PENINGKATAN PEMBELAJARAN SEJARAH PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR MELALUI METODE ORAL HISTORY
PENINGKATAN PEMBELAJARAN SEJARAH PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
MELALUI METODE ORAL HISTORY
Soewarso
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Sebagian besar guru-guru di Indonesia dalam kegiatan belajar-mengajar, masih menggunakan metode tradisional, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Kalua metode ini digunakan setiap hari di Sekolah Dasar, akan berakibat kurang mampu mengaktifkan peserta didik. Oleh karena itu guru harus mengganti dengan menggunakan metode baru, diantaranya metode oral history, inguiry, cooperative learning dalam pembelajaran sejarah diantara metode-metode baru itu akan dibahas secara rinci metode oral history. Metode itu ternyata mampu menggerakkan peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Aplikasi metode ini dengan cara merencanakan pertanyaan, mengajukan pertanyaan kepada nara sumber dan akhirnya menyusun laporan dari pemecahan masalah yang dihadapinya.
Kata Kunci: Motode Oral History, Pelajaran Sejarah
PENDAHULUAN
Pada umumnya peserta didik dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Atas di Indonesia bahkan di Amerika Serikat kurang tertarik pada pelajaran Sejarah. Para ahli Sejarah di Amerika Serikat dalam penelitiannya, menemukan bahwa sebagian besar peserta didik pada Pendidikan Dasar di Amerika Serikat mengalami”krisis”. Mereka mengetahui peristiwa penting hanya ”Declaration of Independence”, sedangkan peristiwa-peristiwa di tempat lain sedikit sekali diketahuinya (Wawancara dengan John W.Mcluve, 28 Juli 1997).
Ada bebebrapa faktor mengapa peserta didik di Indonesia kurang tertarik pada pelajaran sejarah diantaranya adanya anggapan bahwa Matematika, IPA lebih penting daripada sejarah. Pada umumnya guru-guru sejarah kurang memahami metode dan media pengajaran, sehingga dalam menyampaikan pelajaran sejarah kurang menarik bagi peserta didik. Sebagian besar guru sejarah hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, sehingga peserta didik merasa bosan dan akhirnya tidak tertarik terhadap pelajaran sejarah. Di samping itu guru juga belum menggunakan multi media, bahkan peta saja jarang dipakai. Karena belum menggunakan media yang bervariasi, maka perhatian peserta didik terhadap pelajaran juga kurang (Widja, 1989).
Salah satu metode yang diintroduksi adalah metode ”Oral History”. Di dalam metode ini secara berturut-turut akan dibahas tentang pengertian, tujuan penggunaan, keuntungan, kelemahan, prosedur pelaksanaan dan penerapannya.
PENGERTIAN ORAL HISTORY
Oral History ialah pengumpulan pembicaraan ingatan dan komentar individu tentang sejarah yang penting melalui catatan bertanya, terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan dan jawabanya tercatat dalam video (Ritchie, 1995). Oral History mencatat kenang-kenangan tentang orang pembawa cerita yang dapat mengatakan dari awal pengetahuan yang dimilikinya. Pembicaraannya dapat direkam di dalam video. Di dalam Oral History yang ditanyakan adalah tema-tema, peristiwa-peristiwa, kenyataan-kenyataan, koleksi-koleksi yang dimiliki oleh pelaku sejarah, periodesasi-periodesasi, tempat-tempat kejadian dan biografi pelaku sejarah (Martorella, 1991).
Oral History adalah suatu metode pendidikan yang serba guna, yang dapat mengembangkan isi pelajaran, pengembangan ketrampilan, dorongan belajar peserta didik, dan pengetahuan mata pelajaran (Lanman, 1988).
Dari tiga pengertian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa Oral History adalah pembicaraan yang dilakukan dengan wawan–cara, dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mengumpulkan data dan pengembangan pengetahuan yang berguna untuk memecahkan suatu masalah (Soewarso, 2000 ; 72). Dalam melaksanakan Oral History itu tepatnya direkam di dalam video untuk mengatasi adanya kesalahan dengar. Tetapi kalau tidak ada video cukup ditulis dengan tulisan yang baik dan jelas. Metode Oral History ini sekarang populer digunakan di Amerika Serikat dan di Inggris yang diterapkan di Sekolah dasar (Maclure, wawancara tanggal 28 Juli 1997).
Sebagai contoh para peserta didik di Sekolah Dasar di Daerah Colombia Amerika Serikat. Mereka ditugasi untuk mewa–wancari orang tuanya tentang apa yang dilaksanakan oleh orang tuanya pada masa kanak-kanak seperti dia itu. Hasil wawancara dipublikasikan dalam majalah, DI Sekolah Dasar Verment dan Sekolah Dasar Midllebury dipublikasikan dalam majalah ”Eart Waves” (Ritchie, 1995).
Di Indonesia sebenarnya guru-guru Sekolah Dasar pernah melaksanakan metode Oral Histiry ini, hanya saja kurang terperinci yang sebagian besar dilaksanakan setiap tahun sekali bersama-sama karya wisata.
TUJUAN DAN KEGUNAAN ORAL HISTORY
Penggunaan metode Oral History mempunyai tujuan dan kegunaan yang menguntungkan peserta didik di dalam kegiatan belajar, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Nasional Indonesia. Tujuan penggunaan metode Oral History adalah: (1) melatih peserta didik berani bertanya kepada orang lain untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (2) memikirkan dan merencanakan pertanyaan-pertanyaan secara sistematis. (3) me–ngembangkan pengetahuan peserta didik tentang pengumpulan data sejarah, menganalisa data dan mempublikasikan hasil wawancaranya. (4) menanamkan nilai kepada peserta didik cinta tanah air dan bangsanya (Lanman, 1988), (Soewarso, 2000, 76-77).
Kesaksian lisan boleh dikutip sebagai bagian dari media yang bersuara dan dicatat oleh peserta didik didalam peng–kisahan ceriteria. Kutipan singkat dan lukisan-lukisan, pertujukan dengan visual adalah efektif di dalam penglihatan slide dan tape. Video tape bahkan alat yang lebih baik untuk menangkap suara dan aspek visual dari pewawancara meliputi teknik keahlian yang memerlukan kedalaman pengetahuan yang komplek.
KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN METODE ORAL HISTORY
Di dalam perencanaanya metode Oral History mempunyai keuntungan dan kelemahan. Dari sisi keuntungan antara lain:
1. Mendorong para peserta didik merencanakan dan memikirkan pertanyaan-pertanyaan secara sistematis
2. Merupakan metode yang baik untuk pengumpulan data, baik untuk individu maupun kelompok
3. Orang-orang yang diwawancarai biasanya mempunyai daya tarik yang tinggi dan mempercepat pemikiran orang kepadanya
4. Melalui informasi yang pokok data dapat dikumpulkan dengan cepat
5. membantu mengembangkan laporan di antara sekolah dan masyarakatnya
6. Dapat digunakan oleh setiap orang
7. Jika baik memecahkannya, ia membantu membawa para peserta didik satu per satu berhubungan dengan masya–rakat. (Soewarso, 2000: 78)
Sementera itu keuntungan sebagaimana tersebut diatas, metode oral History ternya juga memiliki kelemahan yaitu:
1. Guru harus menentukan waktu untuk membantu peserta didik mengembangan teknik bertanya memakan waktu yang banyak
2. Wawancara memerlukan semua koordinasi dan ini dapat menganggu administrasi sekolah
3. Kurang baiknya perencanaan dapat mengakibatkan keselahan besar dan merusak hubungan masyarakat
4. Data sering sulit diterjemahkan dan dilaporkan
5. Peserta didik yang belum cukup dewasa di dalam melaksanakan tugas wawancara, khususnya di dalam berhadapan dengan orang tua anggota masyarakat mengalami kesulitan
6. Wawancara cenderung mendatangkan pemikiran sese–orang jadi tidak sesuai dengan fakta, sehingga tidak dapat dipakai (Jones, 1979)
PROSEDUR PELAKSANAAN ORAL HISTORY
Sebelum melaksanakan Oral History guru harus memahami teknik wawancara yang harus diajarkan kepada peserta didiknya. Supaya peserta didik dapat melaksanakan wawancara dengan lancar dan berhasil baik. Teknik wawancara yang harus dipahami guru antara lain guru mengetahui maksud dan tujuan wawancara, maupun memilih sumber dan menentukan pokok bahasan yang diinginkan, serta mampu mendorong peserta didik terampil bertanya yang baik, mencatat hasil wawancara dan menganalisa hasil wawancara (Mahood, 1991).
Prosedur pelaksanaan Oral History ada tiga tahap: tahap sebelum, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
- Tahap Sebelum Oral History
Bagi guru menentukan pokok bahasano yang sesuai dengan kurikulum, lokasi dan waktu pelaksanaanya, serta menghubungi pemimpin tempat lokasi untuk meminta bantuan bimbingan (Guide Sheets) (Maclure, wawancara tanggal 28 Juli 1997). Disampings itu guru memerintahkan kepada peserta didik untuk merencanakan pertanyaan-perta–nyaan yang sistematis yang sesuai dengan pokok bahasan. Para peserta didik harus mempersiapkan pertanyaan-perta–nyaan untuk wawancara, mempelajari dan mempersiapkan alat-alat untuk wawancara (Tape Recorder), serta menentu–kan waktu berapa hari lamanya (Lanman, 1988)
- Tahap Pelaksanaan
Bagi Guru harus meneliti pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dari peserta didik, menyerahkan para pe–serta didik dan menyuruh kepada nara sumber (Guide Sheets), serta menugaskan kepada peserta untuk mencatat atau merekam dengan tape recorder. Peserta didik mencoba menghubungi nara sumber dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mulai dari soal-soal yang sederhana sampai kompleks, mencatat hasil wawancara, serta dalam akhir wawancara tanyakanlah hal-hal yang belum jelas dan lengkapilah nama-nama pemberi data, pewawancara, judul topik tanggal/hari dan tempat wawancara (Lanman, 1988).
- Tahap Penyelesaian
Para peserta didik diharuskan menganalisa hasil wawancara, mendiskusikan di dalam kelompok yang disaksi–kan oleh gurunya, menyempurnakan hasil diskusi dengan tulisan yang rapi dan akhirnya menyerahkan kepada gurunya untuk dipublikasikan baik di majalah dinding maupun majalah yang diterbitkan oleh sekolah.
PENERAPAN METODE ORAL HISTORY
Oral History dapat diterapkan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Oral History dapat membantu peserta didik mengatasi kesulitan yang dihadapi didalam buku teksnya (buku ajarannya) dan menjadikan peserta didik lebih aktif mengumpulkan informasi sendiri, serta peserta didik belajar lebih baik dari apa yang diteliti sendiri. Sebagai ilustrasi dapat diamati dalam contoh pelaksanaan metode Oral History di Sekolah Dasar berikut ini.
Tahap Sebelum Oral History
Dalam pelaksanaan Oral History guru menentukan pokok bahasan ”Bagunan-Bangunan kuno di Indonesia” untuk SD Kelas 5 Cawu I (Depdikbud, 1995) atau kelas 5 semester I dalam kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Depdiknas, 2002). Sub Pokok Bahasannya ”Candi Prambanan.
Lokasinya Candi Prambanan di Prambanan. Waktu Pelaksanaan Minggu Pertama bulan Mei 2014. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik kelas 5:
- Siapakah yang membangun Candi Prambanan? Pada tahun berapa? Dan dari Dinasti apa?
- Denah Candi Prambanan terbagi berapa bagian?
- Dari Denah Candi Prambanan, bagian-bagian mana sajakah yang masih ada sampai sekarang?
- Apakah fungsi dari Candi Perwara?
- Ada berapa Candi yang terdapat di dalam halaman ketiga (Halaman Pusat)? Jelaskan isi Candi-Candi terserbut !
- Bagimanakah bentuk arsitektur Candi Prambanan?
- Relief apa saja yang terdapat dalam Candi Prambanan? Terletak dalam Candi Apa?
- Denah Candi Prambanan terbagi atas tiga halaman dan bagian Candi terbagi atas tiga bagian. Apakah Hubungannya bagian bagian itu dengan kehidupan bangsa Jawa?
- Candi Prambanan digunakan untuk beribadat umat Hindu. Berilah contoh-contoh ibadat umat Hindu di Candi Prambanan
- Apakah keuntungan pelestarian Candi Prambanan bagi masyarakat sekitar Prambanan?
Pertanyaan itu dibuat oleh Peserta didik, kemudian diserahkan kepada gurunya. Guru meneliti pertanyaan-pertanyaan itu kalu pertanyaan itu sudah baik dikembalikan kepada peserta didik, tetapi kalau belum baik guru akan memperbaikinya, setelah pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sudah baik oleh guru, maka peserta didik terus wawancara kepada nara sumber di Candi Prambanan.
Tahap Pelaksanaan
Guru bersama-sama peserta didik berangkat ke Candi Prambanan guru menyerahkan peserta didik kepada nara sumber (Guide Sheets) dan memohon kepadanya untuk memberi penjelasan permasalahan yang ditanyakan tentang Candi Prambanan, oleh peserta didik. Guru menugaskan peserta didik untuk mencatat aau merekam dengan tape recorder
Peserta didik mencoba menghubungi nara sumber untuk berkenalan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mulai dari soal-soal yang sederhana sampai dengan yang komplek. Sebagian peserta didik mengajukan pertanyaan, dan yang sebagian mencatat atau merekam dengan tape recorder. Akhir wawancaa peserta didik menanyakan hal-hal yang belum jelas, melengkapi nama nara sumber mencatat alamat dan nomor HP nara sumber, melengkapi judul topik, tempat wawancara, hari, tanggal wawancara dan akhirnya mengucapkan terima kasih kepada nara sumber dan kalau ada kekurangannya ingin minta penjelasan lagi lewat telepon.
Tahap Penyelesaian
Didalam kelas guru mengharuskan peserta didik untuk mendiskusikan di dalam kelompok untuk menganalisa hasil wawancara ke Candi Prambanan. Hasil diskusi ditulis yang baik dan diserahkan kepada gurunya. Guru akan meneliti hasil diskusi, hal-hal yang belum baik disempurnakan dan akhirnya dipubli–kasikan dalam majalah dinding, kalu di Amerika serikat ada beberapa Sekolah Dasar sudah mempunyai majalah Oral History, untuk mempublikasikan hasil tulisan peserta didik.
Di dalam suatu proyek Oral History Sekolah Dasar di Distrik Colombia, para peserta didik diberi tugas untuk menggambarkan perjalanan mereka sendiri dari rumah ke sekolah. Keadaan lingkungan sekolah dan sebagainya yang diberi judul ”Suka kepada Sekolah” dalam pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk kelompok. Di dalam perjalanan itu mereka akan melihat bermacam-macam bangunan seperti gedung perusahaan, gedung pemerintahan, gereja, bangunan rumah adat, bangunan sekolah dan sebagainya. Dalam pengamatan itu sebagian peserta didik akan menanyakan kepada orang yang berbeda di dalam bangunan itu, berapa lama bangunan itu ditempati, siapa penghuninya, untuk kepentingan apa dan sebagainya. Kegiatan itu dilakukan oleh peserta didik Sekolah Dasar kelas VI ke atas.
Penggambaran dari para peserta didik akhirnya diserahkan kepada gurunya dan gurunya akan mengedit. Setelah disusun rapi maka akan diserahkan kepada penerbit Milik Proyek Oral History Distrik Colombia, yang bernama Ert Waves. Sedangkan Sekolah Dasar Meddle Bury dan Sekolah Dasar Verment telah menerbitkan semacam Jurnal, yang disebut Village Green (Ritchie, 1995).
Oral History seharusnya juga diterapkan di Sekolah Dasar di Indonesia. Sampai saat ini belum ada guru-guru Sekolah Dasar di Indonesia memberi tugas kepada peserta didiknya dengan menggunakan metode Oral History. Dengan menggunakan metode Oral History guru akan dapat melatih keberanian peserta didik, terutama di dalam Sekolah berkomunikasi dan berbicara. Di dalam hal ini para peserta didik pasti akan menanyakan sesuatu seperti yang telah dilatihkan oleh gurunya, melatih menganalisa hasil-hasil pertanyaan dan sekaligus melatih menyusun kalimat yang bagus dari hasil analisa.
Apalagi Oral History ini sering digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sejarah maka peserta didik akan bertambah pengetahuan dan pengalamannya dan sekaligus akan dapat meningkatkan mutu pendidikannya. Hasil wawancara mereka harus ditulis rapi dan diserahkan kepada gurunya. Sebagai hadiahna guru harus memberi nilai yang dapat mendorong semangat kepada para peserta didiknya. Lebih baik lagi hasil wawancara mereka ditempatkan pada majalah dinding di sekolah yang dapat dibaca oleh teman-temannya. Disamping itu mereka mampu menerapkan nilai-nilai yang terdapat di dalam sejarah. Seperti nilai-nilai bekerja sama, harga menghargai, persatuan dan kesatuan. Cinta tanahair dan bangsa, dan sebagainya. Penerapan nilai sejarah inilah yang akan dapat membentuk kepribadian para peserta didik sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Dengan menggunakan metode Oral History dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan bertambah pengetahuannya, tumbuh rasa cinta tanah air dan bangsanya, memiliki rasa tanggung jawab dan sekaligus akan meningkatkan mutu pendidikan sejarah.
SIMPULAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan peserta didik belajar sejarah guru harus menggunakan metode Oral History. Setelah dicobakan dibeberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris ternyada dapat membangkitkan minat peserta didik mempelajari sejarah. Bahkan ada beberapa sekolah yang telah membentuk Proyel Oral History, yang merencanakan dan menerbitkan hasil Oral Historynya peserta didik. Metode Oral History memberi manfaat besar bagi peserta didik antara lain mendorong peserta didik untuk mempelajari sejarah, melatih peserta didik berani komunikasi dan berbicara dengan orang lain untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, melatih peserta didik untuk memikirkan dan merencanakan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis, mengembangkan pengetahuan peserta didik tentang pengumpulan data sejarah, menganalisa data dan mempublikasikan hasil wawancaranya. Mendorong peserta didik percaya pada dirinya sendiri, bahwa setelah terjun di lapangan ternyata mampu menyelesaikan tugasnya yang diberikan dan bertambah pengalaman dan pengetahuannya.
Melihat besarnya manfaat penggunaan metode Oral History baig para peserta didik, maka perlu guru-guru sejarah di Indonesia menggunakan metode Oral History di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik tertarik mempelajari sejarah dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan sejarahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dekdikbud. 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Kelas III Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikri.
Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Jones A.S. et. All, 1979. Strategi For Teaching. Londong The Seararow Press, Inc Mathuchen. NJ.
Lanman, B.A. and Methaffy, GL. 1988, Oral History The Secondary School, USA: Classroom Oral History Asosiation.
Mahood, W., et all, 1991, Teaching Social Studies in Middle and Senior High School, New York: Mahmilan Publishing Company.
Ritchie.DA.1995. Doing Oral History. New York: Twynw Publisher
Soewarso, 2000. Cara-cara penyampaian Pendidikan Sejarah untuk Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah bangsanya. Jakarta: PGSM IBROLOAN No. 3979. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggin Depdiknas.
Widja, I.G. 1989, Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode-Metode Pengembangan Sejarah, Depdikbud: Dirjen Dikti.
Wawancara dengan Prof. Dr. John W. Mclure, tanggal 28 Juli 1997 di Universitas Of Lowa USA.