Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Melalui Model Teams Games Tournamens
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI MATRIK MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENS (TGT) PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 3 PATI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Tri Utoyo
SMAN 3 Pati
ABSTRAK
Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 1 SMA Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan 2 siklus yaitu siklus I dan II. Pelaksanaan tahap-tahap ini dibagi menjadi 2 siklus dalam penelitian tindakan kelas (Action Research) yaitu siklus I dan II, masing-masing siklus meliputi: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dari nilai KKM 75 hasil belajar peserta didik terlihat meningkat dibanding dengan kondisi awal yaitu hanya 11 peserta didik sebesar (32,35%) diatas KKM telah mengalami peningkatan menjadi 24 peserta didik sebesar (70,58%) pada siklus I dan meningkat 34 peserta didik sebesar (100%) pada siklus II. Saran yang dapat diberikan peneliti antara lain: Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan maka diperlukan model pembelajaran inovasi seperti Teams Games Tournamens (TGT).
Kata kunci: Matrik, Teams Games Tournaments (TGT)
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika di SMA selama ini berkesan kurang menarik, tidak menantang dan hasil belajar peserta didik rendah. Dalam situasi yang berlangsung secara monoton peserta didik merasa bosan dan tersiksa. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah. Apalagi guru sebagai motivator dalam pembelajaran hanya menggunakan model ceramah, maka suasana pembelajaran akan semakin tidak menarik. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya inovatif dan kreatif dari semua komponen pembelajaran yang meliputi peserta didik, lingkungan sekolah, sarana belajar, kurikulum dan faktor guru dengan berbagai model pembelajarannya. Hal ini dilakukan dengan harapan pelaksanaan program MBS yang mengarah pada Pengajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 3 Pati apabila kegiatan belajarnya mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik.
Pendekatan pembelajaran percaya bahwa belajar yang baik adalah penuh disiplin, patuh, guru sebagai satu-satunya sumber ilmu. Sementara itu nampak bahwa hasil proses pembelajaran semacam itu menciptakan peserta didik dan guru yang monoton dan statis.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan berbagai pendekatan / model, teknik dan model pembelajaran variatif dan inovatif dapat diterapkan dalam setiap materi pembelajaran sehingga menarik peserta didik
Kemajuan teknologi informasi peserta didik diharapkan secara bertahap melakukan penyesuaian dalam pengkajian informasi matematika dalam bentuk peraga. Dalam kerangka itulah penelitian tindakan kelas ini dengan mengambil judul “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MATRIK MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 “.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disampaikan adalah: Apakah melalui penerapan pembelajaran Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 1 SMA Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017 ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada penelitian ini adalah: Untuk mengetahui penerapan pembelajaran Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 3 SMA Negeri 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
Umum
a. Memberikan manfaat secara teoritis bagi pengembangan ilmu pengetahuan matematika .
b. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan pengkajian strategi pembelajaran matematika dengan model dan model yang tepat.
Khusus
Bagi Guru
1) Memberikan model pembelajaran matematika yang variatif, inovatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2) Menambah motivasi meningkatkan kualitas pembelajaran dengan harapan KKM hasil belajar tercapai.
Bagi Peserta didik
1) Menciptakan minat, rasa ingin tahu, penasaran dan ketertarikan terhadap pelajaran matematika .
2) Meningkatkan hasil belajar peserta didik untuk bisa lulus dalam ujian nasional
LANDASAN TEORI
Definisi Motivasi Belajar
Hakekat Belajar
Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Hakekat motivasi
Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik (2001: 161) meliputi sebagai berikut:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengaruh.
Motivasi belajar
Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001: 158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam definisi ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan.
3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Jenis motivasi ada dua jenis yaitu: Motivasi ekstrinsi dan motivasi intrinsik
Matrik
Dalam matematika, matriks adalah kumpulan bilangan, simbol, atau ekspresi, berbentuk persegi panjang yang disusun menurut baris dan kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks disebut elemen atau anggota matriks.
Motivasi belajar materi matrik
Oemar Hamalik (1990: 1994-1995) menjelaskan tentang cara mengkomunikasi materi dan menimbulkan motivasi siswa:
1) Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada siswa agar mendapat perhatian mereka.
2) Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa yang sedang diperbandingkan.
3) Jelaskan pengertian secara nyata, diusahakan menggunakan media instruksional sehingga lebih memperjelas masalah yang sedang dibahas.
4) Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di luar jangkauan pikiran siswa, kecuali kita menggunakan alat bantu tertentu.
5) Usahakan agar siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi komunikasi secara timbal balik.
Pengertian Model Teams Games Tournamens (TGT)
Model Teams Games Tournamens (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang mengembangkan pendekatan kerjasama antar kelompok. Dalam pembelajaran ini peserta didik memaminkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka.
Dalam permainan ini mengandung persaingan menurut aturan yang ditetapkan.
Kelebihan TGT adalah bermanfaat dalam mengajarkan aspek-aspek kognitif dengan adanya persaingan untuk mendapatkan kemenangan maka menimbulkan motivasi kuat, menyenangkan dan berpengaruh pada kecepatan penyerapan materi.
Komponen pembelajaran TGT:
1. Presentasi Kelas/Pengamaan langsung
Komponen ini digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajarn dengan media peta digital. Peserta didik harus memperhatikan secara cermat dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan materi pelajaran, kareana sangat menunjang keberhasilan belajar dan akan menentukan nilai tim mereka.
2. Belajar tim
Tim terdiri dari 4 sampai 5 peserta didik yang memiliki kemampuan yag berbeda. Setelah guru menyajikan maeri pelajaran, tim melakukan belajar bersama dilanjutkan diskusi antar anggota untuk mengevalasi hasil belajar timnya untuk mempersiapakan pertandingan.Tim harus memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggota sehingga timbul rasa saling menghargai bagi setiap anggota.
3. Turnamen/Pertandingan
Pertandingan dilaksanakan setelah guru memberikan materi untuk menguji pengetahuan yang dicapai peserta didik dan disusun dalam pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas. Permainan dilakukan oleh 4 atau 5 peserta didik yang berkemampuan sama dan masing-masing mewaklili dari tim yang berbeda.
4. Penghargaan tim
Tim yang berhasil mendapatkan nilai/skor tertinggi diberi penghargaan/hadiah berupa buku atau alat tulis.
Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournamens (TGT):
1. Tahap pemberian materi pelajaran
2. Tahap Pembagian Kelompok (Tim)
3. Tahap persiapan permainan
4. Tahap permainan dan pertandingan
Permainan dilakukan dengan menggunakan roda impian yang bernomor 1 sampai dengan 30, diputar secara bergantian oleh masing-masing tim untuk menentukan kartu soal yang dipilih. Langkah-langkah aktifitas pembelajaran meliputi:
1. Tiap-tiap tim mendapat giliran memutar roda impian untuk menentukan kartu soal yang dipilih, kemudian menjawab pertanyaan yang muncul.
2. Jika dalam tim tidak ada yang dapat menjawab, maka pertanyaan dilempar kepada kelompok lain dibawahnya dan bila kelompok dibawahnya dapat menjawab maka skor nilai diberikan pada kelompok yang bias menjawab.
3. Roda impian dapat diputar oleh tiap-tiap tim untuk mendapat pertanyaan sampai habis.
4. Kartu permainan dapat berupa kartu soal, kartu bonus, kartu hadiah, kunci jawaban, kartu permainan dan menentukan pemndu permainan. Peandu permainan mengumumkan hasil nilai tim yang telah terkumpul.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal pembelajaran Matematika materi Matrik guru belum menerapkan model TGT motivasi dan hasil belajar yang dicapai masih rendah, selanjutnya guru mengambil tindakan dengan penerapan pembelajaran model TGT yang dilaksanakan melalui dua siklus.
Tindakan pada Siklus I, pembelajaran sudah menerapkan model TGT aktifitas dan hasil belajar peserta didik. Tindakan pada Siklus II, melakukan pembelajaran dengan merevisi penerapan model TGT. Kondisi akhir diduga melalui penerapan TGT dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017. Secara skematis kerangka penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
Hipotesis Tindakan
Untuk menjawab permasalahan yang diajukan serta guna mencapai tujuan penelitian, maka disusun hipotesis tindakan: (1) Melalui penerapan Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika materi Matrik peserta didik kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017; (2) Melalui penerapan Model Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Matrik peserta didik kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian dan Subyek penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November semester 1 kelas XII IPS 1 SMA N 3 Pati tahun pelajaran 2016/2017.
Subyek penelitian adalah peserta didik kelas XII IPS 1 berjumlah 34 orang dengan perincian peserta didik laki-laki 15 orang dan perempuan 19 orang.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dalam kondisi awal ini belum dilakukan suatu tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran konsisi awal ini, guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan, juga dilakukan secara klasikal. Pembelajaran monoton, masih searah dari guru, semua kegiatan terpusat pada guru, banyak siswa yang kurang memperhatikan sehingga kegiatan pembelajaran nampak kurang aktif. Sehingga siswa kurang memahami materi yang dibahas karena kurang memperhatikan akibatnya hasil belajar siswa rendah.
Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes siswa XII IPS 1 pada materi Matrik, dengan nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai diatas KKM 32,35% seperti tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Tes Kondisi Awal
No |
Rentang Nilai |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 2 3 4 5 6 |
45 – 54 56 – 64 66 – 74 75 – 84 85 – 94 >94 |
2 10 11 8 3 – |
5,88 29,41 32,35 23,52 8,82
|
|
Jumlah |
34 |
100 |
|
KKM 75, Jumlah Tuntas |
11 |
32,35 |
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa modus berada pada rentang nilai 66 – 74, nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata 68,67%. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 75, ternyata siswa yang telah tuntas hanya ada 11 anak atau 32,35%, sehingga jumlah siswa yang belum tuntas masih ada 23 anak atau 67,65%.
Dalam proses pembelajaran kondisi awal penelitian juga mengamati motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar sebagai hasil non tes.
Motivasi dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar. Jumlah siswa yang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah siswa yang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah siswa yang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%.
Tabel 3. Hasil Non Tes Kondisi Awal
No. |
Unsur motivasi |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 2 3 4 |
Aktif Minat Perhatian Tidak termotivasi |
4 8 4 16 |
11,76 23,53 11,76 50,00 |
|
Jumlah |
34 |
100,00 |
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dalam proses belajar pada kondisi awal motivasi belajar siswa sangat rendah. Karena dari 34 anak hanya ada 4 anak yang aktif, dari 34 anak hanya ada 8 anak yang nampak mempunyai minat dan dari 34 anak hanya ada 4 anak yang perhatian sisanya tidak termotivasi sebesar 50%.
Diskripsi Siklus I
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I.
Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 85, nilai terendah 45 dan nilai rata-rata tuntas 67,67 setelah dilakukan tindakan yaitu pembelajaran kooperatif model TGT pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata 78,82. Perbandingan ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Tes Kondisi Awal dan Siklus I
Nilai |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Kenaikan |
Presentase (%) |
Tertinggi Terendah Rata-rata |
85 45 68,67 |
90 60 78,82 |
5 15 10,00 |
14,70 44,12 29,41 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari kondisi awal ke Siklus I sebesar 5 atau 14,70%. Juga untuk nilai terendah dari kondisi awal ke Siklus I ada kenaikan sebesar 15 atau 44,12%. Juga nilai rata-rata kondisi awal ke Siklus I mengalami kenaikan sebesar 29,41%.
Refleksi tindakan mengenai ketuntasan belajar juga dapat dilihat dari perkembangan pencapaian ketuntasan belajar kondisi awal dan Siklus I, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 5. Jumlah Siswa yang tuntas pada Kondisi Awal dan Siklus I
No |
Tahap |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 2 |
Kondisi awal Siklus I |
11 24 |
32,35 70,59 |
Ada Kenaikan |
13 |
38,24 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar antara kondisi awal dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 13 atau 38,24%, semula siswa yang tuntas hanya 11 anak pada kondisi awal, setelah ada tindakan melalui pembelajaran kooperatif model TGT pada siklus I, siswa yang tuntas menjadi 24 anak.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I.
Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model TGT, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Perbandingan data ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil Non Tes Kondisi Awal dan Siklus I
No. |
Unsur motivasi |
Kondisi awal |
Siklus I |
Kenaikan |
Persentase (%) |
1 2 3 4 |
Aktif Minat Perhatian Tidak termotivasi |
5 7 7 14 |
10 11 10 3 |
5 4 3 – |
100 136 130 – |
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara kondisi awal dengan Siklus I masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan 5 atau 100%, untuk minat ada kenaikan 11 atau 136% dan untuk perhatian ada kenaikan 10 atau 130%, masih terdapat anak yang tidak termotivasi sebanyak 5 anak.
Diskripsi Siklus II
Hasil tes
Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membanding- kan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran kooperatif model TGT dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 76,81. Perbandingan ini dapat dilihat dalam hasil tabel dibawah ini.
Tabel 7. Hasil Tes Siklus I dan Siklus II
Nilai |
Siklus I |
Siklus II |
Kenaikan |
Presentase (%) |
Tertinggi Terendah Rata-rata |
90 55 70,28 |
95 75 78,82 |
5 10 8,54 |
14,70 22,22 25,11 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada kenaikan nilai tertinggi dari Siklus I ke Siklus II sebesar 5 atau 14,70% dan untuk nilai terendah ada kenaikan 10 atau 22,22%, juga untuk nilai rata-rata ada kenaikan 8,54 atau 25,11%.
Adapun refleksi tindakan mengenai ketuntasan belajar juga dapat dilihat dari perkembangan pencapaian ketuntasan belajar dari Siklus I dan Siklus II, yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 8. Jumlah Siswa yang tuntas pada Siklus I dan Siklus II
No |
Tahap |
Frekuensi |
Presentase (%) |
1 2 |
Siklus I Siklus II |
23 34 |
67,65 100,00 |
Ada Kenaikan |
11 |
32,35 |
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar antara Siklus I dengan Siklus II setelah diadakan perubahan penggunaan pembelajaran kooperatif model TGT mengalami kenaikan sebesar 11 atau 32,35%. Semula Siklus I jumlah siswa yang tuntas 23 anak atau 67,65 dan Siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 34 anak atau 100%.
Hasil Non Tes
Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II
Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Dan pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran kooperatif model TGT, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian. Perbandingan data ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9. Hasil Non Tes Siklus I dan Siklus II
No. |
Unsur motivasi |
Siklus I |
Siklus II |
Kenaikan |
Persentase (%) |
1 2 3 4 |
Aktif Minat Perhatian Tidak termotivasi |
10 11 10 3 |
30 33 30 – |
20 20 20 – |
200 200 200 –
|
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil pengamatan mengenai motivasi belajar yang dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian antara Siklus I dan Siklus II, masing-masing mengalami kenaikan. Untuk keaktifan ada kenaikan sebesar 20 atau 200%, untuk minat ada kenaikan sebesar 20 atau 200% dan untuk perhatian juga ada kenaikan sebesar 20 atau 200%.
Pelaksanaan Tindakan
Pada kondisi awal dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran belum menggunakan pembelajaran kooperatif model TGT. Dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal ini guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu ceramah dan pemberian tugas.
Kegiatan pembelajaran konvensional membuat siswa kurang aktif tampak kurang minat dan kurang perhatian, sehingga motivasi belajar rendah. Siswa sulit memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar siswa rendah.
Pada Siklus I dilakukan suatu tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa, sedangkan kelompok lain 11 siswa karena jumlah siswa kelas XII IPS 1 ada 34 anak, maka ada 3 kelompok.
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi Matrik lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan soal secara bersama-sama. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok siswa melanjutkan diskusi dan menjelaskan unjuk kerja atau lembar kerja secara bersama-sama. Setelah selesai KD Matrik melaksanakan tes.
Menurut pengamatan teman sejawat, dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini terlihat hanya ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang. Hal ini disebabkan jumlah siswa dalam kelompok masih terlalu banyak, tiap kelompok 10 samapi 11 anak.
Pada Siklus II kegiatan pembelajaran juga sudah menggunakan pembelajaran kooperatif model TGT namun perlu memperbaiki dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak. Untuk menambah motivasi belajar,guru memberikan bimbingan dalam melaksanakan materi kepada kelompok kecil ini sehingga setiap kelompok benar-benar bisa memahami konsep materi ini
Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi Matrik menyusun kertas kerja secara singkat melalui peta konsep, lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara individu per kelompok. Dan pada pertemuan ke 2: masih secara berkelompok siswa melanjutkan diskusi dan mengerjakan unjuk kerja atau lembar kerja dengan bimbingan guru sampai semua anggota kelompok dapat memahami konsep materi ini. Dan setelah selesai satu KD melaksanakan tes bagi siswa yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan.
Hasil Pengamatan
Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga motivasi belajar kurang, siswa kurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, nilai rata-ratanya 45,85 nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85. Dengan KKM 75 jumlah siswa yang tuntas ada 10 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 26 anak.
Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang.
Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 70,28, nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM ada 20 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 16 anak.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif model TGT yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 24 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 10 anak.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, motivasi belajar siswa makin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa pada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.
Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif model TGT yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 78,82, nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 95, dengan KKM 75 jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 34 anak, jumlah siswa tuntas 100%.
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, motivasi belajar siswa meningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa bertambah sangat signifikan. Dari 34 anak hanya ada 4, tidak minat 1 anak anak dan tidak perhatian 4 anak yang tidak aktif dan tidak minat namun semua memperhatikan dengan baik.
Hasil refleksi
Hasil tes
Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 68,67 sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 70,28 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 78,82.
Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 45, nilai tertinggi 85. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 75, tertinggi 95.
Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah siswa yang tuntas hanya 11 anak. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 24 anak dan pada siklus II siswa yang tuntas ada 34 anak.
Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 68,67 menjadi 70,82 dan menjadi 78,82. Ada kenaikan nilai terendah dari 45 menjadi 60 dan menjadi 75. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 85 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 11 anak menjadi 24 anak dan menjadi 34 anak.
Hasil Non Tes
Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang motivasi belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran siswa banyak yang tidak aktif, pada siklus I motivasi belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian siswa makin meningkat. Dan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka motivasi belajar meningkat secara signifikan, karena semua siswa terlihat aktif, minat dan perhatian.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan asil penelitian dan refleksi pada siklus I, II pada materi Materik dapat disimpulkan bahwa model Teams Games Tournamens (TGT) efektif digunakan dengan bukti hasil peserta didik mengalami peningkatkatan dari 11 orang yang memperoleh nilai diatas KKM 75 menjadi seluruh peserta didik memperoleh diatas KKM.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti antara lain:
1. Untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menyenangkan maka diperlukan model pembelajaran inovasi seperti Teams Games Tournamens (TGT).
2. Model pembelajaran inovasi seperti Teams Games Tournamens (TGT) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik materi membaca peta.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Burhanudin, dkk. 2004. Akuntansi Mahir dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ganeca Exact.
Sugiyanto. 2007. Model Inovasi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.