Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Melalui Model Examples Non Examples
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA STANDAR KOMPETENSI MENGGUNAKAN ATURAN STATISTIKA, KAIDAH PENCACAHAN, DAN SIFAT-SIFAT PELUANG DALAM PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
EXAMPLES NON EXAMPLES BAGI SISWA KELAS XI IPA 3
SMA NEGERI 1 CEPER KLATEN SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sunarwan
SMA Negeri 1 Ceper Klaten
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengannalisis peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika standar kompetensi menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah melalui model pembelajaran examples non examples bagi siswa Kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Ceper Klaten. Objek peneltian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas XI sebanyak 26 siswa. Subjek penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran examples non examples. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes, dokumentasi, dan pengamatan/ observasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ceper Klaten semester I tahun pelajaran 2017/2018. Peningkatan motivasi belajar sebesar 49,36%, setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, meningkat menjadi 62,18% (peningkatan sebesar 19,87% dari nilai rata-rata 42,31%). motivasi belajar siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan pada siklus II sebesar 29,49% (siklus I sebesar 62,18% meningkat menjadi 92,31% pada siklus II. Dengan demikian motivasi belajar dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 49,36%. Peningkatan hasil belajar terjadi dari prasiklus ke siklus I, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 5,96 dengan ketuntasan meningkat 9 orang. Peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 8,46 dengan ketuntasan meningkat 5 orang. Dengan demikian melalui model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dari prasiklus ke siklus II sebanyak 14 orang.
Kata kunci: motivasi belajar, hasil belajar, examples non examples, matematika.
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kelas yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika dengan senang. Unsur pokok dalam pembelajaran matematika pertama adalah guru, guru sebagai perancang pembelajaran dan sekaligus pelaksana dan penilai hasil belajar. Kedua adalah siswa, siswa dalam pembelajaran matematika merupakan subjek pembelajaran yang menjadi perhatian guru agar materi pembelajaran dapat dipahami dengan baik. Ketiga adalam materi pembelajaran, matematika sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi atau pelajaran. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, maka dalam melaksanakan pembelajaran guru harus pandai memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Matematika merupakan ilmu yang mendasari semua mata pelajaran yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA), sehingga siswa perlu memiliki penguasaan yang kuat, selain itu matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masuk dalam mata pelajaran Ujian Nasional, sehingga siswa dituntut untuk dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Melihat begitu pentingnya pelajaran matematika, maka siswa dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik terhadap materi matematika. Hal ini dapat terjadi apabila guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat.
Ketidak tepatan memilih model pembelajaran menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, yang pada giliranya hasil belajar siswa rendah. Rendahnya motivasi dan hasil belajar disebabkan oleh ketidak tepatan guru memilih model pembelajaran semestinya tidak perlu terjadi apabila guru memiliki pengalaman menerapkan model-model pembelajaran matematika. Sehingga guru dapat memilih mana model yang dianggap sesuai dengan materi pembelajaran.
Pengalaman selama mengajar matematika khususnya di kelas XI, siswa kurang senang apabila guru mengajar dengan ceramah, memberikan tugas, dan latihan-latihan mengerjakan soal. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa saat pelaksanaan pembelajaraan menggunakan model tersebut. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 26 (duapuluh enam) siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ceper Klaten, diketahui bahwa motivasi belajar siswa yang diukur dengan menggunakan indikator: semangatg siswa dalam belajar, kemauan siswa mengemukakan pendapat, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, inisiatif, keberanian bertanya, dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran, rata-rata baru 11 siswa, atau sebesar 42,31% siswa yang menunjukkan memiliki motivasi. Hasil ulangan harian dari 26 siswa tersebut siswa yang dinyatakan tuntas baru 12 (duabelas) siswa atau (46,15%).
Kenyataan tersebut di atas, maka untuk pelajaran berikutnya yaitu standar kompetensi menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah melalui model pembelajaran perlu diterapkan model pembelajaran yang sesuai. Adapun model pembelajaran yang dipilih untuk materi tersebut adalah Example Non Example yaitu suatu metode belajar yang menggunakan contoh-contoh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar, dalam penyampaian digunakan media gambar, hal ini bertujuan bertujuan untuk mendorong siswa belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar yang disajikan menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan motivasi dan hasil belajar matematika, khsusunya kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, maka dilakukan tindakan nyata dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: â€Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Matematika Standar Kompetensi Menggunakan Aturan Statistika, Kaidah Pencacahan, dan Sifat-Sifat Peluang dalam Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Example Non Example Bagi Siswa Kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, sekaligus kegiatan ini sebagai bentuk kegiatan pengembangan profesionalisme guru.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi permasalahan, rumusan masalah penelitian ini adalah: â€Apakah dengan menerapkan model ewxample Non example motivasi dan hasil belajar matematika standar kompetensi menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan bagi Siswa Kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat meningkat?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengannalisis peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika standar kompetensi menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalah melalui model pembelajaran Example Non Example bagi siswa Kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kajian Teori
Pembelajaran Matematika
Menurut Wirodikromo (2007: 4), matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Gatoto, 2007: 1.26). Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi kelas agarsiswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran terbimbing.
Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Suprijono (2011:7) hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa harus mencakup segala aspek yang diajarkan oleh pendidik, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor siswa.
Hakekat Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2011: 45) model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011: 57).
Model Examples non examples
Examples non examples adalah model belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007: 34). Selanjutnya examples non examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh. Examples non examples yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang model belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar (Kusumah, 2008: 45).
Motivasi Belajar
Menurut Soeharto (2003: 110) â€Motivasi adalah sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannyaâ€. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan dan dorongan yang ada dalam diri seseorang. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya menuntut pemenuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasa adanya kepuasan pada dirinya.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran matematika, khususnya bagi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Ceper Klaten semester I tahun pelajaran 2017/2018, mengalami permasalahan diantaranyanya adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar yang disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran. Untuk memperbaiki permasalahan tersebut, diperlukan tindakan nyata berupa penerapan model pembelajaran examples non examples yaitu model pembelajaran dengan contoh-contoh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Melalui model pembelajaran tersebut, perhatian siswa lebih terpusat pada gambar yang disajikan yang selanjutnya dianalisis oleh siswa, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran dan lebih memahami materi pembelajaran.
Hipotesis Tindakan
Melalui model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika bagi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Ceper Klaten semester I tahun pelajaran 2017/2018.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas XI SMA Negeri 1 Ceper Klaten, yang beralamat di desa Kajen, Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018, tepatnya mulai bulan Agustus 2017 sampai dengan Desember 2017. Waktu tersebut dianggap tepat untuk memperbaiki motivasi belajar hasil belajar matematika melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dituju/dipilih untuk diteliti oleh peneliti, adapun subjek dipilih adalah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ceper Klaten ini berjumlah 26 siswa. Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika standar kompetensi Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat peluang dalam pemecahan masalahâ€.
Prosedur Kerja
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau claas Action yaitu suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi dimana teori pembelajaran dilakukan. Maksud dari penelitian ini dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika standar kompetensi “menghitung luas bangun sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah†kelas XI SMA Negeri 1 Cepert Klaten semester ganjil dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2006: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: perencanaan/planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing dan refleksi atau reflecting.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, pemilihan teknik ini disesuaikan dengan data yang akan diambil. Adapun teknik pengumpulan data adalah dokumentasi, tes, dan observasi.
Analisis Data
Data yang dianalisa adalah hasil observasi dan hasil belajar matematika yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian tindakan kelas. Sebagaimana bentuk penelitian ini maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya nilai motivasi dan hasil belajar yang diperoleh dari pengamatan dan tes, dibuat perbandingan antar hasil sebelum dan sesudah tindakan. Hasil perbandingan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga mudah dipahami.
Indikator Kinerja
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil apabila motivasi belajar dan hasil belajar matematika mengalami peningkatan. Berdasarkan motivasi belajar, tindakan dikatakan berhasil apabila sebagian besar siswa telah memiliki motivasi yang ditunjukkan dengan rata-rata siswa yang telah menunjukkan motivasi sebanyak minimal 23 (duapuluh tiga) siswa atau 88,5% dari seluruh siswa, dan seluruh siswa dinyatakan tuntas (100%).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Prasiklus
Tindakan prasiklus, berupa kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah, dan penutasan. Kompetensi dasar (KD.1.2) Membaca data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis, lingkaran, dan ogif. Materi yang disampaikan pada pertemuan I adalah tentang “pengertian statistikaâ€, dan pertemuan kedua tentang “penyajian data dalam bentuk tabel (daftar)â€. Saat berlangsungnya pembelajaran, peneliti mengamati aktivitas siswa terkait dengan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan indikator motivasi. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, pada akhir pertemuan ke dua selama 1 (satu) jam pelajaran digunakan untuk tes tertulis. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan siklus I. Hasil pengamatan tentang motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar prasiklus, sebagai berikut.
Penilaian terhadap motivasi belajar siswa, dilakukan oleh peneliti sendiri, dengan melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil penilaian terhadap motivasi belajar siswa yang dilakukan melalui observasi hasilnya menunjukkan semangat dalam belajar sebanyak 10 siswa (38,46%), siswa yang menunjukkan keberanian mengemukakan pendapat sebanyak 13 siswa (50,00%), bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas sebanyak 11 siswa (42,31%), menunjukkan inisiatif sebanyak 10 siswa (38,46%), beranian bertanya sebanyak 8 siswa (30,77%), aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 14 siswa (53,85%). Dengan demikian rata-rata motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika sebesar 42,31% (11 siswa). Dokumentasi kegiatan siswa pertemuan I, dan ke II kegiatan prasiklus seperti terlampir (foto 1, dan foto 2).
Sesuai dengan jadwal klas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, setelah pelajaran berjalan 2 (dua) pertemuan, maka pada jam ke 4 (pertemuan ke II) yaitu pada tanggal 10 Agustus 2017, dilakukan tes tertulis, dengan menggunakan soal yang telah dipersiapkan sebelumnya (lampiran 2), tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar awal sebelum dilakukan tindakan. Rekapitulasi hasil belajar seperti terlampir (lampiran 2). Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 26 siswa klas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, sebanyak 12 siswa dinyatakan tuntas (46,15%) dan 14 siswa belum tuntas (53,85%). Nilai rata-rata kelas sebesar 66,35, nilai tertinggi sebesar 75 nilai terendah 55.
Siklus I
Observasi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, dengan cara menghitung siswa yang menunjukkan motivasi belajar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 62,18%. Berdasarkan hasil evaluasi belajar melalui ulangan harian pada tanggal 29 Agustus 2017 dengan menggunakan soal tes seperti terlampir (lampiran 5), terhadap 26 siswa. Hasil tes seperti terlampir (lampiran 6), berdasarkan rekapitulasi hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari nilai tes melalui ulangan harian yang dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2017 diketahui bahwa dari 26 siswa klas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, sebanyak 21 siswa dinyatakan tuntas (80,77%) dan 5 siswa belum tuntas (19,23%). Nilai rata-rata kelas sebesar 72,31, nilai tertinggi sebesar 85 nilai terendah 70.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tindakan siklus I di atas, menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran examples non examples. Motivasi belajar siswa telah mencapai 62.18%, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan hingga mencapai 72,31, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 21 (80,77%), dan siswa yang belum tuntas turun menjadi 5 (19.53%). Hal ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran Examples non Examples mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, namun peningkatan tersebut belum dapat mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu siswa yang termotivasi sebesar 23 (duapuluh tiga) siswa atau 88,5% dari seluruh siswa, dan seluruh siswa dinyatakan tuntas (100%), sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II, dengan beberapa perbaikan, dengan melaksanakan pembelajaran dengan model Examples non Examples, dengan menampilkan gambar melalui media multimedia, dengan tambilan yang lebih jelas dan menarik.
Siklus II
Observasi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, dengan cara menghitung siswa yang menunjukkan motivasi belajar. Hasil pengamatan seperti terlampir (lampiran 7). Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 91,67%. Berdasarkan hasil evaluasi belajar melalui ulangan harian pada tanggal 12 September 2017 dengan menggunakan soal tes seperti terlampir (lampiran 8), terhadap 26 siswa. Hasil tes seperti terlampir (lampiran 9), berdasarkan rekapitulasi hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari nilai tes melalui ulangan harian yang dilaksanakan pada tanggal 12 September 2017 diketahui bahwa dari 26 siswa klas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten Semester I, Tahun Pelajaran 2017/2018, sebanyak 26 siswa dinyatakan tuntas (100%). Nilai rata-rata kelas sebesar 80,77, nilai tertinggi sebesar 90 nilai terendah 75.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tindakan siklus II di atas, menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran examples non examples. Motivasi belajar siswa telah mencapai 91,67%, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan hingga mencapai 80,77, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 26 (100%). Hal ini menunjukkan bahwa melalui pembelajaran Examples non Examples mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dan sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu siswa yang termotivasi sebesar 23,83 siswa atau 91,67% dari seluruh siswa, dan seluruh siswa dinyatakan tuntas (100%), sehingga tidak perlu dilakukan tindakan berikut.
PEMBAHASAN
Pada tahap awal tindakan (prasiklus), guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional dengan ceramah dan penugasan. Berdasarkan hasil observsi, motivasi belajar siswa cenderung sangat rendah, namun setelah dilakukan perubahan model belajar yaitu dengan menerapkan model pembelajaran example non example, timbul peningkatan, walaupun peningkatannya belum signifikan. Peningkatan terjadi hampir pada setiap indikator.
Adapun perbandingan motivasi belajar sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan I (siklus I) menunjukkan bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, motivasi belajar siswa meningkat menjadi 62,18% (peningkatan sebesar 19,87% dari nilai rata-rata 42,31%). Dengan demikian melalui model pembelajaran example non example, motivasi belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator. Indikator yang peningkatannya paling besar terlihat pada keaktifan dalam mengikuti pembelajaran.
Adapun perbandingan motivasi belajar siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. peningkatan pada siklus II sebesar 29,49% (siklus I sebesar 62,18% meningkat menjadi 91,67% pada siklus II). Dengan demikian melalui pembelajaran model example non example, motivasi belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.
Adapun perbandingan motivasi belajar prasiklus dan siklus II menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 49,36% (dari kegiatan prasiklus sebesar 42,31% meningkat menjadi 91,67% siklus II). Dengan demikian melalui pembelajaran model example non example, motivasi belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.
Berdasarkan perbandingan skor motivasi belajar dilihat dari kegiatan prasiklus, ke siklus I, siklus I ke siklus II, dan prasiklus ke siklus II terbukti mengalami peningkatan. Peningkatan motivasi belajar tersebut dapat dilihat melalui semangat siswa dalam belajar, keberanian mengemukakan pendapat, tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, inisiatif, keberanian bertanya dan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran.
Perbandingan hasil belajar nilai rata-rata dan ketuntasan belajar prasiklus ke siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar matematika standar kompetensi melalui model pembelajaran examples non examples pada kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2017/2018 dari prasiklus ke siklus I terbukti mengalami peningkatan baik dilihat dari nilai individu, rata-rata kelas, maupun nilai ketuntasan belajar. Peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 5,96 dengan ketuntasan meningkat 9 orang. Meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan dari pra siklus ke siklus 1 tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran dari metode konvensional yang berupa ceramah dan tanya jawab ke model pembelajaran examples non examples.
Perbandingan hasil belajar nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar matematika melalui model pembelajaran example non example pada kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2017/2018 dari siklus I ke siklus II terbukti mengalami peningkatan baik dilihat dari nilai individu, rata-rata kelas, maupun nilai ketuntasan belajar. Peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 8,46 dengan ketuntasan meningkat 5 orang. Meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan dari siklus I ke siklus II tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran examples non examples.
Perbandingan hasil belajar nilai rata-rata dan ketuntasan belajar prasiklus ke siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar matematika melalui model pembelajaran examples non examples pada kelas XI IPA 3, SMA Negeri 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2017/2018 dari prasiklus ke siklus II terbukti mengalami peningkatan baik dilihat dari nilai individu, rata-rata kelas, maupun nilai ketuntasan belajar. Peningkatan nilai dari prasiklus ke siklus II sebesar 14,42 dengan ketuntasan meningkat 14 orang. Meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan dari prasiklus ke siklus II tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran examples non examples.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisis perbandingan, dari kegiatan prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar matematika bagi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ceper Klaten semester I tahun pelajaran 2017/2018.
Peningkatan motivasi belajar sebesar 49,36%, setelah dilakukan kegiatan pada siklus I, meningkat menjadi 62,18% (peningkatan sebesar 19,87% dari nilai rata-rata 42,31%). motivasi belajar siswa dari kegiatan siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan pada siklus II sebesar 29,49% (siklus I sebesar 62,18% meningkat menjadi 92,31% pada siklus II. Dengan demikian motivasi belajar dari prasiklus ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 49,36%.
Peningkatan hasil belajar terjadi dari prasiklus ke siklus I, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 5,96 dengan ketuntasan meningkat 9 orang. Peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II sebesar 8,46 dengan ketuntasan meningkat 5 orang. Dengan demikian melalui model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dari prasiklus ke siklus II sebanyak 14 orang.
Implikasi
Jika pembelajaran matematika dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran dengan model yang sesuai dengan materi pembelajaran, maka siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran hal ini berdampak positif pada hasil belajar.
Saran-Saran
Untuk Kepala Sekolah
Sebaiknya kepala sekolah memfasilitasi guru dengan sarana media pembelajaran berupa laptop, dan melengkapi setiap ruang kelas dengan LCD proyektor, sehingga setiap guru sewaktu-waktu dapat memanfaatkan media pembelajaran tersebut.
Untuk Guru lain
Sebaiknya dalam melaksanakan pembelajaran matematika, guru berani mencoba untuk menerapkan model pembelajaran yang berbasis keaktifan siswa, dan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi; Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
Gatoto, Muksetyo, dkk. 2007, Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Uneversitas terbuka
Kiranawati. 2007. Model Example Non Example. Jakarta: Bumi Aksara
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontektual. Bandung. PT. Refika Aditama
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2008. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT INDEKS.
Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran. Surabaya: Surabaya Intellectual Club.
Sudjana, Nana, 2005, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wirodikromo, Sartono, 2007, Matematika, Jakarta: Erlangga.