PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA MATERI TOKOH WAYANG PANDAWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONTRASI BERBANTUAN MEDIA WAYANG KARDUS PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI SRAGEN 15

KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Christina Supartinah

SD Negeri Sragen 15

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkam motivasi dan prestasi belajar Bahasa Jawa dengan metode Demonstrasi dengan media Wayang Kardus pada Siswa kelas IV semester I di SD Negeri Sragen 15 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Data dikumpulkan melalui data primer (hasil tes atau ulangan), dan data sekunder (pengamatan berperan dari guru kolaborator). Analisis data dilaksanakan sebelum di lapangan dan selama di lapangan. Adapun tindakan dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Masing-masing siklus melalui 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Bahasa Jawa dengan metode Demonstrasi dengan media wayang kardus dalam kompetensi dasar Menceritakan tokoh wayang pandhawa pada siswa Kelas IV semester I di SD Negeri Sragen 15 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018 dapat dikategorikan baik serta dapat menerima hipotesis penelitian. Hal ini didasarkan pada peningkatan 15% perolehan skor motivasi belajar pada pra siklus sebesar 82% menjadi 97% pada siklus 2. Sedangkan skor prestasi belajar mengalami peningkatan 32% dari 53% anak tuntas pada prasiklus, menjadi 85% anak tuntas pada siklus 2.

Kata kunci: Motivasi, prestasi, wayang, pandawa.

 

PENDAHULUAN

Pelajaran Bahasa Jawa dianggap sangat sulit dengan alasan harus memakai unggah-ungguh, mengenal budaya seperti wayang dan lain sebagainya apalagi dalam pembelajaran masih menggunakan cara kuno yaitu dengan hanya menggunakan metode ceramah saja, peneliti beranggapan bahwa metode ceramah sangat sederhana hemat dalam menggunakan waktu dan alat. Pembelajaran yang hanya menggunakan meteode ceramah saja menjadikan siswa terkesan pasip, kecil peluang bagi siswa untuk berpikir kreatif dan inofatif karena mereka terpaksa mengikuti jalan pikiran guru dalam kondisi seperti ini siswa cepat melupakan apa yang diberikan dan pembelajaran menjadi menjemukan.

Berdasarkan hasil belajar Bahasa Jawa SDN Sragen 15, Sragen, Sragen pada semester I tahun 2017/2018 yang ternyata rendah maka perlu diupayakan peningkatan hasil belajar agar semua siswa kelas IV dalam mata pelajaran BahasaJawa nilaianya minimal bisa mencapai nilai 65. Karena 65 adalah KKM mata pelajaran Bahasa Jawa yang sudah ditetapkan pada awal tahun pembelajaran 2017/2018.

Berawal dari kondisi guru kelas IV SDN Sragen 15, Sragen, Sragen yang masih menggunakan cara yang lama yaitu yang hanya menggunakan metode ceramah saja maka dirasa perlu memperbaiki proses pembelajaran dengan cara menerapkan Metode Demontrasi dengan media wayang kardus merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran. Dengan Metode Demontrasi dengan media wayang kerdus ini siswa mempunyai motivasi, daya ingat yang kuat, jiwa kemandirian dalam belajar, serta menumbuhkan daya kreatifitas sehingga hasil belajar bisa meningkat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah: (1) Apakah Metode Demontrasi dengan media wayang kardus dapat meningkatkan Motivasi dan prestasi belajar siswa? (2) Bagaimana Metode Demontrasi dengan media wayang kardus dapat meningkatkan Motivasi belajar siswa? (3) Bagaimana Metode Demontrasi dengan media wayang kardus dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar menceritakan tokoh wayang pandhawa?

 Tujuan penelitian meliputi: (1) Untuk mengetahui besarnya motivasi belajar pada pembelajaran Bahasa Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 15, Sragen, Kabupaten Sragen. (2) Utuk mengetahui besarnya prestasi belajar Bahasa Jawa pada siawa kelas IV SD Negeri Sragen 15, Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.

KAJIAN TEORI

Hakekat Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003) 28 mei 2015.

Sedangkan Imam Badawi dikutip makmuroh ( 2009:20) mengartikan motivasi adalah tingkah laku atau tindakan yang bersifat lahiriyah seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang hendak dicapai dan juga dikatakan motivasi adalah faktor psikis ysng bersifat non intelektual dan peranannya untuk menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Makmuroh dalam (Sardiman, 2009: 20).

Menurut WS. Winkel dalam Makmuroh (2009:20) mengartikan Motivasi adalah daya penggerak tindakan dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dei tercapainya tujuan demi encaPaitujuan. Sedangkan motivasi dapat diartikan sebagai pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu (Morgan ibid, 2009:20)

Dari uraian di atas motivasi adalah dorongan atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Motivasi belajar berasal dari kata: “Motivasi” dan “belajar”. Motivasi diartikan sebagai pendorong atau penarik. Ibid dalam Sardiman (2009:21).

Belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.( Chaplin ibid, 2009:21). Jadi motivasi belajar berarti pendorong atau penarik sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.

Menurut Makmuroh dalam Sardiman AM (2009:22) mengatakan bahwa adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dalam arti bahwa adanya motivasi, maka seorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik.Jadi intensitas motivasi seorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau penarik yang menyebabkan siswa mau belajar.

Memang sering kali sangat sulit untuk menentukan bahwa suatu sebab dari individu. Namun dalam kenyatan memang ada tindakan manusia yang jelas tidak disebabkan oleh suatu rangsangan dari luar individu. Dengan kata lain ,hubungan antara faktor luar dan faktor dalam di dala suatu tindakan digerakkan olen motiv eksternal atau intrinsik dapat dilihat dari hubungn timbal balik antara faktor dalam faktor luar.

Prestasi Belajar

 Prestasi merupakan hasil yang didapat oleh seseorang setelah melakukan kegiatam. “ Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai” (Winkel, 2000: 15). Menurut Pasaribu dan Simanjuntak “Achievement (prestasi) adalah isi dari kapasitas seseorang, yang dimaksud di sini ialah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau latihan tertentu” (Pasaribu dan Simanjuntak, 2000: 85). Dari ungkapan tersebut jelaslah bahwa prestasi akan terjadi, setelah adanya kegiatan tertentu.

 Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai, melalui kete laman yang dilakukan dan menghasilkan perubahan dalam mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu.

Winkel (1984:162) menyatakan bahwa: prestasi merupakan bukti adanya Keberhasilan yang dicapai”. Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil atau bukti keberhasilan yang dicaPaimelalui usaha. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang dicaPaisiswa dari usaha belajar.

 Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (2002:107) sebagai berikut: “ a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental; b. factor dari dalam, meliputi: fisiologis, psikologis, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.”

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses adaptasi prilaku dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang diperolehnya melalui lingkungan di sekitarnya sehingga peserta didik dapat mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati maupun yang ia lakukan.

Pengertian Belajar

Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yang mengatakan bahwa “ belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara dinamis dan membekas “ (winkel, 2001: 36). Lebih lanjut dinyatrakan bahwa “ belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari prestasi dan perilaku termasuk juga perbaikan perilaku “ (Oemar Hamalik, 2000: 45).

Menurut Syah (2006:68) mendefinisikan belajar secara kualitatif merupakan suatu proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling seorang pelajar. Menurut Skinner dalam Sagala (2003:14) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, gila dan sebagainya).”

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting di antaranya ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar terpenting adalah: (1) Perubahan itu Intensional (2) Perubahan itu positif dan aktif. (3) Perubahan itu efektif dan fungsional.

Bahasa Jawa

Pelajaran Bahasa Jawa di SD berdasarkan kurikulum 2006 dengan berdasarkan SK Gubernur No.423.5/5/2010, diberikan karena aspek ketrampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pembelajaran tersebut akan diberikan pelajaran mendengarkan berbicara dan model pembelajarannya.Sebetulnya pembelajaran bahasa adalah pelajaran bergaul,maka dari itu pembelajaran bahasa yang menggunakan “pendekatan fungsional komunikatif”diharapkan dapat meningkatkan kecakapan siswa dalam bergaul di keluarga,sekolah, dan masyarakat menggunakan Bahasa Jawa dengan benar. Maka dari itu pembelajaran Bahasa Jawa di SD untuk mengadakan kecakapan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Jawa, baik bahasa lisan maupun tulis.

Sarasehan International Budaya di Surakarta tanggal 28-29 November 1986 menyimpulkan bahwa “masang kekenthelan dudupan tumprap Paitaning budaya Jawa kang adiluhung,metafisik, religious, dhinamis, lan modern.”

Disambung dengan pernyataan Ir.Sujamto dalam bukunya Reorientasi dan Revitalisasi pandangan hidup jawa,1992 bahwa wawasan budaya Jawa yang religious, nondhoktriner, toleran , akomodhatif dan optimistic. Diterapkan dengan beberapa metodelogy, technies, and approaches. ( Rama Sudi Yatmana,2012)

Usaha pembelajaran Basa Jawa perlu kesungguhan didalam upaya melestarikan budaya Bangsa yang tidak dapat dihitung nilainya. Pembelajaran Bahasa Jawa sebagai sarana untuk menanamkan watak, budi pekerti, jatidiri dan lain-lain, utamanyamenerapkan unggah ungguh di kalangan masyarakat (bebrayan agung) juga punya kewajiban pokok didalam mengembangkan watak, dan budi pekerti bangsa.

Pelajaran Bahasa Jawa diharapkan dapat membantu siswa tahu jatidirinya, kanan kirinya,atau lingkungannya dalam menerapkan tatakrama, menjunjung Bangsanya sendiri, sehingga mampu mengemukakan gagasan dan rasa, bergaul di masyarakat, bisa mengenyam kepandaiannya, menilai, dan mengeluarkan gagasan pribadinya.

Metode Demontrasi

Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu ”metha” dan ”hodos”. Metha adalah melalui, hodos adalah jalan atau cara, jadi metode adalah jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai tujuan. Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Metode menurut Abdul Aziz dan Abdul Majid: “Kata metode belajar mempunyai dua arti dalam arti sempit, metode adalah cara menyampaikan pengetahuan, sedang arti yang lebih luas yaitu cara memperoleh pengetahuan, informasi, kebebasan berfikir dan sebagainya.

Kerangka Berfikir

Dalam pembelaran Bahasa Jawa terdapat tujuan-tujuan yang tidak bisa tercapai dengan menggunakan satu metode saja atau satu alat peraga, yang terkesan monoton dan membosankan bagi siswa. Sehingga pembelajaran tidak bergairah dan hasil belajar menjadi rendah. Tetapi perlu adanya penggunaan Alat Media yang bervariasi diantaranya dengan penggunaan Metode Demontrasi dengan media wayang kardus sebagai alternatif dalam pembelajaran Bahasa Jawa. Alat Media ini akan membuat proses belajar mengajar menjadi berkesan dan tak terlupakan. Gerakan fisik yang menggunakan alat Media Metode Demontrasi dengan media wayang kerdusini membuat siswa dituntut untuk aktif, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan hasil belajar meningkat.

Berdasarkan analisa ini diduga dengan penggunaan alat Media Metode Demontrasi dengan media wayang kerdusini dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Jawa dalam pokok bahasan Menceritakan tokoh pandhawa dalam pewayangan Kelas IV SDN Sragen 15 Sragen Kabupaten Sragen pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: “Penggunaan metode Demontrasi dengan media wayang kardus dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Jawa siswa kelas IV SDN Sragen 15, Sragen Kabupaten Sragen pada semester I tahun pelajaran 2017/2018.”

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan mulai bulan Januari sampai Juni 2017. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas yang diajar oleh peneliti, yaitu di SDN Sragen 15, Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen, yang dilakukan pada peserta didik Kelas IV (empat) pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. Subyek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas IV SDN Sragen 15 , Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen yang berjumlah 31 siswa, yang terdiri dari siswa perempuan 13 dan siswa lak-laki 18.

 

Sumber Data

Dalam penelitian ini, peneliti dalam mengambil data melalui sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung diperoleh dari subyek (siswa kelas IVSDN Sragen 15 , Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ). Adapun data yang diperoleh berupa: (1) Data Primer, (2) Data Skunder.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini teknik pengumpulan data berbentuk: (1) Teknik Tes, (2) Non Tes yang berupa: a) Observasi, b) Wawancara.

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas tergantung pada teknik yang digunakan: (1) Teknik tes, alatnya berbentuk butir-butir soal, (2) Teknik non tes, alatnya berbentuk pedoman dan lembar obsevasi, pedoman dan lembar wawancara.

Indikator Kerja

Penelitian ini dikategorikan berhasil apabila memenuhi indikator indikator berikut:

1.      Hasil pengamatan terhadap motivasi belajar anak menunjukkan >­­= 64% anak telah memperoleh nilai tuntas

2.      Hasil prestasi belajar anak menunjukkan >= 65% anak telah memperoleh nilai tuntas.

3.      Motivasi belajar sekurang-kurangnya nilai BAIK.

Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Adapun Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini harus melalui 4 tahapan utama dalam setiap siklusnya. Empat tahapan utama tersebut sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal ditengarai dari perolehan nilai Mata pelajaran Bahasa Jawa, untuk materi semester I yang telah diterima siswa sebelum guru menggunakan metode Demontrasi dengan media wayang kardus kemudian dievaluasi melalui ulangan blok hasilnya 25 siswa dari 31 siswa belum tuntas dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) = 60%.

Deskripsi Hasil Siklus I

Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat dari hasil analisis data, lembar observasi dan Tes. Adapun data hasil penelitian antara lain: Hasil belajar siswa yang diperoleh dari nila pre-test dan post-test berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum diadakan tindak kelas adalah sebesar 47% siswa memperoleh hasil belajar tergolong kurang baik, 29% siswa tergolong kategori cukup baik, 18% siswa tergolong kategori baik, sedangkan yang tergolong sangat baik sebanyak 6%. Setelah diadaka tindakan kelas, ternyata prestasi belajar siswa mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari hasil setelah siklus1 yang menunjukkan bahwa 12% siswa memperoleh hasil hasil belajar tergolong kategori sangat baik, berarti ada peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan sebelu siklus 1 26% siswa tergolong baik, berarti ada pengingkatan 8% dibandingkan dengan sesudah siklus 1 26% tergolong kategori cukup baik, berarti ada peningkatan 3% dibandingkan dengan hasil sebelum siklus 1, dan 26% siswa tergolong kategori kurang baik, berarti ada penurunan sebesar 21% dibandingkan dengan sebelum siklus 1. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada Siklus I ini sebesar 64%.

Deskripsi Hasil Siklus II

Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisis data, lembar observasi dan Tes. Adapun data hasil penelitian antara lain:

Berdasarkan laporan pengamatan, diketahui bahwa hasil belajar siswa siklus 1 adalah sebesar 26% siswa memperoleh hasil belajar tergolong kurang baik, 26% siswa tergolong kategori cukup baik, 26% siswa tergolong kategori baik, sedangkan yang tergolong sangat baik sebanyak 12%. Setelah diadaka tindakan kelas, ternyata prestasi belajar siswa mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Post-Test yang menunjukkan bahwa 25% siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori sangat baik, berarti ada peningkatan sebesar 13% dibandingkan dengan Pre-Test, 48% siswa tergolong baik, berarti ada pengingkatan 22% dibandingkan dengan Pre-Test, 12% tergolong kategori cukup baik, berarti ada peningkatan 14% dibandingkan dengan hasil Pre-Test, dan 9% siswa tergolong kategori kurang baik, berarti ada penurunan sebesar 17% dibandingkan dengan Pre-Test. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada Siklus II ini sebesar 66%.

Hasil pengamatan/observasi pada Siklus II terhadap motivasi siswa dan kerja sama siswa sebagai berikut: Hasil pengamatan motivasi siswa dengan menggunakan Metode Demontrasi dengan media wayang karduspada Mata pelajaran Bahasa Jawa terhadap materi Menceritakan sifst-sifat tokoh satria dalam pewayangan diperoleh hasil pada Siklus II sebesar 3,5% siswa tergolong tidak pernah termotivasi, 10,7% siswa tergolong jarang termotivasi, 64,3% siswa tergolong sering termotivasi, dan 15,5% siswa selalu termotivasi.

Pembahasan Siklus I dan Siklus II

Nilai rata-rata motivasi siswa pada Siklus I sebesar 5,7% siswa tergolong tidak pernah termotivasi, 22,7% siswa tergolong jarang termotivasi, 58% siswa tergolong sering termotivasi, dan 13,6% siswa selalu termotivasi. Sedangkan pada Siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa sebesar 3,5% siswa tergolong tidak pernah termotivasi berarti ada penurunan sebesar 2,2% dibandingkan dengan Siklus I, 10,7% siswa tergolong jarang termotivasi berarti ada penurunan sebesar 12% dibandingkan dengan Siklus I, 64,3% siswa tergolong sering termotivasi berarti ada peningkatan 6,3% dibandingan dengan Siklus I, dan 15,5% siswa selalu termotivasi berarti ada peningkatan 1,9% dibandingkan dengan Siklus I. Untuk nilai rata-rata kerja sama antar siswa pada Siklus I sebesar 1,6% siswa tergolong tidak pernah kerja sama, 12,3% siswa tergolong jarang kerja sama, 68,3% siswa tergolong sering kerja sama, dan 17,8% siswa tergolong selalu kerja sama. Sedangkan pada Siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kerja sama antar siswa sebesar 0,7% siswa tergolong tidak pernah kerja sama berarti ada penurunan sebesar 0,9% dibandingkan dengan Siklus I, 8,5% siswa tergolong jarang kerja sama berarti ada penurunan sebesar 3,8% dibandingkan dengan Siklus I, 70,8% siswa tergolong sering kerja sama berarti ada peningkatan sebesar 2,5% dibandingkan dengan Siklus I, dan 20% siswa tergolong selalu kerja sama berarti ada peningkatan sebesar 2,25% dibandingkan dengan Siklus I.

Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan pada Siklus I adalah menunjukkan bahwa 12% siswa memperoleh hasil hasil belajar tergolong kategori sangat baik, 26% siswa tergolong baik, 36% tergolong kategori cukup baik, 26% siswa tergolong kategori kurang baik. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada Siklus I ini sebesar 74%. Setelah diadakan tindakan Siklus II, ternyata prestasi belajar siswa mengalami perubahan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Post-Test yang menunjukkan bahwa 18% siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori sangat baik, berarti ada peningkatan sebesar 6% dibandingkan dengan Siklus I, 38% siswa tergolong baik, berarti ada pengingkatan 12% dibandingkan dengan Siklus I, 35% tergolong kategori cukup baik, dan 9% siswa tergolong kategori kurang baik, berarti ada penurunan sebesar 17% dibandingkan dengan Siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada Siklus II ini sebesar 91%.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1.   Pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan Metode Demontrasi dengan media wayang kaerdus Pandhawa dapat memberikan motivasi maksimal kepada siswa sehingga mereka bergairah dalam belajar.

2.   Pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan Metode Demontrasi dengan media wayang kaerdus Pandhawa dapat menumbuhkan kerja sama yang konstruktif antar siswa.

3.   Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Jawa dapat meningkat setelah menggunakan Metode Demontrasi dengan media wayang kardus.

Saran  

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1.   Dalam menyusun rencana pembelajaran, guru perlu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan Alat peraga yang bervariasi.

2.   Penggunaan alat peraga yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan keterampilan komunikasi, meningkatkan penguasaan materi, serta dapat meningkatkan konstribusi pribadi dan sosial.

3.   Metode pembelajaran Bahasa Jawa yang digunakan oleh guru hendaknya harus dapat mengubah perilaku siswa sehubungan dengan meningkatnya hasil belajar.

4.   Guru harus lebih selektif dalam menggunakan Alat peraga pembelajaran yang relevan yang bisa memotivasi siswa untuk mengembangkan kegairahan belajar siswa sehingga hasil akhir belajar lebih optimal.

5.   Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan guru dalam memilih metode pembelajaran yang dapat membangkitkan kemampuan siswa berfikir kritis dan kreatif dalam mengkaji masalah-masalah secara sistematis.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyono (2009). Cooperative learning. Teori dan aplikasi Paikem. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Bambang susila dkk. 2010. Kumpulan wayang. FPBS: Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewa Ketut Sukardi (1983), Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya, Usaha Nasional.

Makmuroh(2009) Skripsi dengan judul “Pengaruh Keramahan Guru terhadap Motivasi belajar Pendidikan Agama Islam Pada siswa Kelas VI SD Negeri Kaloran 1 Gemolong Sragen tahun Pelajaran 2008/2009”.

Masnur Muslich. (2007). KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara

Moleong L.J (2000), Metode Penelitian Kualitatif ,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad Joko Susilo. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muh Mukti. (2000). Wayang Sambung, FPBS: Universitas Negeri Yogyakarta

Mulyasa. (2006). Kurikulum yang Disempurnakan: Pengambangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rasdakarya

Rama Sudi Yatmana,(2012) Jagate wong jawa

Soeharto, Karti.( 2003). Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Slameto (1986), Bimbingan di Sekolah. Jakarta, Bina Aksara

Sri Mulyana(1979) Simbolisme dan Mistikisme Dalam Wayang

Sudjana Nana dan Rivai Ahmad, 1991. Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo:Bandung