PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA

SUB TEMA TUBUH MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH BAGI SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI JETAK 2 KECAMATAN SIDOHARJO

TAHUN 2015/2016

Sugiyem

SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA sub tema tubuh manusia melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Matchpada Siswa Kelas V SD Negeri Jetak 2 Tahun Ajaran 2015/2016 semester II. Penelitian ini dilaksanakan melalui proses bersiklus yang terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian tindakan, terjadi peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA sub tema Tubuh Manusia. Hal ini dapat dibuktikan dengan tumbuhnya rasa tanggung jawab, partisipasi, keberanian, kerjasama, dan kedisiplinan. Pada pra siklus siswa berpredikat Baik hanya 7, pada siklus I meningkat menjadi 15, pada siklus II meningkat menjadi 3 berpredikat Amat Baik, 22 berpredikat Baik. Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan meningkatnya ketuntasan belajar dan nilai rata-rata dari mulai pra siklus 31% nilai rata-rata 61, pada siklus I ketuntasan siswa meningkat menjadi 65,5% dengan nilai rata-rata 69, pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 100% dengan nilai rata-rata 79.

Kata Kunci: motivasi dan prestasi belajar IPA, teknik Make A Match

PENDAHULUAN

Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat penting mempunyai tugas, peran, dan tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Guru dituntut memiliki wawasan yang luas, keterampilan yang memadai, serta sikap profesional yang tinggi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya.

Pembelajaran yang berhasil biasanya ditandai dengan adanya partisipasi aktif dari siswa dan telah dikuasainya materi pembelajaran oleh siswa.Tingkat penguasaan materi biasanya dinyatakan dengan perolehan nilai.

Berdasaran hasil pengamatan yangtelah dilakukan oleh guru sebagai peneliti, pada waktu pembelajaran IPA dengan sub tema Tubuh Manusia di Kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, menunjukkan bahwa motivasi siswa selama proses pembelajaran sangat rendah. Akibatnya selama proses pembelajaran siswa pasif sehingga hasil ulangan yang diperoleh rata-rata sangat rendah. Hanya 9 dari 29 siswayang nilainya telah mencapai KKM, yaitu70. Dengan kata lain prosentase ketuntasan hanya sekitar 31%. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran IPA pada sub tema Tubuh Manusia tergolong rendah. Kurangnya partisipasi aktif dan rendahnya prestasi belajar siswa ini menimbulkan keresahan bagi guru dan mendorong untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

Guru sebagai peneliti meyakini bahwa Model Pembelajaran Kooperatif teknik MakeA Match (Mencari Pasangan) tepat untuk mengatasi rendahnya motivasi dan prestasibelajar IPA khususnya pada sub tema Tubuh Manusia. Guru sebagai peneliti berharap dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match (Mencari Pasangan) dapat menyajikan pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA khususnya sub tema Tubuh Manusia mengalami peningkatan dengan prosentase ketuntasandi atas 85% dengan perolehan nilai rata-rata sekurang-kurangnya 75 dan sekurang-kurangnya 85% motivasi belajar siswa mendapat predikat Baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut. (1)

Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPA terutama sub tema Tubuh Manusiasecara konkrit sangat rendah. (2) Pembelajaran kurang menarik dan membosankan bagi siswa. (3) Kurangnya partisipasi aktif siswa selama pembelajaran berlangsung. (4) Guru belum menggunakan model danmedia pembelajaran yang variatif.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Apakah Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016? (2) Apakah Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match (Mencari Pasangan) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA sub tema Tubuh Manusia bagi siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016?

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Motivasi Belajar

Jung (1978:4)menjelaskan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Dia menambahkan bahwa pada jumlah yang sama daya ini tidak akan muncul untuk semua tujuan, tetapi akan muncul pada situasi tertentu yang dialami oleh setiap individu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Dari definisi tersebut, dapat disintesiskan bahwa motivasi memiliki tiga komponen utama, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Senada dengan Dimyati dan Mudjiyono (2006:81) menjelaskan bahwa kebutuhan ini akan muncul apabila ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah tenaga pendorong untuk berprestasi dengan mengerahkan segenap kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai sikap positif terhadap tugas-tugas yang menjadi kewajibannya sehingga dapat meraih prestasi yang tinggi.

Prestasi Belajar

Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maksudnya adalah “belajar” dapat dirumuskan sebagai proses siswa membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru, baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.

Menurut Dany Hariyanto (2003:292) “Prestasi adalah hasil karya yang dicapai”. Prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2004:88), dalam bukunya “Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru”, menyatakan arti prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasilusaha/kegiatan yang menyenangkan dan membanggakan dilakukan dengan keuletan dan kerja keras melalui pengalaman diri baik mental, fisik, maupun sosial sehingga mendapat penambahan pengetahuan, perubahan sikap, dan tingkah laku,serta penguasaan keterampilandalam rangka mengaktualisasi dan mempotensikan diri lewat belajar dalam periode tertentu.

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA merupakan kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain: penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu dinyatakan pula bahwa mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Gagne dalam Raka Joni (2008:4) berpendapat bahwa: pembelajaran IPA yang efektif mampu membantu siswa mencapai kategori-kategori tujuan pembelajaran dan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggnakan metode-metode yang berdasarkan observasi.

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Pengertian Model Pembelajaran

Hakikat mengajar menurut Joice dan Weil (1986) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar. Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa mendatang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.

Menurut Winataputra (2001), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Ketika guru menerapkan model pembelajaran, seringkali siswa menggunakan berbagai macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah, dan berpikir kritis.

Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan para pakar tidak berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap tema pelajaran. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; 2) materi ajar; 3) kondisi siswa; 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar.

Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2004:27) Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning Community). Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Slavin dalam Isjoni dan Arif Ismail (2008:150) mengemukakan bahwa “Pembelajaran Kooperatif adalah satu metode pembelajaran di mana kelompok belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.

Anita Lie dalam Isjoni (2009:23) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Teknik Make A Match (mencari pasangan)

Teknik Make A Match (mencari pasangan) pertama kali dikembangkan oleh Larana Curran (1994). Salah satu dari keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan kelas.

Langkah-langkah teknik pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) sebagai berikut. (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. (2) Siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. (3) Siswa mencari pasangan kartu jawaban/soal yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. (4) Siswa yang dapat menemukan pasangan kartu jawaban/soal yang cocok, sesuai waktu yang ditentukan diberi point. Sedangkan siswa yang tidak dapat menemukan pasangan kartu jawaban/soal yang cocok dengan kartu yang dipegangnya dalam batas waktu yang ditentukan akan diberi hukuman sesuai kesepakatan bersama. (5) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. (6) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok (7) Guru bersama-sama siswa membuat simpulan terhadap sub tema yang sesuai.

Kerangka Berpikir

Upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa bagi guru merupakan suatu kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap semua kejadianyang ada dilingkungannya maupun di luar lingkungannya.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match dapat membantu memecahkan masalah rendahnya motivasi dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Sebab mengutamakan kerjasama dalam penyelesaian masalah untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam suasana belajar yang menyenangkan.

Penelitian yang Relevan

Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian yang dimaksud adalah hasil penelitian penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh Paimin (2014) dengan judul “Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match untuk Meningkatkan Kemampuan Menghitung Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri Somorodukuh 1 Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2013/2014”.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Somorodukuh 1. Hal tersebut dapat terefleksi pada meningkatnya nilai kemampuan menghitung pecahan dalam setiap siklusnya. Penelitian yang dilakukan oleh Paimin terdapat kesamaan dengan penelitian ini ,yaitu menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek yang diteliti, mata pelajaran dan materi yang diajarkan, serta setting penelitian.

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut. “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Sub Tema Tubuh ManusiaMelalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Bagi Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Tahun Ajaran 2015/2016”.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016 dalam dua tahap yaitu Siklus I dan Siklus II. Tiap siklus terbagi menjadi dua pertemuan dengan alokasi waktu 2×35 menit untuk setiap pertemuan. Penelitian dimulai tanggal 18 Januari sampai 30 April 2016.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, dengan jumlah siswa sebanyak 29 siswa yang terdiri dari 13 siswa putra dan 16 siswa putri.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2006: 129). Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang motivasi dan prestasi belajar siswa, hasil observasi, dokumentasi, dan tes untuk sub tema Tubuh Manusia. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan meliputi: (1) Data primer berasal dari siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. (2) Data Sekunder. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder, antara lain: arsip nilai hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan PTK dan sumber data pendukung.

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam Penelitian Tindakan Kelas dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik, seperti observasi, wawancara, catatan harian, angket, dan sebagainya. (I.G.A.K. Wardhani dkk, 2007:2.21). Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Observasi; (2) Dokumentasi; (3) Tes.

Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Lexy J. Moleong (2002:178) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu. Data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Teknik Analisis Data

Pengumpulan data nilai tes diperoleh nilai dalam bentuk angka atau kuantitatif, dianalisis dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif, yaitu membandingkan antara nilai tes kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Data yang berupa hasil pengamatan dan wawancara diklasifikasikan sebagai data kualitatif, dianalisis menggunakan analisis diskriptif kualitatif untuk dilakukan refleksi.

Indikator Kinerja

Penelitian tindakan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan siswa dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Indikator keberhasilan itu meliputi: (1) motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengacu pada pembentukan karakter (tanggung jawab, partisipasi, keberanian, kerjasama, kedisiplinan) sekurang-kurangnya 85% minimal berpredikat Baik; (2) sekurang-kurangnya 85% siswa telah mencapai KKM dengan nilai 70; (3) telah mencapai nilai rata-rata 75.

Prosedur Pelaksanaan

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap pertemuan 2×35 menit. Tiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Deskripsi Kondisi Awal (Pra siklus)

Hasil ulangan IPA sub tema Tubuh Manusia kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Semester 2 Tahun ajaran 2015/2016 yang diadakan pada hari Selasa, 12 Januari 2016 tergolong rendah. Dari 29 siswa hanya 9 atau 31% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan, yaitu 70. Sebanyak 20 siswa atau 69% memperoleh nilai di bawah KKM.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa sangat rendah, hanya 7 dari 29 siswa atau 24,14% yang mendapat predikat Baik. Rendahnya motivasi dan prestasi belajar ini disebabkan karena guru di kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen pada Semester 2 Tahun ajaran 2015/2016 masih menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi penggunaan metode ceramah dan pemberian tugas individu tanpa ada kegiatan untuk berinteraksi dengan teman-temannya.

Deskripsi Hasil Siklus I

Pada kegiatan siklus I, kegiatan pengamatan/observasi dilakukan oleh rekan sejawat dengan bimbingan Kepala Sekolah menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Untuk lebih jelasnya lihat hasil rekapan dari Lembar Observasi pada hasil pengamatan berikut ini. Dari sejumlah 29 siswa, predikat amat baik tidak ada (0%), baik 15 siswa (51,72%), cukup 14 siswa (48,28%), kurang tidak ada (0%).

Pelaksanaan pada Siklus I ternyata belum berjalan maksimal, belum tercapai indikator kinerja yang ditentukan dalam penelitian tindakan kelas. Hal ini terjadi karena penerapan Model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match merupakan hal baru dan masih asing bagi siswa maupun guru. Siswa masih bingung dan belum bisa melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif, sehingga banyak memakan waktu..Hasil tes menunjukkan dari 29 siswa hanya 19 siswa atau 65,5% yang mencapai ketuntasan.

Berdasarkan data-data di atas dapat kita lihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA sub tema Tubuh Manusia dari sebelum perbaikan pembelajaran (Pra Siklus) dengan setelah perbaikan pada Siklus I. Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Sebelum perbaikan pembelajaran dari 29 siswa hanya 9 siswa yang mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 31% saja dan 20 siswa dengan prosentase 69% belum tuntas. (2) Setelah perbaikan pembelajaran Siklus I dari 29 siswa terbukti 19 siswa yang mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 65,5%, sedangkan 10 siswa atau 34,5% belum tuntas. (3) Peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum perbaikan (Pra Siklus) dengan setelah perbaikan Siklus I mengalami peningkatan dari 31% menjadi 65,5% atau peningkatan sebesar 34,5%.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pelaksanaanperbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pada tanggal 1 dan 18 Maret 2016 dengan alokasi waktu 2×35 menit untuk tiap pertemuan. Kegiatan pengamatan/observasi dilakukan oleh rekan sejawat dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Siswa yang memperoleh skor Amat Baik ada 3 siswa (10,35%), Baik 22 siswa (75,86%), Cukup ada 4 siswa (13,79%).

Ada peningkatan sebesar 34,49% dibanding pada pembelajaran Siklus I. Namun demikian masih ada sekitar 13,79% siswa yang harus mendapat perhatian guru agar mempunyai motivasi belajar yang baik sehingga prestasi belajarnya juga lebih baik.

Hasil perbaikan pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan yang dapat dibuktikan dengan melihat hasil tes siswa. 100% siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 70.

Berdasarkan laporan tersebut, dapat kita lihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada muatan pelajaran IPA sub tema Tubuh Manusia dari sebelum perbaikan (Pra Siklus) dengan setelah perbaikan pada Siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. (1) Sebelum perbaikan pembelajaran dari 29 siswa hanya 9 siswa yang mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 31% saja dan 20 siswa dengan prosentase 69% belum tuntas. (2) Setelah perbaikan pembelajaran Siklus I dari 29 siswa terbukti 19 siswa yang mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 65,5%, sedangkan 10 siswa atau 34,5% belum tuntas. (3) Setelah perbaikan pembelajaran Siklus II terbukti 29 siswa telah mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 100%, (4) Peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum perbaikan (Pra Siklus) dengan setelah perbaikan Siklus I mengalami peningkatan sebesar 34,5%. Dari Siklus I dengan setelah Siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 34,5%.

Pembahasan Dari Setiap Siklus

Pembelajaran Siklus I

Dalam perbaikan pembelajaran Siklus I guru menggunakan model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Namun belum semua siswa dapat berperan aktif dan menguasai materi pada perbaikan pembelajaran dalam Siklus I. Ternyata dari 29 siswa, hanya 19 siswa atau 65,5% yang berhasil mencapai nilai tuntas, sedangkan 10 siswa atau 34,5% masih belum mencapai ketuntasan.

Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Hasil tes pada perbaikan pembelajaran siklus II ternyata menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Dari 29 siswa kesleuruhan memencapai ketuntasan belajar atau ketuntasan 100%, rata-rata nilai juga meningkat hingga mencapai 79. Selain itu dari hasil pengamatan menujukkan tumbuhnya motivasi belajar siswa, dapat dilihat tumbuhnya rasa tanggung jawab, partisipasi, keberanian, kerjasama, dan kedisiplinan yang mencapai predikat rata-rata Baik.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dijelaskan pada bab IV di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Penerapan model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match dapat meningkatkanmotivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016.

2. Penerapan model Pembelajaran Kooperatif teknik Make A Match dapat meningkatkanprestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Jetak 2 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen pada semester II tahun ajaran 2015/2016.Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan meningkatnya ketuntasan belajar dan nilai rata-rata dari mulai pra siklus 31% dengan nilai rata-rata 61, pada siklus I ketuntasan siswa meningkat menjadi 65,5% dengan nilai rata-rata 69, pada siklus II ketuntasan meningkat lagi menjadi 100% dengan nilai rata-rata 79.

Saran-saran

Berdasarkan simpulan pada penelitian ini, peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya muatan pelajaran IPA sub tema Tubuh Manusia agar pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat.

2. Bagi Guru

Guru sebagai pengendali proses pembelajaran harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, mampu mengembangkan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dengan menerapkan model, strategi, maupun teknik pembelajaran yang relevan dengan tema maupun muatan pelajaran yang diajarkan sehingga motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat.

3. Bagi Siswa

Para siswa hendaknya berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan menunjukkan sikap disiplin, tanggung jawab, antusias, keberanian, dan kerjasama dalam kegiatan kelompok sehingga motivasi dan prestasi belajarnya meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Dany Haryanto. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

E.Slavin, Robert. 2008. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media.

I.G.A.K Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jung, John. 1978. Understanding Human Motivation A Cognitif Upprouch. Long Bech: California State Univercity.

Paimin. 2014.”Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pecahan Kelas IV SD Negeri Sumorodukuh 1 Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Semester II Tahun Ajaran 2013/2014” Jurnal Pendidikan Puspita. Vol. XI No. 3 Desember 2015.

Raka Joni. 2008. Pendidikan IPA II. Ditjen Dikti, Depdikbud: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Suprijono, Agus.2009. Kooperatif Learning. Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.