PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT BANGUN DATAR SEDERHANA

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) KELAS VI SEMESTER I

SD NEGERI KARANGUDI 3 KECAMATAN NGRAMPAL

KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sugiyanti

SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen

 

ABSTRAK

Secara khusus tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar dilihat dari (1) Matematika (2) Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Subjek penelitian, siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran penelitian tindakan kelas Analisis kualitatif dengan metode alur, yaitu perbaikan Siklus 1 dan Siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas adalah, (1) Peningkatan motivasi dan prestasi belajar Kelas VI Semester I SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Prestasi belajar matematika, diamati dari indikator (a) kemampuan menyatakan tugas (b). kemampuan memberi contoh, (c) kemampuan menggunakan, dan memilih prosedur tertentu. (2) Pembelajaran Kooperatif. Sebelum tindakan penelitian, prestasi belajar siswa diperoleh melalui latihan-latihan. Kesimpulan hasil penelitian nilai Siklus I rata-rata 60,75 yang belum tuntas 22% kemudian diadakan perbaikan Siklus II menjadi rata-rata nilai 80,10 yang belum tuntas 0% dengan demikian, meningkat semua tuntas 100%.

Kata Kunci: Motivasi dan Prestasi Belajar dan Pembelajaran Kooperatif.

 

PENDAHULUAN

 Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan. Belajar matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan `sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam `melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil prestasi belajar siswa memuaskan.

 Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal pada mata pelajaran Matematika menurun dan terlihat kurang bergairah dan kurang antusias dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil refleksi awal diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan lingkungan yang ada, lingkungan belajar yang kurang bersih mengakibatkan belajar kurang nyaman keterangan guru tidak diterima oleh siswa dengan sempurna, disamping itu juga penerapan metode pembelajaran yang digunakan guru selama ini, tidak memotivasi siswa dalam belajar, bahkan siswa cenderung dengan kegiatannya sendiri, ada yang tidur, melamun bahkan ada yang berbicara sendiri disaat guru menerangkan mata pelajaran. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran matematika. Dari refleksi awal didapat data sebagai berikut: sebanyak 67% (16 orang) siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 70% (17 orang) siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 65% siswa mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif oleh guru dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi matematika.        

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000)

 Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung sifat-sifat bangun datar.

 Adapun tujuan penelitian ini adalah Peningkatan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI Kecamatan Ngrampal mata pelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah:

1.     a). Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dengan melalui refleksi diri penulis. Mengetahui kesulitan dan kekurangan dalam proses pembelajaran.

2.     b). Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran Matematika siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen pada materi menghitung sifat-sifat bangun datar.

3.     Hasil penelitian ini ada dua manfaat antara lain diharapkan dapat bermanfaat, bagi:

a.     Menambah wawasan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika.

b.     Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

c.     Sebagai bahan perbandingan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas. d). Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

d.     Untuk meningkatkan penggunaan media yang menarik untuk anak.

e.     Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pemilihan strategi pembelajaran.

LANDASAN TEORI

 Motivasi menurut Mc. Donald (Sardiman, 2014:73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Bottom of FormDengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.

 Dalam A.M. Sardiman (2014:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

 Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

 Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini diukur dari hasil tes ulangan harian

 Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SD Negeri Karangudi 3. Kita menyimpulkan bahwa pembelajaran di SD Negeri Karangudi 3 cenderung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).

Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nurhadi, 2000).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).

Pembelajaran Kooperatif

 Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja sama dalam kelompok belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).

 Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

 Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

 Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):

1.     Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2.     Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3.     Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4.     Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar untuk menghargai satu sama lain.

 Tujuannya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).

 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

 Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Secara singkat langkah model pembelajaran kooperatif adalah (Nasoetion, dkk., 2002):

 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

 STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD (Student Team Achievement Division), juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).

 Pengetesan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan.

 Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian harian, mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu.

Hakekat Matematika

 Dengan mengetahui obyek penelaahan matematika, kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat diketahui juga cara berfikir matematika oleh E.T. Ruseffendi (1980:148) mengungkapkan: Matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu: Aritmatika, Aljabar, Geometri dan Analisa. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain. Hudojo (1988:97) mengungkapkan bahwa apabila matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan-hubungan maka simbol-simbol formal diperlukan untuk menyertai himpunan benda-benda atau obyek-obyek. Simbol-simbol ini sangat penting dalam membentuk memanipulasi aturan yang beroperasi di dalam struktur-struktur. Pemahaman terhadap struktur-struktur dan proses simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi dan dari komunikasi ini kita mendapatkan informasi. Dari informasi ini dapat membentuk konsep baru. Dengan demikian hakekat matematika adalah hal-hal yang berhubungan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungannya diatur menurut aturan yang logis.

Kerangka Pikir

 Salah satu cara yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah memanfaatkan objek langsung, yaitu menggunakan alat peraga matematika khususnya bangun datar dan dibutuhkan suatu kompetensi dari guru dalam menciptakan alat peraga tersebut lebih menarik. Guru menghitung sifat-sifat bangun datar dengan menggunakan alat peraga. Pelajaran pertama diharapkan guru menjelaskan cara menghitung sifat-sifat bangun datar yang benar.

Hipotesis Penelitian

 Menurut Suharsini Arikunto (2010:62) mengemukakan “hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan sekurang-kurangnya mengandung dua variabel atau lebih”. Berdasarkan konsep tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian menurut Sugiyanto (1994:3) yaitu sebagai berikut” Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap kondisi di mana pembelajaran dilakukan”. Hail ini berarti penelitian tindakan kelas dapat dilakukan, baik secara kelompok maupun pribadi. Menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) ini dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen tahun 2018/2019.

METODE PENELITIAN

 Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif antara peneliti dengan guru lain. Dalam hal ini peneliti akan melakukan tindakan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

 Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak-anak siswa SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen berjumlah 20 anak laki-laki 12 anak dan perempuan 8 anak.

 Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Karangudi 3 Kelas VI, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Siklus I pertemuan ke-1 pada hari Selasa, 07 Agustus 2018 dan pertemuan ke-2 pada hari Sabtu, 11 Agustus 2018. Sedangkan Siklus II pertemuan ke-1 pada hari Selasa, 11 September 2018 dan pertemuan ke-2 pada hari Sabtu, 15 September 2018. Selama pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II timbul hal-hal yang unik sebagai berikut:

Siklus I

a). Siswa kelihatan diam, suasana kelas hening dan lebih tenang dari hari biasanya, karena di dalam kelas terdapat 2 orang guru atau penyampaian materi dan teman sejawat. b). Siswa heran melihat guru membawa tas besar, yang hari sebelumnya belum pernah membawa dalam materi pelajaran Matematika.

Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 11 September 2018

a). Suasana menjadi rileks, tidak seperti biasa suasananya ramai. b). Timbul rasa kegembiraan bagi siswa yang terbaik.

 Apabila digambarkan melalui alur, maka dapat penulis gambarkan sebagai berikut: (Supardi-Suharjono, 2012: 86). Tahap perencanaan (Planning) tindakan, pelaksanaan (Acting) tindakan, pengamatan (Observing) tindakan, dan refleksi (Reflekcting) terhadap tindakan yang telah dilakukan.

 Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data (Suharsini Arikunto, 2010:175). Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.

Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk melihat hasil sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran (Supardi, 2012:127). Keuntungan dari teknik observasi ini adalah: (1) Banyak gejala yang dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat. (2) Banyak obyek yang dalam memberikan bantuan data hanya bersedia dengan diobservasi. (3)Kejadian yang serempak dapat diamati secara serempak juga.(4) Observer tidak tergantung pada self report. (5) Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain.

Teknik pengumpulan dengan dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan dari dokumentasi yaitu biasanya murah, waktu dan tenaga lebih efisien (Usman dan Akbar, 2006:73).

 Instrumen penelitian adalah sebagai alat pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang empiris sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan peneliti yaitu lembar observasi.

 Menurut Patton dalam Moleong (1989:112) analisis data adalah sebagai suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan analisis data adalah suatu upaya untuk menata secara sistematis data hasil observasi, wawancara dan lain sebagainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya dalam bentuk suatu temuan (Sayuti, 2000:50).

 Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk menafsirkan data yang sudah diperoleh sehingga peneliti dapat menemukan makna dari data dalam penelitian. Dalam penelitian ini data yang didapat dari siklus 1 menjadi acuan dalam pengembangan siklus 2. Jika siklus 1 belum ada peningkatan yang berarti perlu diadakan perencanaan tindakan ulang, begitu selanjutnya sehingga didapat peningkatan yang berarti dalam kemampuan anak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, maka setelah mengoreksi hasil evaluasi akhir ditampilkan dalam bentuk tabel nilai dalam bentuk rekapitulasi dari Siklus I dan Siklus II. Dari data nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa yang telah menguasai materi lebih dari 75% adalah 9 siswa dari 20 anak = 45%.

Dibandingkan dengan nilai sebelum diadakan perbaikan sudah meningkat, sebab sebelum perbaikan siswa yang menguasai materi pelajaran lebih dari 75% hanya 5 anak dari 20 siswa = 25%. Dari hasil prestasi siswa pada siklus I tersebut, belum memuaskan, maka masih perlu adanya perbaikan untuk siklus II. Dari data nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa yang telah menguasai materi lebih dari 75% adalah 15 siswa dari 20 anak = 75%.

Setelah siklus I ada perbaikan maka siklus II ada peningkatan, sebab pada perbaikan siklus I siswa yang menguasai materi pelajaran lebih dari 75% hanya 9 anak dari 20 siswa = 45% pada siklus II adalah 15 siswa dari 20 siswa = 75%.

Klasifikasikan A: adalah kelompok anak yang mendapat nilai 9 – 10.

Klasifikasikan B: adalah kelompok anak yang mendapat nilai 7 – 8.

Klasifikasikan C: adalah kelompok anak yang mendapat nilai 6 ke bawah

Siklus I

 Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran di sertai dengan alat peraga kubus dan balok, para siswa semangat dalam mengikuti pelajaran. Dilihat dari tabel pengolahan data nilai yang di dapat siswa sesudah di laksanakan perbaikan pembelajaran naik, berarti dengan penggunaan alat peraga kubus dan balok dalam menghitung sifat-sifat bangun datar pada mata pelajaran matematika Kelas VI SD Negeri Karangudi 3 meningkat. Hal ini dapat di tunjukkan dengan adanya sebelum perbaikan pembelajaran (siklus I) yang mendapat nilai 8- 10 hanya 9 anak , sedangkan setelah diadakan perbaikan pembelajaran (siklus II) yang mendapat nilai 8-10 sebanyak 15 anak. Yang mendapat nilai 7 kebawah sebelum pembelajaran (siklus I) adalah 11 anak, tapi setelah diadakan perbaikan pembelajaran (siklus II) adalah 5 anak. Dengan melihat hasil prestasi siswa yang sudah mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan sebelum perbaikan, ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kubus dan balok maka siswa sangat aktif dalam menerima pelajaran.

Refleksi

Dengan memperhatikan hasil perbaikan siklus I tingkat penguasaan materi pelajaran melebihi 75% baru mencapai 9 anak, sehingga pada perbaikan siklus I ini belum tuntas, oleh karena itu penulis minta bantuan teman sejawat mencari jalan keluar untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

Siklus II

 Pada pembelajaran siklus II ini ternyata sudah ada peningkatan prestasi  siswa bila dibandingkan dengan hasil test pada perbaikan pembelajaran siklus I. Yang mendapat nilai 8 – 10 sebanyak 15 anak dari 20 siswa. Yang mendapat nilai 6 – 7 sebanyak 5 anak dari 20 siswa. Yang mendapat nilai 5 ke bawah hanya 0 anak dari 20 siswa.

 Dengan hasil prestasi telah mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II , dengan menerapkan alat peraga kubus dan balok dapat mendorong ke aktifan siswa serta menyenangkan dalam pembelajaran, khususnya materi menghitung sifat-sifat bangun datar pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019.

Refleksi

Dengan memperhatikan prestasi siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II ternyata sudah mencapai 80% dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran, maka penulis minta bantuan teman sejawat untuk mengevaluasi perbaikan pembelajaran pada siklus II.

 Dari hasil diskusi penulis dengan teman sejawat, bahwa penggunaan alat peraga kubus dan balok pada mata pelajaran Matematika kelas SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

 

 

Pembahasan

 Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat , pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini di tunjukkan dengan adanya keberhasilan mengajar dengan menggunakan alat peraga kubus dan balok, siswa dapat menguasai materi pelajaran lebih dari 80% ke atas. Perbaikan yang terjadi dalam pembelajaran adalah penyampaian materi , bahwa guru sudah menggunakan alat peraga kubus dan balok yang sesuai.

Bila pembelajaran tersebut dinyatakan dalam bentuk presen adalah sebagai berikut:

Sebelum perbaikan nilai matematika Kelas VI SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen. Siswa yang penguasaan materi lebih dari 75% adalah 2 anak = 10%

1.     Siswa yang penguasaan materi 60-74% adalah 9 anak = 45%

2.     Siswa yang penguasaan materi 60% ke bawah adalah 9 anak = 45%

3.     Presentase nilai Matematika pada siklus I:

4.     Siswa yang penguasaan materi lebih dari 75% adalah 2 anak = 10%

5.     Siswa yang penguasaan materi 60-75% adalah 10 anak = 50%

6.     Siswa yang penguasaan materi 60% ke bawah adalah 8 anak = 40%

 Nilai perbaikan pada siklus II:

 1. Siswa yang penguasaan materi lebih dari 75% adalah 15 anak = 75%

 2. Siswa yang penguasaan materi 60 – 75% adalah 5 anak = 25%

 3. Siswa yang penguasaan materi 60% ke bawah adalah 0 anak = 0%

Perbaikan pembelajaran Matematika di Kelas VI SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen adalah

1.     Dalam menyampaikan materi, guru tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi beberapa metode yang dipakai.

2.     Guru mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran.

3.     Guru memotivasi partisipasi siswa untuk melaksanakan tugas – tugas dari Kepala Sekolah.

4.     Dengan adanya perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) tersebut, siswa ternyata menjadi tambah bersemangat dan akif dalam memperhatikan penjelasan guru dengan materi pembelajaran menghitung sifat-sifat bangun datar.

5.     Guru menggunakan alat peraga bermacam-macam bentuk kubus dan balok

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan:

1.     Siswa lebih berperan aktif dalam memperhatikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

2.     Dapat menumbuhkan daya kreativitas siswa yang menarik.

3.     Siswa merasa senang dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

4.     Prestasi belajar siswa dapat meningkat, karena menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

5.     Penggunaan alat peraga sesuai dengan materi yang diajarkan.

 Oleh karena itu kesimpulan akhir dari hal tersebut adalah bahwa, dengan penggunaan alat peraga kubus dan balok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghitung sifat-sifat bangun datar pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Kelas VI SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.

Saran – saran

 Berdasarkan kesimpulan diatas, hal – hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menghitung sifat-sifat bangun datar pada mata pelajaran matematika Kelas VI di SD Negeri Karangudi 3 Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. maka perlu penulis sampaikan beberapa saran dan tindak lanjut sebagai berikut:

1.     Kepada rekan – rekan guru sejawat.

  1. Hendaknya dengan membaca laporan ini dapat mengambil pelajaran untuk meningkatkan kinerjanya sebagai pendidik.
  2. Sering melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam pembelajaran.

2.     Kepada Kepala Sekolah. Bagi sekolah yang gurunya melakukan tindakan kelas, hendaknya Kepala Sekolah dapat memotivasi guru yang lain, sehingga diharapkan dapat mewujudkan peningkatan mutu pendidikan di sekolah pada umumnya.

3.     Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Ngrampal. Sebagai pemegang kebijakan pendidikan ditingkat Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen agar dapat memimpin terhadap para guru untuk terbentuknya Kelompok Kerja Guru, agar dalam Kelompok Kerja Guru tersebut guru dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman untuk menumbuhkan berbagai bentuk inovasi dalam pembelajaran sehari – hari.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Usman, Rochiati, Wiria. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Adiawan, M, Cholik dan Sugiono. 2003. Matematika Untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsini, 2010. Prosedur Penerimaan Suatu Pendekatan Praktek.         Penerbit: Rineka Cipta Jakarta.

Aminuddin, 1989 Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung:    Penerbit: PT.     Remaja Rosdakarya

Djumanta, Wahyudi. 1994. Matematika Untuk SD Kelas VI. Jakarta: Multi Trust.