SHOLAT BERJAMAAH DI SEKOLAH

SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN

PADA PESERTA DIDIK KELAS XI-IPS6

SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2013/2014

Mawarto

SMA Negeri 8 Surakarta – Jawa Tengah

ABSTRACT

The research problem is how to process and outcomes of counseling services as well as behavioral changes. This research was carried out with 2 cycles and each cycle has 3 guidance services. The subjects were students of class XI-IPS6 SMAN 8 Surakarta odd semester of 2013/2014. Discipline’s results increased from baseline 19.25 to 22.04 or 2.79 points/14.49%, from first cycle that is equal to 4, 29 points/19.46%, while the initial conditions to scond cycle , 21, 5 pt/ 6.37%.

Keywords: discipline, habituation, “sholat berjamaah”

PENDAHULUAN

Membantu mencapai tingkat kematangan dalam kehidupan beragama merupakan salah satu tugas guru bimbingan konseling dari sekian banyak tugas pelayanan yang lain, seperti kedisiplinan masuk sekolah, berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah, tertib mengikuti pelajaran di sekolah dan lain-lain. Salah satu usaha dalam rangka memastikan pelayanan yang diberikan kepada peserta didik diperoleh secara maksimal adalah dengan cara memantau (1) Kedisiplinan melaksanakan sholat fardhu (2) Kedisiplinan kehadiran masuk sekolah (3) Kedisiplinan berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah dan (4) Kedisiplinan mengikuti proses belajar mengajar. Salah satu kelas yang menjadi perhatian penulis adalah kelas XI IPS6, jumlah peserta didik kelas tersebut adalah 26, semua beragama Islam.

Penyimpangan perilaku peserta didik kelas kelas XI IPS 6 menurut pendapat penulis sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan, ditandai dengan banyaknya peserta didik yang mengkonsumsi minuman keras, merokok, kehadiran ke sekolah rendah, berkelahi, prestasi belajar rendah, tidak tertib melaksanakan ibadah sholat fardhu dan sebagainya. Pembimbing telah melaksanakan pembimbingan dengan melakukan pelayanan terprogram seperti: bimbingan kelompok; konseling kelompok; pembinaan kedisiplinan; pemberian skorsing dan sebagainya, akan tetapi perubahan belum cukup signifikan. Berdasarkan hasil pemantauan melalui cek list terhadap peserta didik, sekitar 88,47% tidak disiplin melaksanakan sholat fardhu, dengan intensitas ketidakdisiplinan yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Diperoleh data bahwa dari 26 peserta didik tersebut hanya 3 (11,53%) peserta didik yang menjalankan sholat secara tertib, sedangkan 23 (88,47%) peserta didik belum atau tidak tertib melaksanakan sholat fardhu. Berikut adalah tabel hasil pemantauan terhadap tingkat kedisiplinan siswa yang dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.

Hasil pemantauan kedisiplinan masuk sekolah Kondisi awal

Ketidak disiplinan

Jumlah Peserta didik

Prosentase

Tidak masuk tanpa keterangan

57

57/(24×26) = 9,3%

Terlambat datang kesekolah

61

60/(24×26) = 9,8%

Ket:    24      =   hari efektif dalam 1 bulan

26      =   jumlah peserta didik

Sedangkan tingkat kedisiplinan berkenaan dengan proses belajar mengajar, masih rendah ditandai dengan rata-rata prestasi belajar ulangan umum semester gasal yang relatif rendah.

Dari paparan peneliti diatas diduga bahwa rendahnya kedisiplinan melaksanakan sholat fardhu, kedisiplinan kehadiran masuk sekolah dan kedisiplinan dalam hal mengikuti proses belajar mengajar karena belum dilakukan pembiasaan melaksanakan sholat berjamaah dikalangan peserta didik kelas XI IPS 6.

Bertolak dari keadaan ini penulis berencana melakukan PTBK dengan pembiasaan sholat berjamaah dikalangan peserta didik bersama dengan guru karyawan sekolah dengan harapan melalui pembiasaan sholat berjamaah ini diharapkan mampu meningkatkan kedisiplinan melaksanakan sholat fardhu, kedisiplinan kehadiran masuk sekolah dan kedisiplinan dalam hal mengikuti proses belajar mengajar

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakekat Disiplin Dalam Pendidikan

Hakekat disiplin atau kedisiplinan merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji; 2008: 22), sementara itu di dalam Sekolah, pendidikan disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan pendidik agar siswa mematuhi bimbingan tersebut. (Zainun Mu’tadizin; 2007:2)

Setiap guru pasti berusaha untuk mengajarkan disiplin kepada siswa-siswanya, dengan menanamkan perilaku yang dianggap baik dan menghindari perilaku yang dianggap tidak baik. Hal ini memang akan lebih mudah dilakukan jika siswa sebagai seorang individu mematuhi kemauan gurunya. Namun demikian, tujuan utama dari disiplin bukanlah hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja. Patuh terhadap perintah dan aturan merupakan bentuk disiplin jangka pendek. Sedangkan tujuan pendidikan disiplin adalah agar setiap individu memiliki disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan atau otoritas, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri sebagai salah satu ciri kedewasaan individu. Kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan keingian orang lain, dan mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi. Hal inilah yang sesunguhnya menjadi hakekat dari disiplin.

Pembentukan disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanank-kanak. Oleh karena itu pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga (orang tua). Dalam kehidupan masyarakat secara umum, metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan pemberian hukuman. Hal yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar guru atau orang tua dalam mendidik siswa-siswa atau anak-anaknya. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka pendek, artinya siswa hanya menurutinya sebagai tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka. Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman siswa lebih banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang seharusnya dilakukan.

Dalam kenyataan sehari-hari, banyak masalah yang berhubungan dengan disiplin sebenarnya dapat diselesaikan dengan menggunakan komunikasi timbal balik yang efektif antara siswa dan guru. Dalam hal ini cara-cara berkomunikasi akan memegang peranan penting dalam pembentukan disiplin. Komunikasi dalam bentuk sindiran, hinaan, merendahkan harga diri orang lain hendaknya digunakan seminimal mungkin, bahkan harus dihindari sama sekali. Siswa dan remaja sangatlah peka terhadap hal ini, dan dapat sakit hati karenannya. Jika cara-cara tersebut yang digunakan untuk mendisiplinkan siswa, cara-cara demikian akan cenderung ditiru dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang lain yang akibatnya dapat merugikan diri sang siswa maupun orang lain.

Menurut Urip, bahwa disiplin di sini diartikan ketaatan pada peraturan.(Urip; 2007: 2).

Dari sini semuanya bermula, sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik menuju suatu titik, yaitu kualitas tadi. Lalu mengapa banyak sekolah yang mutunya rendah baik ditinjau dari nilai-nilai siswa, kinerja personal sekolah. Jawabanya mungkin disebabkan masih belum jelasnya peraturan sehingga tidak mudah diaplikasikan, atau buruknya pengawalan penerapan peraturan itu. Dalam hal ini kekurangkonsistenan semua pihak. Bahkan kadang gurupun tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam kelas, sehingga ia hanya mengajar apa adanya terkesan menghabiskan waktu mengajar saja.

Banyak hal yang harus ditangani dalam ranah pendidikan di sekolah, tapi jika itu terlalu berat mungkin bisa saja sedikit dikurangi hanya untuk hal belajar dan mengajar saja. Selama ini yang terjadi di beberapa sekolah adalah seringnya kelas kosong saat jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas yang harus dikerjakan siswa. Ketidakmasukan guru itu bisa saja karena kepentingan dinas atau yang lain.

Ketidaktepatan dalam hal guru masuk kelas sehingga jeda waktu pergantian jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Komitmen guru dalam hal ini kadang sering menjadi penyebabnya. Dalam manajemen sekolah, biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih jika komitmen guru dan siswa rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit majunya.

Menurut ahli lain mengatakan disiplin Siswa masih merupakan salah satu problem sekolah, karena kesadaran siswa untuk berdisiplin masih rendah. Banyak dari mereka tidak menyadari bahwa kesadaran berdisiplin akan kembali kepada kenyamanan mereka juga dalam mengikuti pembelajaran.(Hary Bowo; 2007: 2)

Shalat fardhu Berjamaah

Menurut kamus bahasa Indonesia millenium, shalat adalah sembahyang menurut Islam (Bhaskarra: 493), sedangkan pengertian secara syariah dijelaskan melalui pendapat para Ulama sebagai berikut:

Menurut As-Sayyid Al Imam Muhammad bin Ismail Al Kahlani, bahwa shalat secara harfiah adalah doa, sedangkan secara syar’i shalat adalah perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan disudahi dengan salam serta disempurnakan dengan syarat, rukun dan khaifiyah tertentu.

Sedangkan Rasulullah SAW pernah bersabda “sesungguhnya tanda-tanda yang ada diantara seorang hamba dengan syirik maupun kufur itu adalah perbuatan yang meninggalkan shalat.” (HR. Muslim).

Pembiasaan Sholat Berjamaah di Sekolah Untuk Mening-katkan Kedisiplinan.

An-Nahlawi (Dahlan, 1992: 2) menyatakan bahwa salah satu metode pendidikan dan pembinaan akhlak adalah melalui pembiasaan diri dan pengalaman. Pembiasaan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia, karena dengan pembiasaan, seseorang mampu melakukan hal-hal penting dan berguna tanpa menggunakan energi dan waktu yang banyak. Pembiasaan menurut Syahidin (2009: 137) termasuk ke dalam metode latihan pengamalan (tajribi). Latihan pengamalan dan pembiasaan diisyaratkan dalam QS. 70: 23 sebagai salah satu cara yang digunakan dalam pendidikan. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan tuntunan untuk menerapkan sesuatu perbuatan dengan cara pembiasaan. Khusus dalam pendidikan yang dikaitkan dengan praktek langsung di lapangan, yaitu dengan pengamalan, merupakan pendekatan yang efektif untuk melahirkan suatu bentuk keterampilan tertentu. bahkan lebih jauh lagi menimbulkan penghayatan, karena pengamalan dapat memberi kesan yang dalam kepada jiwa, mengokohkan keberadaan ilmu pengetahuan di dalam kalbu dan meneguhkannya dalam ingatan.

Al-Ghazali (Quasem, 2008: 1) mengatakan bahwa perubahan dan peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan moral yang sesuai, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu pengamalan (altajribah) dan latihan diri (riyadhah). Latihan diri (riyadhah) dapat diterapkan melalui pembiasaan.

Syihab (1994: 198) mengakatan bahwa pembiasaan tersebut menyangkut segi-segi pasif maupun aktif. Namun, perlu diperhatikan bahwa yang dilakukan menyangkut pembiasaan dari segi pasif hanyalah dalam hal-hal yang berhubungan erat dengan kondisi ekonomi-sosial, bukan menyangkut kondisi kejiwaan yang berhubungan erat dengan kaidah atau etika. Sedangkan dalam hal yang bersifat aktif atau menuntut pelaksanaan, ditemukan pembiasaan tersebut secara menyeluruh.

Kerangka Berfikir

Tingkat kedisiplinan peserta didik masih rendah, perlu ditingkatkan dalam upaya memperbaiki proses dan hasil pendidikan. Sholat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oloeh setiap peserta didik sebagai muslim, sedangkan kegiatan sholat berjamaah dibawah bimbingan guru yang diupayakan menjadi pembiasaan diduga akan mampu meningkatkan kedisiplinan peserta didik, tidak hanya terbiasa disiplin sholat, akan tetapi merambah ke masalah kedisiplinan kehadiran ke sekolah, kedisiplinan mengikuti pembelajaran, mentaati peraturan sekolah dan sebagainya.

Hipotesis Tindakan

Berlandaskan teori dan kerangka berfikir dirumuskan hipotesis tindakan bahwa melalui pembiasaan sholat berjamaah di sekolah akan meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas XI-IPS6 SMA N 8 Surakarta tahun ajaran 2013/2014

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK) dengan melaksanakan tindakan siklus 1 dan siklus 2, membandingkan proses dan hasil antara kondisi awal, saat dilaksanakan tindakan siklus 1 dan tindakan siklus 2.

Penulis menggunakan metode deskriptive comparatif antara proses dan hasil masing-masing siklus. Sedangkan teknik dan alat pengumpul data adalah teknis non tes menggunakan pedoman observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus 1

Dalam Siklus I ini terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) Tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi. Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi dengan guru pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling kelas XI IPS 6 untuk memperoleh gambaran tentang seberapa jauh siswa kelas tersebut taat melaksanakan sholat, terutama sholat berjamaah di masjid. Selanjutnya menyusun persiapan pemberian layanan berupa Satlan atau satuan layanan bimbingan konseling yang berisi Topik Materi layanan, kapan dilaksanakan, dimana dilaksanakan, materi inti yang diberikan dan sebagainya, Satuan Layanan dilaporkan terlampir. Langkah selanjutnya peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman pengamatan dan pedoman angket untuk memperoleh data tentang kedisiplinan siswa dan keaktifan siswa mengikuti sholat berjamaah. Kamera digital untuk mengambil gambar kegiatan guru dan siswa. Dalam siklus I ini dipantau pertemuan harian yang diamati tiap minggu, yaitu 2 pertemuan minggu I dan minggu II kemudian direkap setiap akhir bulan.

Tindakan

Yang dimaksud tindakan adalah perbuatan yang dilaku-kan guru BK untuk memperbaikki mutu layanan selama ini yang kurang baik. Tindakan yang dilakukan adalah mengajak siswa untuk melaksanakan sholat berjamaah di sekolah, dengan pembiasaan sholat berjamaah diharapkan akan mendorong siswa untuk berperilaku disiplin.

Dalam tindakan ini siswa diajak bersama sholat berjama-ah setiap hari, dan akan diamati setiap akhir minggu, jadi pertemuan pertama adalah minggu I, pertemuan berikutnya adalah 6 hari minggu ke II dan akan direkap akhir minggu II, yang selanjutnya akan direkap setiap akhir bulan.

Observasi

Dalam kegiatan ini, data akan diperoleh dengan cara: 1) observasi untuk mengetahui kebiasaan melaksanakan sholat berjamaah di sekolah, 2). Cheklis untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa dalam hal melaksanakan sholat, untuk mengetahui tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah dan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan mengikuti pelajaran di kelas, 3) Foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan sholat berjamaah, kedisiplinan kehadiran siswa masuk sekolah serta kedisiplinan mengikuti pelajaran di kelas. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan jika diperlukan digunakan sebagai daar perbaikan pada layanan berikutnya.

Tabel: Hasil Rekapitulasi Pengamatan kedisiplinan siswa Siklus I

Bulan

Score kedisiplinan

Kategori

Mei 2013

21,88

Sedang

Juni 2013

22,20

Sedang

Rerata

22,04

Sedang

Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir layanan tahapan mingguan yang kemudian direkapitulasi setiap bulan. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tindakan pemberian layanan dengan melaksanakan sholat berjamaah, sejauh mana pembiasaan sholat berjamaah ini akan tertanam di benak siswa. Dibanding pada siklus I, jumlah siswa yang mengikuti sholat berjamaah sudah ada peningkatan, seiring dengan peningkatan siswa yang mengikuti sholat berjamaah, diikuti pula dengan meningkatnya kedisiplinan siswa seperti nampak pada rekapitulasi pada sikluis I yaitu sebesar 22, 04 , hal ini menjadi modal penulis untuk lebih meningkatkan layanan pada siklus II.

Tabel: Reflesi siklus 1

NO

KONDISI AWAL

SIKLUS 1

1

Belum melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah

Sudah melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah

2

Proses

· Siswa tidak menyadari kerugian akibat tidak disiplin di sekolah

· Siswa tidak menyadari kerugian akibat tidak disiplin di sekolah

· Tidak berterus terang latar belakang penyebab utama yang melatar belakanginya.

· Siswa tidak merasa membutuhkan peranan bimbingan konseling atas terselesaikannya masalah.

Proses

· Siswa mulai berfikir bahwa tidak disiplin di sekolah sangat merugikan

· Siswa menyadari akan kekeliruannya

· Masih belum berterus terang tentang keadaan diri yang sesungguhnya.

· Siswa mulai membutuhkan peranan guru bimbingan konseling.

3

Hasil

Rata-rata score = 19,25

Hasil

Rata-rata score = 22,04

Deskripsi Siklus 2

Sama seperti Siklus I, siklus II ini juga terdiri atas empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) Tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan (4) refleksi.

Perencanaan.

Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi dengan guru pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling kelas XI IPS 6 untuk memperoleh gambaran tentang seberapa jauh siswa kelas tersebut taat melaksanakan sholat, terutama sholat berja-maah di masjid.

Selanjutnya menyusun persiapan pemberian layanan berupa Satlan atau satuan layanan bimbingan konseling yang berisi Topik Materi layanan, kapan dilaksanakan, dimana dilaksanakan, materi inti yang diberikan dan sebagainya, Satuan Layanan dilaporkan terlampir.

Langkah selanjutnya peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman pengamatan dan pedoman angket untuk memperoleh data tentang kedisiplinan siswa dan keaktifan siswa mengikuti sholat berjamaah. Kamera digital untuk mengambil gambar kegiatan guru dan siswa. Dalam siklus II ini dipantau pertemuan harian yang diamati tiap minggu, yaitu 2 pertemuan minggu I dan minggu II kemudian direkap setiap akhir bulan.

Tindakan

Masih seperti tindakan pada siklus I, penulis melakukan tindakan mengajak siswa untuk melaksanakan sholat berjamaah di sekolah, kali nii siswa diberi tambahan tugas untuk menghubungi guru untuk menjadi imam, sekaligus memohon guru yang beragama islam untuk sholat berjamaah di masjid. Hasil dari pengamatan direkap dan dilaporkan setiap akhir bulan.

Observasi

Dalam kegiatan ini, data akan diperoleh dengan cara: 1) observasi untuk mengetahui kebiasaan melaksanakan sholat berjamaah di sekolah, 2). Cheklis untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa dalam hal melaksanakan sholat, untuk mengetahui tingkat kedisiplinan kehadiran masuk sekolah dan untuk mengetahui tingkat kedisiplinan mengikuti pelajaran di kelas, 3) Foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan sholat berjamaah, kedisiplinan kehadiran siswa masuk sekolah serta kedisiplinan mengikuti pelajaran di kelas. Semua data tersebut dijelaskan dalam bentuk deskripsi secara lengkap. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan jika diperlukan digunakan sebagai daar perbaikan pada layanan berikutnya.

Tabel 10

Hasil Rekapitulasi Pengamatan kedisiplinan siswa Siklus II

Bulan

Score kedisiplinan

Kategori

Juli 2013

23,88

Tinggi

Agustus 2013

23,20

Tinggi

Rerata

23,54

Tinggi

Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir layanan tahapan mingguan yang kemudian direkapitulasi setiap bulan. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang terjadi pada tindakan pemberian layanan dengan melaksanakan sholat berjamaah, sejauh mana pembiasaan sholat berjamaah ini akan tertanam di benak siswa. Dibanding pada siklus I, jumlah siswa yang mengikuti sholat berjamaah sudah ada peningkatan, seiring dengan peningkatan siswa yang mengikuti sholat berjamaah, diikuti pula dengan meningkatnya kedisiplinan siswa seperti nampak pada rekapitulasi pada sikluis I yaitu sebesar 23, 54. hal ini menjadi modal penulis untuk lebih meningkatkan layanan pada siklus II.

Tabel: Reflesi siklus 2

NO

SIKLUS 1

SIKLUS 2

1

Melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah di masjid

Melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah di masjid bersama guru dan karyawan

2

Proses

· Siswa mulai berfikir bahwa tidak disiplin di sekolah adalah sangat merugikan

· Siswa menyadari akan kekeliruannya

· Masih belum berterus terang tentang keadaan diri yang sesungguhnya.

· Siswa mulai membutuhkan peranan guru bimbingan konseling.

Proses

· Siswa menyadari bahwa tidak disiplin di sekolah adalah sangat merugikan

· Siswa sadar betul bahwa tidak disiplin merugikan

· Sudah berterus terang tentang keadaan diri yang sesungguhnya.

· Siswa sangat membutuhkan peranan guru bimbingan konseling.

3

Hasil

Rata-rata score = 22,04

Hasil

Rata-rata score = 23,54

Hasil Penelitian

Dari tindakan pada siklus 1 dan tindakan siklus 2 dapat ditarik simpulan bahwa Pada Siklus I tingkat kedisiplinan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal 19,25 menjadi 22,04 atau 2,79 point/ 14,49%, sedangkan mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada siklus 2 dari kondisi awal, yaitu sebesar 4,29 point/ 19,46%, sedangkan mengalami kenaikan sebesar 1,5 point/ 6,37% dari siklus 1 ke siklus 2.

Sementara dari proses layanan mengalami peningkatan yang berarti dari kondisi awal yaitu sikap siswa yang tidak membutuhkan peranan guru bimbingan konseling menjadi siswa mulai membutuhkan bantuan dan peranan guru bimbingan penyuluhan pada siklus 1 dan siswa mulai sangat membutuhkan bantuan dan peranan guru bimbingan penyuluhan pada siklus 2, terutama tentang layanan pembiasaan sholat berjamaah.

Pembahasan

Penulis menggunakan tabel untuk memaparkan hasil pembahasan sebagai berikut:

NO

Kondisi Awal

Siklus 1

Siklus 2

1

2

3

Belum melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah di masjid

Proses layanan belum membiasakan sholat berjamaah, belum nampak pengaruhnya terhadap kedisiplinan

Hasil

· 19,25

Melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah di masjid

Pembiasaan sholat berjamaah di sekolah nampak mulai membawa pengaruh terhadap pola berfikir anak, terutama kedisiplinan

Hasil

· 22,04

· naik 2,79 (14,49%)

Melaksanakan pembiasaan sholat berjamaah di masjid bersama guru dan karyawan

Pembiasaan sholat berjamaah bersama dengan guru karyawan menimbulkan sikap disiplin terhadap banyak perilaku di sekolah.

Hasil

· 23,54

· naik 4,29 (19,46%)

· naik 1,5 (6, 37%)

Bila disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 8

Grafik Hasil Pembahasan/diskusi

Hasil Penelitian

Dari tindakan pada siklus 1 dan tindakan siklus 2 dapat ditarik simpulan bahwa Pada Siklus I tingkat kedisiplinan siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal 19,25 menjadi 22,04 atau 2,79 point/ 14,49%, sedangkan mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada siklus 2 dari kondisi awal, yaitu sebesar 4, 29 point/ 19,46%, sedangkan mengalami kenaikan sebesar 1, 5 point/ 6,37% dari siklus 1 ke siklus 2.

Sementara dari proses layanan mengalami peningkatan yang berarti dari kondisi awal yaitu sikap siswa yang tidak membutuhkan peranan guru bimbingan konseling menjadi siswa mulai membutuhkan bantuan dan peranan guru bimbingan penyuluhan pada siklus 1 dan siswa mulai sangat membutuhkan bantuan dan peranan guru bimbingan penyuluhan pada siklus 2, terutama tentang layanan pembiasaan sholat berjamaah.

PENUTUP

Simpulan

Menurut kajian teori ternyata bahwa pembiasaan sholat berjamaah dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

Implikasi

Pelayanan Bimbingan Konseling, terutama pembiasaan sholat berjamaah akan terus ditingkatkan, mengingat penelitian membuktikan bahwa peranan guru bimbingan konseling dalam rangka pembiasaan sholat berjamaah sangat berdampak positif.

Saran

Hendaklah siswa senantiasa menyadari benar bahwa permasalahan yang menghambat prestasi belajarnya akan terbantu manakala bersedia berterus terang kepada guru bimbingan konseling dalam rangka membantu penyelesaian masalah, terutama masalah kedisiplinan siswa. Kesadaran siswa tentang kedisiplinan masuk sekolah sangat perlu ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Andre Martin. 2000. Kamus Bahasa Indonesia Millenium. Jakarta. Karina

Arikunto, Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin.2003. Penyusunan Skala Psiokologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Latipun, 2003. Psikologi Konseling. Malang: UPT. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang

LPMP. 2005. Pelayanan Bimbingan Konseling Berbasis Kompetensi. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

Moh Nasir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta, PT. Ghalia Indonesia

Mungin Edy Wibowo, H. 2005. Pelayanan Bimbingan Konseling Di sekolah Kejuruan. Semarang: Dinas P dan K Prop. Jateng.

Ramly, Mansyur. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta:Kemendiknas

Sugiharto, DYP. 2013. Permasalahan Dalam Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling. Semarang: BP2TK Provinsi jawa Tengah

Sugiyo, 2013. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan Dalam PTBK. Semarang: BP2TK Provinsi jawa Tengah

 

Sutoyo, Anwar. 2012. Pemahaman Individu, Observasi,Cheklist, Interviu, Kuesioner,Sosiometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar