Peningkatan Pemahaman Guru Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok
PENINGKATAN PEMAHAMAN GURU MADRASAH
DALAM MENYUSUN LEMBAR KERJA SISWA MELALUI PENERAPAN METODE diskusi kelompok di MGMP MA Se–KOTA SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Ibnu Sarjono
Kemenag Kota Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok Di MGMP Ma se–Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah. Subjek penelitian ini adalah KS dan Guru di Daerah Binaan MGMP Ma se–Kota Surakarta. Penelitian dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Januari 2017 sampai dengan bulan April 2017. Data dalam penelitian ini adalah dokumen, observasi dan tes. Teknik pengumpulan data adalah observasi, dan analisis dokumen. Sedangkan teknik analisis data adalah teknik analisis interaktif dari setiap siklus. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Program Pembinaan setelah tindakan adalah pada siklus I 62%, siklus II 71% dan siklus III 100%, sudah mencapai batas Indikator. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok di MGMP Ma se–Kota Surakarta dapat meningkatkan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai sebelum tindakan dengan sesudah tindakan selalu mengalami peningkatan secara signifikan.
Kata kunci: Pemahaman Guru, Lembar Kerja Siswa, Metode Diskusi Kelompok
PENDAHULUAN
Sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas, seorang guru perlu menyiapkan Lembar Kerja Siswa[LKS] dan perangkat pembelajaran lainnya yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Salah satunya Lembar Kerja Siswa[LKS] yang lengkap akan membantu guru dalam mengajar, dan membantu siswa dalam proses belajar. Suatu Lembar Kerja Siswa[LKS] ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Lembar kegiatan siswa atau sering disingkat dengan LKS yang dibuat oleh guru untuk membantu pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan bagian dari suatu Lembar Kerja Siswa[LKS]. Pengertian Lembar Kerja Siswa[LKS] adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Lembar Kerja Siswa[LKS] dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Sebagai bagian dari Lembar Kerja Siswa[LKS] maka lembar kegiatan siswa haruslah disusun secara sistematis sehingga mendukung terciptanya lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti khususnya pada evaluasi di akhir pembelajaran di sekolah-sekolah Daerah Binaan MGMP MA se–Kota Surakarta, yang peneliti laksanakan belum bisa menyusun LKS, bahkan tidak mempunyai bank soal atau LKS produk sendiri. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas Kemampuan dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas; 2004;18). Trianto (2008 :148) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah. Menurut pengertian di atas maka LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan Kemampuan dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah panduan kerja siswa untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran.
LKS bertujuan melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan, sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan KBM pembelajaran, membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis,membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran (Achmadi:1996:35)
Berangkat dari masalah di atas peneliti merasa tertantang untuk memperbaiki persiapan guru sebelum mengajar melalui refleksi atau perbaikan serta pembinaan dalam MGMP dan latihan-latihan penyusunan LKS. Dengan dilakukannya latihan-latihan secara berkelanjutan diharapkan kualitas LKS dapat meningkat dan dapat disusun oleh guru secara menyeluruh. Dan diharapkan peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan terutama dalam penyusunan LKS tepat dan mudah dipahami siswa sehingga pada akhir penelitian ini dapat dicapai nilai prestasi siswa yang meningkat.
Bunyi rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah melalui metode diskusi dan latihan dapat meningkatkan pemahaman guru-guru MA se–Kota Surakarta dalam menyusun Lembar Kerja Siswa[LKS]?†(2) Bagaimanakah Menerapkan Metode Diskusi Kelompok Di MGMP dalam Meningkatkan Pemahaman Guru Menyusun Lembar Kerja Siswa Di MGMP MA se–Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk menerapkan metode diskusi dan latihan dapat meningkatkan pemahaman guru-guru di MGMP MA se–Kota Surakarta dalam menyusun Lembar Kerja Siswa[LKS]. (2) untuk mengetahui Pemahaman Guru dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa Di MGMP MA se–Kota Surakarta melalui penerapan Metode Diskusi Kelompok Di MGMP Tahun Pelajaran 2016/2017?
Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru.
a. Memperluas pemahaman guru dalam menyusun Lembar Kerja Siswa[LKS].
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam menyusun Lembar Kerja Siswa[LKS].
c. Meningkatkan hasil pembelajaran yang disajikan kepada peserta didik.
e. Meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran, pendidikan dan pembimbingan.
2. Bagi Siswa.
a. Tujuan pembelajaran menjadi lebih jelas.
b. Dalam mempelajari materi pembelajaran menjadi lebih mudah.
c. Suasana belajar dapat diwujudkan secara lebih kondusif.
f. Ketenangan dan keceriaan hati dapat terjaga dan kepuasan belajar dapat lebih bisa diharapkan.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Memperjelas dan mempermudah pelaksanaan fungsi evaluasi dan supervisi terhadap proses dan hasil belajar.
b. Objek evaluasi dan supervisi menjadi lebih konkret dan objektif.
c. Mempermudah pemilihan dan penggunaan strategi, metode, teknik, dan pendekatan evaluasi serta supervisi terhadap pembelajaran.
d. Mempermudah penyusunan laporan hasil evaluasi dan supervisi sekaligus mempermudah perumusan dan penyusunan rencana tindak lanjut.
4. Bagi Pengawas Sekolah
a. Mempermudah pencapaian standar kelulusan.
b. Mempermudah monitoring pelaksanaan mutu pembelajaran.
c. Mempermudah penyusunan peta permasalahan pendidikan.
d. Mempermudah pengolahan hasil pelaksanan pembelajaran.
e. Mempermudah penyusunan rencana tindak lanjut dan penentuan metode pembenahannya.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Tentang Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608). Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Metode Latihan
Pengertian Metode Latihan Terbimbing Definisi Kelebihan dan Kekurangan Menurut Para Ahli – Menurut Roestiyah (2001), metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana guru melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar guru memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Menurut Sagala (2003) Metode latihan(drill) atau metode training merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode latihan biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa: Memiliki keterampilan motoris/gerak: seperti meghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/ mempergunakan suatu benda, mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungang mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya dan memiliki kemampuan menghubungkan sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat banyak hujan banjir, penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain (Roestiyah, 2001).
Diskusi Musyawarah Guru Mata Pelajaran
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah bentuk kegiatan yang beranggotakan guru-guru kelas, dimana tujuan kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka sesuai kelas yang dipegang. Bentuk kegiatan MGMP bisa berupa diklat, simulasi, diskusi atau yang lainnya.
Kemudian diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang dilakukan secara bersama-sama. Diskusi kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. Artinya setiap anggota turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam memecahkan persoalan tersebut. Diskusi kelompok adalah suatu kegiatan belajar untuk memecahkan persoalan secara bersama-sama, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik. (Tabrani dan Daryani dalam Kasianto,2004)
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.
Lembar Kerja Siswa sebagai alat Penilaian
Penilaian adalah untuk mengetahui kemajuan siswa untuk keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar dan untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Secara khusus penilaian hasil belajar mengajar merupakan upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai siswa pada akhir setiap semester, akhir tahun ajaran atau pendidian SD (Udin S. Winataputra, 1998/1999 : 51).
Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok Di MGMP Ma se–Kota Surakarta Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017, yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika penelitian tindakan sekolah menerapkan Metode diskusi kelompok dan Latihan di MGMP diduga kemampuan guru di Di MA se–Kota Surakarta akan meningkat lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah guru-guru di MA se–Kota Surakarta. Dari 37 pendidik tersebar di berbagai MA se–Kota Surakarta memiliki siswa yang berlatar belakang bermacam-macam, 60 persen berasal dari keluarga buruh, 10 persen PNS, 20 persen peternak dan sisanya keluarga pedagang, pekerja pabrik dan pembantu rumah tangga.
Prestasi dalam belajar dan ekstra kurikuler peserta didik Daerah Binaan MGMP MA se–Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami dinamika pasang surut. Dalam bidang olah raga pernah menjuarai lomba sepak LCC, Macopat, dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI maupun dalam rangka pekan olah raga Kecamatan. Begitu juga halnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan seni, MGMP Daerah Binaan MGMP MA se–Kota Surakarta pernah menjuari lomba baca Alquran, Voly Bal, dan seni Beladiri.
Penelitian ini dilaksanakan sepanjang kurun waktu semester Genap tahun pelajaran 2016/2017. Persiapan penelitian dilaksnakan pada bulan Februari 2017. Tindakan sebanyak 3 siklus dilaksanakan pada bulan Februari 2017, Maret 2017 dan April 2017. Analisis data dan penulisan laporan dikerjakan pada bulan Mei 2017, serta konsultasi, pengesahan dan pendokumentasian dilaksanakan pada bulan Juni 2017.
Waktu penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pengumpulan data dilakukan peneliti mulai bulan Februari – Mei 2017 karena berdasarkan pertimbangan didalam kalender akademik tahun ajaran 2016/2017 pada bulan tersebut adalah waktu pembelajaran efektif yang paling tepat untuk penelitian.
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Data tentang yakni (1) Penerapan Metode Diskusi Kelompok Di MGMP (2) Meningkatkan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa; dan (3) Dabin MGMP MA se–Kota Surakarta dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, dikumpulkan dengan metode pengamatan, dengan instrumen lembar pengamatan.
Metode Analisis Data
Semua data yang diperoleh, dianalisis dengan teknik statistik kuantitatif deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Data tentang metode diskusi kelompok di MGMP dan latihan, data mengenai kemampuan guru dalam menyusun LKS; dan data tentang keterampilan komunikasi guru dengan teman sejawat dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik diskor dengan skala penilaian sebagai berikut:
Skor 5 = setiap indikator dilaksanakan dengan sangat baik.
Skor 4 = setiap indikator dilaksanakan dengan baik.
Skor 3 = setiap indikator dilaksanakan dengan sedang
Skor 2 = setiap indikator dilaksnakan dengan jelek
Skor 1 = setiap indikator tidak dilaksananakan.
2. Semua data dicari rata-ratanya, dengan rumus penghitungan sebagai berikut:
Nilai tes merupakan hasil belajar kognitif, yang merupakan perbandingan antara hasil supervisi sebelum tindakan dengan hasil supervisi sesudah tindakan.
3. Dengan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 4 (kategori baik) kemudian dicari jumlah subjek yang mendapatkan skor rata-rata di atas 4 atau lebih.
4. Kemudian diadakan analisis hasil evaluasi dengan cara mencari skor Daya Serap subjek terhadap materi pembinaan, dengan rumus:
5. Kemudian diadakan rekapitulasi penghitungan ketiga variabel dari siklus I – III, untuk bahan menggambarkan peningkatan hasil tindakan dari siklus I ke siklus III.
Indikator Kinerja / Kriteria Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Penggunaan metode latihan dinyatakan berhasil apabila pada siklus III mencapai skor rata-rata 4 atau lebih dengan kualifikasi baik atau sangat baik.
2. Kemampuan guru dalam metode latihan dinyatakan berhasil apabila pada siklus III mencapai skor rata-rata 4 atau lebih dengan kualifikasi baik atau sangat baik.
3. Keterampilan komunikasi guru dengan teman sejawat dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik dinyatakan berhasil apabila pada siklus III mencapai skor rata-rata 4 atau lebih dengan kualifikasi baik atau sangat baik.
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian tindakan sekolah (PTS), yang dilaksanakan dalam beberapa rangkaian kegiatan tindakan yang dilaksanakan di Dabin MGMP MA se–Kota Surakarta.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian tindakan sekolah (PTS), yang dilaksanakan dalam beberapa rangkaian kegiatan tindakan yang dilaksanakan di Dabin MGMP MA se–Kota Surakarta. Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 3 siklus, dan setiap siklus terdiri dari empat pertemuan. Siklus tindakan didesain dengan empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Subjek penelitian ini adalah 37 orang guru di Dabin MGMP MA seKota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.
Deskripsi kondisi awal menunjukkan bahwa guru kurang memahami: (1) Lembar Kerja Siswa[LKS]; (2) fungsi Lembar Kerja Siswa[LKS]; (3) kategori sumber Lembar Kerja Siswa[LKS]; (4) tujuan penyusunan Lembar Kerja Siswa[LKS]; (5) manfaat penyusunan Lembar Kerja Siswa[LKS]; (6) cara menyusun petunjuk belajar dalam Lembar Kerja Siswa[LKS]; (7) cara menyusun Kemampuan yang akan dicapai dalam Lembar Kerja Siswa[LKS]; (8) cara menyusun isi / konten pembelajaran dalam Lembar Kerja Siswa[LKS]; (9) cara menyusun informasi pendukung dalam Lembar Kerja Siswa[LKS]; (10) cara menyusun latihan-latihan dalam Lembar Kerja Siswa[LKS]; (11) guru kurang mampu berkomunikasi /diskusi kelompok MGMP dan latihan secara inklusif dan objektif.
Serangkaian investigasi dan diskusi antara peneliti dan mitra kolaborasi menghasilkan informasi yang menunjukkan bahwa Kemampuan antarsesama guru secara inklusif dan objektif masih rendah terutama dalam penyusunan LKS, sebagain besar LKS membeli kepada pihak ke III.
Serangkaian upaya dikerjakan oleh peneliti dan mitra kolaborasi mencari cara-cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Akhirnya disepakati untuk mengadakan pembinaan melalui supervisi akademik, diskusi kelompok di MGMP dengan metode asasmen antarguru, yang hasilnya dilaporkan berikut ini.
Hasil Tindakan pada Siklus I
1. Hasil upaya peningkatan Kemampuan guru di Dabin MGMP MA seKota Surakarta dalam memahami dan menyusun Lembar Kerja Siswa[LKS] dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi berikut.
Nilai rerata hasil upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa baru menunjukkan skor 2,540 posisi ini masih jauh di bawah kriteria keberhasilan sebesar 4. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 9, dengan demikian daya serap menunjukkan angka 24,32%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa oleh guru-guru Di MGMP dalam pemahaman dan keterampilan guru melaksanakan penyusunan LKS pada siklus I belum mencapai hasil.
2. Hasil upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa secara kooperatif dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan berikut.
Nilai rerata hasil peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa secara kooperatif baru menunjukkan skor 2,540 posisi ini masih jauh di bawah kriteria keberhasilan sebesar 4. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 9, dengan demikian daya serap menunjukkan angka 24,32%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa bekerja secara kooperatif pada siklus I belum mencapai hasil.
3. Nilai instrumen dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam tabel hasil evaluasi pada lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan dalam tabel analisis hasil evaluasi berikut.
Nilai rerata hasil Pengembangan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa baru menunjukkan skor 2,540 posisi ini masih jauh di bawah kriteria keberhasilan sebesar 4. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 9, dengan demikian daya serap menunjukkan angka 24,32%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mengembangkan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa pada siklus I belum berjalan sebagaimana mestinya.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa dikarenakan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa pada siklus I belum berjalan sebagaimana mestinya, dan upaya peningkatan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa bekerja secara kooperatif belum mencapai hasil, maka menyebabkan upaya peningkatan Efektifitas Kegiatan Belajar Mengajar Di MGMP dalam pemahaman dan keterampilan guru dalam melaksanakan penyusunan LKS belum berhasil.
Hasil evaluasi pelaksanaan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa yang tertuang lampiran jelas menunjukkan bahwa pelaksanaan metode ini kurang diapresiasi oleh guru. Pada siklus II peneliti mengupayakan agar pelaksanaan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa dapat diparesiasi oleh guru, antara lain dengan cara (1) meningkatkan penjelasan mengenai pengertian dan manfaatnya penyusunan LKS; (2) menjelaskan langkah-langkahnya secara lebih sederhana dalam penyusunan LKS, dan (3) meningkatkan fasilitas pelaksanaannya agar lebih kondusif bagi semua guru.
Hasil Tindakan pada Siklus II
1. Hasil upaya peningkatan pemahaman dan keterampilan guru dalam melaksanakan penyusunan LKS pada siklus II dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan berikut.
Nilai rerata hasil upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa baru menunjukkan skor 3,378 posisi ini masih di bawah kriteria keberhasilan sebesar 4. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 16 orang, dengan demikian daya serap menunjukkan angka 43,24%. Semua skor tadi sudah menunjukkan peningkatan bila dibandingkan pada siklus I, walau masih di bawah kriteria keberhasilan.
2. Hasil upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa bekerja secara kooperatif pada siklus II dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi berikut.
Nilai rerata hasil peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa bekerja secara kooperatif pada siklus II menunjukkan skor 3,378. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 16 orang, dan daya serap menunjukkan angka 43,24%. Semua skor tersebut masih di bawah kriteria keberhasilan, namun sudah lebih baik bila dibandingkan pada siklus I.
3. Pelaksanaan diskusi dan latihan menysun LKS pada MGMP pada siklus II dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam tabel hasil evaluasi pada lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan berikut.
Nilai rerata hasil peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa bekerja secara kooperatif baru menunjukkan skor 3,378. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 16 orang, daya serap mencapai angka 43,24%. Semua skor sudah menunjukkan peningkatan bila dibanding pada siklus I, namun masih di bawah kriteria keberhasilan.
Hasil evaluasi pelaksanaan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa yang tertuang lampiran jelas menunjukkan bahwa pelaksanaan metode diskusi dan latihan di MGMP ini masih kurang diapresiasi oleh guru. Pada siklus III peneliti mengupayakan agar pelaksanaan peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa dapat diparesiasi oleh guru, antara lain dengan cara (1) lebih meningkatkan penjelasan mengenai pengertian dan manfaatnya; (2) lebih meningkatkan menjelaskan mengenai langkah-langkahnya, dan (3) lebih meningkatkan fasilitas pelaksanaannya agar makin kondusif bagi semua guru.
Hasil Tindakan pada Siklus III
1. Hasil upaya peningkatan pemahaman dan keterampilan guru dalam menyusun LKS dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan berikut.
Nilai rerata hasil upaya peningkatan kompetensi dalam pemahaman dan keterampilan guru dalam menyusun LKS baru menunjukkan skor 4,189 posisi ini sudah di atas kriteria keberhasilan sebesar 4. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 37, daya serap menunjukkan angka 100%.
2. Hasil upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis berikut.
Nilai rerata hasil peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa menunjukkan skor 4,189. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 37 orang, daya serap menunjukkan angka 100%.
3. Penyusunan LKS melalui diskusi kelompok MGMP dan latihan dilaporkan dalam bentuk hasil evaluasi yang tertuang dalam tabel hasil evaluasi pada lampiran, kemudian hasil evaluasi tersebut dianalisis dan dituangkan berikut.
Nilai rerata hasil peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa baru menunjukkan skor 4,189. Jumlah subjek yang mampu meraih skor 4 ada 37 orang, daya serap menunjukkan angka 100%.
Dengan mencermati semua skor pencapaian yang dapat diraih pada siklus III, maka hasil tindakan pada siklus III sudah mencapai sasarannya, keberhasilan itu ditunjukkan dengan terlampauinya kriteria keberhasilan. Hal ini mengandung arti bahwa untuk proses pembinaan berikutnya perlu diupayakan tindakan yang berkesinambungan, dan diperluas kepada tindakan pembinaan pada aspek-aspek yang lain.
Pembahasan
Semua data hasil tindakan menunjukkan ada peningkatan yang konsisten dan signifikan, baik dalam upaya peningkatan Pemahaman Guru Dalam Menyusun Lembar Kerja Siswa. Rekapitulasi analisis hasil evaluasi yang tertuang pada tabel berikut ini menunjukkan hal itu.
Peningkatan hasil upaya tindakan tersebut disebabkan oleh serangkaian tindakan yang diambil peneliti dalam menyikapi kekurangan-kekurangan yang masih terjadi pada siklus-siklus sebelumnya. Penyempurnaan demi penyempurnaan dalam semua aspek upaya telah membuahkan hasil tindakan yang mampu mencapai atau bahkan melebih kriteria keberhasilan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan peningkatan kemampuan menyusun LKS melalui metode diskusi kelompok dan latihan di MGMP dalam penelitian tindakan sekolah, dapat disimpulkan bahwa: pelaksanaan peningkatan kemampuan menyusun LKS melalui metode diskusi dan latihan dalam penelitian tindakan sekolah penting bagi guru yaitu untuk memperbaiki kenerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Nilai rerata yaitu pada siklus 1 2,750 meningkat menjadi 3,333 pada siklus II, kemudian diadakan tindakan pada siklus III rata-rata kelas menjadi 4,833. Pelaksanaan peningkatan kemampuan menyusun LKS melalui metode latihan dalam penelitian tindakan sekolah dapat ditingkatan melalui motivasi, penggunaan metode yang tepat dan teknik penugasan dan media pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan media pembelajaran ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian latihan soal-soal serta penggunaan media pembelajaran gambar -gambar dapat memotivasi guru lebih aktif. Upaya-upaya yang berdampak positif terhadap guru tersebut dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan menciptakan ilmu pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan perbaikan dalam pembelajaran terwujud.
Saran
Upaya pelaksanaan peningkatan pemahaman menyusun LKS melalui metode diskusi dan latihan di MGMP dalam penelitian tindakan sekolah, dengan penelitian tindakan sekolah telah penulis laksanakan, saran dan tindak lanjut penulis sebagai berikut :
1) Untuk rekan guru.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus memberi motivasi siswa, diusahakan menggunakan LKS Produk sendiri, media pembelajaran yang menarik, penggunaan metode yang tepat, dan memberikan bimbingan baik secara individu maupun klasikal serta melalukan penelitian tindakan sekolah untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran merupakan hal yang tepat. Karena pada umumnya bila terjadi kegagalan dalam pembelajaran guru cenderung menyalahkan siswa.
2) Untuk Kepala Sekolah.
Demi terwujudnya keberhasilan pembelajaran hendaknya Kepala Sekolah selalu memberikan pembinaan terhadap guru untuk melakukan penelitian tindakan sekolah (PTS), karena dengan penelitian tindakan sekolah guru akan mengetahui kelemahan dirinya dan berusaha untuk memperbaikinya demi terwujudnya keberhasilan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
H. Arsyad Umar, dkk, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : Erlangga
Hernawan, Asep Herry, Drs. M.Pd, dkk, 2006, PengembanganKurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.
Heryanto, Nar, 2005, Statistika Dasar, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Prayoga Betari, dkk, 2008, Menjadi Warga Negara yang Baik, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan nasional
Rahardi Aristo,2003, Media Pembelajaran , Jakarta : Depdiknas.
Setiawan, Denny, dkk, 2006, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta : Universitas Terbuka.
Suprayekti, 2003, Interaksi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud.
Syamsudin, Abin, 2005, Profesi Keguruan 2, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wahyudin, Dinn dkk, 2004, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani, I.G.A.K, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Winataputra Udin S, dkk, 2005, Materi dan Pembelajaran SD, Jakarta : Universitas Terbuka.
Winataputra Udin S, dkk, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka.