PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI LITOSFER, HIDROSFER DAN ATMOSFER

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL SNOWBALL THROWING

PESERTA DIDIK KELAS IX.A SMP NEGERI 2 MRANGGEN KABUPATEN DEMAK SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Mathori

SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak

 

ABSTRAK

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Kemendikbud. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mranggen, di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Penelitian dilaksanakan sebagai upaya perbaikan pembelajaran di salah satu kelas yang ada di SMP Negeri 2 Mranggen, yaitu Kelas IX.A, yang terdiri dari 24 peserta didik.Rata-rata hasil belajar IPA peserta didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen secara keseluruhan selalu di bawah nilai 70. Pada Semester 2 tahun pelajaran 2017/2018, kompetensi dasar: Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer dari 24 jumlah peserta didik yang berhasil memperoleh nilai diatas KKM ada 14 peserta didik atau 58,33%, dengan rata-rata kelas sebesar 61,25. Kurangnya motivasi peserta didik dan rendahnya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA materi “Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer” maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dilaksanakan hari Kamis, 29 Maret 2018 dan Kamis, 5 April 2018, sedangkan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2018 dan Kamis, 19 April 2018. Simpulan yang bisa diperoleh adalah terdapat peningkatan dari tiap-tiap siklus dan kegiatan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil. Peningkatan terjadi sangat signifikan karena pada kondisi awal hanya tercapai rata-rata kelas 61,25 meningkat menjadi 72,50 pada siklus I dan meningkat 80,83 pada siklus II.

Kata kunci: hasil belajar, IPA, kontekstual, snowball throwing

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Kemendikbud. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/ penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Untuk mencapai suatu hasil belajar yang maksimal, banyak aspek yang mempengaruhinya, diantaranya aspek guru, peserta didik, metode pembelajaran dan lain-lain. Pengalaman penulis selama mengajar di SMP Negeri 2 Mranggen, terutama mengenai model pembelajaran yang dilakukan pada pembelajaran IPA ternyata masih menggunakan model pembelajaran yang lama di mana proses belajar mengajar hanya terpaku pada guru, peserta didik hanya bisa menerima materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga peserta didik cenderung pasif dan menganggap pelajaran IPA identik dengan hafalan. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA selalu di bawah KKM klasikal.

Model pembelajaran Kontekstual peserta didik secara langsung ke lapangan untuk menemukan dan mencari materi pelajaran sehingga proses pembelajaran sehingga lebih bermakna. Pembelajaran bermakna menurut Ausubel (Isti Hidayah, dkk dalam teoripembelajaran.blogspot.com) adalah proses pembelajaran yang dapat mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif. Sebaliknya, jika informasi baru tidak dapat dikaitkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif maka akan hanya terjadi belajar hafalan, proses belajar hafalan ini merupakan proses penerimaan informasi jangka pendek. Sedangkan proses belajar dengan pengulangan di lapangan dan peserta didik mampu menemukan sesuatu materi yang dikaji, maka penerimaan informasi bersifat jangka panjang.

Dari rumusan latar belakang di atas maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer Melalui Pendekatan Kontekstual Snowball Throwing Peserta Didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, analisis batasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1). Bagaimana proses pembelajaran yang terjadi ketika pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual model snowball throwing pada mata pelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018? (2). Bagaimana perubahan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 setelah mengikuti proses pembelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer yang menggunakan pendekatan kontekstual model snowball throwing? (3). Seberapa besar peningkatan perubahan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui pendekatan kontekstual model snowball throwing pada pelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk: (1). Mendeskripsikan cara paling efektif dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (2). Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan pendekatan kontekstual model snowball throwing pada pelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. (3). Mendeskripsikan pengaruh motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik setelah menerapkan pendekatan kontekstual model snowball throwing pada pelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik guna meningkatkan keaktifan masing-masing peserta didik dalam pembelajaran IPA, meningkatkan minat dan motivasi peserta didik terhadap pelajaran IPA, Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal pemahaman konsep dan keterampilan IPA, menumbuhkan sikap ilmiah pada peserta didik, dan memberikan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat IPA

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut: (a). Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.(b).Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.(c). Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.(d). Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. (e). Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.(f).Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

Proses Belajar Mengajar IPA

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti (dalam Usman, 2000: 5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing peserta didik dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

Prestasi Belajar IPA

Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah peserta didik itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah berhasil mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Pendekatan Kontekstual Snowball Throwing

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreatifitas peserta didik dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002: 6).

Pada pembelajaran kooperatif Snowball Throwing, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok diwakili seorang ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian, masing-masing peserta didik membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke peserta didik lainnya. Peserta didik yang mendapat lemparan kertas harus menjawab pertanyaan dalam kertas yang diperoleh.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian tersebut, jika pendekatan kontekstual snowball throwing diterapkan dalam pembelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer, maka prestasi hasil belajar dan motivasi peserta didik akan meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dapat diajukan hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Penerapan pendekatan kontekstual snowball throwing pada pembelajaran IPA materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan untuk perbaikan mata pelajaran IPA Kelas IX.A dengan materi kompetensi dasar: Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer . Jumlah peserta didik ada 24 anak, terdiri dari 12 laki-laki dan 12 perempuan. Subjek penelitian berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama. Pekerjaan orang tua peserta didik sebagian besar adalah pegawai swasta dan petani. Usia mereka rata-rata adalah 13-15 tahun.

 

 

Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran 2017/2018. Mulai bulan Maret sampai akhir bulan Mei 2018. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan terlebih dahulu diawali dengan prasiklus. Kegiatan prasiklus dilaksanakan pada hari Kamis 22 Maret 2018. Sedangkan kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2018, dan Kamis 5 April 2018. Adapun untuk kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2018, dan Kamis 19 April 2018.

Desain Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi)..

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini dalam bentuk peningkatan aktivitas minat membaca dan hasil belajar peserta didik khusus pada pemahaman terhadap keterampilan berbahasa Indonesia. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini; (1) Adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata ulangan harian dari 61,25 menjadi minimal 70,00, (2). Adanya pencapaian KKM peserta didik dari yang lulus KKM sebanyak 10 peserta didik (41,67%) menjadi sedikitnya 21 peserta didik (87,50%). (3). Adanya peningkatan aktivitas belajar minat membaca peserta didik dalam pembelajaran dengan kriteria minimal mulai berkembang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Tahap pra siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2018, di Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, pada kompetensi dasar: Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer dengan hasil yaitu, nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40, dan rata-rata kelas 61,25. Selanjutnya yang mendapat nilai 90 ada 1 peserta didik, nilai 80 ada 3 peserta didik, nilai 70 ada 6 peserta didik, nilai 60 ada 4 peserta didik, nilai 50 ada 8 peserta didik dan nilai 40 ada 2 peserta didik. Jika KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran IPA adalah 70, dengan demikian terdapat 14 peserta didik yang nilainya di bawah KKM, artinya ada 58,33% peserta didik yang belum menguasai KD pelajaran tersebut.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap 24 peserta didik, selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung didapatkan hasil bahwa untuk keaktifan kelas sudah mulai terlihat dengan capaian prosentase sebesar 52,08%, dan kerjasama dalam kelompok juga sudah mulai terlihat dengan prosentase sebesar 55,21%. Demikian juga untuk gemar membaca dan kedisiplinan dalam belajar juga sudah mulai terlihat dengan perolehan prosentase masing-masing sebesar 63,54%.

Siklus I

Siklus I pada penelitian ini dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2018 dan Kamis, 5 April 2018. Berdasarkan hasil tes formatif peserta didik yang dilakukan pada akhir proses perbaikan pembelajaran Siklus Pertama, diperoleh hasil bahwa dari 24 peserta didik Kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, pada kompetensi dasar: Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer diperoleh data yaitu, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50, dengan rata-rata kelas sebesar 72,50. Selanjutnya yang mendapat nilai 100 ada 1 peserta didik, nilai 90 ada 3 peserta didik, nilai 80 ada 7 peserta didik, nilai 70 ada 5 peserta didik, nilai 60 ada 6 peserta didik, dan nilai 50 ada 2 peserta didik. Jika KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 70, maka dengan demikian masih terdapat 8 peserta didik yang nilainya di bawah KKM, itu artinya masih ada 33,33% peserta didik yang belum menguasai pelajaran pada KD tersebut.

Modus diperoleh dengan cara melihat tabel yang memperoleh nilai dengan jumlah peserta didik terbanyak yaitu nilai 80 dengan jumlah peserta didik yang memperoleh masing-masing sebanyak 7 peserta didik. Jadi modus dari perolehan nilai peserta didik pada siklus I adalah nilai 80.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap 24 peserta didik pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus pertama, diperoleh hasil yaitu bahwa untuk keaktifan kelas sudah mulai berkembang dengan perolehan prosentase sebesar 72,92% dan kerjasama dalam kelompok juga sudah mulai berkembang dengan perolehan prosentase sebesar 71,88%. Demikian juga untuk gemar membaca dan kedisiplinan dalam belajar sudah mulai berkembang dengan perolehan prosentase masing-masing sebesar 75,00% dan 69,79%.

Pada kegiatan perbaikan pembelajaran Siklus I ini, aktivitas penulis dalam melakukan kegiatan penelitian diamati oleh teman sejawat, dengan hasil pengamatan sebagai berikut: (a). Guru telah menyediakan alat peraga/media pembelajaran namun dirasa belum maksimal dalam penerapannya. (b). Guru telah memberi motivasi kepada peserta didik serta menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.(c). Guru telah memberikan soal-soal latihan kepada peserta didik untuk dikerjakan secara berkelompok.(d). Guru telah memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami keterlambatan dalam berfikir. (e) Guru telah memberi kesempatan bertanya kepada peserta didik.(f).Guru telah melaksanakan evaluasi tes formatif.

Siklus II

Pelaksanaan Siklus II Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pada hari Kamis, 12 April 2018 dan Kamis, 19 April 2018. Berdasarkan hasil tes formatif peserta didik pada akhir proses perbaikan pembelajaran Siklus II, diperoleh hasil bahwa dari 24 peserta didik kelas IX.A SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, pada kompetensi dasar: Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer diperoleh data yaitu, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60, dengan rata-rata kelas sebesar 80,83. Selanjutnya yang mendapat nilai 100 ada 3 peserta didik, nilai 90 ada 6 peserta didik, nilai 80 ada 8 peserta didik, dan nilai 70 ada 4 peserta didik dan nilai 60 ada 3 orang. Jika KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 70 itu artinya 87,50% peserta didik dinyatakan lulus dan menguasai pelajaran pada KD tersebut.

Modus diperoleh dengan cara melihat tabel yang memperoleh nilai dengan jumlah peserta didik terbanyak yaitu nilai 80 dengan jumlah peserta didik yang memperoleh sebanyak 8 peserta didik. Jadi modus dari perolehan nilai peserta didik pada siklus II adalah nilai 80.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap 24 peserta didik pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus kedua, hasilnya yaitu bahwa untuk semua aspek sikap: keaktifan kelas, kerjasama dalam kelompok, gemar membaca, dan kedisiplinan dalam belajar, semuanya sudah membudaya dengan perolehan prosentase untuk keaktifan sebesar 83,33%, kerjasama dalam kelompok sebesar 81,25%, gemar membaca sebesar 86,46% dan kedisiplinan dalam belajar sebesar 85,42%.

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus kedua, yaitu terpapar sebagai berikut: (a) Guru telah menyediakan alat peraga/media pembelajaran dan dirasa cukup pas dalam penerapannya. (b) Guru telah memberi motivasi kepada peserta didik serta menyampaikan tujuan pembelajaran kepada peserta didik. Banyak peserta didik yang mengalami perubahan yang positif dari motivasi yang diberikan oleh guru. (c) Guru telah memberikan soal-soal latihan kepada peserta didik untuk dikerjakan secara berkelompok dan dengan model snowball throwing. (d) Guru telah memberikan bimbingan kepada peserta didik yang mengalami keterlambatan dalam berfikir. (e) Guru telah memberi kesempatan bertanya kepada peserta didik mengenai materi yang belum dipahami dengan baik. (f) Guru telah melaksanakan evaluasi tes formatif.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pra Siklus

Dari data pada proses pembelajaran Prasiklus di atas dapat penulis jelaskan kembali bahwa nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 90 dan diraih oleh 1 peserta didik, sedangkan nilai terendah adalah 40 dan diperoleh oleh 2 peserta didik. Modus perolehan nilai adalah nilai 50 dengan 8 peserta didik, dan median dari data perolehan nilai peserta didik adalah 60, serta nilai rata-rata (mean) kelas sebesar 61,25.

Hal tersebut di atas dikarenakan selama proses pembelajaran Pra Siklus minat belajar peserta didik dengan model ceramah konvensional yang dilakukan oleh penulis dirasa membosankan bagi peserta didik sehingga suasana belajar pun menjadi kurang menyenangkan dan akibatnya banyak peserta didik yang masih kurang memahami materi pembelajaran pada proses pembelajaran Pra Siklus tersebut.Di samping itu penulis tidak menggunakan alat peraga sehingga peserta didik masih banyak yang kebingungan dalam memahami penjelasan dari penulis selaku guru yang membimbing.

Siklus I

Dari data pada proses pembelajaran Siklus I di atas dapat penulis jelaskan kembali bahwa nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 100 dan diraih oleh 1 peserta didik, sedangkan nilai terendah adalah 50 dan diperoleh oleh 2 peserta didik. Modus perolehan nilai adalah nilai 80 ada 7 peserta didik, dan median dari data perolehan nilai peserta didik adalah 70, serta nilai rata-rata (mean) kelas sebesar 72,50.

Hal tersebut diatas dikarenakan selama proses perbaikan pembelajaran Siklus I menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan prestasi hasil belajarpeserta didik dalam segi kualitatif yaitu sebesar 8,75 point atau sekitar 14,29% bila dibandingkan dengan hasil data tes formatif selama proses pembelajaran Prasiklus. Secara kuantitatif pun minat belajar peserta didik dengan model pembelajaran tutor sebaya pada proses pembelajaran Siklus I ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan model ceramah konvensional yang dilakukan pada proses pembelajaran Pra Siklus sebelumnya.

Siklus II

Dari data pada proses pembelajaran Siklus II di atas dapat penulis jelaskan kembali bahwa nilai tertinggi yang diperoleh peserta didik adalah 100 dan diraih oleh 3 peserta didik, sedangkan nilai terendah adalah 60 dan diperoleh oleh 3 peserta didik. Modus perolehan nilai adalah nilai 80 ada 8 peserta didik, dan median dari data perolehan nilai peserta didik adalah 80, serta nilai rata-rata (mean) kelas sebesar 80,83.

Data observasi maupun data tes formatif selama proses perbaikan pembelajaran Siklus II menunjukkan hasil bahwa terdapat peningkatan prestasi hasil belajarpeserta didik dalam segi kualitatif yaitu sebesar 12,92 point atau sekitar 18,46% bila dibandingkan dengan hasil data tes formatif selama proses pembelajaran siklus pertama. Secara kuantitatif pun minat belajar peserta didik dengan model pembelajaran snowball throwing pada proses pembelajaran Siklus II ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan model yang sama pada proses pembelajaran Siklus I sebelumnya.

Maka berdasarkan hasil proses perbaikan pembelajaran Siklus II yang berupa hasil tes formatif, pengamatan penulis terhadap peserta didik, dan pengamatan teman sejawat terhadap yang dilaksanakan oleh penulis selama pelaksanaan kegiatan, maka proses perbaikan pembelajaran Siklus II ini dinyatakan telah berhasil.

PENUTUP

Simpulan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas IX.A Semester 2 SMP Negeri 2 Mranggen Kabupaten Demak, Tahun Pelajaran 2017/2018 pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Litosfer, Hidrosfer dan Atmosfer , penulis dapat menyimpulkan suatu simpulan sebagai berikut: (1). Proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang tepat yaitu model snowball throwing menjadikan pemahaman dan semangat belajar peserta didik menjadi lebih meningkat. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan siswa pada prasiklus hanya 41,67% (10 siswa) meningkat manjadi 66,67% (16 siswa) pada siklus I dan 87,50% (23 siswa) pada siklus II. (2). Dampak dari meningkatnya pemahaman dan semangat belajar peserta didik terhadap pemanfaatan model snowball throwing adalah meningkatnya prestasi hasil belajar peserta didik sehingga memenuhi standar KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Hal ini dapat dilihat rata-rata pada kondisi awal/prasiklus 61,25 meningkat menjadi 72,50 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 80,83 pada siklus II. (3). Dengan penerapan pembelajaran model snowball throwing, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi para peserta didik dan lebih memudahkan peserta didik memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Saran dan Tindak Lanjut

Guru Mapel Kelas IX hendaknya lebih kreatif lagi dalam melaksanakan proses pembelajaran agar peserta didik lebih termotivasi dalam belajar, sehingga prestasi hasil belajar pun lebih meningkat. Di samping itu penggunaan alat peraga diharapkan lebih sering dan selalu dalam setiap proses pembelajaran, karena akan lebih memudahkan peserta didik dalam memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Guru jangan sungkan-sungkan untuk bertanya, meminta saran, dan bertukar pikiran dengan teman sejawat agar dapat diketahui kekurangan atau kelemahan dalam dirinya supaya dapat diperbaiki sehingga profesionalisme kinerja guru semakin meningkat.

Diharapkan pihak sekolah untuk bisa lebihmemfasilitasi proses pembelajaran guru terutama dalam pelajaran IPA. Salah satunya dengan menambah pengadaan alat peraga yang sesuai untuk pembelajaran IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Chairul. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Arikunto, S. (1998). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. (2011). Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contoh-Contohnya. Yogyakarta:Gava Media.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah & Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Jihad, A. & Haris, A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Mulyani, J. Permana. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung:CV Maulana.

Mustopa, Zaenal. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.

Soli, A.(2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdiknas.

Sularmi. (2008). Sains Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 9. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Usman, Uzer. (2001). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wardhani, I. & Wihardit, K. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.