PENINGKATAN MOTIVASI AKTIVITAS BELAJAR

DAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DALAM BAHASA INDONESIA CERITA RAKYAT

MELALUI METODE BERCERITA DI KELAS V SDN HADILUWIH 1

KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Sunardi

SDN Hadiluwih 1 Kec. Sumberlawang Kab. Sragen

ABSTRAK

Tujuannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan motivasi aktivitas belajar dan kecerdasan emosional melalui Metode Bercerita dalam Cerita Anak dilihat dari (1) Metode Bercerita (2) Kecerdasan Emosional dalam cerita  tersebut. Subjek penelitian, siswa Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang berjumlah 25 siswa terdiri dari 12 anak laki-              laki dan 13 anak perempuan. Metode pengumpulan data, observasi, Wawancara dan catatan lapangan. Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas menggunakan perbaikan Siklus 1 dan Siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas adalah, (1) pembelajaran bercerita dapat            meningkatkan motivasi aktivitas belajar dan          Kecerdasan Emosional siswa Kelas      V SD       Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kemampuan mempraktekkan cerita diamati dari indikator (a) kemampuan menyampaikan cerita (b) kemampuan memberi   contoh,(c) kemampuan menggunakan, dan memilih prosedur tertentu, dan (2) Metode Bercerita dapat meningkatkan Kecerdasan Emosional siswa Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Kata Kunci: Metode Cerita dan Kecerdasan Emosional.


PENDAHULUAN

Rendahnya keterampilan bercerita, kemampuan memahami, penguasaan kebahasaan, mengapresiasi sastra dan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia siswa dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, sering dilontarkan oleh beberapa guru di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen yang mengalami kesulitan dalam menyampaikan mata pelajaran dengan hanya berceramah atau bercerita. Sebagai bahan penelitian adalah salah satu yang sesuai dengan            standar kompetensi di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen yaitu cerita tentang sesuatu peristiwa dan cerita yang terjadi di           sekitar yang disampaikan secara lisan. Cerita merupakan media seni yang      mempunyai ciri-ciri        tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya.Tidak seorang pengarang cerita yang mengabaikan dunia anak-anak.

Ketidakberhasilan siswa Kelas V Semester gasal SD Negeri Hadiluwih 1 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek penguasaan konsep perlu segera         diatasi. Tindakan yang akan ditempuh peneliti untuk memperbaiki ketidakberhasilan tersebut adalah membangkitkan motivasi belajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar             mengajar, maka metode bercerita merupakan salah satu teknik penyampaian dalam proses pendidikan di Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang bervariasi dalam penyampaian materi             pelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak SD dengan menyampaikan cerita kepada anak secara lisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia dikatakan berhasil bila anak menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Tingkat penguasaan anak terhadap materi pembelajaran Bahasa Indonesia biasanya dinyatakan dengan nilai. Dari hasil pengalaman penulis, hal ini sampai      sekarang belajar masih rendah. Nilai keberhasilan Bahasa Indonesia melalui metode bercerita masih kurang, terbukti dari 25 anak yangsudah menguasai baru17 anak.

Rumusan masalah dalam bercerita adalah: Apakah melalui metode bercerita dapat meningkatkan Motivasi aktivitas belajar dan kecerdasan emosional Anak dalam Bahasa Indonesia cerita Rakyat di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen?

Sementara itu, tujuan Penelitian adalah untuk: Untuk mengetahui peningkatan motivasi aktivitas belajar dan kecerdasan emosional Bahasa Indonesia Cerita Rakyat melalui metode Bercerita Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen.

LANDASAN TEORI

Pengertian Motivasi

Kata ” motif ” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Berawal dari kata ”motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2014:73-103) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting antara lain; 1). Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2). Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling” afeksi seseorang. 3). Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Di samping itu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar itu terdiri antara lain; memberi angka, hadiah, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, dan minat.

Pengertian Aktivitas

Di dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat, ”learning by doing”. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi antara lain; visual activities, oral activities, listening avctivities, writing activities, draving activities, motor activities, mental activities. (Sardiman, 2014:97-100) Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.

Pengertian Metode Bercerita

Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau materi      pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan menjadi      penghalang kelancaran jalannya suatu proses belajar mengajar sehingga banyak waktu         dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.

Metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu, sedangkan cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru kepada siswa-siswanya, ayah kepada         anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersumber kepada kekuatan           kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita menurut (Ahmad Tafsir, 2003).

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.

Tujuan dan Fungsi Bercerita

a.   Tujuan Metode Bercerita

Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita guru dapat menanamkan nilai-nilai islam pada anak didik, seperti menunjukkan     perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan. Melalui metode             bercerita anak diharapkan dapat membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

b.   Fungsi Metode Bercerita

Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik mungkin bagi     pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode bercerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan.

Fungsi Cerita

Menurut Suratno fungsi cerita antara lain menyebutkan: a. Menambah ilmupengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemampuan anak. b.Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.c.Menambah kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat. d.Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina  sifat terbuka dan objektif. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial (Suratno,2006: 16) Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa cerita adalah  cerita fiksi berbentuk prosa yang relative pendek dan terbatas ruang lingkupnya karena hanya mengungkapkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang serta memiliki ciri-ciri yaitu ceritanya pendek, bersifat naratif, dan bersifat rekaan (fiction).

Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah anak menjadi cerdas secara intelektual, anak juga dibekali kemampuan untuk bertenggang rasa, saling menghormati, dapat mengambil keputusan dengan tepat.(Sujarwanto, 2002:521) .

Beberapa ciri-ciri yang berhubungan dengan kecerdasan emosional yaitu Menurut Daneil Goleman menggambarkan ciri-ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa: (1) .Kemampuan memotivasi diri sendiri. (2) Ketahanan menghadapi frustasi. (3) Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihan kesenangan. d.Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan    kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.

Kerangka Pikir

Guru dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan secara rutinitas, baik belajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan oleh berbagai faktor yang meliputi: guru, peserta melalui bahan ajar, sarana dan prasarana yang memadai suasana pembelajaran,             kesulitan–kesulitan yang dihadapi oleh guru dan sistem evaluasi yang dilakukan oleh       guru.

Kesulitan–kesulitan yang dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar tergantung kontek yang dilakukannya, kesulitan itu muncul secara tak terduga, kadang–kadang kesulitan yang telah teridentifikasi tak terpengaruh lagi, dan sering kesulitan menjadikan suatu hal yang tak teratasi sehinggamenjadikan kinerja guru rendah atau arah dan tujuannya tak tercapai. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode bercerita di Sekolah Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang masih banyak kesulitan yang dihadapi guru, baik langsung maupun tidak langsung kesulitan yang tidak secara langsung dihadapi guru dalam kegiatan belajar mengajar antara lain latar belakang dan lingkungan peserta.

Hipotesis Tindakan

Menggunakan metode bercerita dapat meningkatkan kecerdasan emosional Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2013/ 2014 dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dengan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode bercerita dapat meningkatkan   motivasi dan aktivitas belajar serta kecerdasan emosional secara maksimal, sehingga hasilnya memuaskan.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Tempat penelitian data adalah di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan karena peneliti juga sebagai guru di SDN Hadiluwih 1 mengajar di kelas V. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2015.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data (Suharsini Arikunto, 2010: 175). Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Menganalisis data bentuknya beraneka ragam merupakan tugas besar bagi peneliti kualitatif menurut Patton dalam Moleong (1989:112) analisis data adalah sebagai suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan analisis data adalah suatu upaya untuk menata secara sistematis data hasil observasi, wawancara dan lain sebagainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya dalam bentuk suatu       temuan (Suyati, 2000:50).

Indikator Keberhasilan

Dalam pelaksanaan upaya meningkatkan kecerdasan emosional Bahasa Indonesia melalui bercerita pada siklus I dan II rata-rata meningkat menunjukkan: Anak yang menguasai materi 75% mencapai ketuntasan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen sebelum ada perbaikan sungguh sangat memprihatinkan sehingga harus mengadakan perbaikan. Berdasarkan pelaksanaan pra siklus terlihat suasana kelas dan antusias anak terhadap keterangan guru tidak ada sama sekali, anehnya hal itu terjadi pada sebagian besar siswa. Suasana seperti itu diakibatkan karena metode guru yang kurang pas dalam menerangkan materi ajar. Sehingga guru harus intropeksi dan merubah         cara pengajarnya. Maka dicoba dengan menggunakan metode bercerita. Dibentuklah siswa menjadi beberapa kelompok besar dimana satu kelompok terdiri dari 5 anak dan             masing-masing diberi tugas sendiri-sendiri. Tindakan guru itu dinamakan tindakan siklus pertama. Tindakan pertama itu menunjukkan hasil prestasi belajar anak meningkat dibanding dengan sebelum ada perbaikan. Berdasarkan hasil yang dicapai pada saat guru melakukan ulangan sebagian siswa yang menuntaskan materi ajarnya. Dibawah ini diuraikan kegiatan pada siklus pertama.

a. Persiapan/perencanaan

1). Bersama dengan guru kelas lain, mendiskusikan dan mengevaluasi kegiatan  pembelajaran 2). Merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam upaya penyempurnaan pembelajaran sebelum perbaikan. 3) Menyiapkan alat-alat pelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.4) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok besar yaitu satu kelompok terdiri dari 5 anak.

b. Pelaksanaan

1). Guru membuka pelajaran.2). Guru membahas atau menjelaskan materi pelajaran dengan metode campuran (ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi dan tugas) dengan menunjukkan alat peraga yang telah dipersiapkan guru sebelumnya.3). Siswa memperhatikan penjelasan guru.4). Siswa mengerjakan soal-soal yang ditugaskan oleh guru. Melihat sebagian siswa ada yang belum memahami/menangkap penjelasan guru dan kurang mampu mengerjakan soal baik secara pribadi maupun kelompok.5). Siswa di bawah bimbingan guru menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan 6). Pekerjaan siswa dikumpulkan untuk dinilai dan didiskusikan. 7) Guru menganalisa pekerjaan siswa untukdiadakan perbaikan.8) Guru memberi saran dan tindaklanjut untuk pembelajaran berikut.

c. Observasi

Pada siklus pertama ini guru/peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat semua perilaku yang muncul akibat perlakuan/tindakan yang diberikan kepada siswa. Pada siklus pertama ini aktivitas siswa terlihat lebih menonjol. Keberanian untuk melaporkan hasil kerjanya muncul. Namun ada beberapa siswa yang masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan guru. Dalam siklus ini, perolehan skor nilai siswa untuk nilai 80-100 belum ada, sementara nilai menumpuk antara 60 ada 20 siswa, sedangkan yang skor 70 ada 5 orang.

Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Disamping itu observator mewawancarai siswa yang belum tuntas belajarnya.

d). Refleksi

Pembelajaran Bahasa Indonesia belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan.   Penguasaan materi dan keberanian sebagian besar siswa belum terlihat. Masih terdapat 9 siswa yang belum tuntas dari 25 siswa.hasil pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus        pertama ini nilai rata-rata 55,54 atau 35% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Maka diadakan suatu tindakan untuk menuntaskan nilai hasil belajar itu, namun dibanding dengan pembelajaran Bahasa Indonesia sebelum ada tindakan sudah menunjukkan peningkatan tapi belum secara maksimal, oleh karena itu perlu adanya      tindakan yang kedua atau siklus ke dua.

2. Deskripsi Siklus 2

Tindakan pada siklus ke 2 ini merupakan lanjutan pada tindakan siklus pertama. Terutama memperhatikan pada siswa – siswa yang belum menuntaskan pada tindakan siklus pertama yaitu 9 anak. Siklus ini dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus sebelumnya yaitu dengan berusaha lebih ditingkatkan dengan memfokuskan pada jumlah siswa perkelompok dibuat lebih kecil dan memperhatikan gerak-gerik siswa yang belum menuntaskan pembelajarannya. Peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan singkat, jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

Dengan lebih memaksimalkan penggunaan metode bercerita dengan mengelompokkan belajar kelompok dengan cara membuat kelompok kecil., siswa semakin mampu mengerjakan soal secara benar. Dan hasil ulangan yang dicapai menunjukkan semua siswa mengalami peningkatan yang dratis dalam hasil belajarnya.   Dari jumlah 25 anak Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang dalam            mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang Cerita Rakyat tuntas semua. Dibawah ini          disebutkan Uraian kegiatan pada siklus ke dua.

a). Persiapan

(1). Guru mengkondisikan suasana kelas dengan mengabsen (2). Guru mengulang pelajaran yang lalu dengan mengadakan tanya jawab dengan anak(3). Menyusun kegiatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. (4). Menyiapkan alat-alat pelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.

b). Pelaksanaan

(1). Apersepsi dan pre tes (2). Guru membuka pelajaran dengan mengulang pelajaran yang telah diajarkan pada hari–hari yang lalu. (3). Guru membahas atau menjelaskan materi pelajaran dengan metode campuran (ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi dan tugas). (4). Siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan sebagian siswa bertanya kepada guru terkait dengan materi pelajaran. (5). Siswa mengerjakan soal-soal yang ditugaskan oleh guru. (6). Guru dan siswa membuat rangkuman atau membuat kesimpulan.

c). Observasi

Observer melaksanakan observasi terhadap peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

d). Refleksi

Pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan keberanian semua siswa sudah terlihat. dari 25 siswa.semua menuntaskan pembelajaran dengan hasil pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata 72 atau 100% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Ternyata siklus demi siklus mengalami penyempurnaan secara bertahap. Siklus kedua merupakan siklus yang paling sempurna. Kemampuan dan keberanian secara personal lebih nyata. Hal ini terbukti dengan hasil pembelajaran siswa pada siklus ke dua menunjukkan hasil yang optimal. Nilai ketuntasan semakin naik. Dari hasil diskusi dengan guru teman sejawat maka disepakati untuk menghentikan penelitian pada siklus ke dua karena sudah diperoleh hasil yang memuaskan.

Hasil Penelitian

Hasil perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode bercerita di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode bercerita materi dapat diamati dan dianalisis. Berdasarkan data dapat dilihat hasil perubahan nilai yang dicapai siswa tiap siklus. Sebagian besar mengalami kenaikan, mulai dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2

Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dihadapkan pada kendala rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya minat/perhatian dan keaktifan saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung serta tidak maksimalnya penggunaan alat peraga. Berdasarkan hasil diskusi secara kontinyu, perbaikan pembelajaran mengalami kemajuan. Untuk mengatasi masalah siswa kurang menguasai konsep bercerita yang berakibat timbulnya kendala rendahnya tingkat      penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, maka dapat diatasi dengan cara-cara sebagai            berikut: penggunaan metode yang tepat, efesien, dan efektif, penanaman konsep pembelajaran Bahasa Indonesia dari yang sederhana menuju konsep yang komplek.        Terbukti hasil pembelajaran mengalami peningkatan. Studi awal menunjukkan dari 25 anak yang tuntas hanya 10 anak setelah ada beberapa perbaikan maka ditemukan ada peningkatan yang signifikan. Tingkat penguasaan materi, minat, dan perhatian saat      pembelajaran berlangsung semakin meningkat yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa di dalam kelas dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Dengan langkah-langkah     atau prosedur tersebut, menurut peneliti, siswa dapat terangsang keberaniannya, kemampuan dan kemauannya untuk memacu diri meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada siklus I masih belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan siswa yang mendapat nilai 80 keatas tidak ada dari 25 siswa yang ada. Kurang keberhasilan pada tindakan perbaikan pertama karena dalam penyampaian mata pelajaran guru belum secara maksimal menggunakan metode belajar kelompok, sehingga siswa tidak kreatif dan merasa bosan. Bila dilihat dari           prosentase yang ditunjukkan pada siklus I adalah:

1.   Siswa yang mendapat nilai 70 keatas ada 0 anak.

2.   Siswa yang mendapat nilai 60 – 69 ada 25 anak

3.   Siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 ada 0 anak

Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum berhasil menuntaskan semua siswa Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran siklus II sudah      berhasil. Hal ini ditunjukkan semua siswa sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa diatas nilai KKM keberhasilan siklus II karena penyampaian    materi pelajaran, guru menggunakan metode belajar kelompok dan benar – benar di     gunakan secara maksimal, sehingga siswa lebih jelas, aktif, kreatif, dan merasa senang hasil belajar yang dicapai bisa meningkat sesuai dengan harapan guru. Bila dilihat prosentasenya adalah:

1.   Siswa yang mendapat nilai 70 keatas ada 0 anak.

2.   Siswa yang mendapat nilai 60 – 69 ada 25 anak

3.   Siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 ada 0 anak

Hal ini ditunjukkan dari perolehan rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II ada peningkatan. Kemudian pada siklus II naik menjadi 100% jadi perbaikan siklus II membuktikan sudah berhasil.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka     dapat    diambil kesimpulan sebagai berikut: Mengajar dengan menggunakan metode bercerita dapat meningkatkan Motivasi dan aktivitas belajar serta kecerdasan emosional       anak Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri Hadiluwih 1 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari anak yang tadinya nilai awal            yang belum berhasil 8 anak dari 25 siswa, Siklus I berhasil semua tetapi belum maksimal hasilnya rata-rata nilai 55,24   kemudian Siklus II mendapat nilai diatas 70 ada 20 anak,    80 ada 3 anak dan 90 hanya 1 anak semuanya 100% nilai rata-rata 72 meningkat. Dengan demikian dari 25 anak semuanya tuntas 100%.

Saran- saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru            dalam meningkatkan kualitas pelajaran Bahasa Indonesia supaya penguasaan materi oleh siswa meningkat antara lain:

a.   Bagi guru:

1. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan pertimbangan dalam meningkatkan kecerdasan emosional dalam bercerita.

2. Guru hendaknya berperan aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar

3.   Gunakan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan haknya dalam bertanya

4.   Bimbinglah siswa dalam kegiatan belajar kelompok dan memberikan kesimpulan setiap mengakhiri pengajaran.

b.   Bagi Sekolah:

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat    para guru untuk mengadakan penelitian tindakan kelas.

c.   Bagi lembaga terkait:

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi lembaga terkait dalam program pembinaan dan pengembangan lembaga pendidikan khususnya dalam meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar serta kecerdasan emosional anak melalui metode bercerita

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penerimaan Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit: Rineka Cipta Jakarta.

Murjito. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di SD. Depdiknas Jakarta.

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada Universitas Press.

Harjana, 2006. Cara Mudah mengarang Cerita Anak-anak. Penerbit: Gramedia     Widia Sarana Indonesia. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Penerbit: Bumi Aksara. Bandung.

Harun, Djaenudin, Priyanto. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas V. Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Mulyoso, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Penerbit: PT Rosda Karya   Bandung.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Penerbit: Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sutopo, H.B.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit: Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Sujarwanto. 2002. Bahasa dan sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI Penerbit: Gama media.Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.