Peningkatan Prestasi Belajar Dengan Metode Diskusi
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
KONSEP PELUANG DENGAN METODE DISKUSI
PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 7 SALATIGA
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Supadmi
Guru Matematika SMP Negeri 7 Salatiga
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika dengan metode diskusi hasil yangdiharapkan meningkat dari sebelumnya. Subyek penelitian adalahsiswa kelas IXC SMP Negeri 7 Salatiga Tahun Pelajaran2014/2015 yang berjumlah 26 siswa. Penelitian dilakukan selamatiga (3) bulan yaitu bulan Oktober, November dan Desember 2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), metode penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil analisis deskriptif komparatid menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II mengalami kenaikan. Hal ini disampaikan pada nilai tes harian, kondisi awal nilai rata-rata 54,6, siklus I nilai rata-rata 55,3 dan siklus II nilai rata-rata 66,5, kesimpulan dari penelitian ini bahwa menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika konsep peluang pada siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Salatiga semester I tahun pelajaran 2014/2015.
Kata kunci: prestasi belajar, diskusi
Pendahuluan
Proses belajar yang diselenggarakan secara formal di sekolah bertujuan untuk memfasilitasi pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar dipengaruhi lingkungannya, terdiri dari siswa, guru, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran buku, modul, majalah, dan sebagainya, dan berbagai sumber belajar serta pemakaian metode dalam pembelajaran.
Sebagai salah satu sumber belajar, pemanfaatan metode seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyatannya bagian inilah yang sering terabaikan dengan berbagai alasan seperti terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya dan lain-lain (Hadi dalam Dep.Dik.Nas,2003). Sedangkan menurut Wibowo (2004) sekurang-kurangnya ada 7 alasan mengapa guru enggan menggunakan media pembelajaran karena menggunakan metode itu repot, media ini canggih dan mahal, guru tidak terampil menggunakan media, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius, tidak tersedia di sekolah, kebiasaan menikmati ceramah, kurangnya penghargaan dari atasan. Hal seperti inilah kenyataannya yang terjadi di sekolah saat ini.
Pemanfaatan metode pembelajaran yang kurang maksimal menyebabkan hasil belajar juga belum seperti yang diharapkan khususnya mata pelajaran matematika, hal ini dapat dilihat nilai rata-rata harian belum memuaskan dan kurang ketertarikannya akan pelajaran tersebut dikarenakan mata pelajaran matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Padahal mata pelajaran matematika memiliki karakteristik klhusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek, persoalan dan metodenya.
Keadaan ini sangatlah mengkhawatirkan karena mata pelajaran matematika termasuk mata pelajaran Ujian Nasional dengan nilai standar 5,5. Dengan demikian perlu adanya usaha yang sangat keras dari siswa maupun dari guru secara bersama-sama dalam mengembangkan proses belajar mengajar tersebut, pemanfaatan metode pembelajaran secara maksimal perlu mendapat perhatian dari guru untuk mengimplementasikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan sekarang ini ada kecenderungan anak dalam sehari-hari lebih senang menikmati film televisi, sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa (Dep.Dik.nas,2003).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan metode diskusi atau kerja kelompok. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 siswa terdiri atas 16 laki-laki dan 10 perempuan, mata pelajaran matematika. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus tindakan. Siklus pertama dan kedua membahas peluang. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran matematika berlangsung dengan menggunakan tes tertulis dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari tes dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata siswa kelas IX C mata pelajaran matematika setiap siklus.
Review Literatur
Proses belajar merupakan suatu proses untuk melakukan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dalam pemahaman seperti ini tentunya ada sejumlah hal yang penting yang harus diperhatikan: 1) Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah kognitif, efektif dan/atau psikomotorik. Tidak terbatas hanya penambahan pengetahuan saja, 2) Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti peerubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk dan sebagainya. 3) Perubahan tidak harus langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi umumnya tidak dalam bentuk perilaku, tapi tertama hanya dalam potensi seseorang untuk berperilaku. 4) Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta merta akibat refleks atau perilaku instinktif, dan 5) Perubahan akan lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima – hadiah atau hukuman akibat adanya perubahan perilaku tersebut. Hasil keseluruhan dari prose belajar ini kemudian ditunjukkan berdasarkan prestasi belajar (Sarwono, 2003).
Menurur Humalik (2004), belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing) dan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungannya. Berbeda dengan penelitian Hamalik tersebut yang menyatakan bahwa belajar memodifikasi kelakuan maka penelitian Sudjana (22004) belajar bukan menghapal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkahlakunya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Jadi belajar lebih ditekankan pada terjadinya perubahan tingkah laku.
Sedang berdasarkan penelitian Kolb (1984), belajar merupakan cara kecenderungan siswa di dalam menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi melalui pengalaman dialektika antara intension dan ekstension serta dialektika antara aprrehension dan komprehension. Jadi belajar menurut peneliti adalah proses transformasi pengalaman dalam mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku melalui interaksi dengan lingkungannya.
Prestasi belajar menurut Winkel (1999) adalah bukti usaha yang didapat atau dicapai siswa setelah melalui proses belajar. Hasil kegiatan tersebut merupakan perubahan berupa pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Prestasi yang telah dicapai oleh siswa dapat memberikan informasi tentang sejauh mana siswa telah menguasai materi dalam kegiatan belajar mengajar. Sependapat dengan Winkel, Koster (2001) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian siswa setelah mengalami proses belajar mengajar yang terwujud dalam bentuk pengetahuan konsep diri seperti sikap, watak, kepribadian dan ketrampilan tertentu. Prestasi belajar siswa merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mata pelajaran disekolah yang dinampakkan dalam bentuk angka atau skor dan dimuat pada raport sebagai buku laporan nilai atau laporan pendidikan.
Sukmadinata (2003) menyatakan bahwa prestasi belajar atau academic achievement merupakan realisasi pemekaran kecakapan kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki siswa. Pencapaian prestasi belajar oleh seorang siswa dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan pelajaran tersebut dilambangkan dengan angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah serta huruf A,B,C,D pada pendidikan tinggi.
Bloom dalam Mukhtar (2003) mengklasifikasikan bahwa prestasi belajar menjadi tiga bagian: 1) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi aspek-aspek pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ingatan dan pemahaman disebut kognitif tingkat rendah sedangkan aplikasi, analisi, sintesis dan evaluasi disebut kognitif tingkat tinggi: 2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang meliputi aspek-aspek penerimaan, tanggapak, berkeyakinan, organisasi dan internalisasi: 3) ranah psikomotorik, yang berkenaan dengan ketrampilan dan kemampuan bertindak meliputi aspek-aspek gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan dan gerakan ketrampilan kompleks,
Berdasarkan kajian berbgai pendapat mengenai prestasi belajar yang dikemukakan Winkel (1996), Koster (2001), Sukmadinata (2003) dan Bloom (dalam Mukhtar,2003) dapat disimpulkan bahwa prestasi beliau adalah kemampuan siswa yang berupa pengetahuan, sikap dan ketampilan setelah mengikuti proses belajar dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam nilai/angka.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tiap siswa berbeda-beda walaupun mereka menerima pelajaran dalam waktu yang sama, diantaranya adalah:
Wagenaar (1994) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, ada sembilan yaitu: 1) Hasil belajar siswa dibidang kognitif. Keseluruhan pencapaian guru atas prestasi belajar
Prestasi belajar siswa yang diharapkan belum tercapai, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata rendah pada mata pelajaran matematika, padahal mata pelajaran matematika sebenarnya salah satu mata pelajaran yang menarik dan mempelajari apa yang ada disekitar kita, yaitu makhluk hidup dan sekitarnya tetapi persepsi siswa terlebih dahulu mengatakan bahwa mata pelajaran mataematika merupakan mata pelajaran berhitung yang sangat sulit.
Pentingnya penggunaan media pembelajaran dalam mengajar perlu mendapat perhatian dari guru hal ini mengingat manfaat media pembelajaran sebagai: penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih berstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, waktu pelaksanaan pembelajaran diperpendek, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan, peran guru berubah ke arah yang positif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Prestasi belajar pada kondisi awal pelajaran Matematika belum maksimal dikarenakan guru kurang mempertahankan metode pembelajaran. Padahal metode pembelajaran mempunyai arti yang penting dalam proses belajar mengajar, dimana metode pembelajaran bermanfaat dalam menyampaikan pesan pembelajaran dapat lebih berstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, pembelajaran dapat lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta peranan guru berubah kearah yang positif.
Kurangnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pada tes harian kondisi awal, hal ini nampak pada tabel berikut
Nilai Tes Kondisi Awal
No |
Uraian |
Nilai |
1. |
Nilai terendah |
30 |
2. |
Nilai tertinggi |
70 |
3. |
Nilai rata-rata |
54,6 |
Hasil pengamatan berupa prestasi belajar yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan metode diskusi sehingga diperoleh nilai tes harian Siklus 1. Dimana pada siklus 1 nilai terendah 30 nilai tertinggi 70 dan nilai rata-rata 55,3, hal ini nampak pada tabel berikut.
Nilai Siklus I
No |
Uraian |
Nilai |
1. |
Nilai terendah |
30 |
2. |
Nilai tertinggi |
70 |
3. |
Nilai rata-rata |
55,3 |
Hasil pengamatan berupa prestasi belajar yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan metode diskusi kegiatan majemuk sehingga diperoleh nilai tes harian Siklus II. Dimana pada siklus II nilai terendah 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata-rata 66,5, hal ini nampak pada tabel berikut.
Nilai Siklus II
No |
Uraian |
Nilai |
1. |
Nilai terendah |
50 |
2. |
Nilai tertinggi |
90 |
3. |
Nilai rata-rata |
66,5 |
Berdasarkan tindakan yang dilakukan, didapat prestasi belajar dengan nilai rata-rata kondisi awal, siklus I dan siklus II terdapat dalam tabel berikut.
Prestasi Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Suklus II
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
54,6 |
55,3 |
66,5 |
Dari prestasi belajar siswa pada kondisi awal dibandingkan dengan siklus I mengalami kenaikan sebesar 0,7, sedangkan dari siklus I dibandingkan dengan siklus II meningkatkan 11,2, maka dari kondisi awal dibandingkan siklus II meningkat 11,9. Hal ini menandakan bahwa penggunaan metode pembelajaran diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya prestasi belajar matematika.
Penutup
Sesuai dengan tuuan penelitian yang didasarkan pada analisis data dan hasil pengamatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan Metode Diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi materi pelajaran.
2. Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan minat siswa
3. Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Daftar Pustaka
Adrian, 2004, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar siswa (http://artikelus/Art05-06.html)
Amirin, T. 2000, Menyusun Rencana Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Arikunto, S, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek, jakarta; Rineka Cipta, Edisi Revisi IV.
Hamalik, O, 2004, Proses Belajar Mengajar, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta
Slameto, 2003, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyanto, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Winkel, WS. 1987, Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT. Gramedia