas, dan sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas guru bisa dilihat dari dua segi, yaitu segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat dilihat juga dari gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Dari segi hasil guru dikatakan berhasil, apabila dalam Pembelajaranya mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik kearah penguasaan kompetensi dasar yang baik. (E. Mulyasa, 2008: 14)
Guru harus kreatif dalam memilah dan memilih, serta mengembangkan materi standar sebagai bahan untuk membentuk kompetensi siswa. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing. Guru juga harus menyenangkan, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi dirinya. Guru harus pandai menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan. Menurut Permendiknas RI No. 22/2006 salah satu tujuan pembelajaran IPA di SMP/MTs adalah Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mata pelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Permasalahan yang muncul di lapangan sangatlah beragam, misalnya permasalahan rendahnya minat dan hasil belajar IPA siswa, penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, dan kondisi lingkungan belajar yang kurang kondusif. Oleh karena itu, guru perlu melakukan suatu tindakan yang dapat mengatasi berbagai masalah yang muncul di kelas-kelas mereka.
Berbagai masalah tersebut di atas juga terjadi di SMP Negeri 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Secara umum minat belajar IPA siswa di SMP Negeri 1 Lebaksiu masih rendah. Minat yang rendah siswa terhadap mata pelajaran IPA dapat terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa masih banyak yang tidak menyimak pembelajaran dengan baik. Hasil pengamatan peneliti juga menunjukkan bahwa catatan pelajaran IPA masih banyak yang tidak lengkap. Hasil menunjukkan bahwa skor rata-rata minat belajar IPA siswa kelas VII F adalah 65,77 termasuk kategori rendah dengan rincian 5 siswa berkategori tinggi (15,6%), 12 siswa berkategori sedang (37,5%), 9 siswa berkategori rendah (8,1%) dan 6 siswa berkategori sangat rendah (18,8%).
Selain permasalahan minat belajar yang relatif rendah, permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran IPA adalah masalah hasil belajar IPA siswa yang masih perlu ditingkatkan. Sebagai gambaran, pada tahun pelajaran 2019/2020 ini, berdasarkan analisis Penilaian harian siswa kelas VII F menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa adalah 58,65 jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 72 dan siswa yang tuntas hanya 14 siswa dari 32 siswa atau hanya 43,75%.
Rendahnya minat dan hasil belajar IPA siswa ini diduga karena dalam pembelajaran peneliti masih dominan menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Peneliti juga kurang memberi penguatan terutama penguatan positif pada siswa jika siswa mampu menjawab soal-soal latihan dengan betul. Refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan membuat kesimpulan yang dilakukan oleh siswa juga tidak maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar IPA materi Tata Surya siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu. Komponen utama pada pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah presentasi kelas, tim (kelompok), kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim (penghargaan kelompok).
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah minat belajar IPA materi Sistem Tata Surya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah hasil belajar IPA materi Sistem Tata Surya dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020?
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Meningkatkan minat belajar IPA materi Sistem Tata Surya melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Meningkatkan hasil belajar IPA materi Sistem Tata Surya melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
Belajar dan Pembelajaran
Woolfolk (2007: 248) menyatakan bahwa, menurut pandangan kognitif, belajar dipandang sebagai proses aktif dari siswa, bukan sekedar hanya menerima pengetahuan tetapi mencari informasi baru untuk menyelesaikan masalah dan mengorganisasikan kembali apa yang telah diketahui untuk mendapat pengetahuan baru.
Sementara menurut Winkel (2004: 59) menyatakan bahwa belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Sedangkan Arends (2009: 17) menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan sosial dan budaya di mana siswa mengkonstruk pengetahuan yang dipengaruhi oleh interaksi pengetahuan sebelumnya dan peristiwa pembelajaran baru. Dari perspektif konstruktivis, belajar dipandang bukan sebagai siswa secara pasif menerima informasi dari guru melainkan siswa secara aktif terlibat dalam pengalaman yang relevan dan memiliki kesempatan untuk dialog sehingga pengetahuan dapat berkembang dan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa belajar adalah konstruk kognitif yang relatif permanen sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan yang diperoleh dari pengalaman. Belajar dipandang sebagai proses aktif individu dalam membentuk pengetahuan baru berdasarkan skema atau pengetahuan yang sudah ada.
Minat Belajar IPA
Collete & Chiappetta (1994: 74) menyatakan bahwa minat adalah keingintahuan atau daya tarik pada suatu pemikiran atau kejadian yang melibatkan perhatian. Sax (1980: 473) menyatakan bahwa minat merupakan pilihan untuk memilih satu aktivitas diantara aktivitas lainnya. Nunnaly dalam Gable (1986: 8) menyatakan bahwa minat adalah pilihan terhadap pekerjaan atau aktifitas tertentu. Gable (1986: 8) menyatakan bahwa minat dapat digambarkan dengan memperhatikan sasaran utama, petunjuk dan intensitas. Sasaran utama dari minat dapat berupa aktivitas, petunjuk dari minat dapat berupa ketertarikan atau ketidaktertarikan, sedangkan intensitas dari minat diungkapkan dengan tinggi dan rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa minat belajar IPA adalah ketertarikan, keingintahuan dan kesukaan untuk mempelajari IPA.
Hasil Belajar
Menurut Nitko & Brookhart (2011: 497), hasil belajar merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang telah dikembangkan siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Sedangkan menurut Jhonson & Jhonson (2002: 8), hasil belajar berkaitan dengan: (a) tingkah laku (kemampuan untuk berkomunikasi, bekerja sama, melakukan aktivitas motorik tertentu, dan memecahkan masalah kompleks, (b) hasil/produk (menulis tema atau hasil laporan, hasil seni, hasil kerajinan), atau (c) sikap atau watak (kebanggaan dalam bekerja, keinginan meningkatkan kompetensi diri, komitmen pada kualitas, kontrol diri, dan harga diri).
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh melalui proses pembelajaran.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Materi Tata Surya
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Menurut Slavin (2010: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaraan di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Selanjutnya Slavin (2010: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa. Karena pemberian penghargaan pada pembelajaran kooperatif, siswa dapat melakukan lebih baik dari apa yang dilakukan sebelumnya dan siswa lebih termotivasi untuk berusaha.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah tipe Student Teams Achivement Divisions (STAD). Menurut Slavin (2010: 143), STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu: Presentasi kelas, Tim (kelompok), Kuis, Skor kemajuan individual, dan Rekognisi tim (penghargaan kelompok)
Cara menentukan skor dalam pendekatan pembelajaran kooperatif adalah dengan mencatat skor awal, yaitu skor siswa sebelum pembelajaran atau skor kuis sebelumnya. Skor kemajuan ditentukan dengan membandingkan skor awal dan skor kuis akhir.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagian besar masih mengalami masalah. Permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 1 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Secara umum minat belajar dan hasil belajar IPA siswa rendah yang dikarenakan: metode pembelajaran di kelas belum bervariasi masih dominan menggunakan metode ceramah, pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL), dan guru belum menggunakan pembelajaran kooperatif sehingga kerjasama antarsiswa dalam proses pembelajaran belum tumbuh. Untuk mengatasi permasalahan pada pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Lebaksiu seperti tersebut di atas, peneliti melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPA materi Tata Surya pada siklus I dan II.
METODE PENELITIAN
Objek Tindakan
Objek tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah minat belajar dan hasil belajar IPA materi Tata Surya.
Setting Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lebaksiu yang beralamat di Jl. Kauman II Lebaksiu Lor, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII F semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 semester yaitu dari tanggal 3 Januari sampai dengan 30 Juni 2020.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu tahun pelajaran 2019/2020. Banyaknya siswa sebagai subjek penelitian di kelas VII F adalah 32 siswa, dengan siswa laki-laki 13 dan siswa perampuan 19.
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik angket, pengukuran dengan tes, dan dokumentasi. Teknik angket digunakan untuk memperoleh data minat belajar siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa.
Analisis Data
Analisis Data Minat Belajar Siswa
Analisis data minat belajar siswa dilakukan dengan menghitung skor empirik dari masing-masing siswa, kemudian mengkonversi ke dalam data kualitatif. Dalam penelitian ini banyaknya butir pernyataan pada angket minat belajar IPA siswa adalah 25 butir sehingga skor maksimum ideal adalah 125 dan skor minimum ideal adalah 25.
Analisi Data Hasil belajar
Siswa dikatakan tuntas secara individual jika siswa mencapai atau melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72. Sedangkan ketuntasan secara klasikal, jika paling sedikit 75% siswa subjek penelitian mencapai kriteria ketuntasan individual.
Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data Primernya yaitu data skor minat belajar dan data skor hasil belajar. Data Skundernya berupa data pembelajaran, data subjek penelitian, dan KKM.
Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Rata-rata skor minat belajar IPA siswa lebih dari 85 (˃ 85). (2) Siswa yang memiliki skor minat belajar IPA minimal kategori tinggi (tinggi dan sangat tinggi) lebih dari 80% (˃ 80%). (3) Rata-rata hasil belajar siswa mencapai 72 atau lebih (≥ 72). (4) Paling sedikit 85% (≥ 85%) siswa mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 72.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 2008: 51). Adapun tahap-tahap tersebut adalah perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Sebagai gambaran awal pada pembelajaran IPA di kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Siswa kurang diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga minat belajar siswa dan hasil belajar siswa masih rendah. Minat belajar IPA siswa kelas VII F skor rata-rata minat belajarnya adalah 65,77 termasuk kategori rendah dengan rincian 5 siswa berkategori tinggi (15,6%), 12 siswa berkategori sedang (37,5%), 9 siswa berkategori rendah (28,1%) dan 6 siswa berkategori sangat rendah (18,8%), Sedangkan hasil belajar IPA siswa kelas VII F di SMP Negeri 1 Lebaksiu juga masih rendah. Sebagai gambaran, pada tahun pelajaran 2019/2020 ini, berdasarkan analisis Penilaian harian siswa kelas VII F menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa adalah 58,65 jauh dari KKM yang ditentukan yaitu 72 dan siswa yang tuntas hanya 14 siswa dari 32 siswa atau hanya 43,75%.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus I ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu berupa perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflekt).
Hasil penyebaran angket minat belajar siklus I dan setelah dihitung skor minat belajar siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu menunjukkan bahwa rata-rata skor minat belajar IPA siswa kelas VII F adalah 78,66 termasuk kategori sedang meningkat dibanding kondisi awal yaitu 65,77 (kategori rendah) dengan rincian bahwa jumlah siswa yang minat belajar IPA kategori sangat tinggi sebanyak 2 siswa (6,25%), kategori tinggi sebanyak 16 siswa (50%), kategori sedang sebanyak 11 siswa (34,38%), kategori rendah sebanyak 2 siswa atau 6,25% sedangkan jumlah siswa yang minat belajarnya IPA masuk kategori sangat rendah sebanyak 1 siswa (3,12%). Sehingga jumlah siswa yang minat belajarnya dalam kategori minimal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) mengalami peningkatan 40,65% dari kondisi awal yaitu dari 5 siswa (15,6%) pada kondisi awal menjadi 18 siswa (56,25%) pada siklus I.
Pada pertemuan ketiga siswa melaksanakan tes tertulis secara bersama-sama. Dari kegiatan tes yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut: nilai rata-rata belajar sebesar 70,63 dimana nilai tertinggi di kelas adalah 95 dan nilai terendah adalah 50. Jumlah siswa yang sudah tuntas sebanyak 22 siswa atau 68,75%, walaupun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu rata-rata hasil belajar siswa mencapai 72 atau lebih (≥ 72) dan paling sedikit 85% (≤ 85%) siswa mencapai atau melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 72 dan masih ada 10 siswa yang belum tuntas atau 31,25%, berarti belum memenuhi dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) kelas sebesar 72. Sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata skor minat belajar IPA siswa kelas VII F siklus II adalah 90,19 termasuk kategori tinggi meningkat dibanding Siklus I yaitu 78,66 (kategori sedang) dengan rincian bahwa jumlah siswa yang minat belajar IPA kategori sangat tinggi sebanyak 4 siswa atau 12,5%, kategori tinggi sebanyak 22 siswa atau 68,75%, kategori sedang sebanyak 6 siswa atau 18,75%, kategori rendah dan sangat rendah masing-masing 0 atau 0% (sudah tidak ada siswa yang minat belajarnya rendah dan sangat rendah). Sehingga pada siklus II siswa yang minat belajarnya dalam kategori minimal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) mengalami peningkatan yaitu dari 18 siswa (56,25%) pada siklus I menjadi 26 siswa (81,25%) pada siklus II.
Peningkatan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran ini berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa sebagai berikut: nilai rata-rata tes yang mencapai nilai sebesar 79,22, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Tingkat ketuntasan pada siswa juga mengalami kenaikan menjadi 28 siswa, sedangkan yang belum tuntas tinggal 4 siswa. Pada presentase ketuntasan juga ada kenaikan menjadi 87,5%, dan siswa yang belum tuntas tinggal 12,5%.
Dari hasil pembelajaran siklus II diketahui sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, sehingga penelitian ini dikatakan berhasil dan tidak dilanjutkan siklus berikutnya.
Deskripsi Hasil Penelitian Antar Siklus dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan hasil belajar materi Tata Surya pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I merupakan tindakan awal yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan minat belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam materi Tata Surya. Siklus II dilakukan sebagai tindak lanjut untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam siklus I, sedangkan materi yang dipelajari adalah lanjutan dari siklus I yaitu materi Komponen Penyusun Tata Surya, Gerak Planet dan Hukum Kepler.
Minat Belajar Siswa
Perbandingan rata-rata skor minat belajar IPA siklus I dan siklus II kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu, menunjukkan bahwa rata-rata skor minat belajar IPA siswa meningkat dari 78,66 (kategori sedang) pada siklus I menjadi 90,19 (kategori tinggi) pada siklus II.Siswa yang memiliki skor minat belajar IPA minimal kategori tinggi (tinggi dan sangat tinggi) sebanyak 18 siswa dan siklus II mencapai 26 siswa.
Diketahui pula bahwa persentase minat belajar siswa minimal kategori tinggi (tinggi dan sangat tinggi) pada siklus I 56,25% dan siklus II 81,25% berarti minat belajar materi Tata Surya pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 25%. Indikator keberhasilan minat belajar siswa dalam pembelajaran siklus II telah tercapai yaitu ada 81,25% siswa minat belajarnya masuk minimal kategori tinggi (tinggi dan sangat tinggi).
Hasil Belajar Siswa
Untuk hasil belajar, perolehan rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,63 sedangkan siklus II mencapai 79,22, ini berarti ada peningkatan nilai sebesar 8,59. Untuk rata-rata hasil belajar siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yaitu rata-rata hasi belajar siswa sudah mencapai 72 lebih atau lebih (≥ 72). Begitu pula pada perolehan nilai tertinggi, pada siklus I nilai tertinggi mencapai 95 pada siklus II, nilai tertinggi 100, berarti ada peningkatan nilai sebesar 5.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas tentang: penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar IPA materi Tata Surya siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu. semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 terbukti.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
- Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar IPA materi Sistem Tata Surya pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Minat belajar siswa mengalami peningkatan. Persentase siswa yang mendapatkan skor minat belajar IPA minimal tinggi (tinggi dan sangat tinggi) mengalami peningkatan dari 56,25% (18 siswa) pada siklus I menjadi 81,25% (26 siswa) pada siklus II.
- Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi Sistem Tata Surya pada siswa kelas VII F SMP Negeri 1 Lebaksiu semester 2 tahun pelajaran 2019/2020. Peningkatan itu terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar yang meningkat dari 70,63 pada siklus I menjadi 79,22 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas belajar juga mengalami peningkatan dari 68,75% (22 siswa) pada siklus I menjadi 87,5% (28 siswa) pada siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, disampaikan saran-saran sebagai berikut:
- Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPA pada materi Sistem Tata Surya sehingga dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas lain.
- Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan rujukan bagi guru lain jika ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama.
- Perlu dilakukan penelitian menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk materi pelajaran IPA yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 2009. Learning to teach (9th ed.). NewYork: McGraw-Hill.
Collete, A.T., & Chiappetta, E.L. 1994. Science teaching in the middle and secondary schools (3rd ed). New York: Maxwell Macmillan, Inc.
Gable, R.K. 1986. Instrument development in the affective domain. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
Jhonson, D.W., & Jhonson, R.T. 2002. Meaningfull assesment: a manageable and cooperative process. Boston: Allyn Bacon.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. 2011. Educational assesment of students. Boston: Pearson Education, Inc.
Slavin, R. E. 2010. Cooperative learning: teori, riset, dan praktik. Bandung: Nusa Media.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Woolfolk, A. 2007. Educational psychology (10th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.