PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

MASALAH-MASALAH EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ICE BREAKING PADA SISWA KELAS X IPS 3 SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 2 TAHUN 2018/2019

Anik Hastiyaningsih

Guru SMA N 3 Pati

ABSTRAK

Benar bahwa Motivasi belajar masalah-masalah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas X IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2018/2019 dari kondisi awal ke siklus I pada keaktifan 5 siswa menjadi 10, minat dari 7 siswa menjadi 16 siswa, perhatian dari 10 siswa menjadi 22 siswa. Dari siklus I ke siklus II pada keaktifan 10 siswa menjadi 30 siswa, minat dari 16 siswa menjadi 28 siswa, perhatian 22 siswa menjadi 34 siswa.Benar bahwa Hasil belajar masalah-masalah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas X IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2018/2019 dari kondisi awal ke siklus I pada hasil belajar ketuntsan dari 10 siswa menjadi 20 siswa terjadi kenaikan 27,78%. Dari siklus I ke siklus II siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa menjadi 32 siswa terjadi kenaikan sebesar 54,55%.

Kata kunci : Ice Breaking

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berdasarkan silabus mata pelajaran ekonomi yang disusun guru-guru ekonomi SMA Negeri 3 Pati, salah satu standar kompetensinya terdapat materi Masalah-masalah Ekonomi. Pada kelas X IPS 3 semester 2, dalam Kompetensi Dasar Masalah-masalah ekonomi diperoleh nilai ulangan harian siswa diperoleh hasil yang sangat rendah. Karena dari 36 siswa dengan KKM 75 yang tuntas hanya 10 siswa (27,78%) dan nilai rata-rata 62,08. Ini berarti daya serap rendah (28,77%) juga ketuntasan secara klasikal rendah, karena kurang dari 85%.

Selama ini proses pembelajaran ekonomi guru menggunakan metode ceramah dan penugasan dan ternyata hasil belajar siswa rendah. Padahal mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran ciri khusus program IPS dan sebagai salah satu pelajaran yang diuji nasionalkan. Melihat hasil belajar ekonomi yang rendah dan kesulitan siswa dalam belajar maka guru perlu meningkatkan hasil belajar dan memberi motivasi belajar agar hasil belajar akan meningkat. Salah satu cara dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah dengan Model Ice Breaking.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti mengambil judul “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MASALAH-MASALAH EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL ICE BREAKING PADA SISWA KELAS X IPS 3 SMA NEGERI 3 PATI SEMESTER 2 TAHUN 2018/2019”.

 

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian yaitu :

Apakah melalui pembelajaran model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-masalah ekonomi bagi siswa ?

Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut :Untuk mengetahui melalui pembelajaran Model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-masalah ekonomi.

Manfaat Penelitian

Melalui pembelajaran Model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-masalah ekonomi bagi siswa.

KAJIAN TEORI

Landasan Teori

Upaya guru dalam mencapai tujuan pembelajaran memiliki beraneka ragam cara. Tiap guru mungkin memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan materi pada siswa hingga siswa dapat memahamai dan mengerti makna dari konsep yang telah disajikan guru. Cara inilah yang disebut sebagai metode. Jadi Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan, sedangkan “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik” (Darsono, 2000:24). Upaya guru dalam mengajarkan suatu jenis keterampilan adalah upaya pembelajaran keterampilan motorik sebagaimana yang dikemukakan oleh Fitts dan Posner (Sengkey, 2002: 144) dibagi atas tiga tahap, yaitu: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif/fiksasi, dan (3) tahap otonom. Upaya guru dalam menentukan gaya mengajar apa yang akan dipakai untuk Prinsip

Motivasi Belajar

Hakekat Belajar

Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut Sudjana dalam bukunya ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan proses belajar mengajar (Sudjana, 2005: 20).

Motivasi belajar

Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai.

Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

  1. Faktor individual, seperti; kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
  2. Faktor sosial, seperti; keluaga atau keadaan rumah tangga,guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial.

Oemar Hamalik (1990) menjelaskan tentang cara mengkomunikasi materi dan menimbulkan motivasi siswa :

  • Kemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada siswa agar mendapat perhatian mereka
  • Tunjukkan hubungan-hubungan, kunci agar siswa benar-benar memahami apa yang sedang diperbandingkan
  • Jelaskan pengertian secara nyata, diusahakan menggunakan media instruksional sehingga lebih memperjelas masalah yang sedang dibahas
  • Hindarilah pembicaraan dari hal-hal yang abstrak yang berada di luar jangkauan pikiran siswa, kecuali kita menggunakan alat Bantu tertentu
  • Usahakan agar siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan agar terjadi komunikasi secara timbal balik

Hasil Belajar Materi Masalah-Masalah Ekonomi Pengertian Hasil Belajar dapat dlihat pada uraian berikut ini :

  1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).
  2. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
  3. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar (Miftahudin, Agustus 28, 2012).
  4. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran (Nasution 1999).

Hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran

Ice Breaking Bermain tebak kata

Dimana guru akan mengucapkan satu kata, lalu kemudian guru menunjuk kepada salah satu siswa, siswa disuruh menyebutkan kembali apa yang dikatakan pembicara

Bermain kata berkait

Siswa dibuat 1 kelompok yang teriri dari 4 orang, lalu pesera diberikan satu kalimat, siswa tersebut menyebut kedepannya hingga siswa yang terdepan akan menyebutkan kalimat apa yang disebut pada siswa pertama.

Ice Breaker Bermain mengurutkan angka

Para siswa dibuat satu kelompok dimana satu kelompok teriri dari 10 orang, siswa yang dibelakang menepuk bahu yang didepan dengan menyebutknba satu angka yang dimula sari angka terbesar hingga yang terkecil contoh si A yang dibelang menyebut angka 15 dan siswa yang didepan menyebut angka 14 dan seterusnya hingga siswa yang didepannya.

Bermain menyebut 3 nama binatang

Permainan ini untuk melatih konsentrasi siswa dalam hal para siswa disuruh mengingat 3 nama binatang secara berurutan seperti kucing-Macan-kerang disini guru menunjuk secara acak siswa dengan kata kucing-macan-kerang

Permainan-permainan yang dilakukan para siswa selain melatih konsentrasi juga mengurangi kebosanan dan kejenuhan, tidak hanya itu permianan ini mengurangi keteganganserta mencairkan suasana yang ada diruangan. Dengan cairnya suasana di ruangan dan hilangnya muka-mua stress menjadi muka-muka cerita pemberi materi dapat melakukan pengisian materi dengan suasana yang lebih nyaman serta bersahaja.

Permainan ice breaking melatih kekompakan dan saling mengenal antar siswa

Seperti diketahui bahwa mengikuti semiar ataupun pelatihan antara siswa satu dengan siswa lainnya tidak saling mengenal, dan suasana kaku pasti terjadi disana. Pelatihan atau seminar dengan waktu yang lama (3-4 jam) pasti membosankan ditambah lagi tidak saling saling mengenal. Pemberi materi pasti akan mengetahui bahwa para psertanya telah mulai bosan dengan melihat para pengerta sudah mulai banyak mengantuk. Pemberi materi akan mencairkan suasana dengan cara mengajukan suatu permainan, cara ini disebut dengan Ice breaking. Contoh permainan ice breaking dalam pembelajaran untuk melatih kekompakan yaitu dilakukan :

Mengadakan permainan merangkai kata

Para siswa yang terdiri dari 5 diberikan 5 buah kata dan guru menyebutkannya, dan kelompok tersebut merangakai kata-kata yang sudah diterima , contoh guru menyebutkan ULAR MELINGKAR DIATAS PAGAR BERPUTAR dan dimana satu siswa menerima 1 kata kemudian kata-kata yang diterima di rangkai seperti perintah guru

Menyebutkan kata yel-yel

Dala suatu pertemuan seminar biasanya ada yel-yel yang disebut, pembicara atau guru menyebutkan suatu yel yel yang berkaitan dengan seminar yang sedang diadakan dan para pserta akan mengulangi dengan penambahan kalimat yes contoh guru mengatakan BANGUN PAGI SEHAT dan para siswa menjawab nya YES YES YES dengan semangat dan kompak berulang-ulang.

Meneruskan sebuah lagu

Permainan ini terdiri dari 5 hingga 6 orang dalam satu kelompok, kelompok tersebut diberikan sebuah teks lagu dan dinyanyikan bersama-sama akan tetapi ada beberapa kata yang hilang dan kata-kata tersebut harus dinyanyikan bersam-sama agar menjadi satu kesatuan lagu lagi.

Adapun Tujuan dan Manfaat dari Ice Breaking dalam Pembelajaran. Contoh permainan ice breaking dalam pembelajaran di dalam permainan yang diadakan selain melatih kekompakan dapat pula melatih konsentrasi dan daya ingat, yang paling utama ice breaker ini mencairkan suasana yang tadinya membosankan, mengantuk dan capek terhilangkan dengan mengadakan permainan tersebut. Dan pada permainan sebelumnya antar siswa satu dengan siswa lain tidak saling kenal menjadi kenal dan suasana tidak menjadi kaku. Kekompakan mulai terbangun dan kelakar-kelakar yang dikeluarkan oleh pemberi materi akan mendapat sambutan yang hangat. Suasana akan terbangun dan terjadlin terus hingga seminar atau pelatihan berakhir. Dengan adanya suasana yang nyaman para siswa dapat menyerap materi dengan baik, dan antara siswa tidak akan sungkan bertegur sapa.

Hipotesa Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka hipotesis tindakan: Melalui pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar masalah-masalah ekonomi pada siswa.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu bulan Januari 2018 sampai dengan bulan April 2018 dengan perincian waktu sebagai berikut :

  1. Bulan Januari peniliti rencanakan untuk menyusun proposal, karena kegiatan pembelajaran sudah dimulai awal bulan Januari, sehingga pertengahan Januari peneliti menyusun instrumen penelitian.
  2. Bulan Februari peneliti rencanakan untuk mengambil data awal di minggu ke 1 dan ke 2 karena minggu ke 3 sudah ada kegiatan Try out untuk kelas XII sehingga anak-anak kelas X dan kelas XI belajar dirumah.
  3. Bulan Maret peneliti rencanakan untuk mengambil data siklus I dan tindakannya dilanjutkan Siklus II dan tindakannya, selama dua minggu
  4. Bulan April peneliti rencanakan untuk menganalisa data dan menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.

Subyek Penelitian dan Sumber Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyeknya adalah siswa kelas X IPS 3 ada 36 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 25 orang perempuan. Sumber data yang peneliti peroleh adalah data yang berasal dari subyek penelitian ini sebagai sumber data primer, yaitu : Data kondisi awal dari subyek penelitian yang berupa nilai tes ulangan pada Kompetensi Dasar masalah-masalah ekonomi, Data nilai tes pada siklus I, dan Data nilai tes pada siklus II

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data berbentuk teknik yaitu : Teknik tes dan non tes. Teknik tes ini dilakukan secara tertulis, dan dalam penelitian ini ada tiga kali tes tertulis, yaitu:

  1. Tes tertulis kondisi awal, dengan soal esai sebanyak 5 soal
  2. Tes tertulis Siklus I, terdiri dari 5 soal esai
  3. Tes tertulis Siklus II, terdiri dari 1 soal esai

Teknik non tes ini diambil dari hasil pengamatan teman sejawat mengenai minat, sikap, perhatian sebagai kriteria motivasi pada saat kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini ada 2 hasil non tes, yaitu :

  1. Data minat, sikap, perhatian siswa pada Siklus I
  2. Data minat, sikap, perhatian siswa pada Siklus II

Validasi Data dan Analisa Data

Validasi data meliputi : Validasi kuantitatif, Validasi kualitatif dan Trianggulasi peneliti. Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan diskriptif komperatif, yaitu dengan membandingkan:

  1. Nilai tes kondisi awal dengan nilai tes pada Siklus I
  2. Nilai tes Siklus I dengan nilai tes pada Siklus II
  3. Nilai tes pada kondisi awal dengan nilai tes pada kondisi akhir

Data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan diskriptif kualitatif, yaitu dengan membandingkan : Hasil pengamatan motivasi Siklus I dengan Siklus II dan hasil pengamatan motivasi awal dengan akhir

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menurut Aqib (2008) dan Wiriaatmadja (2008), Penelitian Tindaka Kelas (PTK) ada 4 (empat) tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Acting), Observasi (Observing), dan Refleksi (Reflecting). Media pembelajaran yang diterapkan adalam Model Jigdotan.

Rencana Tahap I

Tahap perencanaan antara lain membuat perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan rencana tindakan pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : (a) tahap pemberian materi pelajaran; (b) tahap Pembagian Kelompok (Tim) tiap kelompok terdiri atas 4 siswa; (c) tahap persiapan permainan; (d) tahap permainan dan pertandingan

Tahap observasi/pengamatan dilakukan oleh guru mitra/teman sejawat yang bertugas melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa.

Tahap refleksi, hasil pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra/teman sejawat kekurangan-kekurangan dalam tindakan.

 

 

Rencana Tahap II

Tahap perencanaan tindakan yaitu dengan merevisi perangkat pembelajaran antara lain Silabus, RPP, dan alat penilaian.

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan rencana tindakan pembelajaran dengan model Ice Breaking yang telah dilakukan revisi pada kelompok kecil 3-4 orang. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : (a) Tahap pemberian materi pelajaran; (b) Tahap Pembagian Kelompok (Tim) tiap kelompok terdiri 4 siswa; (c) tahap persiapan permainan; (d) tahap permainan dan pertandingan. Langkah-langkah aktifitas pembelajaran yaitu: Tiap-tiap tim mendapat gilir

Tahap observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru mitra/teman sejawat melaksanakan pengamatan dengan bantuan lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa.

Tahap refleksi, peneliti melakukan tes hasil belajar dan proses pembelajaran dibahas peneliti dengan guru mitra/teman sejawat kekurangan dalam tindakan.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut : 1) Data observasi keaktifan siswa dianalisis dengan cara : Menghitung variabel keaktifan untuk masing-masing siswa, menghitung persentase tingkat aktivitas siswa, menentukan persentase tingkat keaktifan siswa secara klasikal (sesuai dengan rumus kelulusan klasikal diatas). 2) Data hasil belajar siswa dianalisis dengan cara : Menghitung skor evaluasi (tes), menghitung persentase tingkat penguasaan evaluasi dengan rumus dan klasikal dengan rumus: 3) Data wawancara tanggapan siswa serta saran dan kritik yang diperoleh dari siswa dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif.

Indikator Kinerja

Model pembelajaran Ice Breaking dikatakan sesuai dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Ekonomi Materi Masalah-masalah Ekonomi apabila 75% siswa memiliki keaktifan dalam proses pembelajaran dan mendapatkan nilai hasil tes ³ 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil belajar yang rendah ini dapat dilihat dari hasil tes siswa X IPS 3 pada pembahasan masalah-masalah ekonomi KD 5.5, dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 64,31.

Motivasi dalam belajar dilihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar. Jumlah siswa yang aktif hanya 5 anak atau 13,89% dan jumlah siswa yang nampak mempunyai minat ada 7 anak atau 19,44% serta jumlah siswa yang mempunyai perhatian ada 10 anak atau 27,78%.

 

 

 

Diskripsi Siklus I

Hasil tes

Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membanding- kan antara hasil tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada Siklus I. Hasil tes pada kondisi awal, nilai tertinggi 80, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 62,08, setelah dilakukan tindakan yaitu pem- belajaran kooperatif Model Ice Breaking pada kegiatan pembelajaran Siklus I ini, maka nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28.

Hasil Non Tes

Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat, perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat pada saat proses kegiatan pembelajaran antara kondisi awal dengan siklus I. Hasil pengamatan teman sejawat pada kondisi awal, nampak hanya 5 anak yang aktif, 7 anak yang minat dan 10 anak yang perhatian. Pada siklus I setelah diterapkan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking, ada 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian.

Diskripsi Siklus II

Hasil tes

Refleksi tindakan hasil tes ini dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes pada Siklus I dengan hasil tes Siklus II. Hasil tes pada Siklus I nilai tertinggi 90, nilai terendah 55 dan nilai rata-rata 70,28. Pada Siklus I sudah dilakukan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking dan pada Siklus II dilakukan perbaikan dengan membentuk kelompok kecil dan mendapat bimbingan dari guru. Hasil tes Siklus II ini diperoleh nilai rata-rata 76,81.

Hasil Non Tes

Refleksi tindakan hasil non tes ini dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan mengenai keaktifan, minat dan perhatian sebagai unsur motivasi, oleh teman sejawat selama proses pembelajaran antara Siklus I dan Siklus II

Hasil pengamatan teman sejawat pada Siklus I nampak 10 anak yang aktif, 16 anak yang minat dan 22 anak yang perhatian. Dan pada siklus II setelah ada perbaikan dalam pembelajaran kooperatif model ICE BREAKING, ada 30 anak yang aktif, ada 28 anak yang minat dan ada 34 anak yang perhatian.

Pelaksanaan Tindakan

Pada Siklus I dilakukan suatu tindakan dengan cara membentuk kelompok besar, tiap kelompok terdiri dari 12 siswa, karena jumlah siswa kelas X IPS 3 ada 36 anak, maka ada 3 kelompok.

Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ke 1: guru mempresentasikan materi KD 5.6 lalu memberi tugas perkelompok untuk mendiskusikan dan mengerjakan secara bersama-sama dan pada pertemuan ke 2 : masih secara berkelompok siswa melanjutkan diskusi dan menjelaskan unjuk kerja atau lembar kerja secara bersama-sama. Setelah selesai satu KD melaksanakan tes.

Menurut pengamatan teman sejawat, dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini terlihat hanya ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang. Hal ini disebabkan jumlah siswa dalam kelompok masih terlalu banyak, tiap kelompok 12 anak.

Pada Siklus II kegiatan pembelajaran juga sudah menggunakan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking namun perlu memperbaiki dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Untuk menambah motivasi belajar,guru memberikan bimbingan dalam melaksanakan materi kepada kelompok kecil ini sehingga setiap kelompok benar-benar bisa memahami konsep materi ini

Pembahasan

Pada kondisi awal kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode yang konvensional yaitu ceramah dan penugasan saja, sehingga motivasi belajar kurang, siswa kurang memahami konsep materi yang dibahas akibatnya hasil belajar rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil tes pada kondisi awal, dengan KD 5,5 tentang melakukan KBM Tentang Materi Masalah-Masakah Ekonomi nilai rata-ratanya 62,08, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80. Dengan KKM 75 jumlah siswa yang tuntas ada 10 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 26 anak.

Dari hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada kondisi awal ini ada beberapa siswa yang aktif, minat dan perhatian, sehingga motivasi belajar masih kurang.

Setelah dilakukan tindakan pada Siklus I ini, nilai rata-ratanya 70,28, nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas memenuhi KKM ada 20 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 16 anak.

Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Model Ice Breaking yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing juga, nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 31 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 5 anak.

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I ini, motivasi belajar siswa makin meningkat, terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa pada pembelajaran Siklus I ini makin bertambah daripada kondisi awal. Namun penambahannya belum optimal untuk itu perlu ada perbaikan lagi.

Pada Siklus II, kegiatan pembelajaran masih menggunakan kooperatif Model Ice Breaking yang diperbaiki dengan membentuk kelompok kecil dan guru membimbing. Nilai rata-rata 76,81, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Dengan KKM 75, jumlah siswa yang tuntas telah memenuhi KKM ada 31 anak, jumlah siswa yang belum tuntas ada 5 anak.

Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus II ini, motivasi belajar siswa meningkat sangat baik. Hal ini terlihat dari keaktifan, minat dan perhatian siswa bertambah sangat signifikan. Dari 36 anak hanya ada 6 anak yang tidak aktif dan tidak minat namun semua memperhatikan dengan baik.

Hasil tes

Hasil tes pada kondisi awal nilai rata-ratanya 62,08. Sedangkan hasil tes pada Siklus I nilai rata-ratanya 70,28 dan hasil tes pada Siklus II nilai rata-ratanya 76,81. Hasil tes pada kondisi awal ini, nilai terendah 40, nilai tertinggi 80. Sedangkan hasil tes Siklus I nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90, serta hasil tes pada Siklus II nilai terendah 60, tertinggi 95. Ketuntasan belajar pada kondisi awal, jumlah siswa yang yuntas hanya 10 anak. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 20 anak dan pada siklus II siswa yang tuntas ada 31 anak.

Jadi ada kenaikan nilai rata-rata dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dari 62,08 menjadi 70,28 dan menjadi 76,81. Ada kenaikan nilai terendah dari 40 menjadi 55 dan menjadi 60. Juga ada kenaikan nilai tertinggi dari 80 menjadi 90 dan menjadi 95. Serta ada pula kenaikan ketuntasan belajar dari 10 anak menjadi 20 anak dan menjadi 31 anak.

Hasil Non Tes

Hasil non tes ini terlihat dalam proses kegiatan pembelajaran tentang motivasi belajar melalui unsur keaktifan, minat, dan perhatian siswa. Pada kondisi awal pembelajaran siswa banyak yang tidak aktif, pada siklus I motivasi belajar meningkat karena keaktifan, minat dan perhatian siswa makin meningkat. Dan pada siklus II dengan memperbaiki tindakan, maka motivasi belajar meningkat secara signifikan, karena semua siswa terlihat aktif, minat dan perhatian.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pengamatan saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Benar bahwa Motivasi belajar masalah-masalah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas X IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2018/2019 dari kondisi awal ke siklus I pada keaktifan 5 siswa menjadi 10, minat dari 7 siswa menjadi 16 siswa, perhatian dari 10 siswa menjadi 22 siswa. Dari siklus I ke siklus II pada keaktifan 10 siswa menjadi 30 siswa, minat dari 16 siswa menjadi 28 siswa, perhatian 22 siswa menjadi 34 siswa.
  2. Benar bahwa Hasil belajar masalah-masalah ekonomi mengalami peningkatan dengan pembelajaran kooperatif Model Ice Breaking bagi siswa kelas X IPS 3 SMAN 3 Pati Semester 2 Tahun 2018/2019 dari kondisi awal ke siklus I pada hasil belajar ketuntsan dari 10 siswa menjadi 20 siswa terjadi kenaikan 27,78%. Dari siklus I ke siklus II siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa menjadi 32 siswa terjadi kenaikan sebesar 54,55%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : (1)Bagi Guru sebaiknya tidak segan untuk melakukan penelitian tindakan kelas, karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang guru laksanakan di kelas. apalagi jika guru sudah mempunyai setifikasi tentu harus meningkatkan profesinya; (2) Bagi Sekolah, sebagai lembaga hendaknya memiliki program pengembangan profesi guru di sekolahnya masing-masing di bidang penelitian tindakan kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arends. 2010. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi 2010. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Burhanudin, dkk. 2004. Ekonomi Mahir dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.

Fanani. A. (2010). Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar, Jurnal Buana Pendidikan, 6(11) 67-70.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rustiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Ganeca Exact.

http//.akselera woodpress.Ice Braking, diakses Sabtu, 23 Maret 2018, 11.15wib

Kurniasih. AN. (2015). Penerapan Ice Breaking (Penyegar Pembelajaran) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa

Reza. Miftahur. (2015). Peningkatan Perhatian Siswa Pada Proses. Pembelajaran Kelas Iii Melalui Permainan Icebreaking Di. SDN Gembongan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Edisi Januari 2015.

Tampubolon. B. (2014). Pengaruh Teknik Ice Breaking terhadap pembelajaran. Jurnal Untan.

Zerif. (2017). Permainan Ice Breaking dalam Pembelajaran untuk Melatih Konsentrasi Kekompakan dan Mencairkan Suasana. https://gurudigital.id/contoh-permainan-ice-breaking-dalam-pembelajaran-melatih-konsentrasi-kekompakan/