Peningkatan Motivasi Dan Keterampilan Membaca Huruf Jawa Dengan Metode SAS
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN
MEMBACA HURUF JAWA DENGAN METODE SAS
BAGI SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI 1 KARANGTENGAH KABUPATEN DEMAK SEMESTER GASAL
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sudiyanto
SMP Negeri 2 Karangtengah Kabupaten Demak
ABSTRAK
Bahasa Jawa memiliki peran sentral dalam perkembangan budi pekerti, budaya Jawa, intelektual sosial dan emosional peserta didik, serta merupakan penunjang bahasa Indonesia. Mata Pelajaran Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yaitu pelajaran yang mengembangkan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Upaya pembinaan telah dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan membaca huruf Jawa siswa Sekolah Menengah Pertama pada umumnya masih jauh dari yang diharapkan. Seperti kenyataannya aktifitas pembelajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dari hasil angket menunjukkan bahwa siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah dalam mengikuti pelajaran Bahasa Jawa, masih menganggap pelajaran membosankan (67%), biasa-biasa saja (13%) dan sisanya menganggap sepele (20%). Hasil angket lainnya menunjukkan siswa dalam mengikuti pelajaran bersikap pasif dengan perincian keaktifan bertanya dan mengemukakan pendapat sangat rendah (88%) dan sisanya yang aktif, tidak mau bekerjasama dalam kelompok (12%).Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan penerapan Metode “SAS” dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan membaca huruf Jawa siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak pada semester gasal?Pembelajaran dengan penerapan metode “SAS” ternyata efektif dan dapat diandalkan sebagai pembelajaran yang baik untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan membaca huruf Jawa pada siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak. Meskipun belum ada standar rumus atau teori kecepatan membaca huruf Jawa dapat dilihat hasil siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian ini mengalami peningkatan.
Kata kunci: motivas, keterampilan membaca, huruf Jawa, metode SAS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa memiliki peran sentral dalam perkembangan budi pekerti, budaya Jawa, intelektual sosial dan emosional peserta didik, serta merupakan penunjang bahasa Indonesia. Mata Pelajaran Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yaitu pelajaran yang mengembangkan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah
Dilihat dari tujuan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jawa untuk sekolah menengah pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan SMPLB diharapkan siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan budaya Jawa baik secara tertulis maupun lisan (2 Menghargai dan bangga menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa daerah yang mendukung bahasa Indonesia (3)menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas budi pekerti. (4) Menghargai dan membanggakan sastra Jawa sebagai khasanah budaya Jawa.
Ruang lingkup mata pembelajaran bahasa Jawa mencakupi komponen kemampuan berbahasa Jawa yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Sesuai dengan SKL yang dicanangkan, guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 / standar isi 2008 tentang pembelajaran mata pelajaran Bahasa Jawa, huruf Jawa sudah diajarkan pada siswa SD mulai dari kelas III dan kelas VI, dilanjutkan pada jenjang SMP selama 3 tahun, sampai pada jenjang SMA selama 3 tahun.. Selama rentang waktu 9 tahun itu, pembelajaran membaca huruf Jawa ternyata tidak mencapai kompetensi yang diharapkan. Salah satu sebab rendahnya keterampilan membaca huruf Jawa, karena kurang terbiasa membaca huruf Jawa. Mereka malas membaca buku berhuruf Jawa tersebut karena huruf Jawa dianggap sulit dan kurang menarik. Selain itu, kesulitan membaca huruf Jawa disebabkan juga karena kurangnya kesadaran membaca pada masing-masing individu dan lingkungan yang kurang mendukung serta kurang menyadari betapa pentingnya membaca huruf Jawa dalam kehidupan mereka.
Hingga sekarang ini, kegemaran membaca huruf Jawa pada siswa masih kurang. Masalah tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa siswa malas untuk belajar membaca huruf Jawa. Mereka hanya mau belajar jika keadaan mendesak, misalnya saja akan ada ulangan atau ujian. Selain itu, kurangnya keantusiasan siswa terhadap pelajaran bahasa Jawa juga terlihat saat proses belajar mengajar. Saat memperoleh pokok bahasan dan materi yang berkaitan dengan membaca huruf Jawa, banyak siswa enggan atau mengeluh. Namun, apabila guru sering memberikan materi sebagai bahan untuk membaca, maka lama kelamaan siswa akan terbiasa. Kondisi seperti ini akan berlanjut hingga di luar sekolah, dengan sendirinya siswa menjadi gemar membaca huruf Jawa. Dengan demikian peranan pendidik sangat berperan dalam membentuk masyarakat yang gemar membaca huruf Jawa.
Biasanya proses pembelajaran kecepatan membaca yang telah dilakukan hanya sekedar untuk memenuhi target materi yang harus diajarkan. Guru hanya mengajarkan materi tersebut secara teoretis tanpa adanya latihan-latihan yang mencukupi. Di sisi lain, guru juga dihadapkan pada terbenturnya alokasi waktu yang hanya dua jam tiap minggu. Dalam buku-buku penunjang pembelajaran Bahasa Jawa, pengajaran membaca huruf Jawa diajarkan dengan model materi yang sederhana. Pembelajaran tersebut menggunakan model ceramah dalam pengajaran membaca huruf Jawa, tanpa memberikan latihan-latihan yang menarik supaya siswa lebih menyukai membaca huruf Jawa. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran tidak dapat berhasil dengan baik. Dengan model materi yang terdapat pada buku-buku pembelajaran yang ada sekarang ini memerlukan waktu relatif cukup lama, Oleh karenanya, diperlukan metode baru agar siswadapat cepat terampil membaca huruf Jawa.
Upaya pembinaan telah dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan membaca huruf Jawa siswa Sekolah Menengah Pertama pada umumnya masih jauh dari yang diharapkan. Seperti kenyataannya aktifitas pembelajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak masih jauh dari harapan. Hal ini dibuktikan dari hasil angket menunjukkan bahwa siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah dalam mengikuti pelajaran Bahasa Jawa, masih menganggap pelajaran membosankan (67%), biasa-biasa saja (13%) dan sisanya menganggap sepele (20%). Hasil angket lainnya menunjukkan siswa dalam mengikuti pelajaran bersikap pasif dengan perincian keaktifan bertanya dan mengemukakan pendapat sangat rendah (88%) dan sisanya yang aktif, tidak mau bekerjasama dalam kelompok (12%).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan penerapan Metode “SAS” dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan membaca huruf Jawa siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak pada semester gasal?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum: Meningkatkan motivasi dan minat membaca huruf Jawa siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah pada mata pelajaran bahasa Jawa.
Tujuan Khusus: Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah mata pelajaran Bahasa Jawa pada materi membaca huruf Jawa dengan menggunakan metode “SAS” (1). Sekurang-kurangnya lebih 90% siswa memiliki motivasi dalam membaca huruf Jawa. (2). Hasil ulangan harian mencapai ketuntasan belajar, baik individual maupun klasikal (3). Pada akhir ulangan semester gasal lebih dari 75% siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah mendapatkan nilai bahasa Jawa lebih dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis: Mendapatkan khasanah teoritis tentang motivasi belajar dan model pembelajaran investigasi tukar pengetahuan.
Manfaat Praktis: (1). Meningkatkan gairah dan minat dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran bahasa Jawa. (2). Meningkatkan keterampilan dalam membaca huruf Jawa (3). Meningkatkan hasil belajar baik ulangan harian maupun ulangan semester sehingga mencapai kriteria ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal. Bagi Guru dan Sekolah ; (1). Memperbaiki kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran (2). Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang bervariasi (3). Memberikan umpan balik bagi guru untuk mengetahui permasalahan dan kesulitan yang dihadapi peserta didik. (4). Memberikan landasan dan argumentasi bagi sekolah sebagai pengambil kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah melalui jalur pengembangan model pembelajaran di kelas.
LANDASAN TEORI
Dalam studi ini akan dikaji tentang strategi pembelajaran bahasa Jawa yang meliputi: Model Pembelajaran Kooperatf (Cooperatif learning) dan Metode SAS.. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kecepatan membaca huruf Jawa dan merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada penelitian ini akan dikaji tentang peningkatan kecepatan membaca huruf Jawa siswa kelas VII.B SMP N 1 Karangtengah Demak. Peneliti akan menghadirkan Metode “SAS”dengan berbasis model pembelajaran kooperatif saat pembelajaran, sehingga diharapkan siswa dapat berlatih membaca dengan lebih lancar dan cepat secara tarik menarik antara siswa satu dengan yang lain untuk membaca huruf Jawa secara utuh (“SAS”) sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 62) disebutkan bahwa membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Dengan demikian, kegiatan membaca dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media tulis.
Crawley dan Mountain (dalam Rahim 2007:2) berpendapat bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis dan suatu terjemahan simbol tulis ke dalam kata-kata lisan.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)
Strategi pembelajaran koperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama(Eggen and Kauchak, dalam Trianto, 2007:41). Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap kergaman, ras, budaya, dan agama serta sosial (Ibrahim, dkk, 2000: 9) hal ini memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung.
Menurut Ibrahim dkk (2000:10) Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dilaksanakan sangat sederhana dengan menggunakan enam (6) fase kegiatan pembelajaran, yaitu: (1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa (2). Menyajikan informasi yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bacaan yang ada penerapan dari materi yang disampaikan oleh guru. (3). Mengorganisasiakan siswa ke dalam kelompok kooperatif untuk membaca secara bergantian per kelompok. (4). Membimbing kelompok bekerja dan belajar (5). Evaluasi (6). Pemberian penghargaan
Secara rinci skema strategi pembelajaran tim pendengar dalam kegiatan belajar mengajar dapat digambarkan sebagai berikut:
Metode ”SAS”
Menurut Supriyadi (1996) metode ”SAS” adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar yang di dalamnya terkandung unsur struktur analitik, sintetik.
Pendapat Supriyadi sejalan dengan pendapat Djauzak (1996) yang mengemukakan bahwa metode ”SAS” adalah suatu metode membaca dan menulis permulaan sebuah cerita yang bahan cerita tersebut diambilkan dari siswa dan guru.
”SAS” merupakan singkatan dari kata struktural analisis/analitik sintesis/sintetik. Meode ”SAS” merupakan salah satu metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran dengan metode ”SAS” diawali dengan pengenalan kalimat atau ukara secara utuh. Mula-mula siswa disuuhkan sebuah struktur yang mempunyai makna lengkap. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri siswa. Akan lebih baik kalimat yang diajrakan dalam metode ini adalah kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa siswa itu sendiri. Oleh karena itu di dalam pembelajaran, seorang guru dapat merangsang siswa dengan gambar, cerita, tanya jawab, dengan contoh benda nyata di sekitar, dan sebagainya. Semua itu bertujuan untuk menggali bahasa siswa.
Proses pembelajaran membaca huruf Jawa yang demikian sangat menarik. Hal ini bisa dilakukan secara mandiri maupun secara kelompok. Jika hal ini dilakukan akan sangat mengurangi kejenuhan dalam KBM dan dapat mengurangi sifat verbalistik siswa. Proses pembelajaran ini menekankan pada ketelitian siswa dalam mengenali kalimat, kata, dn huruf. Jika siswa sudah mengenali kalimat, kata, dan huruf, maka diharapkan siswa mampu membentuk kembali konsep kalimat secara utuh. Dengan kata lain, siswa dilatih untuk membongkar sebuah kalimat, diurai, dirinci, lalu dibentuk lagi menjadi kalimat yang utuh.
Dari hal tersebut ada beberapa temuan yang unik dan menarik yaitu; pertama, siswa lebih senang dalam mengikuti pelajaran apabila diciptakan suasana kelompok belajar yang mendukune, kedua; siswa yang merasa kesulitan membaca akan termotivasi dengan dibantu oleh temannya, ketiga; guru dalam menyiapkan model pembelajaran harus bervariasi agar siswa tertantang dan tertarik mengikuti pelajaran.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Dengan menggunakan Metode “SAS” dapat meningkatkan minat, motivasi, kerjasama kelompok dan hasil belajar siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah pada mata pelajaran Bahasa Jawa.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.B di SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak yang terletak di Jalan Sultan Fatah Buyaran, Kecamatan Karangtengah, kabupaten Demak. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 32 siswa.
Waktu penelitian selama tiga bulan yaitu bulan Agustus, September, dan Oktober 2017. Penentuan siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah sebagai subjek penelitian didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. (1). Siswa VII.B kurang tertarik mengikuti mata pelajaran Bahasa Jawa. (2). Hasil belajar membaca huruf Jawa siswa kelas VII.B rendah (3). Untuk persiapan ke jenjang kelas yang lebih tinggi yakni ke kelas VIII dan IX.
Desain Penelitian
Ada beberapa model metode penelitian tindakan kelas. Salah satu model penelitian tindakan kelas yang peneliti pilih adalah model dari Stepen Kemmis dan Robbin Mc Taggart. Model tersebut menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas menggunakan beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu 1. perencanaan (Planning), 2. Tindakan (acting), 3. Observasi (observing), 4. Refleksi (reflecting)
Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan 2 siklus yang berkelanjutan yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus. Jika tindakan pada siklus I nilai rata-ratanya belum mencapai target yang telah ditentukan, akan diperbaiki pada siklus II.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kesulitan membaca huruf Jawa berupa tes membaca huruf Jawa.
Teknik dan alat pengumpulan data
Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: observasi, wawancara, angket, tes dan studi dokumentasi.
Validasi data selama proses pembelajaran
Agar dalam memaknai kebenaran terhadap informasi yang diperoleh menunjukkan ketepatan atau representasi fenomena yang dikaji, maka peneliti melakukan validasi. Dalam penelitian ini kegiatan validasi dilakukan dengan triangulasi yaitu melakukan komparsi pada jenis informasi yang berbeda dan menggunakan metode yang berbeda (observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi).
Validasi tes hasil belajar
Untuk mengetahui tingkat validasi tes prestasi belajar Bahasa Jawa materi membaca huruf Jawa dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen tes akan diuji dengan menggunakan uji praktik dengan menggunakan pensksoran nilai yang telah dipersiapkan.
Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data meliputi tiga langkah pokok, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
Indikator Kinerja
Hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1)Bagi Siswa ; a. Meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran bahasa Jawa, b. Meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, c. Meningkatkan kerjasama kelompok dalam kegiatan pembelajaran, d. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan indikator: sekurang-kurangnya 75% siswa tuntas belajarnya secara individual baik pada ulangan harian maupun pada ulangan umum semester.
(2). Bagi Guru, Hasil akhir yang diharapkan dalam penelitian tindakn kelas ini, diantaranya: Memperbaiki kinerja guru, meningkatkan kemampuan dalam menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, Meningkatkan profesionalisme guru. (3). Bagi Sekolah ; Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan mutu hasil belajar siswa, Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran untuk semua mata pelajaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Siklus I
Hasil Tes
Hasil tes siklus 1, siswa yang memperoleh jumlah kata untuk kategori sangat baik yaitu rentang jumlah kata 21 – 25 dicapai oleh 2 siswa. Kategori baik yaitu dengan rentang 16-20 dicapai oleh 9 siswa. Kategori cukup dengan rentang jumlah kata 11-15 dicapai oleh 9 siswa. Kategori kurang dengan rentang jumlah kata 6-10 dicapai 10 siswa. Sedangkan untuk kategori sangat kurang dengan rentang nilai 0-15 tidak dicapai oleh siswa.
Hasil Non Tes
Observasi
Data yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi dalam kegiatan pembelajaran membaca huruf Jawa siklus I memberikan informasi penting bagi guru. Hal ini guru memberikan apersepsi singkat dan tujuan pembelajaran siswa memusatkan perhatiannya terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru. Dari observasi yang dilakukan pada siklus I ini tanggapan awal siswa pada saat guru hadir dan mulai memperkenalkan materi pembelajaran membaca huruf Jawa sudah baik. Perhatian siswa pada materi yang disampaikan kurang, keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung kurang antusias dan pada saat kegiatan evaluasi belajar siswa kurang menguasai materi membaca huruf Jawa, sehingga jumlah kata yang dikuasai sedikit.
Wawancara
Kegiatan wawancara ditujukan pada siswa yang memperoleh nilai tinggi dan siswa yang memperoleh nilai rendah. Hasil dari kegiatan wawancara ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Ada beberapa siswa yang menganggap bahwa tugas yang diberikan itu tidak penting, sehingga siswa kurang berusaha dalam mengerjakannya. Namun demikian ditemukan beberapa siswa yang menganggap serius, yaitu terbukti adanya siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan baik
Jurnal
Data yang diperoleh dari jurnal yang dibagikan pada siswa memberikan informasi penting bagi guru. Dengan jurnal tersebut guru mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa senang pada kegiatan pembelajaran membaca huruf Jawa dengan metode “SAS”. Siswa lebih mudah membaca dan memahami teks bacaan yang memakai huruf Jawa, walaupun masih ada hambatan karena siswa kurang memperhatikan pembelajaran dengan serius.
Hasil Penelitian Siklus I
Hasil Tes
Hasil tes siklus 2, siswa yang memperoleh jumlah kata untuk kategori sangat baik yaitu rentang jumlah kata 21-25 dicapai oleh 8 siswa. Kategori baik yaitu dengan rentang jumlah kata 16-20 dicapai oleh 16 siswa. Kategori cukup dengan rentang jumlah kata 11-15 dicapai oleh 4 siswa. Kategori kurang dengan rentang jumlah kata 6-10 tidak dicapai oleh siswa, sedangkan untuk kategori sangat kurang dengan rentang jumlah kata 0-5 tidak dicapai oleh siswa.
Observasi
Hasil tes membaca huruf Jawa dengan metode “SAS” pada siklus II di atas didukung dengan hasil pengamatan terhadap siswa pada waktu proses belajar mengajar. Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa memiliki antusias yang tinggi. Ada sebagian kecil siswa yang terlihat pasif namun ketidakaktifan siswa tersebut disebabkan oleh situasi dan kondisi siswa itu sendiri. Dalam siklus II menunjukkan semua siswa sudah bersikap baik karena tidak memiliki keraguan dalam mengerjakan tes membaca huruf Jawa. Ketika diadakan tes membaca huruf Jawa dengan metode “SAS”, mereka langsung mengerjakan tugas dengan baik, walaupun masih ada siswa yang berbicara tidak relevan, mencari perhatian, tetapi akhirnya mengerjakan tugas dengan baik.
Wawancara
Data hasil wawancara menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran membaca huruf Jawa dengan metode ”SAS” tersebut ternyata bisa menarik perhatian siswa. Dengan materi tersebut siswa lebih aktif dan lebih bisa memahami bacaan huruf Jawa, serta juga lebih mudah memahami teks berhuruf Jawa. Selain itu, siswa tertarik dan merasa senang belajar membaca huruf Jawa dengan menggunakan materi model SAS karena dengan mudah memahami teks bacaan yang memakai huruf Jawa. Dari beberapa siswa yang penulis wawancarai mengatakan bahwa membaca huruf Jawa dengan menggunakan metode ”SAS” lebih mudah dipahami daripada menggunakan model materi yang lain.
Jurnal
Setelah kegiatan belajar mengajar, kegiatan selanjutnya dalam penelitian ini adalah membagikan lembar jurnal pada siswa tujuannya yaitu untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Data jurnal menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran membaca huruf Jawa dengan materi metode “SAS” siswa-siswa tersebut tertarik dan senang. Guru menjelaskan pembelajaran membaca huruf Jawa dengan baik sehingga siswa lebih mudah untuk memahami dan menguasai tentang membaca huruf Jawa.
Pembahasan
Berdasarkan teori kecepatan membaca yang ada, standar kecepatan membaca siswa Sekolah Dasar berkisar 200 kata per menit. Pada penelitian ini hasil yang dicapai tidak mencapai standar kecepatan membaca pada umumnya, hasil dari penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 Perbandingan Kecepatan Membaca Huruf Jawa
No | Kategori | Jumlah Kata/Menit | Frekuensi | |
Siklus 1 | Siklus 2 | |||
1.
2. 3. 4. 5. |
Sangat baik
Baik Cukup Kurang Sangat kurang |
21 – 25
16 – 20 11 – 15 6 – 10 0 – 5 |
2
8 8 10 – |
8
16 4 – – |
Jumlah | 28 | 28 |
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dibandingkan kecepatan membaca huruf Jawa dari siklus 1 dan siklus 2.
Pada siklus 1 mulai ada peningkatan yang signifikan dibandingkan pada prasiklus, pada siklus 1 ini sebagian besar siswa mulai menguasai membaca huruf Jawa. Meskipun ada peningkatan akan tetapi hasil yang dicapai belum maksimal, hal ini disebabkan masih ada sedikit hambatan yang ditemui pada saat proses belajar mengajar, pada saat guru mengajar siswa sudah mau memperhatikan apa yang disampaikan guru, akan tetapi siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan membaca huruf Jawa belum dapat dicapai dengan maksimal.
Pada siklus 2 ini mengalami peningkatan yang tinggi karena hasil tersebut pada siklus 1 belum dapat dicapai. Hal ini membuktikan bahwa terjadi perbaikan sikap kearah yang lebih baik. Siswa-siswa tersebut rata-rata dapat mengerjakan soal tes membaca permulaan dengan baik. Mereka penuh antusias dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. Selain itu mereka aktif dalam pembelajaran membaca huruf Jawa dengan metode “SAS”.
Berdasarkan analisis hasil tes keterampila membaca siswa pada siklus 2 mengalami peningkatan yang baik. Ini disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan siswa, sikap, motivasi, kondisi siswa dan minat. Adapun faktor eksternal mencakupi gangguan tempat siswa belajar dan suasana kelas yang terkendali.
Pada proses pembelajaran siklus 2 terjadi peningkatan keterampilan membaca huruf Jawa dengan metode “SAS” pada siswa kelas VII.B Semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 telah memenuhi hipotesis yang diajukan. Hasil tersebut diketahui telah diadakan analisis hasil tes kecepatan membaca huruf Jawa pada siklus 1 dan siklus 2.
Perubahan perilaku belajar siswa pada pembelajaran membaca huruf Jawa menunjukkan bahwa perilaku belajar siswa setiap siklus mengalami perubahan yang lebih baik dan mengarah pada perilaku yang positif dan memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab kurangnya hasil motivasi dan kecepatan membaca huruf Jawa siswa VII.B SMP 1 Karangtengah, diantaranya siswa belum terbiasa membaca huruf Jawa di setiap aktivitas sehari-hari
SIMPULAN
Pembelajaran dengan penerapan metode “SAS” ternyata efektif dan dapat diandalkan sebagai pembelajaran yang baik untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan membaca huruf Jawa pada siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Karangtengah Kabupaten Demak. Meskipun belum ada standar rumus atau teori kecepatan membaca huruf Jawa dapat dilihat hasil siklus 1 dan siklus 2 dalam penelitian ini mengalami peningkatan.
Saran
Setelah mengetahui pembelajaran dengan menggunakan Metode “SAS” dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan dalam membaca huruf Jawa, maka disarankan sebagai berikut: (1). Guru mata pelajaran bahasa Jawa hendaknya, menguasai berbagai pendekatan, materi, teknik pembelajaran.
(2). Guru yang dalam menyampaikan materi membaca huruf Jawa menggunakan Metode “SAS”, hendaknya mengaitkan materi dengan metode pembelajaran sehingga siswa akan terbiasa membaca huruf Jawa membaca huruf Jawa. (3). Guru hendanya menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan dan menjenuhkan bagi siswa. (4). Perlunya penelitian lain tentang keterampilan membaca huruf Jawa untuk memperbaiki proses pembelajaran bahasa Jawa.
DAFTAR RUJUKAN
Ari Kunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asikin, Muh., dkk. 2009. Cara Cepat Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru. Semarang: Manunggal Karso.
Atmodjo, S. Prawiro. 1988. Bausastra Jawa. Surabaya: Djojo Bojo.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa Jawa Sekolah Dasar. Semarang:Depdiknas.
Moleong, J. Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya PT.
Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo