PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKn MATERI PANCASILA

SEBAGAI IDEOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS XII IPS 1 SMAN 3 PATI SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

 

Subroto Hadi S.

SMAN 3 Pati

 

                                                                       ABSTRAK                  

Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Melalui Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017 masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes pada kondisi awal sebesar 55,20 dari siswa yang tuntas sudah memenuhi KKM hanya ada 14 siswa. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Melalui Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus, setiap siklus ada empat tahap, yaitu planning, acting, observary dan replecting. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual hasil belajar Pancasila Sebagai Ideologi meningkat. Hal ini dilihat dari peningkatan nilai rata-rata kondisi awal 53,80 menjadi 60,90 pada siklus I dan 78,50 pada siklus II. Juga ada peningkatan jumlah siswa yang tuntas, dari 4 siswa pada kondisi awal menjadi 14 siswa pada siklus I dan menjadi 35 pada siklus II.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada satu tahun terakhir, hasil belajar materi ini pada kelas XII IPS memperoleh hasil yang rendah, salah satu kelas XI IPS-1 yang jumlahnya 32 siswa, dengan KKM 75 yang tuntas hanya 14 siswa dengan nilai rata-rata 55,20. Berarti daya serapnya juga rendah (55,20 %), juga ketuntasan secara klasikal rendah karena yang tuntas kurang dari 85 %.

Selama ini dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, seperti ceramah dan penugasan, sehingga siswa pasif karena merasa jenuh dan membosankan. Melihat hasil belajar PPKn yang rendah maka guru harus berusaha meningkatkan hasil belajar dengan pendekatan kontekstual.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengambil judul: “Peningkatan Hasil Belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Melalui Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

“Apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Melalui Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini bagi siswa dan peneliti yaitu Melalui Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017.

Kajian Teori

Tinjauan tentang hasil belajar

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Biggs, 1991). Teori Brunner tentang kegiatan belajar manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan. Ada tiga bagian yang penting dari teori Brunner, yaitu: (1) Tahap enaktif, tahap pembalajaran dimana pengetahuan dipelajari dengan aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata, (2) Tahap ikonik, yaitu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggunakan kegiatan konkrit pada bagian enaktif, (3) Tahap simbolik, yaitu suatu tahapan pembelajaran dimana pengetahuan itu sirepresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols)

Berdasarkan eksperimen dan observasi Brunner dan Kenney tahun 1963, ada empat prinsip cara belajar dan mengajar, yaitu: (1) Kontruksi, yaitu cara yang terbaik bagi seorang siswa untuk mempelajari suatu konsep (2) Notasi, yaitu representasi dari suatu materi akan lebih mudak dipahami oleh siswa , (3) Kekontrasan dan variasi suatu konsep akan mudah dipahami oleh siswa (4) Konektivitas, dalam teorema ini disebutkan bahwa setiap konsep dan setiap ketrampilan berhubungan dengan konsep. Untuk mengetahui atau mengukur sajauh mana keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran, maka guru melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek domain pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. (Gren, 1975).

Pendekatan kontekstual

Hakekat pembelajaran (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreatifitas peserta didik, (3) Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (4) Bermuatan nilai, etika, logika dan kinestika, (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam

Belajar dengan pendekatan kontesktual adalah belajar yang akan terjadi bila dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual dapat diidentifikasi enam elemen kunci, yaitu: (a) Belajar bermakna, (b) Penerapan pengetahuan, (c) Berpikir tingkat tinggi, (d) Kurikulum yang terkait standar, (e) Respon terhadap budaya, (f) Penilaian otentik,

Dasar lain bagi penerapan pembelajaran kontekstual adalah teori-teori belajar dan hasil-hasil penelitian yang mendukung pembelajaran tersebut, dikutip dari Knap dan Schell (2001), yaitu Sains kognitif dan Konstruktivisme.

Penerapan-penerapan pembelajaran kontekstual (a) Pembelajaran aktif, (b) Multi konteks pembelajaran, (c) kooperasi dan diskursus, (d) Berhubungan dengan dunia nyata, (e) Pengetahuan persyarat, (f) Ragam nilai, pengajaran yang fleksibel, (g) Konstribusi pada masyarakat, Penilaian otentik, proses belajar didik perlu dinilai dalam konteks ganda dan bermakna, (h) Pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, (i) Mengarahkan sendiri, peserta didik ditantang dan dimungkinkan membuat pilihan-pilihan, (j) Memperhatikan masyarakat kelas.

Implementasi operasional pembelajaran kontekstual: (a) Inkuiri, (b) Bertanya, (c) Kontruktivis, (d) Masyarakat belajar, (e) Penilaian otentik, (f) Refleksi, (g) Permodelan. Petunjuk penilaian kualitas pembelajaran kontekstual: (a) Aplikasi pengetahuan, (b) Pengalaman-pengalaman dunia nyata, (c) Belajar bermakna, (d) Berpikir tingkat tinggi, (e) Kurikulum yang berkaitan dengan standar, (f) Respon terhadap budaya, (g) Penilaian otentik

Kerangka Berpikir

Tindakan pada siklus I, membuat kelompok terdiri dari sepuluh anak, satu kelas dijadikan empat kelompok, yang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Hipotesis Tindakan

Model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Melalui Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016 / 2017.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian ini kami lakukan dalam semester 1 tahun 2016 / 2017, mulai bulan Agustus 20116 sampai dengan Desember 2016. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyeknya adalah siswa kelas XII IPS 1 ada 40 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

Sumber Data

Sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu: Data kondisi awal dari subyek penelitian yang berupa nilai tes ulangan pada standart kompetensi Pancasila Sebagai Ideologi tentang pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan, data nilai tes pada siklus I dan data nilai tes pada siklus II.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berbentuk teknik tes yaitu: Tes tertulis berupa soal tes yang terdiri dari 5 soal isian. Tes dikerjakan selama 2 jam pelajaran, pada akhir siklus I dan siklus II

 

Validasi dan Analisa Data

Agar dalam penelitian diperoleh data yang valid, maka dipelukan validasi data. Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan validasi kuantitatif untuk data yang berupa angka.

Sebelum membuat soal tes, maka terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal. Penyusunan kisi-kisi soal, agar indikator tidak mengelompok atau soal bisa lebih menyebar, indikator tidak menyimpang dari kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini diperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar.

Prosedur Penelitian

Ciri dari penelitian tindakan kelas (PTK) selalu ada tindakan. Dalam penelitian ini, tindakan yang akan dilakukan melalui dua siklus, dan setiap siklus ada empat tahapan, yaitu planning, acting, observing dan reflecting. Siklus I akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau 4 jam pelajaran. (a) Perencanaan tindakan meliputi Apersepsi: Membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa, maka ada 4 kelompok. Kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran mengenai PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi, para siswa mengkaji dan membuat resume, selanjutnya mendiskusikannya pada kelompoknya masing-masing dengan dibimbing oleh guru. Penutup. Tes dilakukan setelah selesai satu KD atau berakhirnya siklus I. (b) Pelaksanaan tindakan. Apersepsi. Membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa maka ada empat kelompok. Kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran mengenai PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi, para siswa mengkaji dan membuat resume, selanjutnya mendiskusikannya pada kelompoknya masing-masing dengan dibimbing oleh guru. Penutup. Kegiatan ini menginduksikan setelah selesai satu KD (Kompetensi Dasar) dan berakhir Siklus I. Pengamatan tindakan. (a) Hasil belajar yang berupa nilai tes pada Siklus I. (b) Refleksi. Hasil belajar yaitu akan membandingkan hasil tes kondisi awal dengan hasil tes siklus I.

Siklus II ini akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau 4 jam pelajaran. (a) Perencanaan tindakan. Apersepsi. Membentuk kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, karena jumlah siswa ada 40 siswa, maka akan ada 10 kelompok. Kegiatan Inti. Pada pertemuan ke 3 kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pertemuan ke 4 kegiatan pembelajaran di lanjutkan untuk melakukan diskusi antar kelompok, lalu bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Penutup. Tes dilakukan setelah selesai datu KD atau berakhirnya Siklus II. (b) Pelaksanaan tindakan. Apersepsi. Dalam kegiatan ini akan membentuk kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, karena jumlah siswa 40 siswa, maka akan ada 10 kelompok. Kegiatan inti. Pada pertemuan ke 3 kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pertemuan ke 4 kegiatan pembelajaran di lanjutkan untuk melakukan diskusi antar kelompok, lalu bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Penutup Tes dilakukan setelah selesai datu KD atau berakhirnya Siklus II..(a) Pengamatan Tindakan. Hasil belajar akan yang berupa nilai tes pada Siklus II. (b) Refleksi. Hasil belajar, yaitu membandingkan hasil tes Siklus I dengan hasil tes Siklus II

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Diskripsi Kondisi Awal

Kegiatan pembelajaran masih searah dari guru, berpusat pada guru, sehingga siswa tidak aktif. Guru menggunakan masalah dalam pembelajaran jauh dengan keadaan secara nyata, proses belajar menjadi kurang bermakna, siswa pasif, akibatnya hasil belajar siswa rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian siswa kelas XII IPS-1 pada Pancasila Sebagai Ideologi nilai rata-rata 53,8. nilai hasil tes pada kondisi awal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil Tes Kondisi Awal

No

Interval Nilai

Frekuensi

1

2

3

4

40-49

50-59

60-69

70-79

10

12

4

6

 

Jumlah

32

Dari tabel di atas modusnya pada rentang 50-59, nilai terendah 45, nilai tertinggi 79 dan rata-rata 53,80. Jumlah siswa yang nilai di bawah KKM (70) ada 26 siswa.

Diskripsi Siklus I

Perencanaan tindakan atau planning. Apersepsi Membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa, maka ada 4 kelompok. Kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran mengenai PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi, para siswa mengkaji dan membuat resume, selanjutnya mendiskusikannya pada kelompoknya masing-masing dengan dibimbing oleh guru. Penutup. Tes dilakukan setelah selesai satu KD atau berakhirnya siklus I.

Pelaksanaan tindakan atau acting. Apersepsi. Membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa maka ada empat kelompok. Kegiatan inti. Kegiatan pembelajaran mengenai PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi, para siswa mengkaji dan membuat resume, selanjutnya mendiskusikannya pada kelompoknya masing-masing dengan dibimbing oleh guru. Penutup. Melakukan tes setelah selesai satu kompetensi dasar sebagai akhir dari kegiatan Siklus I.

Hasil pengamatan atau Observing. Hasil belajar yang berupa nilai tes pada Siklus I. Hasil tes Siklus I dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

 

 

 

 

 

 

Tabel 2. Hasil Tes Siklus I

No

Interval Nilai

Frekuensi

1

2

3

4

5

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

0

5

7

10

5

 

Jumlah

32

 

Berdasarakan tabel 3 di atas, modus pada rentang 70-79, nilai terendah 55, nilai tertinggi 85 dan nilai rata-rata 70,90. Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM ada 12 siswa

Refleksi. Hasil tes siswa kelas XII IPS-1 pada kondisi awal nilai rata-rata 53,8, sedangkan pada siklus I rata-ratanya 70,90. Pada kondisi awal KD jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM ada 26 siswa, setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM tinggal 12 anak. Hasil tes pada kondisi awal nilai terendah 45, nilai tertinggi 79. Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 85.

Tabel 3. Hasil Tes Kondisi Awal dan Siklus I

Nilai

Kondisi Awal

Siklus I

Terendah Tertinggi

Rata-rata

45

73

53,8

55

85

70,9

Dari tabel di atas, ada kenaikan nilai terendah dari kondisi awal sebesar 10 siswa, sedangkan nilai tertinggi juga mengalami kenaikan 12 siswa. Nilai rata-rata juga mengalami kenaikan dari 53,8 pada kondisi awal menjadi 70,9. Selanjutnya jumlah siswa yang memiliki KKM dari kondisi awal dan Siklus I dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 4. Jumlah Siswa Memenuhi KKM pada Kondisi Awal dan Siklus I

No

Keterangan

Jumlah Siswa

1

2

Kondisi awal

Siklus I

6

15

Ada Kenaikan

21

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil tes, jumlah siswa yang sudah kompeten dan tuntas karena memenuhi KKM, pada kondisi awal 6 siswa pada Siklus I 15 siswa. Jadi mengalami kenaikan sebesar 9

 

Diskripsi Siklus II

Perencanaan tindakan. Apersepsi. Merencanakan membentuk kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Karena jumlah ada 40 siswa, maka ada 10 kelompok. Kegiatan inti. Pada pertemuan ke 3: merencanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pertemuan ke 4: menggunakan data dari pertemuan ke 3 untuk menyimpulkan materi sesuai kompetensi dasar. Penutup. Tes rencananya dilakukan setelah selesai satu KD atau berakhirnya Siklus II.

Pelaksanaan tindakan atau Acting. Apersepsi. Membentuk kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa, karena jumlah siswa ada 40 siswa, maka akan ada 10 kelompok. Kegiatan inti. Pada pertemuan ke 3: kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pada pertemuan ke 4: merencanakan kegiatan pembelajaran menggunakan data dari pertemuan ke 3 untuk menyimpulkan materi sesuai kompetensi dasar. Penutup. Tes dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar sebagai akhir dari kegiatan pembelajaran pada Siklus II.

Hasil pengamatan atau Observing. Hasil belajar diambil dari tes pada akhir Siklus II dapat disajikan seperti tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Tes Siklus II

No

Interval Nilai

Frekuensi

1

2

3

4

5

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

0

0

12

13

7

 

Jumlah

32

Dari tabel di atas pada rentang nilai 50-59, nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata 85,50. Jumlah siswa yang nilainya di bawah tidak ada..

Refleksi. Hasil tes kelas XII IPS-1 pada siklus I nilai rata-ratanya 70,90 sedangkan hasil tes pada siklus II, nilai rata-ratanya 85,50. Pada siklus I jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM ada 12 siswa. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM tidak ada. Hasil nilai tes pada siklus I nilai terendahnya 55 dan nilai tertingginya 85. Sedangkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 95. Hasil tindakan pada siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Nilai

Siklus I

Siklus II

Tertinggi

Terendah

Rata-rata

85

55

60,90

95

75

80,50

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil tes ada kenaikan nilai terendah siklus I ke siklus II dari 45 menjadi 48 dan nilai tertinggi dari 85 menjadi 89. Ada kenaikan nilai rata-rata pada siklus II dari siklus I. Bila pada siklus I nilai rata-rata 70,90 maka pada siklus II nilai rata-rata menjadi 85,50 naik sebesar 14,60. Selanjutnya jumlah siswa yang memenuhi KKM dari Siklus I dan Siklus II dapat dilihat dalam tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Jumlah Siswa yang Memenuhi KKM Siklus I dan Siklus II

No

Keterangan

Jumlah Siswa

1

2

Siklus I

Siklus II

15

32

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.

Pembahasan

Pelaksanaan Tindakan. Pada saat belum dilakukan penelitian tindakan kelas, guru masih menggunakan metode yang monoton, pembelajaran dilakukan secara klasikal. Kegiatan guru di kelas masih menggunakan cara konvensional, yaitu memberikan informasi tentang sejarah dengan memberi contoh kemudian memberi tugas. Pada Siklus I dilakukan tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa, maka ada 4 kelompok. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke 1 yaitu dengan menggunakan pendekatan kontanstual siswa mengkaji materi kompetensi dasar. Selanjutnya kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke 2 melanjutkan pertemuan ke 1 dengan bimbingan guru. Pada Siklus II dilakukan tindakan dengan cara membentuk kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Karena jumlah siswa ada 40 siswa maka ada 10 kelompok. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke 3 menggunakan pendekatan kontekstual Selanjutnya kegiatan pada pertemuan ke 4 dengan menggunakan data dari pertemuan ke 3 menyimpulkan materi sesuai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini terlihat siswa sangat aktif disetaip kelompoknya. Terlihat semua siswa yang ada di kelompok mempunyai keaktifan yang baik dan sangat baik.

Hasil pengamatan. Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif. Guru masih menggunakan masalah dalam pembelajaran jauh dari dunia nyata, proses belajar menjadi kurang bermakna, siswa pasif akibatnya hasil belajar siswa rendah. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes siswa kelas XII IPS-1 nilai rata-ratanya 53,8 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 85. Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM ada 15 siswa. Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I, nilai rata-ratanya 70,90; nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55 dan jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM 17 siswa atau siswa yang nilainya memenuhi KKM ada 15 siswa. Pada Siklus II kegiatan pembelajaran dilakukan kelompok kecil, masing-masing 4 siswa, guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran mengarahkan untuk membandingkan materi. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik, siswa nampak semua aktif. Keaktifan siswa sangat baik terlihat setiap kelompok siswa aktif. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan nilai rata-rata 85,50. Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM tidak ada.

Hasil refleksi. Hasil tes siswa kelas XII IPS-1 pada siklus I nilai rata-ratanya 70,90. Sedangkan hasil tes siklus II nilai rata-ratanya 85,50. Pada siklus I jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM ada 17 siswa atau siswa yang memenuhi KKM 47 %. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM tidak ada atau yang memenuhi KKM 100 %. Hasil tes siklus I nilai terendah 55, nilai tertinggi 85. Sedangkan setelah dilakukan tindakan pada siklus II nilai terndah 75 dan nilai tertinggi 95. Ada kenaikan nilai terendah dari siklus I ke siklus II dari 55 menjadi 75 dan kenaikan nilai tertinggi dari 75 menjadi 95. Ada kenaikan nilai rata-rata pada siklus I ke siklus II. Bila pada siklus I nilai rata-rata 70,90 maka pada siklus II nilai rata-rata menjadi 85,50 naik sebesar 14,60. Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu pembelajaran PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi agar hasil belajar meningkat adalah menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran akan lebih aktif dan mudah memahami sehingga hasil belajar akan lebih baik.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan bahwa: Hasil belajar PPKn Materi Pancasila Sebagai Ideologi Bagi Siswa Kelas XII IPS 1 SMAN 3 Pati Semester 1 Tahun 2016/2017 dapat meningkat melalui Pembelajaran Kontekstual.

Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah: Sekolah sebagai lembaga formal, hendaknya memiliki program pengembangan profesi guru di sekolahnya masing-masing, khususnya bidang Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Guru hendaknya tidak segan melakukan penelitian tindakan kelas, karena selain untuk meningkatkan karir dalam pengembangan profesi, juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muklis. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineksa Cipta.

Dakar RW. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. 2002. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta: DEtjendiknasmen Dirdikmenum.

Depdiknas. 2004. Strategi Pembelajaran dalam Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program. Jakarta: Depdikbud.

Hasibuan JJ dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

MGM Sejarah Kabupaten Pati. 2009. PPKn 3 Untuk SMA Kelas 3. Pati: Pustaka Dini.

Nana Sudjana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 1993. Manajemen Mengajat Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Semiawan dan Raka. 1999. Pendekatan Pembelajaran Acuan Kependidikan Pengelolaan KBM Di Sekolah. Jakarta: Kanisius Ilmu Pendidik.