Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Model Ice Breaking
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR EKONOMI
MATERI MASALAH-MASALAH EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ICE BREAKING PADA SISWA KELAS X IPS 3
SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 2 TAHUN 2016/2017
Anik Hastiyaningsih
Guru Mapel Ekonomi SMA N 3 Pati
ABSTRACT
The facts show that the motivation and learning outcomes on the subject matter of economic problems of students of class X IPS-3 SMAN 3 Pati is still low. This can be seen from the average value of the test at the initial condition of 62.08 and the students have completed the completion of the KKM value there are only 10 children or 27.77%. This classroom action research aims to improve motivation and learning outcomes through cooperative learning model Ice Breaking on the students of class X IPS-3, in the second semester of the academic year 2016/2017. This research was conducted with two cycles, each cycle there are 4 stages of planning, acting, observing and reflecting. The results showed that by using cooperative learning model Ice Breaking, motivation and learning outcomes increased. This is seen from the increase in the average value of the initial conditions 62.08 to 70.28 in Cycle I to 76.81 in Cycle II. There was also an increase in the number of students who completed the KKM, from 10 children in the initial condition to 20 children in Cycle I, to 31 children or 86.11% in Cycle II.
Keywords: Motivation, learning result, Ice Breaking.
PENDAHULUAN
Berdasarkan silabus mata pelajaran ekonomi yang disusun guru-guru ekonomi SMA Negeri 3 Pati, salah satu standar kompetensinya terdapat materi Masalah-masalah Ekonomi. Pada kelas X IPS 3 semester 2, nilai ulangan harian siswa diperoleh hasil yang sangat rendah. Karena dari 36 siswa dengan KKM 75 yang tuntas hanya 10 siswa (27,78 %) dan nilai rata-rata 62,08. Ini berarti daya serap rendah (28,77 %) juga ketuntasan secara klasikal rendah, karena kurang dari 85 %.
Selama ini proses pembelajaran akuntansi guru menggunakan metode ceramah dan penugasan dan ternyata hasil belajar siswa rendah. Padahal mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran ciri khusus program IPS dan sebagai salah satu pelajaran yang diuji nasionalkan. Melihat hasil belajar yang rendah dan kesulitan siswa dalam belajar maka guru perlu meningkatkan hasil belajar dan memberi motivasi belajar agar hasil belajar akan meningkat. Salah satu cara dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah dengan Model Ice Breaking.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti mengambil judul â€PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MATERI MASALAH-MASALAH EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ICE BREAKING PADA SISWA KELAS X IPS 3 SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 2 TAHUN 2016/2017â€.
Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian yaitu :
Apakah melalui pembelajaran model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-maslah ekonomi pada siswa ? Tujuan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut : Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-masalah ekonomi melalui pembelajaran Model Ice Breaking pada siswa. Melalui pembelajaran Model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-maslah ekonomi pada siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. (Oemar Hamalik, 2001: 160)
Hakekat motivasi
Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi motivasi menurut Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan berfungsi sebagai pengaruh (Oemar Hamalik, 2001: 161)
Motivasi belajar
Menurut Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001: 158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan yaitu: (1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, (2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, (3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Masalah-masalah Ekonomi meliputi : inflasi, pengangguran, kemiskinan, pengelolaan SDA, korupsi, transmigrasi tidak merata dan distribusi.
Cara mengkomunikasi materi dan menimbulkan motivasi siswa : (1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada siswa agar mendapat perhatian mereka, (2) Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa yang sedang diperbandingkan, (3) Menjelaskan pengertian secara nyata, diusahakan menggunakan media instruksional sehingga lebih memperjelas masalah yang sedang dibahas,(4) Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di luar jangkauan pikiran siswa, kecuali kita menggunakan alat bantu tertentu, (5) Usahakan agar siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi komunikasi secara timbal balik. (Oemar Hamalik, 1990).
Hakekat Hasil Belajar
Menurut Sudjana dalam bukunya â€Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajarâ€, bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan proses belajar mengajar (Sudjana, 2005: 20). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar : Jenis mata pelajaran, Faktor lingkungan siswa, Keadaan individu siswa, dan Proses belajar mengajar
Pembelajaran Kooperatif Model Ice Breaking.
Ice Breaking adalah suatu aktivitas kecil dalam suatu acara yang bertujuan agar peserta acara mengenal peserta lain dan merasa nyaman dengan lingkungan barunya. kegiatan ini biasanya berupa suatu humor, kadang berupa kegiatan yang cenderung memalukan, kegiatan berupa informasi, pencerahan, atau dapat juga dalam bentuk permainan sederhana. Kalau dipilih kegiatan yang cocok, Ice Breaking bisa menjadi momen yang efektif untuk memfasilitasi pondasi, opening, bahkan kesuksesan sebuah acara secara keseluruhan.
Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan: Melalui pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar akuntansi perusahaan jasa pada siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu bulan Januari 2017 sampai dengan bulan April 2017 dengan perincian waktu sebagai berikut :
a. Bulan Januari peniliti rencanakan untuk menyusun proposal, karena kegiatan pembelajaran sudah dimulai awal bulan Januari, sehingga pertengahan Januari peneliti menyusun instrumen penelitian.
b. Bulan Februari peneliti rencanakan untuk mengambil data awal di minggu ke 1 dan ke 2 karena minggu ke 3 sudah ada kegiatan Try out untuk kelas XII sehingga anak-anak kelas X dan kelas XI belajar dirumah.
c. Bulan Maret peneliti rencanakan untuk mengambil data siklus I dan tindakannya dilanjutkan Siklus II dan tindakannya, selama dua minggu
d. Bulan April peneliti rencanakan untuk menganalisa data dan menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyeknya adalah siswa kelas X IPS 3 ada 36 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu : Data kondisi awal dari subyek penelitian yang berupa nilai tes ulangan pada standart kompetensi akuntansi perusahaan jasa materi posting dari jurnal ke buku besar, Data nilai tes pada siklus I, dan Data nilai tes pada siklus II.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berbentuk teknik yaitu : Teknik tes dan non tes. Teknik tes ini dilakukan secara tertulis, dan dalam penelitian ini ada tiga kali tes tertulis, yaitu: (1) Tes tertulis kondisi awal, dengan soal esai sebanyak 5 soal, (2) Tes tertulis Siklus I, terdiri dari 5 soal esai , (3) Tes tertulis Siklus II, terdiri dari 1 soal esai
Teknik non tes ini diambil dari hasil pengamatan teman sejawat mengenai minat, sikap, perhatian sebagai kriteria motivasi pada saat kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini ada 2 hasil non tes, yaitu : (1) Data minat, sikap, perhatian siswa pada Siklus I, (2) Data minat, sikap, perhatian siswa pada Siklus II. Validasi data meliputi : Validasi kuantitatif, Validasi kualitatif dan Trianggulasi peneliti. Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan diskriptif komperatif, yaitu dengan membandingkan: (1) Nilai tes kondisi awal dengan nilai tes pada Siklus I, (2) Nilai tes Siklus I dengan nilai tes pada Siklus II, (3) Nilai tes pada kondisi awal dengan nilai tes pada kondisi akhir. Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan diskriptif kualitatif, yaitu dengan membandingkan : Hasil pengamatan motivasi Siklus I dengan Siklus II dan hasil pengamatan motivasi awal dengan akhir.
Siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan atau 4 jam pelajaran dengan kegiatan sebagai berikut: Planning (Perencanaan tindakan), Acting (Pelaksanaan tindakan), Observing (Pengamatan tindakan) dan Reflecting (Refleksi). Siklus II ini jugadilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau 4 jam pelajaran, dengan kegiatan sebagai berikut: Planning (Perencanaan tindakan), Acting (Pelaksanaan tindakan), Observing (Pengamatan tindakan) dan Reflecting (Refleksi).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dalam kondisi awal ini belum dilakukan suatu tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran konsisi awal ini, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, juga dilakukan secara klasikal. Pembelajaran monoton, masih searah dari guru, semua kegiatan terpusat pada guru, banyak siswa yang kurang memperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran nampak kurang aktif. Sehingga siswa kurang memahami materi yang dibahas karena kurang memperhatikan akibatnya hasil belajar siswa rendah.
Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes siswa X IPS 3 materi masalah-masalah ekonomi dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 64,31 seperti tabel di bawah ini.
Motivasi dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar. Jumlah siswa yang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah siswa yang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah siswa yang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%. Proses belajar pada kondisi awal motivasi belajar siswa sangat rendah. Karena dari 36 anak hanya ada 5 anak yang aktif, dari 36 anak hanya ada 7 anak yang nampak mempunyai minat dan dari 36 anak hanya ada 10 anak yang perhatian.
Diskripsi Siklus I
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membanding- kan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I. Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 62,08, setelah dilakukan tindakan yaitu pem- belajaran kooperatif Model Ice Breaking pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28.
Ada kenaikan nilai tertinggi dari kondisi awal ke Siklus I sebesar 10 atau 12,50%. Juga untuk nilai terendah dari kondisi awal ke Siklus I ada kenaikan sebesar 15 atau 37,50%. Juga nilai rata-rata kondisi awal ke Siklus I mengalami kenaikan sebesar 8,2 atau 13,21%.
Diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar antara kondisi awal dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 10 atau 27,78%, semula siswa yang tuntas hanya 10 anak pada kondisi awal, setelah ada tindakan melalui pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 20 anak.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I. Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian.
Dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara kondisi awal dengan Siklus I masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan 5 atau 100%, untuk minat ada kenaikan 9 atau 129% dan untuk perhatian ada kenaikan 12 atau 120%.
Diskripsi Siklus II
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 76,81.
Ada kenaikan nilai tertinggi dari Siklus I ke Siklus II sebesar 5 atau 5,56% dan untuk nilai terendah juga ada kenaikan 5 atau 9,09%, juga untuk nilai rata-rata ada kenaikan 6,53 atau 9,29%.
Jumlah siswa yang tuntas belajar antara Siklus I dengan Siklus II setelah diadakan perubahan penggunaan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking mengalami kenaikan sebesar 11 atau 30,56%. Semula Siklus I jumlah siswa yang tuntas 20 anak atau 55,56 dan Siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 31 anak atau 86,11%.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II. Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Dan pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran kooperatif model Ice Breaking, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian.
Hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara Siklus I dan Siklus II, masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan sebesar 20 atau 200%, untuk minat ada kenaikan sebesar 12 atau 75% dan untuk perhatian juga ada kenaikan sebesar 12 atau 54,55%.
Pelaksanaan Tindakan
Pada Siklus I dilakukan suatu tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 12 siswa, karena jumlah siswa kelas X IPS 3 ada 36 anak, maka ada 3 kelompok. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi KD Masalah-masalah Ekonomi lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara bersama-sama dan pada pertemuan ke 2 : masih secara berkelompok siswa melanjutkan diskusi dan menjelaskan unjuk kerja atau lembar kerja secara bersama-sama. Setelah selesai satu KD melaksanakan tes. Menurut pengamatan teman sejawat, dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini terlihat hanya ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang. Hal ini disebabkan jumlah siswa dalam kelompok masih terlalu banyak, tiap kelompok 12 anak.
Pada Siklus II kegiatan pembelajaran juga sudah menggunakan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking namun perlu memperbaiki dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Untuk menambah motivasi belajar,guru memberikan bimbingan dalam melaksanakan materi kepada kelompok kecil ini sehingga setiap kelompok benar-benar bisa memahami konsep materi ini
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi KD Masalah-masalah Ekonomi menyusun kertas kerja secara singkat melalui peta konsep, lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara individu per kelompok. Dan pada pertemuan ke 2 : masih secara berkelompok siswa melanjutkan diskusi dan mengerjakan unjuk kerja atau lembar kerja dengan bimbingan guru sampai semua anggota kelompok dapat memahami konsep materi ini. Dan setelah selesai satu KD melaksanakan tes bagi siswa yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan.
Hasil Pengamatan
Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga motivasi belajar kurang, siswa kurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, dengan KD 5,5 tentang melakukan posting dari jurnal ke buku besar, nilai rata-ratanya 62,08, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80. Dengan KKM 75 jumlah siswa yang tuntas ada 10 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 26 anak.
Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 70,28, nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM ada 20 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 16 anak.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Model Ice Breaking yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 31 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 5 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, motivasi belajar siswa makin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa pada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Model Ice Breaking yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 31 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 5 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, motivasi belajar siswa meningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa bertambah sangat signifikan. Dari 36 anak hanya ada 6 anak yang tidak aktif dan tidak minat namun semua memperhatikan dengan baik.
Hasil tes
Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 62,08. Sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 70,28 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 76,81. Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 40, nilai tertinggi 80. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 60, tertinggi 95. Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah siswa yang yuntas hanya 10 anak. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 20 anak dan pada siklus II siswa yang tuntas ada 31 anak.
Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 62,08 menjadi 70,28 dan menjadi 76,81. Ada kenaikan nilai terendah dari 40 menjadi 55 dan menjadi 60. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 80 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 10 anak menjadi 20 anak dan menjadi 31 anak.
Hasil Non Tes
Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang motivasi belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran siswa banyak yang tidak aktif, pada siklus I motivasi belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian siswa makin meningkat. Dan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka motivasi belajar meningkat secara signifikan, karena semua siswa terlihat aktif, minat dan perhatian.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pengamatan saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Benar bahwa Motivasi belajar masalah-masalah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2016/2017 dari kondisi awal ke siklus I pada keaktifan 5 siswa menjadi 10, minat dari 7 siswa menjadi 16 siswa, perhatian dari 10 siswa menjadi 22 siswa. Dari siklus I ke siklus II pada keaktifan 10 siswa menjadi 30 siswa, minat dari 16 siswa menjadi 28 siswa, perhatian 22 siswa menjadi 34 siswa.
2. Benar bahwa Hasil belajar masalah-maslah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2016/2017 dari kondisi awal ke siklus I pada hasil belajar ketuntsan dari 10 siswa menjadi 20 siswa terjadi kenaikan 27,78%. Dari siklus I ke siklus II siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa menjadi 32 siswa terjadi kenaikan sebesar 54,55%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : (1) Bagi Guru sebaiknya tidak segan untuk melakukan penelitian tindakan kelas, karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang guru laksanakan di kelas. apalagi jika guru sudah mempunyai setifikasi tentu harus meningkatkan profesinya; (2) Bagi Sekolah, sebagai lembaga hendaknya memiliki program pengembangan profesi guru di sekolahnya masing-masing di bidang penelitian tindakan kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 1997. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Burhanudin, dkk. 2004. Akuntansi Mahir dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ganeca Exact.
http//.akselera woodpress.Ice Braking, diakses Sabtu, 23 September 2017, 11.15wib