Peningkatan Motivasi dan Kompetensi Guru Melalui Pendampingan
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMPETENSI GURU KELAS IV DALAM MELAKSANAKAN STANDAR PROSES PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU MODEL KOOPERATIF
TIPE STAD MELALUI PENDAMPINGAN DI DABIN 3
GUGUS BRAWIJAYA KECAMATAN GODONG
KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN 2018/2019
Juri
Pengawas Sekolah Gugus Brawijaya Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan guru kelas IV dalam melaksanakan standar proses Pembelajaran Tematik Terpadu model koperatif tipe STAD melalui pendampingan di Dabin 3 Gugur Brawijaya UPT Pendidikan Kec. Godong Grobogan Tahun Pelajaran2018/2019. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus tertiri atas dua kali pertemuan denngan masing-masing kegiatan: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwah pelaksanaan penelitian tindakan sekolah tentang Pembelajaran Tematik Terpadu yang dilaksanakan di Dabin 3 UPT Pendidikan Kec. Godong kabupaten Grobogan dengan menggunakan bimbingan kelompok ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setelah diberikan pendampingan dalam melaksanakan standar proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dalam 2 siklus para guru Dabin 3 UPT Pendidikan Kec. Godong kab. Grobogan menunjukkan peningkatan kemampuan membuat RPP dalam Pembelajaran Tematik Terpadu model koperatif tipe STAD, serta melaksanakannya di dalam kelas. Dari hasil pelaksanaan tindakan, analisis, dan refleksi atas penerapan model pempendampingan dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut: (1) Pendampingan dapat membantu meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Guru Kelas IV Dalam melaksanakan standar proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD; (2) Pendampingan dapat memberikan keleluasaan guru untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan fokus yang dibimbingkan kepadanya
Kata Kunci: Pendampingan, Motivasi, Standar Proses, Kooperatif, STAD
PENDAHULUAN
Pemerintah melalui Pusat Kurikulum telah mendesign Kurikulum yang dipandang dapat mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten dengan mengacu pada 4 pilar pendidikan yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do) belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together).
Standar Proses sebagai bagian dari standardisasi Pendidikan Nasional telah diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomer 41 Tahun 2007 membawa implikasi yang cukup padat terhadap pelaksanaan pembelajaran guna mendukung keberhasilan pencapaian kompetensi siswa yang optimal. Sosialisasi terhadap Permendiknas sangat lamban bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali. Hal ini tentu saja memiliki bias yang luar biasa terhadap peningkatan kualitas pembelajaran. Jika selama ini sekolah sudah menyusun perangkat pembelajaran dengan acuan standar isi dan standar kelulusan maka tanpa disertai pelaksanaan standar proses dan inplentasinya akan membuat kerja menjadi pincang.
Disamping itu mengingat bahwa kurikulum ini berorientasi pada tercapainya kompetensi siswa maka ada perlakukan khusus bagi siswa di kelas awal dengan diberlakukannya Pembelajaran Tematik Terpadu. Perubahan ini cukup radikal karena berimplikasi luas juga terhadap komponen-komponen penting pembelajaran baik bagi guru, sarana prasarana dan sebagainya.
Meskipun Pembelajaran Tematik Terpadu sudah disosialisasikan dengan berbagai keterbatasan baik sumber daya manusia, dana maupun waktu, realitas di lapangan menunjukkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas 4 masih sebagian besar menggunakan mata pelajaran terpisah. Padahal sesuai dengan tahapan perkembangan anak kelas awal masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik). Pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan menyulitkan peserta didik.
Disisi lain selama ini ditengarai berdasarkan data nasional bahwa angka mengulang atau tinggal kelas dan putus sekolah pada kelas awal cukup tinggi. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data awal tahun 2017/2018 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78% (Puskur Depdiknas.2017:5).
Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu sampai kelas tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan Pembelajaran Tematik Terpadu.
Sementara itu berdasarkan supervisi para pengawas Di Kabupaten Grobogan khususnya di wilayah kerja Korwil Kecamatan Pendidikan Kecamatan Godong pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu belum optimal. Berbagai pelatihan, sosialisasi, dan peningkatan kualitas pemahaman guru terhadap model pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu terkendala dengan berbagai keterbatasan, Sehingga hampir sebagian besar belum melaksanakan sesuai ketentuan sekalipun pembelajaran tetap berlangsung. Hal ini tentu akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.
Bedasarkan paparan tersebut di atas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Motivasi dan Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Standar Proses Pada Pembelajaran Tematik Terpadu Model Kooperatif Tipe STAD Bagi Guru Kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Melalui Pembimbingan Tahun 2018/2019”.
Dari hasil analisis terhadap supervisi yang dilakukan oleh para Pengawas terhadap Pembelajaran Tematik Terpadu di sekolah dasar se Kecamatan Godong dapat diketemukan sebagai berikut: (1) Pemahaman guru terhadap Pembelajaran Tematik Terpadu sangat kurang. (2) Pemahaman guru terhadap Standar Proses amat rendah, (3) Dalam Proses Pembimbingan masih sebagian besar menggunakan pendekatan murni mata pelajaran dan belum terintegrasi. (4) Guru belum menyusun sendiri perangkat pembelajaran yang harus disediakan, tetapi masih menggunakan produk jadi buatan para penerbit.
Bertitik tolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan metode Pembimbingan dapat meningkatkan kompetensi guru untuk melaksanakan standar proses dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong semester I tahun 2018/2019? (2) Apakah penggunaan metode Pembimbingan dapat meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan standar Proses Pembimbingan model kooperatif tipe STAD bagi guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong tahun 2018/2019? (3) Bagaimanakah pelaksanaan Pembimbingan guru dalam melaksanakan standar proses dengan pembelajaran model kooperatif tipe STAD terhadap guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya di Kecamatan Godong semester I tahun 2018/2019?
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan motivasi guru dalam pelaksanaan standar proses penggunaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya di Kecamatan Godong kabupaten Grobogan semester I tahun 2018/2019. (2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pelaksanaan standar proses penggunaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya di Kecamatan Godong kabupaten Grobogan semester I tahun 2018/2019. (3) Untuk meningkatkan kualitas Pembimbingan pengawas kepada guru kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong kabupaten Grobogan semester I tahun 2018/2019.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan tersebut bila dilakukan secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan ketrampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu(depdiknas,2002).
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Roger Haris (1997:20) sebagai berikut:”The concept of cvompetency focuses on what is expected of the learner in the workplace rather tyhan on the on the learning process and embodies the ability to transfer and apply skills and knowledge to new environment.”
Dalam pengertian ini diartikan bahwa konsep kompetensi lebih menekankan pada apa yang diharapkan oleh pembelajar dari pada Proses Pembimbingannya. Meliputi kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan ketrampilan pada situasi dan lingkungan yang baru.
Selanjutnya dipertegas oleh Meyer dan Roger Haris (1997:21) yaitu: “Competency is underpinned not only by skill but also by knowledge and understanding in involves both the ability to perform in a given contex and the capacity to transfer knowledge and skill to new taskes and situations.”
Berdasarkan rumusan di atas maka kompetensi adalah: (1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilakukan seseorang untuk menjadi kompeten dan kompeten merupakan Hasil Observasi (learning outcome), yang menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan seseorang setelah melalui Proses Pembimbingan.
Kompetensi Guru
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 10 dijelaskan bahwa: ”Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh setelah melalui pendidikan profesi”.
Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 10 yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik sedang kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.
Kompetensi Mengajar adalah salah satu dari kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru. Dalam Undang –Undang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 2 dinyatakan: Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan Proses Pembimbingan, menilai hasil pembelajaran, melakukan Pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Soedijarto dalam bukunya Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu menjelaskan sebagai berikut :
Standar Proses
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar Proses berisi kriteria minimal Proses Pembimbingan pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi : proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan Proses Pembimbingan, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan Proses Pembimbingan.(BNSP,2007:6-7)
Ada beberapa hal penting di dalam Standar Proses antara lain dijelaskan bahwa :
- Perencanaan Proses Pembimbingan meliputi: Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
- Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan (1) Standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, serta (3) Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
- RPP memuat: Identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian Hasil Observasi dan sumber belajar. Yang disusun bertujuan agar pembelajaran berlangsung : Interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk aktif, memberi ruang untuk parakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan anak.
- Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Kajian Tentang Motivasi
Motivasi, seperti telah dikemukan di awal, sering digunakan orang untuk mengacu pada apa yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Pernyataan ini mengandung makna bahwa tanpa adanya motivasi yang kuat, seseorang tidak akan melakukan suatu aktivitas dengan serius. Tanpa motivasi yang kuat, seseorang dalam melakukan suatu aktivitas tertentu pasti hanya asal melakukan atau yang penting aktivitas itu selesai. Jadi, motivasi merupakan modal penting yang perlu dimiliki oleh setiap orang agar dapat menyelesaikan berbagai aktivitas secara optimal. Lalu apa sebenarnya motivasi itu jika dikaitkan dengan belajar siswa?
McDonald (1959:69) lebih lanjut menjelaskan bahwa motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan tertentu. Tampaknya batasan tentang motivasi yang diberikan oleh McDonald ini lebih komprehensif, karena batasan ini paling tidak mengandung tiga elemen penting yang menjadi fondasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Tiga elemen itu adalah:
- Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap siswa. Perkembangan motivasi akan membawa berbagai perubahan energi di dalam sistem neuropsikologinya yang ada pada diri siswa. Karena menyangkut energi siswa, kemunculan motivasi itu akan selalu berhubungan dengan aktivitas fisik untuk berinteraksi dengan guru, teman-temannya, dan bahan ajar.
- Motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi seorang siswa. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku seorang siswa.
- Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri siswa, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak untuk melakukan sesuatu.
Pembelajaran Tematik Terpadu
Kunandar dalam Guru Profesional menjelaskan pengertian pembelajaran Tematik sebagai berikut: ”Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna”
Landasan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pusat Kurikulum menjelaskan landasan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagai berikut:
- Landasan filosofis sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) Aliran progresivisme: (2) Aliran konstruktivisme: (3) Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
- Landasan psikologis jika dikaitkan dengan psikologi perkembangan maka dalam menentukan isi/materi Pembelajaran Tematik Terpadu yang diberikan kepada siswa tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan. Peserta didik belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
- Landasan Yuridis jika dikaitkan dengan berbagai kebijakan atau peraturan pendukung pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu di sekolah dasar adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menegaskan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Disamping itu UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.(bab V Pasal 1-b).
Pembelajaran kooperatif
Slavin mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok (Solihatin,2007:4). Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama (Felder, 1994: 2).
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam Proses Pembimbingan. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian Hasil Observasi yang tinggi. (Nur,1996:4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut: (1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”, (2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam sekelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi, (3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama, (4)Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok, (5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. (6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, dan (7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD
Slavin menjelaskan tentang STAD: merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru baru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin,2005:143).
Kerangka Berpikir
Alur pikir yang digunakan nampak pada penjelasan berikut ini: (1) Kondisi awal: Fasilitator belum memberikan pembekalan standar proses dan Pembelajaran Tematik Terpadu kepada para guru, sehingga dalam penyusunan RPP belum menggunakan ketentuan yang disyaratkan oleh Standar Proses maupun Pembelajaran Tematik Terpadu. (2) Agar guru mampu membuat RPP yang benar maka guru perlu meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan standar proses dan Pembelajaran Tematik Terpadu. (3) Agar kompetensi guru meningkat perlu tindakan nyata yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan kompetensi guru yang berujung pada penyusunan RPP yang standar dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. (4) Tindakan yang dipilih peneliti adalah metode pembelajaran Kooperatif model STAD.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan alur pikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah: (1) Melalui Pembimbingan dapat meningkatkan Motivasi Bagi Guru Kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester I Tahun 2018/2019. (2) Melalui Pembimbingan dapat meningkatkan Kompetensi Guru dalam melaksanakan Standar Proses Pembimbingan model Koperatif tipe STAD Bagi Guru Kelas IV Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Semester I Tahun 2018/2019.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurtut Oja yang sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) dalam Sukidin, dkk. (2002 : 55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antar proyek dengan sekolah.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah para guru kelas IV Sekolah Dasar negeri se Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong melalui Pembimbingan Nama-nama guru kelas IV sebanyak 9 (sembilan) orang guru kelas IV. Adapun obyek penelitian adalah motivasi dan kompetensi guru dalam melaksanakan implementasi Standar Proses Pembimbingan Tematik Terpadu di kelas IV SD negeri se-Dabin 3 Gugus Brawijaya Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini bertempat di UPTD Pendidikan Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, tepatnya di Dabin 3 Gugus Brawijaya. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan mulai bulan Juli 2018 sampai dengan bulan November 2018.
Prosedur Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dilakukan bersama dengan upaya mendeteksi pemecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Indikator Kinerja
Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila : (1) Rata-rata atau rerata perolehan hasil pembelajaran melalui supervisi akademik teknik bombingan individu yang diperoleh melalui intsrumen tes untuk pemahaman standar proses dan Pembelajaran Tematik Terpadu nilai minimal adalah 70. (2) Hasil Pengamatan untuk proses pengelolaan pembelajaran dan aktivitas fasilitator dan guru ada dalam kategori baik atau minimal 80. (3) Motivasi Guru dalam mengikuti supervisi akademik dengan pola Pembimbingan individu sekurang-kurangnya dengan kategori BAIK.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Guru sebagai sasaran penelitian belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang standar proses dan Pembelajaran Tematik Terpadu. Keterbatasan referensi, keterbatasan kesempatan mengikuti penataran dan keterbatasan diseminasi hasil penataran serta tidak optimalnya pelaksanaan kegiatan kelompok kerja guru semakin mendorong kondisi yang tidak ideal. Penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran atau RPP masih belum sepenuhnya dilakukan sendiri. Hal ini berpengaruh kepada tingkat keterlaksanaan kurikulum yang rendah.
Data motivasi guru dalam pengamatan pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut: Berdasarkan laporan observasi motivasi belajar Pra Siklus guru diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar yang dimiliki guru Kelas IV dabin 3 kec. Godong kab. Grobogan masih tergolong rendah. Dari 9 guru, guru yang memiliki motivasi belajar rendah berjumlah 5 guru (55,56%), sedang berjumlah 4 guru (44,44%), dan tinggi berjumlah 0 guru (0%), dengan rincian pencapaian indikator motivasi belajar sebagai berikut: Sebanyak 1 guru atau 11,11% guru yang mempunyai keinginan untuk berhasil. Sebanyak 4 siswa atau 44,44% guru yang memiliki dorongan dalam belajar. Sebanyak 1 guru atau 11,11% guru yang merasa senang dalam belajar. Sebanyak 2 guru atau 22,22% guru yang tertarik dengan kegiatan pembelajaran. Sebanyak 2 guru atau 22,22% guru yang merasa nyaman dengan lingkungan belajar.
Hasil observasi terhadap guru pada prasiklus juga belum maksimal, hal ini ditunjukkan setelah diadalan tes hasil belajar terdapat beberapa siswa belum mencapai Standar Minimal. Berikut ini daftar nilai siswa pada prasiklus dapat dilihat pada laporan berikut: Berdasarkan tabel nilai guru pada pra siklus maka dapat disimpulkan yang tuntas dalam supervisi sebanyak 3 guru atau 33,33% guru yang tuntas belajar. Sedangkan guru yang belum layak sebanyak 6 guru.
Deskripsi Hasil Siklus I
Motivasi
Pada saat dilaksanakan supervisi akademik dengan teknik bimbingan individu pada siklus I pertemuan pertama, ada peningkatan motivasi guru yang dapat dilihat pada laporan berikut: Berdasarkan laporan, motivasi mengajar guru, Siklus I pertemuan pertama mengalami peningkatan dari Pra Siklus. Hasil Siklus I pertemuan pertama dapat diketahui bahwa dari 9 guru, guru yang memiliki motivasi belajar rendah berjumlah 4 siswa (44,44%), sedang berjumlah 5 siswa (55,56%), tinggi berjumlah 0 siswa (0%), dengan rincian pencapaian indikator motivasi belajar sebagai berikut: Pertama, mempunyai hasrat dan keinginan berhasil berjumlah 3 siswa (33,33%). Kedua, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar berjumlah 5 guru (55,56%). Ketiga, mempunyai penghargaan dalam belajar berjumlah 3 guru (33,33%). Keempat, kegiatan yang menarik dalam belajar berjumlah 3 siswa (33,33%). Kelima, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif berjumlah 5 siswa (55,56%).
Hasil Pendampingan
Dari hasil pembimbingan individual terhadap 9 guru Kelas IV tersebut hasilnya dapat dilihat dalam laporan berikut: Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus I pertemuan I, nilai rata-rata observasi guru yaitu 71,77 guru yang sudah mencapai Standar Minimal berjumlah 6 orang guru dan yang belum mencapai Standar Minimal berjumlah 3 orang guru. Nilai hasil observasi guru mengalami peningkatan dari nilai prasiklus.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Kegiatan observasi Siklus II pertemuan kedua pada guru Kelas IV Dabin 3 kecamatan Godong kabupaten Grobogan dalam mengikuti proses pendampingan tersebut, diperoleh hasil mengenai motivasi belajar yang dimiliki guru Kelas IV Dabin 3 kecamatan Godong kabupaten Grobogan, yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar guru, Siklus II pertemuan kedua mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Hasil Siklus II pertemuan kedua dapat diketahui bahwa dari 9 guru, guru yang memiliki motivasi belajar sedang berjumlah 2 guru (22,22%), tinggi berjumlah 7 guru (77,78%), dan sangat tinggi berjumlah 0 guru (0%), dengan rincian pencapaian indikator motivasi mengajar sebagai berikut: Pertama, mempunyai hasrat dan keinginan berhasil berjumlah 8 guru (88,89%). Kedua, mempunyai dorongan dan kebutuhan dalam belajar berjumlah 8 guru (90,6%). Ketiga, mempunyai penghargaan dalam belajar berjumlah 7 guru (77,78%). Keempat, kegiatan yang menarik dalam belajar berjumlah 7 guru (77,78%). Kelima, adanya lingkungan belajar yang kondusif berjumlah 8 guru (88,89%).
Hasil penilaian dari pendampingan guru adalah sebagaimana pada paparan laporan sebagai berikut: Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus II pertemuan II, nilai rata-rata observasi guru yaitu 88,89 guru yang sudah mencapai Standar Minimal berjumlah 9 orang guru, artinya semua guru sudah memenuhi standar dengan tingkat pencapaian sebesar 100%.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan berisi tentang uraian dan penjelasan mengenai hasil penelitian. Pembahasan dalam penelitian ini membahas tentang masalah yang terjadi dalam penelitian dan hipotesis tindakan yang dilakukan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar guru Kelas IV Dabin 3 kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan strategi Pembimbingan, pada Pembelajaran kontekstual.
Penerapan strategi pembelajaran Pendampingan merupakan salah satu penerapan metode pembelajaran yang inovatif. Setelah diterapkan ternyata strategi tersebut dapat menjadi sebuah pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga terciptalah pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center. Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual.
Melalui penerapan strategi pembelajaran Pendampingan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga berpengaruh pada hasil belajar guru, yaitu adanya kenaikan hasil observasi guru.
Dari uraian diatas, sesuai dengan pendapat Sardiman (2011:73) menyatakan motivasi sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
PENUTUP
Simpulan
- Proses pendampingan model Supervisi dengan bimbingan individu dalam pembimbingan menggunakan media pembelajaran lingkungan sekitar bagi guru Kelas IV Dabin 3 kecamatan Godong kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dilaksanakan secara bertahap dalam delapan kali pertemuan mulai bulan Agustus sampai dengan Nopember 2018. Pembimbingan dengan cara observasi contoh-contoh media lingkungan sekitar, observasi pelaksanaan pembelajaran inovatif di kelas dengan secara langsung, demonstrasi model pembelajaran inovatif, dan mentor dari perencanaan, pelaksanaan, pembelajaran dengan memanfaatkan media lingkungan sekitar. Proses pendampingan dengan bantuan lingkungan sekitar dan guru dalam menggunakan media pembelajaran lingkungan sekitar dengan menggunakan media pembelajaran lingkungan sekitar di kelasnya masing-masing.
- Terjadi peningkatan motivasi dan kompetensi guru dalam menggunakan media pembelajaran lingkungan sekitar setelah pembimbingan dengan Supervisi dengan bimbingan individu di SD Negeri Jetis 3 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, terbukti dengan pemahaman media lingkungan sekitar, perencanaan penndampingan siklus I, Pelaksanaan pendampingan siklus 2, perencanaan pendampingan siklus 2, pelaksanaan pendampingan siklus II, dan laporan pendampingan meningkat secara nyata dan sigifikan.
- Pembimbingan model Supervisi dengan bimbingan individu di SD Negeri Jetis 3 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dapat merubah perilaku guru dari aspek keaktifan dalam kategori 46,88% (kurang) berubah menjadi baik sekali. Aspek keinovatifan dan kreativitas dari kategori kurang setelah pembimbingan menjadi baik sekali, serta aspek komunikatif dari 78.13% kategori baik menjadi 96.88% kategori baik sekali.
Saran
- Proses pendampingan dalam pembimbingan Supervisi dengan bimbingan individu di SD Negeri Jetis 3 semester 1 tahun pelajaran 2018/2019, dapat diaplikasi dalam pembimbingan aspek lain dalam upaya meningkatkan kompetensi guru baik di tingkat gugus, kecamatan, maupun kabupaten serta untuk guru jenjang lainnya.
- Kompetensi guru yang ditingkatkan dalam pembimbingan tidak sekadar pelaksanaan tindakan kelas, tetapi pembimbingan dapat untuk meingkatkan kompetensi guru aspek lainnya yang berhubungan dengan upaya peningkatan mutu guru.
- Sekolah, gugus, ataupun dinas pendidikan terkait hendaknya memfasilitasi kegiatan untuk meningkatkan kompetensi guru baik secara swadana maupun dana dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Darto. 2007. Supervisi Klinis Untuk Meningkatkakan Kemampuan Gurutemalingkungan sekitarDalam Menyusun RPP dan Pelaksanaannya. Posted November 7 th,2008 by Allafa89
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Metode Pembelajaran. Bandung: Citra Adi Karya.
Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Personalia dsn Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Hartoyo, 1006.Supervisi Pendidikan. Semarang: Pelita Insani.
Idrus, HM Noor. 1991. Model-Model Pembimbingan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Iskandar.2008. Metodologi Penelitian tindakan sekolah dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: GP Pres
Joyce, Bruce. 2011. Models of Teaching.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemdiknas. 2010. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta: kemdiknas.
Purwanto. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rohmanto.2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah.
Satori.2008. Hakikat Kompetensi Guru Sesuai UUGD 2005.Makalah.
Subyantoro. 2013. Penelitian tindakan sekolah. Semarang: Unnes Press.
Suhardjono. 2010. Pertanyaan dan Jawaban Sekitar PBM. Malang: Cakrawala Indonesia.
Suprijono, Agus. 2010. Coooerative Learning. Yogyakarta: Pusataka Fajar.
Susilowati, Endah. 2006. Diktat Pembelajaran Temalingkungan sekitar. Jakarta: Depdiknas.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrukltivislingkungan sekitar. Jakarta. Prestasi Pustaka.
Wahana Komputer, Semarang, 2001. Microcoft Office 97. Wahana Komputer.